Anda di halaman 1dari 24

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)

PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI


SEDERHANA SEHAT DAN TAHAN GEMPA

1. Latar Belakang

Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum memberikan


perhatian yang besar dalam mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas lingkungan permukiman,
yaitu pembangunan lingkungan dan kualitas hunian guna mendukung
pengembangan kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan pemberdayaan sumber
daya manusia dengan memperhatikan tatanan sosial masyarakat. Agar
terwujutnya peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan tatanan
masyarakat yang hidup secara harmonis dalam lingkungan yang aman, tertib,
sehat, selaras dan lestari dengan menjujung nilai-nilai budaya lokal adalah cita-
cita tentang peradaban masyarakat perkotaan ke depan/masyarakat madani.
Dalam rangka menuju masyarakat madani tersebut, upaya awal sebelum
pembangunan lingkungan dimulai, dengan adanya perubahan
perilaku/penyadaran masyarakat. Untuk memperkokoh sikap dan perilaku
masyarakat yang berbasis nilai-nilai universal yang mendasari nilai-nilai kearifan
lokal. Pada tahapan berikutnya kegiatan meningkatakan perekonomian masyarat,
diharapkan dengan

Rehabilitasi rumah di PNPMMP telah memberikan manfaat dan ditargetkan


dengan baik kepada orang miskin. Sebagai investasi terbesar ketiga di bidang
infrastruktur, tren rehabilitasi perumahan telah dua kali lipat sejak tahun 2007
hingga 2011, dari 9,68% menjadi 19,22%. Lebih dari 115.000 rumah telah
direhabilitasi. Investasi per rumah telah meningkat dari USD 129 pada tahun
2007 menjadi USD 865 pada tahun 2011. ketepatan sasaran diperuntukan bagi
warga miskin sebesar 258.885 KK miskin. Kementerian Perumahan Rakyat
(Kemenpera) dan beberapa pemerintah daerah telah memiliki program
rehabilitasi rumah bagi masyarakat miskin yang telah bekerjasama dengan BKM.
Didalam pelaksanaannya masih ada beberapa permasalahan yang ditemukan
terkait dengan rehabilitasi perumahan misalnya pada kualitas teknis dan
partisipasi terbatas pemilik rumah selama proses desain dan konstruksi.
Bedasarkan hasil kunjungan ada beberapa catatan secara umum pemanfaat
sesuai sasaran, terjadi tumbuhnya kegotong-royongan, sesama warga
tumbuhnya kepedulian untuk membantu yang miskin.
Di sebagian wilayah masih ditemukan pembangunan yang kurang
memperhatikan standart teknis diantarannya tidak ada struktur sebagai penguat
utama. Suatu bangunan harus mempunyai konstruksi yang kuat untuk
melindungi penghuni dari bahaya keruntuhan sehingga penghuni dapat
merasakan ketentraman selama tinggal didalamnya, juga ditemukan tidak
menggunakan kolom praktis, luasan jendela dan ventilasi yang tidak memadai,
lantai pembangunan/perbaikan rumah yang tidak dilengkapi bangunan pelengkap
misalnya tidak ada dapur, MCK dll.
Dengan ada Prosedur Operasional Baku Rumah Sederhana Sehat Tahan Gempa
yang bertujuan pemenuhan kebutuhan akan rumah tinggal dalam rangka
penataan kawasan yang berkualitas juga untuk penanganan yang diakibatkan
bencana. Kondisi akhir-akhir ini sering terjadi gempa di berbagai tempat di
Indonesia yang menimbulkan kerusakan rumah atau bangunan, bahkan korban
jiwa. Umumnya yang yang menjadi korban adalah rumah-rumah rakyat yang
dibangun tanpa pengetahuan serta pengarahan tentang cara membangun
sebuah rumah yang aman sera tahan gempa dalam ukuran skala tertentu.
2. Tujuan
Tujuan pembuatan POB ini adalah untuk memberikan referensi dalam
pelaksanaan pembangunan Rummah Tinggal Layak Huni yang sehat, murah dan
tahan gempa .
Oleh karena itu POB ini dapat digunakan sebagai referensi dasar dalam
mensosialisasikan pembangunan RTLH sederhana sehat, murah dan tahan
gempa kepada KSM , UPL dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan
pemanfaatan BLM Lingkungan.

