Anda di halaman 1dari 31

 

fiqihmuslim.com

Dioptimalkan 28 menit yang laluLihat


yang asliSegarkan

Fiqih Muslim

Pusat Kajian Fiqih Islam Ahlussunnah


Wal Jamaah

Beranda » Kisah Islami » Ulama » Kisah
Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani

Kisah Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani

Posted by Khamid Qurays Label: Kisah Islami, Ulama

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani - Beliau adalah ulama besar dan seorang sufi yang merupakan
waliyullah dengan gelar sulthonul auliya atau rajanya para wali. Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah orang
saleh, alim, tinggi ilmunya dan memiliki akhlak yang baik serta selalu mencontoh Rasulullah SAW. beliau
lahir pada tahun 470 H/1077 M serta meninggal pada taun 561 H/1166 M. beliau juga merupakan
pendiri tarekat Qodiriyah yang banyak dianut umat islam di berbagai dunia.

Beliau Syekh Abdul Qodir Jaelani memiiki banyak gelar diantaranya al-Baz al-Asyhab ( si burung rajawali
kelabu ) dan Muhyiddin (penghidup agama). nasab dan silsilah garis keturunannya bersambung kepada
Nabi Muhammad SAW. beliau adalah Sulthonul auliya al-Ghauth al-aahm asy-Syaikh Muhyidin Abu
Muhammad Abdul Qadir ibn Abu salih Musa ibn Abdullah al-Jili ibn Yahya az-Zaid ibn Muhammad ibn
Dawud ibn Musa ibn Abdullah ibn Musa al-Jaun ibn Abdullah al-Kamil al-Mahd ibn al-hasan al-Muthanna
ibn al-hasan ibn Ali ibn Abi Thalib.

Sedangkan nasab Ibu Syekh Abdul Qadir al-Jaelani ialah Fatimah binti Abdullah ibn Abi Jamaluddin
Muhammad ibn Mahmud ibn Tahir ibn Abi al-Ata Abdullah ibn Kamaluddin Isa ibn Muhammad al-Jawad
ibn Ali ar-Rida ibn Musa al-Katim ibn Ja‘far as-sodiq ibn Muhammad al-Baqir ibn Zain al-Abidin Ali ibn al-
Husain ibn Ali ibn Abi Thalib.

Baca Juga : Kumpulan Kata-Kata dan Nasehat Imam Syafi'i 

Dan seperti kebanyakan para wali ALLAH SWT,  Syekh Abdul Qodir Jaelani juga memiliki banyak sekali
keistimewaan dan kehebatan melebihi manusia lain pada umumnya. hal inilah yang disebut dengan
karomah. dengan karamah tersebut seorang waliyullah bisa melakukan hal hal yang cenderung mustahil
dan diluar logika berkat izin ALLAH SWT. dan salah satu ulama paling banyak memiliki karomah salah
satunya adalah Syekh Abdul Qodir Jaelani ini.

Nah, maka dari itu kali ini akan kita bahas mengenai kumpulan kisah karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani
RA lengkap. semua manaqib/cerita keajaiban, kesaktian dan kehebatan dibawah ini bisa terjadi karena
kemuliaan Syekh Abdul Qodir Jaelani dan tentu saja semata mata atas izin ALLAH SWT Tuhan yang maha
kuasa atas segala halnya . . .

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Dengan Seekor Ular


Pada suatu hari di majlis asy-Sayikh Abdul Qodir al-Jilani berserta murid-muridnya yang lain. Tiba-tiba,
muncul seekor ular besar di pangkuan asy-Syaikh. Maka orang ramai yang hadir di majlis itu pun berlari
tunggang langgang, ketakutan.

Tetapi asy-Syaikh al-Jilani hanya duduk dengan tenang saja. Kemudian ular itu pun masuk ke dalam baju
asy-Syaikh dan telah merayap-rayap di badannya. Setelah itu, ular itu telah naik pula ke lehernya.
Namun, asy-Syaikh masih tetap tenang dan tidak berubah keadaan duduknya.

Setelah beberapa waktu berlalu, turunlah ular itu dari badan asy-Syaikh dan ia telah seperti bicara
dengan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani . Setelah itu, ular itu pun ghaib.

Kami pun bertanya kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani tentang apa yang telah dipertuturkan oleh
ular itu. Menurut beliau ular itu telah berkata bahwa dia telah menguji wali-wali Allah yang lain, tetapi
dia tidak pernah bertemu dengan seorang pun yang setenang dan sehebat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-
Jilani .

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Menghidupkan Seekor Burung

Pada suatu hari, ketika asy-Syaikh sedang mengajar murid-muridnya di dalam sebuah majlis, seekor
burung telah terbang di udara di atas majlis itu sambil mengeluarkan satu bunyi yang telah mengganggu
majlis itu.

Maka asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun berkata, “Wahai angin, ambil kepala burung itu.” Seketika itu
juga, burung itu telah jatuh ke atas majlis itu, dalam keadaan kepalanya telah terputus dari badannya.

Setelah melihat keadaan burung itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun turun dari kursi tingginya dan
mengambil badan burung itu, lalu disambungkan kepala burung itu ke badannya.

Kemudian asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah berkata, “Bismillaahirrahmaanirrahim.” Dengan serta-
merta burung itu telah hidup kembali dan terus terbang dari tangan asy-Syaikh.
Maka takjublah para hadirin di majlis itu karena melihat kebesaran Allah yang telah ditunjukkanNya
melalui tangan asy-Syaikh.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Mengembalikan Wanita Yang Diculik Bangsa Jin

Pada suatu hari, di dalam tahun 537 Hijrah, seorang lelaki dari kota Baghdad (dikatakan oleh sesetengah
perawi bahawa lelaki itu bernama Abu Sa‘id ‘Abdullah ibn Ahmad ibn ‘Ali ibn Muhammad al-Baghdadi)
telah datang bertemu dengan asy-Syaikh Jilani, berkata, bahwa dia mempunyai seorang anak dara cantik
berumur enam belas tahun bernama Fatimah. Anak daranya itu telah diculik (diterbangkan) dari atas
anjung rumahnya oleh seorang jin.

Maka asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun menyuruh lelaki itu pergi pada malam hari itu, ke suatu
tempat bekas rumah roboh, di satu kawasan lama di kota Baghdad bernama al-Karkh.

“Carilah bonggol yang kelima, dan duduklah di situ. Kemudian, gariskan satu bulatan sekelilingmu di atas
tanah. Kala engkau membuat garisan, ucapkanlah “Bismillah, dan di atas niat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-
Jilani ”

Apabila malam telah gelap, engkau akan didatangi oleh beberapa kumpulan jin, dengan berbagai-bagai
rupa dan bentuk. Janganlah engkau takut. Apabila waktu hampir terbit fajar, akan datang pula raja jin
dengan segala angkatannya yang besar.

Dia akan bertanya hajatmu. Katakan kepadanya yang aku telah menyuruh engkau datang bertemu
dengannya. Kemudian ceritakanlah kepadanya tentang kejadian yang telah menimpa anak
perempuanmu itu.”

Lelaki itu pun pergi ke tempat itu dan melaksanakan arahan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani itu.
Beberapa waktu kemudian, datanglah jin-jin yang cuba menakut-nakutkan lelaki itu, tetapi jin-jin itu
tidak berkuasa untuk melintasi garis bulatan itu. Jin-jin itu telah datang bergilir-gilir, yakni satu kumpulan
selepas satu kumpulan.
Dan akhirnya, datanglah raja jin yang sedang menunggang seekor kuda dan telah disertai oleh satu
angkatan yang besar dan hebat rupanya.

Raja jin itu telah memberhentikan kudanya di luar garis bulatan itu dan telah bertanya kepada lelaki itu,
“Wahai manusia, apakah hajatmu?”

Lelaki itu telah menjawab, “Aku telah disuruh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani untuk bertemu
denganmu.”

Begitu mendengar nama asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani diucapkan oleh lelaki itu, raja jin itu telah turun
dari kudanya dan terus mengucup bumi. Kemudian raja jin itu telah duduk di atas bumi, disertai dengan
seluruh anggota rombongannya.

Sesudah itu, raja jin itu telah bertanyakan masalah lelaki itu. Lelaki itu pun menceritakan kisah anak
daranya yang telah diculik oleh seorang jin. Setelah mendengar cerita lelaki itu, raja jin itu pun
memerintahkan agar dicari si jin yang bersalah itu.

Beberapa waktu kemudian, telah dibawa ke hadapan raja jin itu, seorang jin lelaki dari negara Cina
bersama-sama dengan anak dara manusia yang telah diculiknya.

Raja jin itu telah bertanya, “Kenapakah engkau sambar anak dara manusia ini? Tidakkah engkau tahu
yang dia ini berada di bawah naungan al-Quthb ?”

