Anda di halaman 1dari 5

Kasus:

Rumah dikawasan Villa melati Mas dengan nilai 7 M atas nama Ny W ( dengan suami Tn W)
berdasarkan Sertipikat HGB No 207/ Pondok jagung akan tetapi kondisi jangka waktu HGB
sudah habis pada tanggal 15 Desember 2019; (absen 11-15)

Tuan B meminta pendapat bagaimana prosesnya pembelian dari awal sampai selesai agar
tuan B dapat melakukan transaksi atas bidang tanah tersebut diatas berikut pajak-pajak dan
biaya apa yang harus dibayar, dokumen apa yang diperlukan penjual dan pembeli, apa yang
harus di cek agar tuan B agar terlindungi secara hukum, bagaimana proses jual belinya dan
dilakukan dimana, ​dokumen apa yang harus dibuat dan ditandatangani serta tata cara
prosesnya jelaskan secara lengkap dan detail dari segi penjual pembeli maupun pihak pihak
yang terkait (notaris / ppat / developer) ( termasuk hak dan kewajibannya)

Berdasarkan PP No. 103 tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau
Hunian Oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia, orang asing dapat memiliki
rumah untuk tempat tinggal atau hunian dengan hak pakai dan dapat diwariskan. ​Menurut
Pasal 41 UUPA, hak pakai adalah hak untuk menggunakan atau memungut hasil dari tanah
yang dikuasai langsung oleh negara atau milik orang lain. Hak pakai ini berlaku dalam jangka
waktu 30 tahun dan dapat diperpanjang 20 tahun dan dapat diperbaharui (jika jangka waktu
perpanjangan habis) untuk jangka waktu 30 tahun.

Berkenaan dengan kategori orang asing yang dapat mempunyai rumah di Indonesia,
dalam Surat Edaran Menteri Negara Agraria/KBPN Nomor 110- 2871 tentang pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal
atau Hunian oleh Orang Asing dari segi kedudukannya di Indonesia dapat dibagi dalam 2
(dua) golongan yaitu:
a. Orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia secara menetap;
b. Orang asing yang tidak tinggal di Indonesia secara menetap, melainkan hanya
sewaktu-waktu berada di Indonesia. Perbedaan itu berkaitan dengan dokumen yang
harus ditunjukan ketika melakukan perbuatan hukum untuk memperoleh rumah,
yakni:
a) Bagi orang asing menetap: izin tinggal tetap; dan
b) Bagi orang asing lainnya: izin kunjungan atau izin keimigrasian lainnya
berbentuk tanda yang diterapkan pada paspor atau dokumen keimigrasian
lainnya yang dimiliki orang asing yang bersangkutan.

Menurut Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16


Tahun 1997 Tentang Perubahan Hak Milik Menjadi Hak Guna Bangunan Atau Hak Pakai
dan Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Pakai,dokumen yang diperlukan dalam jual beli
adalah:
- Dokumen yang diserahkan penjual kepada PPAT dalam pembuatan akta jual beli ini
adalah fotokopi kartu tanda penduduk (KTP), fotokopi kartu keluarga, surat nikah,
surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) pajak bumi dan bangunan.
- Dokumen yang diserahkan pembeli kepada PPAT dalam pembuatan akta jual beli ini
adalah fotokopi kartu tanda penduduk (KTP), fotokopi kartu keluarga, surat nikah
- Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib membacakan akta jual beli kepada para pihak
yang bersangkutan (penjual dan pembeli) dan memberi penjelasan mengenai isi dan
maksud pembuatan akta, prosedur pendaftaran pemindahan haknya. Akta PPAT
dibuat sebanyak dua lembar asli, satu lembar disimpan di kantor PPAT dan satu
lembar disampaikan kepada Kepala kantor pertanahan kabupaten/kota setempat
untuk keperluan pendaftaran, sedangkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan
(penjual dan pembeli) diberi salinannya

Tatacara:
1. Pendaftaran Peralihan Hak
Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib menyampaikan akta PPAT dan
dokumen-dokumen lain yang diperlukan untuk keperluan pendaftaran peralihan hak
atas tanah yang bersangkutan kepada kantor pertanahan kabupaten/kota setempat,
selambat-lambatnya tujuh hari kerja sejak ditandatanganinya akta yang
bersangkutan. Dokumen-dokumen persyaratan administrasi yang diserahkan oleh
PPAT dalam rangka pendaftaran pemindahan hak atas tanah atau hak milik atas
rumah tersebut menjadi hak pakai ke kantor pertanahan kabupaten/kota setempat
adalah:
1) Surat permohonan pendaftaran peralihan hak yang ditandatangani oleh
penerima hak (pembeli) atau kuasanya,
2) Surat kuasa tertulis dari penerima hak (pembeli) apabila yang mengajukan
permohonan pendaftaran pemindahan hak bukan penerima hak (pembeli),
3) Akta jual beli oleh PPAT yang pada waktu pembuatan akta masih menjabat
dan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan,
4) Bukti identitas pihak yang mengalihkan hak (penjual),
5) Bukti identitas pihak yang menerima hak (pembeli),
6) Sertifikat hak atas tanah asli yang dialihkan (dijualbelikan),
7) Izin pemindahan hak bila diperlukan,
8) Bukti pelunasan pembayaran bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
(BPHTB), dalam hal bea tersebut terutang, dan
9) Bukti pelunasan pembayaran pajak penghasilan (PPh), dalam hal pajak
tersebut terutang