3. Prinsip-prinsip kegiatan RTLH

o Prinsip Pemberdayaan Sejati untuk menumbuhkan kerelawanan dan


perilaku pengorbanan/keikhlasan memberi dari masyarakat peduli kepada
sesama manusia yang lebih menderita dan lebih miskin;
o Dana BLM hanya sebagai stimulan bagi BKM dan mendorong masyarakat
untuk BERGOTONG ROYONG menolong warga yang paling miskin untuk
membangun rumah yang layak huni sehat dan aman gempa;
o Sebagai proses pembelajaran bagi BKM dan masyarakat dalam hal :
• Mekanisme pembangunan perumahan berbasis komunitas
(masyarakat merencanakan, menetapkan & melaksanakan sendiri)
serta nilai-nilai luhur (Memprioritaskan pada warga yang paling lemah
dan miskin secara adil, jujur dan pengorbanan)
• Melaksanakan pembangunan RTLH berorientasi pada “MEMBANGUN
LEBIH BAIK/AMAN” (sesuai standard teknis tahan gempa, sehat &
layak huni) .
o Harapan-nya: Masyarakat dapat membangun rumahnya yang sehat dan
aman gempa.

4. Sasaran
Rehab rumah tinggal layak huni di diperuntukkan bagi Rumah
tangga/keluarga miskin di kelurahan PNPM MP yang memiliki hak atas tanah
dan memiliki rumah yang kurang layak bila dilihat dari aspek kesehatan dan
keamanan penghuninya.
5. Ruang Lingkup
o Lingkup kegiatan RTLH adalah kelurahan PNPM MP Reguler, Paket
maupun PLPBK.
o Untuk penerapan konstruksi struktur tahan gempa khususnya pada
wilayah nasional yang dinyatakan rawan gempa.
6. Biaya
Biaya rehab rumah berasal dari BLM adalah sebagai stimulan bagi masyarakat
untuk merehab/membangun konstruksi apa yang sudah mereka rencanakan
dan sepakati bersama dalam pembangunan RTLH yang sehat dan mempunyai
struktur tahan gempa, serta biaya swadaya warga dengan berlandaskan
semangat Bergotong Royong menolong warga yang paling miskin yang
memiliki rumah yang tidak layak huni.

Besaran biaya dari BLM untuk membangun struktur dan konstruksi rumah
baru maksimal adalah Rp. 15 Juta. (Mengacu program Rekompak Padang).
7. Kriteria RTLH
Kriteria perbaikan/rehab rumah tinggal tidak layak huni berdasarkan :
 kebutuhan yang sesuai dengan kondisi kerusakan rumah. Berdasarkan
Perpres No 73/2011 dan PermenPU 45/2007
 Prioritasnya sesuai dengan kondidi sosial ekonomi warga miskin.
 Jika membangun baru disesuaikan dengan model program yang telah ada
misalnya REKOMPAK Padang, apabila rehab maka biaya disesuaikan
dengan kategori kerusakan rumah.
 Kerusakan Ringan
 Kerusakan Sedang
 Kerusakan Berat
a. Kerusakan Ringan

o Kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti


penutup atap, langit- langit, penutup lantai dan dinding pengisi
o Biaya perawatan/perbaikan maksimum 30% dari biaya
pembangunan gedung baru

b. Kerusakan Sedang
o Kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau
komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dll
o Biaya perawatan/perbaikan maksimum 45% dari harga
pembangunan gedung baru
c. Kerusakan Berat

o Kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik


struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki
masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya
o Biaya perawatan/perbaikan maksimum 65% dari harga
pembangunan gedung baru.

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN BANGUNAN / RUANG


Nama Bangunan :

Bobot ( % ) Tingkat Kerusakan


Komponen Terhadap
No Sub Komponen Bangunan Kerusakan Bobot Nilai (%)
Bangunan Seluruh
Maksimum (%) ( 4x6)
Bangunan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Atap a. Penutup Atap 10.56% 100%
b. Rangka Atap 11.62% 100%
c. List Plank & Talang 2.06% 100%
Sub Total 24.24%
2 Plafon a. Rangka Plafon 4.67% 100%
b. Penutup & List Plafon 5.06% 100%
c. Cat 1.41% 100%
Sub Total 11.14%
3 Dinding a. Kolom & Balok Ring 9.66% 100%
b. Bata / Dinding Pengisi 13.68% 100%
c. Cat 1.65% 100%
Sub Total 24.99%
4 Pintu & Jendela a. Kusen 2.70% 100%
b. Daun Pintu 2.47% 100%
c. Daun Jendela 5.15% 100%
Sub Total 10.32%
5 Lantai a. Struktur Bawah 2.89% 100%
b. Penutup Lantai 8.96% 100%
11.85%
6 Fondasi a. Fondasi 11.15% 100%
b. Sloof 3.30% 100%
Sub Total 14.45%
7 Utilitas a. Listrik 1.79% 100%
b. Instalasi Air Hujan & 1.22% 100%
Pasangan Rabat Beton
Keliling Bangunan
Sub Total 3.01%
JUMLAH TOTAL 100.00%
NILAI TINGKLAT KERUSAKAN …………….%

8. Langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan


a. Pembentukan KSM Rumah, keanggotaanya adalah terdiri dari penerima
manfaat dan relawan yang peduli terhadap penanggulangan kemiskinan.
b. Melakukan Survey teknis dengan melakukan identifikasi kerusakan rumah
calon dan data rumah.
o Status tanah (pererima manfaat harus mempunyai hak atas tanah)
o Identifikasi kerusakan termasuk kategori rusak ringan , rusak
sedang atau rusak berat.
o Membuat desain/gambar rencana rehab membangun baru.
• Gambar Denah
• Gambar Pondasi
• Gambar Struktur
• Gambar tampak depan/samping
• Gambar potongan memanjang dan melintang
• Gambar pembesian
• Detail sambungan ( Sambungan kayu , sambungan besi)
c. Langkah perencanaan dan pelaksanaan berikutnya seperti kegiatan
Infrastruktur yang lain sesuai dengan petunjuk Teknis pembangunan
Infrastruktur.

9. Referensi Rumah Sehat, Tahan Gempa dan layak huni

A. Syarat - syarat dan ketentuan Umum Rumah

Sebuah bangunan adalah suatu


wadah yang berbentuk fisik
bangunan yang disusun dari
berbagai jenis bangunan. Dalam
merancang dan mengerjakan suatu
bangunan harus mematuhi segala
peraturan-peraturan yang berlaku ,
Pengetahuan umum bangunan
terdiri dari dari syarat-syarat
bagian-bangian bangunan,
beberapa faktor dan syarat yang
harus diperhatikan dalam membuat
bangunan rumah tinggal adalah
kekuatan, keawetan, keindahan
dan kesehatan. Untuk lebih jelasnya bisa diuraikan sbb:
1. Kekuatan: suatu bangunan harus mempunyai konstruksi yang kuat untuk
melindungi penghuni dari bahaya keruntuhan sehingga penghuni dapat
merasakan ketentraman selama tinggal didalamnya. Pada gambar disamping
sebagai contoh rumah tradisional, tidak jauh dari episentrum gempa bumi,
bertahan dengan baik.
2. Keawetan: bengunan seharusnya direncanakan agar berumur panjang,
sebab yang kuat dan awet akan memeberikan rasa aman dan tentram bagi
penghuninya, untuk itu mendapatkan keawetan yang baik perlu diperhatikan
jenis bahan yang digunakan, hanya memmperhatiakan standard mutu dan
kualitas, serta cara pelaksanaan pekerjaan yang betul sesuai dengan
prosedur yang benar. Selain itu untuk menambah keawetan perlu dipelihara
dan dikontrol secara berkala terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian
yang harus diganti atau diremajakan.
3. Keindahan: Keindahan bangunan akan memberikan kebanggaan kepada
penghuninya dan juga menambah nilai banguan tersebut . Untuk menjadikan
bangunan indah, perlu diperhatiakan proporsi antara struktur dan organisasi
ruang yang sesuai dengan fungsi bangunan.
4. Kesehatan: Perencanaan bangunan harus memperhatikan kebersihan dan
kesehatan lingkungannya, untuk menjaga kesehatan, maka faktor-faktor
yang harus diperhatikan adalah pembuangan air kotor dann kotoran(
sanitasi), sampah dan limbah yang lain, serta mempeertimbangkan faktor
iklim( sinar matahari, angin, dan suhu) dan gangguan polusi (udara dan
Suara)

B. Pemilihan Prototip Rumah

Dasar pemilihan salah satu prototip Rumah Sederhana Sehat tersebut


didasarkan pada kajian Mikrozonasi dari bahan bangunan, geologis serta
arsitektur, pada tingkat propinsi dan atau kabupaten/kota, dengan merujuk
pada zonasi Rumah Sederhana Sehat Nasional, pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Alternatif Pemilihan Tipologi Rumah Sederhana Sehat

Urutan alternatif jenis


Propinsi Zonasi bahan dan rumah yang dapat
kondisi lahan diterapkan *)
1  Bali Pasangan > Tegakan,
 NTB Tanah kering, Tembok (Bata merah)
 NTT
Tanah liat
2  DKI
 Jabar
 Banten Pasangan > Tegakan,
 Jateng Tanah kering, Tembok (Conblock)
 Jatim Pasir
 Yogyakarta