Jin lelaki dari negara Cina itu telah mengatakan yang dia telah jatuh berahi dengan anak dara manusia
itu. Raja jin itu pula telah memerintahkan agar dipulangkan perawan itu kepada bapanya, dan jin dari
negara Cina itu pula telah dikenakan hukuman pancung kepala.

Lelaki itu pun mengatakan rasa takjubnya dengan segala perbuatan raja jin itu, yang sangat patuh
kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.
Raja jin itu berkata pula, “Sudah tentu, karena asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani boleh melihat dari
rumahnya semua kelakuan jin-jin yang jahat. Dan mereka semua sedang berada di sejauh-jauh tempat di
atas bumi, karena telah lari dari sebab kehebatannya. Allah Ta’ala telah menjadikan asy-Syaikh Abdul
Qodir Al-Jilani bukan saja al-Qutb bagi umat manusia, bahkan juga ke atas seluruh bangsa jin.” 

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Membantu Seorang Wali

Diriwayatkan, pada zaman Syekh Abdul Qodir, ada seorang wali yang telah dilepas pangkat kewaliannya.
Ia minta pertolongan kepada rekan-rekannya sesama wali memohon kepada Alloh SWT. agar ia dapat
diangkat kembali mendapatkan pangkat kewaliannya.

Wali rekannya itu berkata : "Saya sudah berusaha berdo'a memohon kepada Alloh SWT. agar dapat
diangkat kembali pangkat kewalianmu, bahkan menurut anggapan saya persoalan ini tidak diterima oleh
Alloh SWT., dan saya dianjurkan sebaiknya meminta pertolongan dan syafa'at Syekh, supaya beliau
berdo'a memohon kepada Alloh SWT. agar dapat dikembalikan pangkat kewalianmu itu".

Kemudian Syekh dapat menerima usulan mereka, lalu beliau berdo'a, sementara itu datang sabda Alloh:
"Sudah banyak para wali yang berdo'a mereka mohon supaya dikembalikan lagi pangkat seorang wali
yang sudah dicopot itu. Untuk hal ini kamu jangan minta syafaat baginya".

Mendengar sabda itu lalu Syekh mengambil sajadah berangkat menuju suatu lapangan.

Pada waktu beliau akan melangkahkan kaki, terdengar ada yang memanggil dari alam ghaib : "Wahai
Ghoutsul A'dhom Abdul Qodir, bagi orang itu dan seribu orang yang senasib dengan dia, Ku ampuni
dosanya".

Dan langkah kaki yang kedua terdengar lagi suara yang bersabda: "Bagi orang itu dan duaribu orang
yang senasib dengan dia".
Dan pada waktu akan memijakkan langkah kaki yang ketiga kembali terdengar: "Bagi dia dan tigaribu
orang yang senasib dengan dia, dosanya Ku ampuni, disebabkan karena pangkat kewalianmu dan
kedudukanmu".

Syekh mengucapkan terimakasih kepada Alloh SWT. atas anugerah yang telah diterima.

Berkat karomah dan syafaat Syekh, wali yang dilepas pangkatnya itu dapat diterima kembali.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Mengalahkan Perompak Dari Jauh

Pada 3 hari bulan Safar, kami berada di sisi asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani Pada waktu itu, asy-Syaikh
sedang mengambil wudu dan memakai sepasang terompah.

Setelah selesai menunaikan solat dua rakaat, dia telah bertempik dengan tiba-tiba, dan telah
melemparkan salah satu dari terompah-terompah itu dengan sekuat tenaga sampai tak nampak lagi
oleh mata.

Selepas itu, dia telah bertempik sekali lagi, lalu melemparkan terompah yang satu lagi. Kami yang berada
di situ, telah melihat dengan ketakjubannya, tetapi tidak ada seorang pun yang telah berani
menanyakan maksud semua itu.

Dua puluh tiga hari kemudian, sebuah kafilah telah datang untuk menziarahi asy-Syaikh ‘Abdul Qadir al-
Jilany. Mereka (yakni para anggota kafilah itu) telah membawa hadiah-hadiah untuknya, termasuk baju,
emas dan perak. Dan yang anehnya, termasuk juga sepasang terompah.

Apabila kami amat-amati, kami lihat terompah-terompah itu adalah terompah-terompah yang pernah
dipakai oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pada satu masa dahulu. Kami pun bertanya kepada ahli-ahli
kafilah itu, dari manakah datangnya sepasang terompah itu. Inilah cerita mereka:
Pada 3 haribulan Safar yang lalu, ketika kami sedang di dalam satu perjalanan, kami telah diserang oleh
satu kumpulan perompak.

Mereka telah merampas kesemua barang-barang kami dan telah membawa barang-barang yang mereka
rampas itu ke satu lembah untuk dibagi-bagikan di antara mereka.

Kami pun berbincang sesama sendiri dan telah mencapai satu keputusan. Kami lalu menyeru asy-Syaikh
Abdul Qodir Al-Jilani agar menolong kami. Kami juga telah bernazar apabila kami sudah selamat, kami
akan memberinya beberapa hadiah.

Tiba-tiba, kami terdengar satu jeritan yang amat kuat, sehingga menggegarkan lembah itu dan kami lihat
di udara ada satu benda yang sedang melayang dengan sangat laju sekali.

Beberapa waktu kemudian, terdengar satu lagi bunyi yang sama dan kami lihat satu lagi benda
seumpama tadi yang sedang melayang ke arah yang sama.

Selepas itu, kami telah melihat perompak-perompak itu berlari lintang-pukang dari tempat mereka
sedang membagi-bagikan harta rampasan itu dan telah meminta kami mengambil balik harta kami,
karena mereka telah ditimpa satu kecelakaan.

Kami pun pergi ke tempat itu. Kami lihat kedua orang pemimpin perompak itu telah mati. Di sisi mereka
pula, ada sepasang terompah. Inilah terompah-terompah itu.

Karomah Syekh Abdul Qadir Jaelani Memindahkan Manusia

Pada mulanya aku memang tidak suka kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Walaupun aku
merupakan seorang saudagar yang paling kaya di kota Baghdad waktu itu, aku tidak pernah merasa
tenteram ataupun berpuas hati.
Pada suatu hari, aku telah pergi menunaikan solat Jum’at. Ketika itu, aku tidak mempercayai tentang
cerita-cerita karomah yang dikaitkan pada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.

Sesampainya aku di masjid itu, aku dapati beliau telah ramai dengan jamaah. Aku mencari tempat yang
tidak terlalu ramai, dan kudapati betul-betul di hadapan mimbar.

Di kala itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani baru saja mulai untuk khutbah Jumaat. Ada beberapa perkara
yang disentuh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani yang telah menyinggung perasaanku. Tiba-tiba, aku
terasa hendak buang air besar.

Untuk keluar dari masjid itu memang sukar dan agak mustahil. Dan aku dihantui perasaan gelisah dan
malu, takut-takut aku buang air besar di sana di depan orang banyak. Dan kemarahanku terhadap asy-
Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun bertambah dan memuncak.

Pada saat itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah turun dari atas mimbar itu dan telah berdiri di
hadapanku. Sambil beliau terus memberikan khutbah, beliau telah menutup tubuhku dengan jubahnya.

Tiba-tiba aku sedang berada di satu tempat yang lain, yakni di satu lembah hijau yang sangat indah. Aku
lihat sebuah anak sungai sedang mengalir perlahan di situ dan keadaan sekelilingnya sunyi sepi, tanpa
kehadiran seorang manusia.

Aku pergi membuang air besar. Setelah selesai, aku mengambil wudlu. Apabila aku sedang berniat untuk
pergi bersolat, dan tiba-tiba diriku telah berada ditempat semula di bawah jubah asy-Syaikh Abdul Qodir
Al-Jilani. Dia telah mengangkat jubahnya dan menaiki kembali tangga mimbar itu.

Aku sungguh-sungguh merasa terkejut. Bukan karena perutku sudah merasa lega, tetapi juga keadaan
hatiku. Segala perasaan marah, ketidakpuasan hati, dan perasaan-perasaan jahat yang lain, semuanya
telah hilang.

Selepas sembahyang Jum’at berakhir, aku pun pulang ke rumah. Di dalam perjalanan, aku menyadari
bahwa kunci rumahku telah hilang. Dan aku kembali ke masjid untuk mencarinya.
Begitu lama aku mencari, tetapi tidak aku temukan, terpaksa aku menyuruh tukang kunci untuk
membuat kunci yang baru.

Pada keesokan harinya, aku telah meninggalkan Baghdad dengan rombonganku karena urusan
perniagaan. Tiga hari kemudian, kami telah melewati satu lembah yang sangat indah. Seolah-olah ada
satu kuasa ajaib yang telah menarikku untuk pergi ke sebuah anak sungai.

Barulah aku teringat bahwa aku pernah pergi ke sana untuk buang air besar, beberapa hari sebelum itu.
Aku mandi di anak sungai itu. Ketika aku sedang mengambil jubahku, aku telah temukan kembali
kunciku, yang rupa-rupanya telah tertinggal dan telah tersangkut pada sebatang dahan di situ.