Dokumen untuk permohonan perubahan hak:


(1) Permohonan pendaftaran perubahan Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan
atau Hak Pakai, dan perubahan Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat
(1) diajukan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat dengan disertai :

1) Sertipikat Hak Milik atau Hak Guna Bangunan yang dimohon perubahan haknya,
atau bukti pemilikan tanah yang bersangkutan dalam hal Hak Milik yang belum
terdaftar;
2) Kutipan Risalah Lelang yang dikeluarkan oleh pejabat lelang apabila hak yang
bersangkutan dimenangkan oleh badan hukum dalam suatu pelelangan umum;
3) Surat persetujuan dari pemegang Hak Tanggungan, apabila hak atas tanah
tersebut dibebani Hak Tanggungan;
4) Bukti identitas pemohon.

2. Penyerahan Sertifikat
Sertifikat hak atas tanah yang telah diubah nama pemegangnya dari pemegang hak
yang lama sebagai penjual menjadi pemegang hak yang baru sebagai pembeli oleh
kepala kantor pertanahan kabupaten/kota setempat, kemudian diserahkan kepada
pemohon pendaftaran pemindahan hak atas tanah melalui pembeli atau kuasanya.
Menurut Undang-Undang Pokok Agraria, pendaftaran merupakan pembuktian yang
kuat mengenai sahnya jual beli yang dilakukan terutama dalam hubungannya
dengan pihak ketiga yang beritikad baik. Administrasi pendaftaran bersifat terbuka
sehingga setiap orang dianggap mengetahuinya. Pasal 19 Undang-Undang Pokok
Agraria mengatur mengenai pendaftaran tanah. Sebagai pelaksanaan dari Pasal 19
Undang-Undang Pokok Agraria mengenai pendaftaran tanah itu dikeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Selanjutnya dalam Pasal 19 Ayat (2) UUPA dinyatakan bahwa Pendaftaran Tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Ayat (1) UUPA tersebut diatas meliputi : 1.
Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah; 2. Pendaftaran hak-hak atas tanah
dan peralihan hak-hak tersebut; Didaftar maksudnya dibukukan dan diterbitkan tanda
bukti haknya. Tanda bukti hak itu disebut sertifikat hak tanah yang terdiri atas salinan
buku tanah dan surat ukur yang dijilid menjadi satu dalam satu sampul. Sertifikat itu
merupakan alat pembuktian yang kuat, maksudnya bahwa keterangan-keterangan
yang tercantum di dalamnya mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima
sebagai keterangan yang benar, selama dan sepanjang tidak ada alat pembuktian
yang lain yang membuktikan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan ketentuan sertifikat
sebagai alat bukti sebagaimana penjelasan Pasal 32 Ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 yang menyebutkan bahwa sertifikat merupakan surat tanda
bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, dalam arti bahwa selama
tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang tercantum di
dalamnya harus diterima sebagai data yang benar, sepanjang data fisik dan data
yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang
bersangkutan.

Kewajiban:
- PPAT
Pejabat Pembuat Akta Tanah berkewajiban untuk menyelidiki kewenangan para
pihak, baik penjual maupun pembeli dan juga memeriksa kebenaran sertifikat asli
atau surat-surat tanah yang merupakan bukti kepemilikan yang diserahkan
kepadanya oleh penjual pada waktu membuat akta jual beli.
- WNA
Dalam Pasal 2 angka 1 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang
Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang
Berkedudukan di Indonesia menyebutkan bahwa WNA dapat memiliki rumah yang
berdiri sendiri di atas bidang tanah Hak Pakai atas Tanah Negara atau di atas bidang
tanah yang dikuasai berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah.
Perjanjian tersebut harus dalam bentuk tertulis dengan akta PPAT dan wajib
didaftarkan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 3 dan 4 Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang
Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Jadi berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1996, alternatif untuk memiliki rumah tinggal/hunian oleh WNA
adalah dengan cara penguasaan (hak atas) tanahnya baik atas Tanah Negara
melalui perjanjian dengan pemegang hak atas tanah perjanjian tersebut harus dalam
bentuk tertulis dengan akta PPAT dan wajib didaftarkan. Dalam Perjanjian
Pendahuluan Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik terdapat hal-hal yang
diperjanjikan antara kedua belah pihak, yaitu antara Pemberi Hak Pakai sebagai
Pihak Pertama dan Penerima Hak Pakai sebagai Pihak Kedua. Hal-hal yang
diperjanjikan dalam Perjanjian Pendahuluan Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak
Milik diantaranya adalah sebagai berikut sebagaimana terlampir dalam Perjanjian
Pendahuluan Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik:
1. Janji Untuk Memberikan Hak Pakai Atas Tanah dan Untuk Menerima Hak
Pakai Atas Tanah;
2. Kewajiban Pemberi Hak Pakai selaku Pihak Pertama;
3. Kewajiban Penerima Hak Pakai selaku Pihak Kedua;
4. Uang Ganti Kerugian;
5. Pernyataan dan Jaminan Pemberi Hak Pakai selaku Pihak Pertama;
6. Pernyataan dan Jaminan Penerima Hak Pakai selaku Pihak Kedua;
7. Pelaksanaan Pemberian Hak Pakai Atas Tanah;
8. Pajak dan Biaya;
9. Aneka Ketentuan