3  Nangro Aceh
Darussalam
 Sumbar
 Jambi  Setengah tembok
 Bengkulu
Pasangan = Tegakan,  Tembok (Bata merah)
 Sumsel
Tanah basah,  Kayu panggung
 Bangka
 Belitung Tanah liat  Kayu tidak panggung
 Lampung
 Sulsel
 Sultra

4  Sumut  Setengah tembok


Pasangan = Tegakan,
Tanah basah,  Tembok (Conblock)
Pasar  Kayu panggung
 Kayu tidak panggung

5 Pasangan = Tegakan,  Setengah tembok


 Maluku Tanah kering,  Tembok (Bata merah)
 Maluku Utara Tanah liat  Kayu panggung
 Kayu tidak panggung

6  Riau
 Kalbar
 Kalteng  Setengah tembok
 Kalsel Pasangan < Tegakan,
 Tembok (Bata merah)
 Kaltim Tanah basah,
 Kayu panggung
 Sulteng Tanah liat
 Kayu tidak panggung
 Sulut
 Gorontalo

7  Setengah tembok
 Papua Pasangan < Tegakan,  Tembok (Conblock)
Tanah kering,  Kayu panggung
Pasir  Kayu tidak panggung

*)
 Pemilihan alternatif jenis rumah disesuaikan dengan perkembangan terakhir
potensi bahan bangunan lokal yang tersedia
 Pemilihan alternatif bentuk rumah panggung atau non panggung disesuaikan
dengan budaya/arsitektur lokal.

C. Kebutuhan Minimal Masa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam)

Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di


dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja,
duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil
kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian
rata-rata langit-langit adalah 2.80 m.
Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat,
dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum
ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut:
 kebutuhan luas per jiwa
 kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
 kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)
 kebutuhan luas lahan per unit bangunan

Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.


Tabel 2. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan
untuk Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)

Luas (m2) untuk 3 Jiwa Luas (m2) Untuk 4 jiwa

Standar
Unit Unit
per Jiwa (m2) Rumah Lahan (L) Rumah Lahan (L)

Minimal Efefktif Ideal Minimal Efefktif Ideal

(Ambang batas)
7,2
21,6 60,0 72 - 90 200 28,8 60,0 72 - 90 200

(Indonesia)
9,0
27,0 60,0 72 - 90 200 36,0 60,0 72 - 90 200
--- --- --- ---
(Internasional)
12,0
36,0 60,0 48,0 60,0
D. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan
Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan
kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan,
penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan.

Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah


sehat dan nyaman.

a) Pencahayaan
Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan
alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan
terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut:
 cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan,
 ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya,
 ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.

Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan


ditentukan oleh:
 kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
 lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
 tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,
 lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,
 sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap
hari,
 cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.

Tabel 3. Kebutuhan pencahayaan alami Rumah Sederhana Sehat


Jenis
fl min. TUU fl min. TUS
Ruang Keterangan
Keluarga 0,35d = 0,70 0,16d = 0,32
fl = faktor langit
Kerja 0,35d = 0,70 0,16d = 0,32 TUU = Titik Ukur Utama
Tidur 0,18d = 0,36 0,05d = 0,10 TUS = Titik Ukur Sisi
Dapur 0,20d = 0,40 0,20d = 0,40 d = jarak titik ukur terhadap
bidang bukaan

Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan lubang
cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang atau dinding ruangan. Semakin
lebar bidang cahaya (L), maka akan semakin besar nilai faktor langitnya.
Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara 70 – 80 cm dari
permukaan lantai ruangan.
Nilai faktor langit minimum dalam ruangan pada siang hari tanpa bantuan
penerangan buatan, akan sangat dipengaruhi oleh:
 tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja
makan,
 bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.
b. Penghawaan
Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang
hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan
kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan
kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila
terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan-
ruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi
sebagai ventilasi.
Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan
alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan
peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut:
 Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai
ruangan.
 Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang
mengalir keluar ruangan.
 Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar
mandi/WC.

Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang


memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau
exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan
disekitarnya.
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan
kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.

c. Suhu udara dan kelembaban


Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban
udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan
kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan
pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan
ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban
tinggi dalam ruangan.
Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan
penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan:
 keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan
keluar.
 pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak
bergerak.
 menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai
ruangan.