Setelah aku sampai di Baghdad, aku menemui asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani dan menjadi anak
muridnya.

Sungguh besar kekuasaan Alloh SWT dengan menunjukkan rahasia dan karomah para wali Alloh SWT.

Karomah Syekh Abdul Qodir Al Jaelani Saat Sedang Lapar

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani pernah mengalami musim paceklik di Baghdad. Saat itu ulama yang
menganut madzhab Imam Ahmad ini sampai memakan sisa-sisa makanan di tempat sampah. Dalam
keadaan yang sangat lapar beliau keluar untuk mencari makanan. Namun setiap sampai ke tempat
sampah, selalu ada orang lain yang mendahuluinya. Jika Syekh Abdul Qodir Jaelani melihat orang-orang
fakir berebut di tempat sampah, maka beliau memilih meninggalkan tempat itu. Dan hal itu terus
berlaku saat menemui tempat pembuangan, dan Syekh Abdul Qodir Jaelani akhirnya tidak memperoleh
makanan.

Beliau akhirnya berjalan hingga sampai di Masjid Yasin di Baghdad, karena sudah tidak mempu lagi
melanjutkan perjalanan karena lapar, dan memilih duduk di dekat masjid tersebut. Disaat yang sama
datanglah seorang pemuda ke masjid dengan membawa roti, dia duduk dan mulai makan. Karena rasa
lapar yang menusuk, setiap pemuda itu mengambil suapan maka Syekh Abdul Qodir Jaelani ingin
membuka mulut, meski beliau terus berusaha menahannya.
Akhirnya pemuda itu pun menoleh ke arah Syekh Abdul Qodir Jaelani seraya mengatakan,”Bismillah ya
Syech”, dengan maksud ingin memberi suapan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani. Syekh Abdul Qodir
Jaelani menolak, namun pemuda itu terus-menerus memaksa, hingga akhirnya Syekh Abdul Qodir
Jaelani memakan sedikit dari apa yang diberikan.

Setelah itu si pemuda pun bertanya,”Siapa engkau, apa pekerjaanmu, dari mana engkau?”

Syekh Abdul Qodir Jaelani pun menjawab,”Saya pencari ilmu dari negeri Jilan”.

Si pemuda pun membalas,”Saya juga dari Jilan. Apakah engkau mengenal seorang pemuda dari Jilan
yang namanya Abdul Qadir cucu dari Abu Abdullah As Shuma’i yang ahli zuhud?”

Syeikh Abdul Qadir pun menjawab,”Itu adalah saya”.

Mendengar jawaban itu si pemuda pun terperangah,

”Demi Allah saya sampai di Bagdad dengan sisa-sisa uang yang saya memiliki dan saya telah mencari-cari
dimana keberadaanmu namun tidak ada seorang pun yang bisa memberikan petunjuk. Sampai akhirnya
uang saya habis hingga 3 hari saya tidak makan. Dengan terpaksa saya menggunakan uang yang
dititipkan untukmu untuk membeli roti ini. Makanlah sesungguhnya ia milikmu.”

Syekh Abdul Qadir Jailani pun bertanya, apa yang sebenarnya terjadi. Pemuda itu pun menjelaskan
bahwa ibu Syekh Abdul Qodir Jaelani telah menitipkan kepadanya 9 dinar untuk disampaikan kepada
Syekh Abdul Qodir Jaelani. Dan uang itu pun sudah berkurang untuk dibelikan roti. Syekh Abdul Qodir
Jaelani pun merelakannya dan memberikan kepada pemuda itu sisa roti serta sebagian dinar. (Dzail
Thabaqat Al Hanabilah, 1/298)

Meski menolak untuk meminta-minta, Syekh Abdul Qodir Jaelani tetap memperoleh rezeki bahkan di
saat yang sama beliau malah memberikan sedekah kepada orang lain.
Karomah Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani Berada di Banyak Tempat Dalam Waktu Bersamaan

Diriwayatkan pada suatu hari di bulan Romadhon, Syekh Abdul Qodir diundang berbuka puasa oleh
murid-muridnya sebanyak tujuh puluh orang di rumahnya masing-masing. Mereka berkeinginan agar
Syekh berbuka puasa dirumahnya. Mereka tidak mengetahui bahwa diantara mereka masing-masing
mengundang Syekh untuk berbuka puasa pada waktu yang bersamaan. Tiba waktunya berbuka puasa
bertepatan Syekh berbuka puasa di rumah beliau, detik itu pula rumah muridnya yang tujuhpuluh orang
itu masing-masing dikunjunginya dan berbuka puasa tepat dalam waktu yang bersamaan.

Peristiwa ini di kota Baghdad sudah masyhur terkenal di kalangan masyarakat, dan sudah menjadi bibir
masyarakat dalam setiap pembicaraan dan pertemuan.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jailani Menyelamatkan Wanita Dari Pria Fasiq

Diriwayatkan, di kota Baghdad ada seorang wanita rupawan wajahnya cantik dam manis sedap
dipandang mata.

Sebelum ia masuk jama'ah murid Syekh Abdul Qodir, ada seorang lelaki fasik, hidung belang, dan tuna
susila. Dia menaruh cinta

mengharap pada wanita itu, namun cintanya tidak dibalas. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Si lelaki
jahat itu berusaha mencari jalan untuk melaksanakan niat jahatnya itu.

Pada suatu hari, wanita itu berangkat menuju sebuah gua pada suatu gunung untuk berkholwat,
beruzlah yakni mengasingkan diri dengan tujuan ibadah. Tidak diketahui

sebelumnya, bahwa ia sedan diintai dan diikuti dari belakang oleh silelaki perayu wanita itu.
Ketika wanita itu tiba dan akan masuk kedalam gua, silelaki jahat itu berusaha dengan sekuat tenaga
akan masuk kedalam gua memperkosa kehormatan wanita itu. Sebaliknya, sang wanita berusaha
menghindar dari nafsu angkara murka kejahatan silelaki itu sambil berteriak-teriak memanggil-manggil
nama Syekh Abdul Qodir: "Ya Syekh Tsaqolein, Ya Ghoutsal A'dhom, Ya Syekh Abdul Qodir, tolonglah
saya!", demikian ratap wanita bertawassul dan beristighotsah minta pertolongan. Di kala itu Syekh
sedang mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat di madrosah, lalu dilepas bakiaknya. Sepasang
bakiak itu dipegang Syekh lalu dilemparkan kearah gua dan tepat sekali mengenai sasaran kepala lelaki
jahat itu, di kala laki-laki jahat itu akan melakukan aksinya, bertubi-tubi sepasang bakiak memukul,
menampar laki-laki itu dengan pukulan-pukulan yang mematikan. Dan seketika itu juga ia mati. Sang
wanita segera mengambil sepasang bakiak milik Syekh, gurunya. Kemudian ia mengucapkan terimakasih
atas pertolongannya, lalu bakiak itu diserahkan sambil melaporkan peristiwa yang dialaminya kepada
Syekh dan juga kepada khalayak yang mengerumuninya.

Karomah Syekh Abdul Qodir Al-Jailani Mengetahui Tipu Daya Setan

Pada suatu hari, Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani berjalan-jalan dengan beberapa muridnya di padang pasir.
Waktu itu hari sangat panas, dan mereka sedang berpuasa. Oleh itu mereka merasa letih dan dahaga.

Tiba-tiba, sekumpulan awan muncul, yang melindungi mereka dari panas terik matahari. Setelah itu,
sebatang pohon kurma dan sebuah kolam air muncul di hadapan mereka. Mereka telah terpesona.
Kemudian satu cahaya besar yang berkilauan, telah muncul dari celah awan di hadapan mereka dan
kedengaranlah satu suara dari dalamnya yang telah berkata, “Wahai ‘Abdul Qadir, akulah Tuhanmu.
Makan dan minumlah, karena pada hari ini, telah aku halalkan untuk engkau apa yang telah aku
haramkan untuk orang-orang lain.”

Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani pun melihat ke arah cahaya itu dan berkata, “Aku berlindung dengan Allah
dari godaan syaitan yang terkutuk.”

Tiba-tiba, cahaya, pohon kurma dan kolam itu semuanya hilang dari pandangan mata. Maka kelihatanlah
Iblis di hadapan mereka dengan bentuk rupanya yang asli.

Iblis bertanya, “Bagaimanakah engkau dapat mengetahui itu sebenarnya adalah aku?”
Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani menjawab, “Syariat itu sudah sempurna, dan tidak akan berubah sampai
Hari Kiamat. Allah Swt tidak akan mengubah yang haram kepada yang halal, walaupun untuk orang-
orang yang menjadi pilihan-Nya (wali-Nya).”