Intinya, Perjanjian Pendahuluan Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik dibuat
dalam bentuk akta otentik dan dibuat di hadapan Notaris oleh kedua belah pihak
yaitu antara Pemberi Hak Pakai sebagai Pihak Pertama dan Penerima Hak Pakai
sebagai Pihak Kedua. Perjanjian Pendahuluan Pemberian Hak Pakai Atas Tanah
Hak Milik tersebut dibuat sebelum sertifikat penggabungan selesai dan sebelum
dilaksanakannya pembuatan dan penandatanganan Akta Pemberian Hak Pakai Atas
Tanah Hak Milik. Tujuan dari dibuatnya Perjanjian Pendahuluan Pemberian Hak
Pakai Atas Tanah Hak Milik adalah untuk mengikat para pihak yaitu dengan
memberikan hak pakai atas tanah dan menerima hak pakai atas tanah. Dalam
Perjanjian Pendahuluan Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik tersebut
diantaranya memuat kesepakatan antara Pemberi Hak Pakai sebagai Pihak Pertama
untuk memberikan Hak Pakai atas tanah kepada Penerima Hak Pakai sebagai Pihak
Kedua untuk jangka waktu 25 (dua puluh lima) tahun. Segera setelah semua
peryaratan yang diperlukan oleh Penerima Hak Pakai sebagai Pihak Kedua telah
dipenuhi, maka kedua belah pihak wajib untuk membuat dan melaksanakan Akta
Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik dihadapan PPAT yang berwenang.
Sebelum melaksanakan pembuatan Akta Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak
Milik, PPAT wajib terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian sertifikat
hak atas tanah yang bersangkutan dengan daftar-daftar yang ada di Kantor
Pertanahan setempat dengan memperlihatkan sertifikat asli;
2. Apabila sertifikat yang dimaksud telah sesuai dengan daftar-daftar yang ada di
Kantor Pertanahan, maka Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk
membubuhkan cap atau tulisan dengan kalimat: “Telah diperiksa dan sesuai
dengan daftar di Kantor Pertanahan” Pada halaman perubahan sertifikat asli
kemudian diparaf dan diberi tanggal pengecekan.
3. Pada halaman perubahan buku tanah yang bersangkutan dibubuhkan cap atau
tulisan dengan kalimat:
“PPAT… (nama PPAT yang bersangkutan) … telah minta pengecekan sertifikat”
kemudian diparaf dan diberi tanggal pengecekan. 4. Sertifikat yang sudah diperiksa
kesesuaiannya dengan daftardaftar di Kantor Pertanahan tersebut dikembalikan
kepada PPAT yang bersangkutan.

Pelaksanaan pembuatan Akta Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik harus
dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan, yaitu
Pemberi Hak Pakai dan Penerima Hak Pakai dan/atau orang yang dikuasakan oleh
para pihak tersebut dengan surat kuasa tertulis sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pada saat pembuatan akta tersebut harus
disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku memenuhi syarat untuk bertindak
sebagai saksi dalam suatu perbuatan hukum. Para saksi tersebut memberi
kesaksian antara lain mengenai kehadiran para pihak atau kuasanya, keberadaan
dokumen-dokumen yang ditunjukkan dalam pembuatan akta, dan telah
dilaksanakannya perbuatan hukum tersebut oleh para pihak yang bersangkutan.
Akta Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik dibuat sebanyak 2 (dua) lembar
asli, satu lembar disimpan di Kantor PPAT dan satu lembar lagi disampaikan kepada
Kepala Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran, sedangkan kepada
pihak-pihak yang bersangkutan diberikan salinannya.

Sumber:

https://www.liputan6.com/properti/read/3459656/syarat-warga-asing-beli-properti-di-indonesi
a
https://media.neliti.com/media/publications/150325-ID-none.pdf

Anda mungkin juga menyukai