Maka Iblis pun berkata lagi untuk menguji Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani “Aku telah mampu menipu 70
kaum dari golongan As-Salikin (yakni orang-orang yang menempuh jalan kerohanian) dengan cara ini
ilmu yang engkau miliki lebih luas daripada ilmu mereka. Apakah hanya ini jumlah pengikutmu?

Sudah sepatutnya semua penduduk bumi ini menjadi pengikutmu, karena ilmumu menyamai ilmu para
nabi.”

Syekh Abdul Qodir Al-Jaelanimenjawab, “Aku berlindung dengan Allah Yang Maha Mendengar, Yang
Maha Mengetahui, dari engkau. Bukanlah karena ilmuku aku terselamat, tetapi karena rahmat dari Allah
Swt, Pengatur sekalian alam.”

Hakikat Kematian Bagi Syekh Abdul Qodir Al Jailani

Pada suatu hari, isteri-isteri Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani bertemu dengannya dan berkata, “Wahai
suami kami yang terhormat, anak lelaki kecil kita telah meninggal dunia. Namun kami tidak melihat
setitik air mata pun yang mengalir dari mata kekanda dan tidak pula kekanda menunjukkan tanda
kesedihan.

Tidakkah kekanda menyimpan rasa belas kasihan terhadap anak lelaki kita, yang merupakan sebagian
darah daging kekanda sendiri?

Kami semua sedang dirundung kesedihan, namun kekanda masih juga meneruskan pekerjaan biasa
kekanda, seolah-olah tiada sesuatu pun yang telah berlaku. Kekanda adalah pemimpin dan pelindung
kami di dunia dan di akhirat.

Tetapi jika hati kekanda telah menjadi keras sehingga tiada lagi menyimpan rasa belas kasihan,
bagaimana kami dapat bergantung kepada kekanda di Hari Pembalasan kelak?”
Maka berkatalah Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani “Wahai isteri-isteriku yang tercinta! Janganlah kamu
semua menyangka hatiku ini keras.

Aku menyimpan rasa belas kasihan di hatiku terhadap seluruh makhluk, sampai terhadap orang-orang
kafir dan juga terhadap anjing-anjing yang menggigitku.

Aku berdo’a kepada Allah Swt agar anjing-anjing itu berhenti menggigit, bukan karena aku takut digigit,
tetapi aku takut nanti manusia lain akan melontar anjing-anjing itu dengan batu.

Tidakkah kamu mengetahui bahwa aku mewarisi sifat belas kasihan Rasulullah Saw, yang telah diutus
Allah Swt sebagai rahmat untuk sekelian alam?”

Maka wanita-wanita itu telah berkata pula, “Kalau benar kekanda mempunyai rasa belas kasihan
terhadap seluruh makhluk Allah Swt, sampai kepada anjing-anjing yang menggigit kekanda, kenapa
kekanda tidak menunjukkan rasa sedih atas kehilangan anak lelaki kita yang telah meninggal ini?”

Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani pun menjawab, “Wahai isteri-isteriku yang sedang berdukacita, kamu
semua menangis karena kamu semua merasa telah berpisah daripada anak lelaki kita yang kamu semua
sayangi.

Tetapi aku sentiasa bersama dengan orang-orang yang aku sayangi. Kamu semua telah melihat anak
lelaki kita di dalam satu ilusi yang disebut dunia.

Kini, dia telah meninggalkannya lalu berpindah ke satu tempat yang lain.

Allah Swt telah berfirman (Surat Al-Adid, ayat 20) “dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanyalah
satu ilusi saja.”
Memang dunia ini adalah satu ilusi, untuk mereka yang sedang terlena. Tetapi aku tidak terlena – aku
melihat dan waspada.

Aku telah melihat anak lelaki kita sedang berada di dalam bulatan masa, dan kini dia telah keluar
darinya.

Namun aku masih dapat melihatnya. Dia kini berada di sisiku. Dia sedang bermain-main di sekelilingku,
sebagaimana yang pernah dia lakukan pada masa dahulu.

Sesungguhnya, jika seseorang itu dapat melihat Kebenaran melalui mata hatinya, sama dengan yang
dilihatnya masih hidup ataupun sudah mati, maka Kebenaran itu tetap tidak akan hilang.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Menolong Muridnya

"Pada hari ketiga bulan Safar tahun Burung 555, kami duduk di hadapan Guru (Sayyid Abdul Qadir Al-
Jelani qs.) di madrasahnya. Ia berdiri lalu mengenakan sepasang bakiak (sandal kayu) dan mengambil
wudhu. Arkian, ia mengucapkan dua doa dan berteriak keras sambil melemparkan sebelah bakiaknya ke
udara, selanjutnya bakiak itu pun lenyap. Dengan teriakan selanjutnya, Guru melemparkan bakiak yang
satunya lagi ke udara dan ini pun lenyap dari penglihatan kami. Tak seorang pun yang hadir di situ berani
bertanya kepadanya tentang peristiwa itu.

Tiga puluh hari setelah kejadian tersebut, sebuah kafilah tiba di Baghdad dari Timur. Para anggotanya
mengatakan bahwa mereka berkeinginan memberi hadiah kepada Guru. Lalu kami berkonsultasi dengan
Guru dan ia mengijinkan kami untuk menerima hadiah itu. Adapun hadiah yang diberikan para anggota
kafilah itu berupa sutra dan pakaian lainnya serta sepasang sandal yang serupa dengan sandal yang ia
lemparkan tempo hari. Kemudian mereka bercerita:

'Pada hari ketiga bulan Safar, bertepatan dengan hari Senin, ketika kami sedang berjalan tiba-tiba ada
serangan dari para penyamun Arab di bawah dua pimpinannya. Para penyamun itu membunuh
beberapa anggota rombongan kami dan merampas barang barang kami. Kemudian mereka segera
masuk ke hutan untuk membagi hasil jarahannya. Kami yang selamat berkumpul di tepi hutan itu. Pada
saat itu kami teringat untuk memohon pertolongan Sayyid (Abdul Qadir al-Jaelani qs.) atas bencana yang
menimpa kami, karena kami kehilangan arah dan tujuan setelah peristiwa itu untuk melanjutkan
perjalanan. Kami memutuskan akan memberikan hadiah kepadanya sebagai tanda terima kasih, apabila
setidaknya kami tiba di Baghdad dengan selamat --suatu hal yang tidak mungkin apabila melihat situasi
yang terjadi.

Setelah kami membuat keputusan itu, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suatu suara, dua kali teriakan yang
bergema menembus hutan itu. Kami menduga bahwa gerombolan penyamun itu telah diserang
kelompok lainnya dan setelah itu mungkin terjadi perkelahian. Namun tiba-tiba sebagian bandit tadi
datang kepada kami dan mengatakan bahwa sesuatu telah menimpa mereka. Mereka memohon kami
untuk menerima kembali perbekalan kami. Lalu kami berjalan menuju tempat para penyamun tadi
mengumpulkan barang dagangan kami yang dijarahnya dan menemukan kedua pemimpin mereka tewas
tergeletak dengan sepasang bakiak di dekat kepala mereka.

Menurut kami, setelah merasakan bencana yang menimpa para kafilah dan didorong hasrat untuk
menolongnya, pastilah Guru telah mencoba melemparkan sandalnya dengan cara tertentu sehingga
kedua gembong penyamun yang akhirnya para anggotanya mengaku bersalah, terbunuh'."

Syekh Abdul Qadir Jailani Membuktikan Kepada Pendeta Bahwa Isra Miraj Itu Benar Adanya

Pendeta itu memiliki pengetahuan yang luas tidak hanya mengetahui tradisi Yahudi dan Kristen, tetapi
juga mengenai Islam. Ia pun mengetahui kitab suci al-Quran dan sangat menghargai Nabi Muhammad
Saw.

Sebenarnya, pendeta itu ingin masuk Islam. Hanya saja, ia masih meragukan satu hal yaitu bahwa Mi’raj
Nabi Muhammad Saw. terjadi berikut raganya.

Mi’raj itu terjadi ketika Nabi Saw. diperjalankan dari Makkah ke Yerusalem dengan jasad dan ruh beliau.
Kemudian naik ke tujuh lapis langit serta menyaksikan banyak hal. Beliau Saw. melihat surga dan neraka,
lalu bertemu dengan Allah Swt. yang menyampaikan sembilan ribu kata. Saat pulang dari perjalanan itu,
kasur Nabi Saw. belum mendingin dan daun yang tersentuh dalam perjalanan belum berhenti bergoyang

Sang pendeta tidak menerima peristiwa Mi’raj itu dan segala yang disampaikan Nabi Saw. Karena
akalnya tidak dapat menerima fenomena serupa itu.
Khalifah mengundang para bijak bestari dan para syaikh untuk menyakinkan si pendeta. Namun tak ada
satupun yang mampu. Kemudian pada suatu sore, ia memohon kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
untuk menyakinkan si pendeta mengenai kebenaran Mi’raj Nabi Saw.

Ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani datang ke istana, si pendeta dan khalifah tengah bermain catur. Saat
pendeta mengangkat sebuah bidak catur, tiba-tiba matanya beradu pandang dengan Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani. Si pendeta memejamkan matanya. Ketika membuka mata, tiba-tiba ia berada di sebuah sungai
dan dihanyutkan oleh alirannya yang deras

Ia berteriak minta tolong Seorang penggembala pemuda lompat ke sungai menyelamatkannya. Ketika
pemuda itu menyelamatkannya, ia sadar bahwa ia tidak berpakaian dan dirinya telah berubah menjadi
seorang gadis (wanita).

Si penggembala menghormati, menjaga dan melindunginya. Namun karena tak ada tempat yang
ditujunya, si penggembala menikahinya. dan bahkan dari pernikahan itu mereka sampai memiliki tiga
orang anak.

(Hitung kira kira berapa waktu yang dibutuhkan untuk memiliki 3 orang anak ?)

Suatu hari, saat si istri (pendeta itu) mencuci pakaian di sungai yang menghanyutkannya beberapa tahun
silam, ia tergelincir dan jatuh ke air.

Ketika sadar dan membuka mata, ia dapati dirinya masih duduk di hadapan khalifah, memegang bidak
catur dan masih bertatap pandang dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Lalu Syaikh Abdul Qadir al-
Jailani berujar kepadanya: “Hai pendeta yang malang, apakah saat ini kau masih enggan mengakui?”

Si pendeta yang masih ragu dan menganggap apa yang dialaminya itu hanyalah mimpi, dan mengelak
seraya menjawab: “Apa yang kau maksudkan?”
“Apakah engkau ingin berjumpa dengan anak dan suamimu?” Tanya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani seraya
membuka pintu.

Dan di depan pintu istana itu telah berdiri si penggembala dengan tiga orang anaknya. Mengalami
runtutan kejadian itu, si pendeta langsung menyatakan keimanan dan mengakui kebenaran Mi’raj Nabi
Saw. Ia dan jamaahnya yang berjumlah sekitar lima ribu orang akhirnya masuk Islam melalui Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Membantu Muridnya Dari Azab Kubur

Diriwayatkan oleh Syaikh Ali Ghartsani yang mengatakan, bahwa Syaikh Abdul Qadir Jilani berkata, “Aku
bertanya kepada malaikat penjaga neraka, Apakah ada sahabatku (murid) di dalam neraka ?”

“Tidak seorang pun,” Jawab sang malaikat.

“Demi keagungan Allah, hubunganku dengan para muridku bagaikan langit dan bumi. Jika para muridku
tidak bagus, maka aku bagus. Demi keagungan Allah, aku tidak akan mengangkat kakiku dari hadapan
Allah di hari kiamat, hingga dia memasukkan aku dan para muridku ke surga.”

Bagaimana pendapatmu tentang orang yang menyebut namamu namun tidak mengambil bai’at darimu.
Apakah dia termasuk muridmu ?” Tanya seseorang kepada beliau. Beliau ,menjawab, “Siapapun yang
menyebut namaku atau menisbatkan sesuatu kepadaku maka Allah akan mengkatagorikannya sebagai
muridku, walaupun penyebutan dan penisbatan tersebut dilakukan dengan kebencian”.

“Orang Muslim yang lewat di depan pintu madrasahku akan diringankan Allah Azab hari akhir”, demikian
yang dikatakan Syaikh Abdul Qadir. Kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau dan berkata,
“Tuanku, tadi malam aku bertemu dengan ayahku yang sudah meninggal dalam mimpi dan ia berkata
kepadaku bahwa dia di azab di dalam kuburnya. Dia memintaku untuk menemui anda dan memintakan
do’a untuknya”.

“Pernahkah ayahmu lewat di depan pintu madrasahku ?” Tanya sang Syaikh


“pernah,” Jawabnya.

Beberapa hari kemudian pria tersebut kembali menghadap sang Syaikh dan berkata,”Tuanku, tadi
malam aku bermimpi bertemu dengan ayahku. Kali ini ia tertawa, memakai pakaian berwarna hijau dan
berkata kepadaku, “Azab kuburku telah diangkat berkat berkah Syaikh Abdul Qadir. Karena itu
hendaknya engkau selalu mengikutinya.”

Mendengar penuturan tersebut Syaikh Abdul Qadir berkata, “Allah telah memberikan janjinya kepadaku
untuk meringankan azab setiap muuslim yang lewat di depan pintu madrasahku.”

Demikianlah, para sejarawan bersepakat tentang sosok Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sebagai seorang
waliyullah yang memiliki banyak karamah. Mengenai hal ini pula, Syaikh Muwafiquddin, penulis kitab al-
Mughni berkata, “Tidak kudengar dari siapa pun yang bercerita tentang kekeramatan yang begitu
banyak, sebagaimana cerita tentang kekeramatan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.”

Syaikh Izzuddin bin Abdis Salam juga berkata, “Sesungguhnya tiada kekeramatan dari beberapa
masyayikh (guru), kecuali kekeramatan yang dimiliki Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, karena karamah
beliau itu mengalir secara estafet.”

Dalam suatu riwayat, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mendengar suara teriakan dari dalam sebuah kubur di
pekuburan Bab Al-Azaj.

Beliau berkata kepada si mayit, “Apakah engkau pernah ber-bai’at kepadaku?”

“Tidak” jawabnya.

“Apakah engkau pernah menjadi makmumku ?” Tanya beliau.


“Tidak” jawabnya

Beliau berkata, “Orang-orang yang berlebih-lebihan memang pantas mendapatkan kerugian.”

Setelah itu beliau menundukkan kepalanya sejanak lalu dengan pancaran karisma yang luar biasa beliau
mengangkat kepala seraya berkata, “Malaikat berkata kepadaku bahawa dia melihat wajahmu dan
berbaik sangka kepadamu dan dengan berkahmu, Allah merahmatinya.” Setelah itu beliau tidak lagi
mendengar pekikan dari kubur tersebut.

Karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani Melayang saat Berdakwah

Al-Khatab, pembantu Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailani, berkata: suatu hari ketika Syekh sedang memberikan
ceramah, beliau tiba-tiba naik beberapa langkah ke angkasa dan beliau berkata, “Wahai Israil,
berhentilah dan dengarkan kata-kata Sang Muhammad!” Kemudian beliau kembali ke tempat duduknya
semula. Ketika beliau diminta untuk menjelaskan kejadian tersebut, beliau menjawab, “Abu al-Abbas al-
Khidhir berada di atas sana. Tadi ia sedang melintasi majelis kita ini, maka aku memintanya berhenti dan
berkata kepadanya apa saja yang aku dakwahkan kepada kalian semua.” 

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Menyembuhkan Penyakit Kolera

Para ulama meriwayatkan, pernah terjadi pada zaman Syekh Abdul Qodir telah berjangkit wabah
penyakit tho'un / kolera sehingga ratusan ribu orang yang meninggal dunia.

Berduyun-duyun masyarakat datang minta pertolongan kepada Syekh, beliau mengumukan kepada
masyarakat : "Barang siapa yang memakan rerumputan yang tumbuh di sekitar madrosahku, Alloh akan
menyembuhkan penyakit yang diderita masyarakat".

Karena terlalu banyak yang sakit dan rerumputan sebagai obat penangkal tidak cukup malah sudah
habis, lalu Syekh mengumumkan lagi : "Barang siapa yang meminum air madrosahku akan disembuhkan
Alloh SWT."
Mendengar pengumuman itu, para penderita penyakit, mereka beramai-ramai minum air yang ada di
sekitar madrosah Syaikh, seketika itu juga mereka menjadi sembuh kembali, sehat wal'afiat. Penyakit
tho'un yang mengganas segera lenyap.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Menghidupkan Ayam Dari Tulang Belulang

Diriwayatkan, ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qodir mengantarkan anaknya
untuk berguru pada Syekh, untuk mempelajari ilmu suluk, Syekh memerintahkan agar si anak harus
belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang salaf dan ditempatkan di ruang kholwat.

Beberapa hari kemudian si ibu selaku orangtua murid datang menengok anaknya dan dilihat tubuh
anaknya itu menjadi kurus, makannya hanya roti kering dan gandum. Si ibu kemudian masuk keruang
Syekh dan melihat di hadapannya tulang-tulang sisa makanan daging ayam yang sudah bersih. Ibu itu
berkata :"Menurut penglihatan saya Tuan Syekh makan dengan makanan yang serba enak. Sedang anak
saya badannya kurus karena makanannya hanya bubur gandum dan roti kering, untuk hal itu apa
maknanya sehingga ada perbedaan?".

Mendengar pertanyaan itu lalu Syekh meletakkan tangannya di atas tulang-belulang ayam sambil bekata
QUUMII BI IDZNILLAHI TA'ALA ALLADZI YUHYIL 'IDZOMA WA HIYA ROMIIM

(berdirilah dengan idzin Alloh yang menghidupkan tulang belulang yang sudah hancur).

Lalu berdirilah tulang-belulang itu menjadi ayam kembali sambil berkokok :

Syekh berkata pula kepada orang tua anak itu : "Kalau anakmu dapat berbuat seperti ini, maka ia boleh
makan seenaknya asal yang halal".

Ibu itu merasa malu oleh Syech dan mohon maaf atas prasangka yang buruk. Dengan keyakinan yang
bulat, ibu itu menyerahkan anaknya kepada Syekh untuk dididik.
Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Diludahi Nabi Muhammad SAW

Kisah keajaiban Syekh Abdul Qodir Jaelani ini diriwayatkan oleh Syekh Abu Muhammad al-Juba’I,
bahwasannya beliau Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata, “Aku suatu kali berjumpa dengan Rasulullah
Saw. dalam penampakan ruhani sebelum waktu zuhur, dan beliau Saw. berkata kepadaku, “Wahai
anakku terkasih, kenapa engkau tidak berbicara (berdakwah) kepada manusia?” Maka aku menjawab,
“Wahai bapakku terkasih, aku adalah seorang ‘Ajam (bukan orang Arab), lalu bagaimana aku bisa
berkata-kata dengan fasih di tengah-tengah orang Baghdad yang jelas mereka pandai berbahasa Arab.”
Kemudian beliau Saw. Berkata, “Sekarang, bukalah mulutmu!” Maka aku membuka mulutku lebar-lebar,
dan beliau meludahiku sebanyak tujuh kali. Kemudian beliau Saw. berkata kepadaku, “Kamu harus
berdakwah kepada manusia sekarang, ajaklah mereka menuju jalan Allah dengan hikmah dan nasihat
yang baik.” Aku kemudian menunaikan shalat zuhur, dan kemudian aku duduk setelah itu hendak
berceramah, namun aku masih kehilangan kata-kataku. Kemudian aku melihat penampakan Sayidina ‘Ali
kwh., dan beliau berkata, “Bukalah mulutmu!” Aku lalu membuka mulutku, dan beliau meludahiku
sebanyak enam kali, lalu aku bertanya kepada beliau, “Kenapa engkau tidak meludahiku sebanyak tujuh
kali seperti halnya Rasulullah Saw. Melakukannya?” Beliau menjawab, “Sebagai adab penghormatanku
kepada Rasulullah.” Setelah mengucapkan kata-kata itu, beliau pergi. 

Karomah Syekh Abdul Qodir Jailani Melawan Iblis

Kisah kesaktian Syekh Abdul Qodir Jaelani ini diriwayatkan oleh Syekh ‘Utsman as-Sirafani, baliau
berkata, Aku suatu kali mendengar tuan kita, Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani berkata: 

“Aku pernah bermukim sendirian di sebuah kawasan gersang. Setiap hari dan setiap malam setan-setan
sering datang kepadaku berbaris-baris dalam wujud manusia jadi-jadian yang membawa berbagai
macam senjata serta memikul berbagai benda yang berbunyi sangat keras. Mereka terlibat perkelahian
denganku dan melempariku dengan bola api. Saat menghadapi keadaan seperti itu, aku mendapati di
dalam hatiku suatu rasa tentram yang sulit terucapkan dengan kata-kata, aku mendengar suara dalam
hatiku yang berkata, “Berdirilah dan serang mereka wahai ‘Abdul Qadir al-Jailani, karena Kami selalu
siap menambah kekuatanmu, dan Kami akan datang dengan pasukan yang tidak mungkin terkalahkan
oleh mereka.” Dan saat aku melemparkan satu serangan kepada para setan itu, mereka sontak berlari
tunggang langgang dan pergi menghilang. 

Setelah itu, ada sesosok setan datang dari tengah-tengah para setan yang berlari menjauh dariku. Setan
itu menghampiriku dan berkata kepadaku, “Pergilah dari sini atau aku akan melakukan begini dan begitu
kepadamu.” Dia memperingatkanku akan akibat apa saja jika aku tidak pergi dari wilayah itu, maka
kemudian aku menamparnya dengan tanganku dan diapun melarikan diri dariku, lalu aku berucap,
“Tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersama Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.” Setan itu
diterkam oleh api dan aku melihatnya terbakar hangus. 

Pada waktu yang lain, aku didatangi oleh sosok yang penampilanya benar-benar menakutkan, dan bau
badannya sangat menjijikkan, baunya sangat bacin dan memuakkan, dia berkata kepadaku, “Aku adalah
iblis. Aku datang kepadamu dengan maksud untuk menjadi budakmu, karena kamu telah berhasil
menggagalkan segala upayaku dan mengalahkan pengikutku.” Aku berkata kepadanya, “Pergilah! karena
aku tidak percaya sama sekali kepadamu.” Tapi pada saat itu sebuah tangan turun dari sisi iblis dan
memukul tengkorak kepalanya dengan kekuatan yang sangat besar hingga membuat iblis itu terjungkal
keras melesat ke dalam tanah, dan dia pun menghilang entah ke mana. 

Iblis itu datang kembali kepadaku untuk kedua kalinya dengan membawa anak panah api di tangannya
dan hendak menyerangku, tetapi dengan cepat seseorang yang memakai jubah penutup kepala lari
menuju diriku dengan menaiki kuda berwarna kelabu dan dengan tangkas melemparkan pedang
kepadaku. Melihat itu, iblis secepat kilat langsung lari terbirit-birit dari hadapanku. 

Dan ketika aku bertemu dengannya lagi untuk yang ketiga kalinya, iblis itu sedang duduk dengan jarak
yang agak jauh dariku, berlinangan air mata, sekujur tubuhnya dipenuhi oleh debu, dan ia berkata, “Aku
sungguh telah putus asa menghadapi orang sepertimu, wahai ‘Abdul Qadir al-Jailani.” Aku lalu berkata
kepadanya, “Enyahlah kau dari sini, sang terkutuk! karena aku tidak akan pernah berhenti membentengi
diriku sendiri (dengan perlindungan Allah) untuk melawanmu. Dan dia berkata, “Apa yang telah kau
ucapkan itu lebih menyakitkan bagiku ketimbang jepitan besi neraka.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Menembus Jarak

Diriwayatkan dari Syekh Umar, beliau berkata: aku suatu kali mendengar tuan kami Syekh ‘Abdul Qadir
al-Jailani bercerita: 

keadaan ruhani (ahwal) pernah datang kepadaku tanpa terduga sama sekali. Pada awal masa-masa aku
melakukan pengembaraan dan berada di padang tandus di wilayah Baghdad, aku berlari melewati jarak
kira-kira satu jam perjalanan, dan aku benar-benar tidak sadar bahwa aku sedang berlari, saat aku
kembali dalam kesadaranku yang normal, aku mendapati diriku sampai di kawasan Syastar, di mana
jarak tersebut dengan Baghdad kira-kira sekitar dua belas hari perjalanan. Ketika sampai di sana, aku
berdiri dan melihat-lihat sekeliling, lalu seorang wanita datang kepadaku sambil berkata, “Apakah yang
kamu alami itu membuatmu terkejut dan heran, padahal kamu tidak lain adalah ‘Abdul Qadir al-
Jailani?!” 

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Melihat Lauhul Mahfudz

Tertulis dalam riwayat, bahwa Syekh Abul Hafash menyatakan, “Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani biasa
melayang di udara dan berkata ‘Matahari tidak pernah terbit tanpa mengucapkan salam kepadaku.
Demi kemuliaan dan murka Allah, aku melihat semua manusia yang baik maupun yang jahat, mataku
tertuju pada al-Lauh al-Mahfudz. Berkali-kali aku menyelam ke samudera ilmu dan kebijaksanaan yang
dianugrahkan oleh Allah, dan akulah kebaikan murni Allah kepada manusia dan utusan khusus kakekku,
Rasulullah Saw., dan akulah khalifah beliau di bumi.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Berkuasa atas Raja Jin

Syekh Abu Futub Muhammad bin Abul ‘Ash Yusuf bin Isma’il bin Ahmad ‘Ali Qarsyi at-Tamimi al-Bakari
al-Baghdadi meriwayatkan, bahwa suatu ketika Syekh Abu Sa’id ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad al-
Baghdadi al-Azja’i datang kepada Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani dan mengatakan bahwa putrinya yang
berusia 16th, Fatimah yang sangat cantik, kemarin naik ke tingkat rumah, tapi tiba-tiba dia lenyap dari
sana. Ketika Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani mendengar hal ini, beliau menghiburnya dan mengatakan
kepadanya agar tidak perlu khawatir. 

Sang Wali Agung kemudian memerintahkan dia untuk pergi ke sebuah hutan pada malam hari. Syekh
‘Abdul Qadir al-Jailani menyatakan bahwa di dalam hutan dia akan melihat banyak gundukan pasir. Dia
harus duduk di gundukan pasir keenam yang dilewatinya, dan harus membuat sebuah gambar lingkaran
di sekeliling dirinya sambil berkata, “Bismillah,” dan kemudian berkata, “Abdul Qadir.” 

Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani berkata, “Menjelang sepertiga malam terakhir kau akan melihat pasukan jin
berlalu. Mereka tampak sangat mengerikan dan ganas, tetapi engkau tak perlu takut, engkau harus
tetap duduk dan menunggu. Tepat pada saat cahaya matahari pertama tampak, raja jin yang paling
berkuasa akan lewat, dan dia akan menghampirimu lalu menanyakan permasalahanmu. Jelaskanlah
permasalahanmu kepadanya, dan katakan bahwa aku yang mengutusmu. Beritahukan kepada raja jin itu
tentang putrimu yang hilang.” 
Syekh Muhammad al-Baghdadi berkata, “Aku mengerjakan apa yang Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani
perintahkan. Aku duduk di gundukan pasir tersebut dan menunggu. Setelah beberapa waktu, aku
melihat pasukan jin dalam rupa-rupa yang mengerikan melintas. Mereka sangat marah kepadaku karena
aku duduk di tengah-tengah jalannya, namun mereka tetap berlalu tanpa mengucap sepatah katapun,
karena mereka tidak berani memasuki lingkaran tersebut. Pada waktu fajar, sang raja jin melintas, lalu
menanyakan permasalahanku. Ketika aku mengatakan bahwa yang mengutusku adalah Syekh ‘Abdul
Qadir al-Jailani, maka dia segera turun dari kudanya dan berdiri dengan penuh hormat mendengarkan
perkataanku, lalu dia mengutus para jin untuk mencari jin yang telah menculik putriku. Akhirnya,
putrikupun kembali, dan jin yang telah menculik putriku itu dihukum oleh sang raja jin.”

Pengakuan 360 Wali Atas Kewalian Syekh Abdul Qadir Jaelani

‘Abdullah al-Jubbai suatu kali berkata: “Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani memiliki seorang murid bernama
‘Umar al-Hawali, dia meninggalkan Baghdad dan tinggal di tempat lain selama beberapa tahun. Ketika ia
akhirnya kembali ke Baghdad, maka aku berkata kepadanya, “Sekian lama ini kamu berada di mana?”
Dia menjawab, “Aku mengembara menyinggahi kota-kota di Suriah, Mesir, Persia, dan aku bertemu
dengan tiga ratus enam puluh Syekh, yang kesemuanya adalah para wali Allah. Tidak ada seorangpun
dari mereka yang tidak berkata, “Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani adalah Syekh kami, dan merupakan
pembimbing teladan kami menuju Allah Swt.” 

Syekh Hammad ad-Dabbas konon berkata, “Ketika Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani yang pada waktu itu
masih remaja, disebut dalam majelisnya “Aku melihat dua tanda di kepalanya, yang terpasang tegak di
antara kebinatangan terendah dan kedaulatan tertinggi. Dan aku telah mendengar tentara kerajaannya
memangil-mangilnya dengan suara yang keras lagi jelas pada cakrawala tertinggi. Semoga Allah
meridhoinya.” 

Syekh Hammad ad-Dabbas kemudian berkata, “Kamu adalah penghulu para ‘Arifin di zamanmu nanti.
Panjimu tertancap kuat untuk dibentangkan, baik dari kawasan timur sampai kawasan barat. Pundak
orang-orang di zamanmu akan tunduk di bawah kendalimu, dan kamu akan diangkat pada suatu
tingkatan spiritual yang mengungguli semua orang yang sebaya denganmu.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Kakiku Berada di Pundak Para Wali
Diriwayatkan oleh al-Hafidz Abu al-Izz ‘Abd al-Mugtis bin Harb al-Baghdadi beserta banyak lagi lainya,
“Kami menghadiri majelis Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani. Di ruang tamu beliau banyak sekali para Syekh
dan wali yang mengikuti majelis beliau waktu itu. Ada sekitar kurang lebihnya empat puluh tujuh para
Syekh, dan masih banyak lagi yang berada dalam majelisnya. Ketika Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani
berbicara, tampak sekali hati beliau dalam keadaan kesadaran penuh, yakni ketika beliau menyatakan,
“Kakiku Berada di Atas Tengkuk Para Wali Allah.” Syekh ‘Ali bin al-Haiti melangkahkan kakinya saat itu
juga, lalu naik beberapa langkah ke mimbar Sang Syekh, di mana kemudian dia memegang kaki Sang
Syekh dan meletakkannya di atas tengkuknya sembari memposisikan kepalanya di bawah keliman jubah
Syekh. Semua yang hadir di situpun membungkuk seperti yang dilakukan oleh Syekh al-Haiti. Dan tidak
ada satupun seorang wali Allah di muka bumi ini yang pada saat itu tidak menundukkan tengkuknya
sebagai pengakuan tulus terhadap Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani, serta sebagai penghormatan kedudukan
ruhani beliau yang khusus. Ada 300 auliya’ Allah dan 700 rijaul ghaib yang hadir di majelis itu. Bahkan
kumpulan para jin berkumpul pada saat itu. Para jin shalih tersebut keluar dari segala penjuru cakrawala
demi menghormati pernyataan beliau tersebut. Mereka mengucapkan selamat kepada Syekh ‘Abdul
Qadir al-Jailani dan menunjukkan laku taubat melalui tangan beliau. 

Syekh al-Makarimi menyatakan, “Pada hari itu, seluruh Wali Allah tahu, bahwa panji kesultanan wali
telah tertancapkan di sisi Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani. Semua wali dari timur hingga barat serentak
membungkukkan badan mematuhi pernyataan beliau ini.” 

Sayyid Syekh Khalifatul Akbar berkisah, “Aku bermimpi bertemu dengan Rasul Saw. tercinta, dan aku
bertanya kepada beliau tentang pernyataan Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani tersebut. Rasul Saw.
Menjawab, “‘Abdul Qadir al-Jailani telah mengatakan hal yang sebenarnya, karena dia sang Quthb, dan
dia kuberikan tempat di bawah sayapku dan dalam perlindunganku.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Memperingatkan yang Akan Terjadi

Syekh Umar Al-Bazaar Berkata, "Suatu hari aku duduk di hadapan Syekh Abdul Qadir Jailani dalam
khalwatnya. Beliau berkata kepadaku, :Jaga Punggung mu karena akan ada kucing yang jatuh di
punggungmu." Dalam hati aku berkata,'Darimana datangnya kucing? tidak ada lubang di atas dan?'
Sebelum selesai bicara,tiba-tiba seekor kucing jatuh ke punggungku. Kemudian Beliau memukulkan
tangannya ke dadaku dan aku mendapati cahaya terbit dari dalam dadaku bak mentari. aku menemukan
al-haq pada saat itu.

Karomah Syekh Abdul Qodir Al Jaelani Menghentikan Hujan


Syekh Ali bin Musafir menuturkan : bersama ribuan orang lainnya,aku berkumpul untuk mendengarkan
ceramah Syekh Abdul Qodir di tempat terbuka. Ketika ia berbicara,hujan turun lebat dan sebagian orang
mulai meninggalkan majelis. Langgit tertutup awan pekat. Syekh Abdul Qodir lalu menengadahkan
kepala dan tangannya seraya berdoa "Ya Allah,aku telah berusaha mengumpulkan manusia demi
engkau,apakah engkau menjauhkan mereka dariku?" Tidak lama kemudian,hujan berhenti. Tak ada
setetes air hujan yang turun hingga beliau selesai berceramah meskipun diluar tempat kami berkumpul
hujan turun dengan deasnya.

Karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Menyelesaikan Semua Masalah Ulama

Syekh Abu Muhammad Al-Mufarroj meriwayatkan , pada waktu saya ikut hadir di majelis Syekh Abdul
Qodir, seratus orang ulama Baghdad telah berkumpul masing-masing membawa berbagai masalah
untuk menguji Syekh, lalu beliau menundukkan kepalanya, maka tampaklah oleh mereka cahaya laksana
kilat keluar dari dada beliau. Kemudian cahaya itu menghampiri dada tiap para ulama tadi, spontan
mereka menjadi gemetar kebingungan dan nafas mereka naik turun, lalu mereka berteriak dengan
teriakan yang sama, baju yang mereka pakai mereka robek-robek sendiri, demikian pula sorban yang
mereka pakai, mereka lemparkan sendiri, lalu mereka mendekati kursi Syekh dan di pegangnya kaki
beliau, lalu masing-masing bergiliran meletakkan kaki Syekh di atas kepala mereka.

Pada saat itu suasana menjadi gaduh dan hiruk pikuk. Lalu Syekh memeluk dan mendekap para alim
ulama itu seorang demi seorang, dan masalah yang akan dikemukakan mereka satu-persatu dijawabnya
dengan tepat dan jelas serta memuaskan. Mereka menjadi tercengang serta kagum atas kepintaran dan
kehebatan Syekh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadinya akan mereka tanyakan.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Merubah Bayi Perempuan Menjadi Laki Laki

Syekh Hawad Al-Qodiri meriwayatkan, ada seorang laki-laki datang menghadap Syekh Abdul Qodir
dengan permohonan ingin memperoleh anak laki-laki karena Syekh tempat berlindungnya orang
banyak, dan do'anya selalu di terima Alloh SWT.

Kata Syekh : "Permohonanmu itu wajar-wajar saja, nanti juga kamu akan memperoleh anak laki-laki".
Mendengar pernyataan yang menggembirakan itu setiap hari ia selalu hadir di madrosah majelis ta'lim
Syekh Abdul Qodir.

Beberapa hari kemudian isterinya melahirkan anak bayi perempuan, lalu dengan segera ia membawa
bayi itu menghadap Syekh, sambil menyerahkan bayinya ia berkata diiringi keluhan: "Dari dahulu saya
selalu mengharap ingin memperoleh anak lelaki, namun kenyataannya kini bayi perempuan, bukan bayi
laki-laki".

Kata Syekh : "Segera balut burit bayimu itu dan bawa pulang, nanti juga kamu akan memperoleh bayi
laki-laki". Kemudian dibalutnya bayi itu dengan pemburitan lalu diemban dibawa pulang.

Setibanya di rumah lalu dibuka pembebat bayinya, dan dengan diliputi rasa bahagia si mungil bayi itu
menjadi bayi laki-laki berkat karomah Syekh Abdul Qodir dan seijin Alloh

Yang Maha Kuasa.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Memberi 40 Kuda Untuk Pengobatan

Diriwayatkan, ada seseorang yang bertempat tinggal di suatu tempat agak jauh dari kota baghdad.
Terbetik berita yang sampai kepadanya tentang kemasyhuran Syekh Abdul Qodir, ia bermaksud akan
berziarah berkunjung ke rumah Syekh karena terdorong rasa mahabbah.

Setiba di kota Baghdad, ia tercengang keheran-heranan melihat bangunan istal kuda kepunyaan Syekh
sangat megah dan bagus, papan lantai istalnya dibuat dari emas dan perak,pelananya dibuat dari sutra
dewangga yang indah warnanya, kudanya ada 40 ekor semuanya bagus dan mulus sehingga
kebagusannya tidak ada tolok bandingannya.

Terlintas dalam hatinya prasangka yang kurang baik, bisikkan hatinya berbicara: "Konon dikatakan orang
ia seorang wali, tetapi mengapa kenyataannya jauh berbeda sekali ?. Ia seorang penggemar pencinta
dunia. di mana ada seorang wali yang cenderung mencintai dunia ?. Sikap prilaku semacam begini tidak
pantas diberikan gelar waliyulloh (Kekasih Alloh)".
Semula ia ingin bertemu dengan Syekh. seketika itu juga dibatalkan niatnya tadi, lalu ia bertamu kepada
seseorang di kota itu.

Selang beberapa hari kemudian ia jatuh sakit, dan penyakitnya sangat parah, tidak ada seorang
dokterpun di kota itu yang mampu mengobati penyakitnya. Kebetulan ada seorang ulama ahli hikmah, ia
memberi petunjuk, katanya: "Menurut diagnosa penyakitnya itu sangat canggih, sulit untuk bisa
sembuh, kecuali kalau diobati dengan terapi hati kuda sebanyak empat puluh hati kuda, baru bisa
sembuh, dengan persyaratan kudanya harus memiliki, mempunyai sifat dan bentuk khas tertentu."

Di antara mereka ada yang memperhatikan, dan menyarankan segera menghubungi Syekh, "Karena
beliaulah yang memiliki beberapa ekor kuda dan mempunyai sifat bentuk khas yang diperlukan itu.
Mintalah kepada beliau pertolongan dan bantuannya. Beliau seorang dermawan dan suka memberi
pertolongan."

Di waktu mereka menghadap Syekh, dengan suka rela beliau mengabulkan permintaan mereka, setiap
harinya disembelih seekor kuda untuk diambil hatinya, sehingga kuda yang empat puluh ekor itu habis
semuanya.

Dengan pengobatan empat puluh hati kuda, sembuhlah orang itu dari penyakitnya, ia sembuh sehat
seperti sedia kala. Dengan rasa syukur yang tiada hentinya diiringi rasa malu, ia datang menghadap
Syekh untuk mohon ampunannya.

Syekh berkata: "Untuk dikatahui olehmu, bahwa sejumlah ekor kuda yang ku beli itu sebenarnya
cadangan dan bagian untukmu, karena aku tahu bahwa kamu akan mendapat musibah menderita
penyakit parah yang tidak ada obatnya kecuali harus dengan empat puluh kerat hati kuda. Aku tahu
maksudmu, semula kamu datang berziarah kepadaku semata-mata didorong rasa cinta kepadaku,
namun waktu itu kamu berprasangka buruk, dan kau tidak tahu hal yang sebenarnya sehingga kamu
bertamu kepada orang lain."

Setelah mendengar penjelasan itu, ia merasa banyak bersalah dan segera ia bertobat, lalu Syekh
meluruskan dan memantapkan keyakinannya.
Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Mendoakan Wanita Memiliki 7 Anak Laki Laki

Dalam kitab Muntakhob Jawahiril Qolaid diriwayatkan, ada seorang perempuan datang menghadap
Syekh Abdul Qodir, maksudnya ia mohon do'a restu dan karomah Syekh agar ia dikaruniai seorang anak
yang menjadi dambaan hati buah pelerai lara. Lalu Syaikh melihat tulisannya di Lauhil Mahfudz, ternyata
bagi perempuan itu tidak ada tulisan akan mempunyai anak. Disaat itu pula Syekh berdo'a kepada Alloh
Yang Maha Berkuasa agar perempuan itu diberi dua orang anak. Selesai beliau berdo'a terdengar sabda
Alloh : "Bukankah kamu sudah melihat di Lauhil Mahfudz bahwa seorang anakpun tidak ada tulisannya
bagi perempuan itu, dan sekarang malah kamu minta dua orang anak ?". Syekh berkata lagi : "Saya
mohon tiga anak". Dikala itu datang lagi sabda Alloh : "Kamu sudah melihat di Lauhil Mahfudz ia tidak
ada lukisannya seorang anakpun, kini kamu minta tiga anak". Syekh berkata lagi: "Ya Alloh saya mohon
empat orang anak". Demikian seterusnya permohonan Syekh bertambah meningkat sampai pada
permohonan tujuh orang anak. Pada waktu sampai batas tujuh orang anak, datang sabda Alloh:
"Sekarang sudah cukup, jangan lebih dari tujuh, dan permohonan itu Ku-terima". Atas anugerah karunia
itu lalu beliau bersujud syukur kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala. Kemudian Syekh mencomot
segumpal tanah, dan sedikit dari tanah itu diberikan kepada perempuan itu. Dengan mengharap
barokahnya lalu perempuan itu membuat liontin mata kalung dari tanah itu yang dilapisi perak.
Beberapa hari kemudian perempuan itu hamil, dan sampai masa sembilan bulan ia melahirkan bayi
kembar siam tujuh bayi laki-laki semuanya dalam keadaan sehat dan selamat. Kian hari bayi itu menjadi
besar dan meningkat menjadi anak- anak dewasa. Beberapa tahun kemudian, keyakinan perempuan itu
menjadi berubah. Tercetus dalam bisikan hati perempuan itu prasangka buruk terhadap Syekh. Ia
berkata sambil memegang perhiasan liontin mata kalung yang dipakai: "Untuk apa gunanya tanah ini
tiap hari selalu bergantung di bawah leherku, sekarang aku sudah punya anak,untuk apalagi kalung ini
kupakai, tidak ada gunanya". Seusai ia berkata dalam hati nuraninya dengan spontanitas ketujuh
anaknya itu mati. Melihat kejadian yang tidak terduga itu, segera perempuan itu berangkat menghadap
Syekh sambil menangis tersedu-sedu dan bertobat mohon ampunannya karena jauh sebelumnya sudah
berprasangka buruk kepada Syekh. Menerima pengaduan dan keluhan itu, Syekh berkata "Sekarang juga
kamu cepat pulang, dan apa yang menjadi niat dan harapanmu itu akan diterima juga nanti". Setibanya
dirumah dengan penuh cemas ternyata anaknya yang sudah mati, semuanya hidup kembali.

Sekian artikel mengenai Kisah Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani. kiranya kita bijak dalam menyikapi
karomah yang diberi oleh ALLAH SWT kepada para wali walinya di muka bumi dan menjadikannya
sebagai bahan pembelajaran bahwa memang tidak ada yang tidak mungkin bagi ALLAH SWT. wallahu
a'lam.

Anda mungkin juga menyukai