E. Persyaratan Pokok Rumah Tahan Gempa

Ditinjau dari sistem struktur, sebuah bangunan rumah dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu: Struktur bangunan bagian Atas: struktur bangunan bagian yang
berada diatas permukaan tanah, terdiri dari atas dua bagian, yaitu bagian atap
dan rangka bangunan( dinding dan kolom) dan Struktur Bagian Bawah: struktur
bangunan yang berada dibawah permukaan tanah khususnya yang dimaksud
disini adalah pondasi, untuk lebih
jelasnya bisa simak pada uraian
berikut:
a. Pemilihan Lokasi Rumah

1. Jangan membangun di
samping bukit terjal;
bebatuan dapat menjatuhi
rumah.

2. Jangan membangun di
pinggir tanah yang landai;
tanahnya tidak stabil.

3. Jangan membangun di
samping dinding penahan;
dindingnya dapat jebol.
4. Jangan membangun di atas
tiang penyangga; tiang-tiang tersebut akan roboh saat terjadi gempa.

b. Pemilihan Bentuk Rumah:


1. Rumah harus memiliki bentuk yang sederhana. Bila perlu, pisahkan
menjadi bagian-bagian berbentuk persegi.
2. Sebuah rumah ponjangnya maksimal 3 kali lebarnya.
3. Atap miring yang ringan lebih baik daripada slab beton.
4. Jangan membangun lebih dari dua lantai.
5. Jangan membangun di atas kolom bebas. Kolom lebih lemah daripada
dinding dan akan memuntir dan roboh saat terjadi gempa.
F. Peraturan Dasar:

1. Kolom diletakkan dimana dinding bertemu dan dimana dinding berakhir


2. Bentang dinding antar kolom sebaiknya max. 3m
3. Hindari dinding panjang tanpa dinding “sekat”.
4. Dinding penuh tanpa bukaan lebih kuat. Sebisa mungkin perbanyak dinding
penuh dan distribusikan merata pada rumah.
5. Lebar maksimum bukaan adalah ½ jarak antar kolom
6. Sisakan minimal 1m jarak antara bukaan dengan kolom
G. Persyaratan Komponen Bangunan Rumah:

Komponen Bangunan Persyaratan

1 Penuitup Atap Umum

2 Kuda-kuda Tahan gempa

3 Pondasi Tahan gempa

4 Kolom, balok, sloof Tahan gempa

5 Dinding Umum

6 Pintu, Cendela Umum

7 Lantai Umum

8 Kamar Mandi , WC Umu

Kementerian Pekerjaan Umum dan para penggiat mitigasi bencana telah menyusun
persyaratan pokok bangunan sederhana yang ditujukan kepada masyarakat yang
relatif awam dalam bidang konstruksi bangunan. Pertimbangan dan perhitungan
tidak dimunculkan dengan penekanan pada aspek kepraktisan. Diharapkan dapat
menjadi panduan yang mudah dipahami untuk mengurangi resiko kerusakan
rumah. Lingkup persyaratan pokok ini didasarkan salah satu pada Pedoman Teknis
Rumah dan Bangunan Gedung tahan Gempa oleh DPU tahun 2006, telah dianjurkan
sebagai persyaratan pokok untuk rumah yang lebih aman untuk pembangunan
dengan fungsi sebagai rumah tinggal meliputi:

a. Kualitas Bahan
a.1 BAHAN BETON
1) Perbandingan isi campuran beton adalah 1 ember semen : 2 ember pasir
bersih : 3 ember kerikil bersih (ukuran kerikil maksimal 20mm).
2) Poporsi air untuk campuran adalah setengah ember. (kondisional)

1) Ukuran maksimum kerikil / batu pecah adalah kurang dari 10 mm - 20 mm


dengan gradasi yang baik (terdiri dari berbagai ukuran butiran
2) Bilamana agregat kasar didapat telah bercampur dengan agregat halus maka
terlebih dahulu harus dipisahkan melalui penyaringan. Pertama-tama
menyaring agregat halus dengan memakai saringan ukuran 5 mm, kemudian
agregat yang tinggal disaring kembali dengan saringan ukuran 20 mm.
Agregat yang tidak lolos dari saringan ukuran 20 mm disingkirkan untuk tidak
dipergunakan.
3) Material diaduk secara merata / pulen (pas) dan campuran beton harus
segera dituangkan kedalam cetakan / acuan.
4) Cetakan / acuan harus keras / kaku dan tidak boleh bocor.
5) Pemadatan dengan dirojoh menggunakan kayu, bambu, atau besi tulangan
dan harus dilakukan selama proses pengecoran
6) Menggunakan semen tipe 1 untuk elemen struktur.
a.2 BAHAN MORTAR
Perbandingan isi untuk campuran adukan / mortar adalah 1 bagian semen : 4
bagian pasir bersih dan air secukupnya.

a.3 BAHAN PONDASI

Menggunakan batu belah / batu sungai yang keras


a.4. KAYU
Menggunakan kayu yang baik. Kayu harus kering, tidak cacat, bewarna gelap,
serat cukup rapat dan berat.

b. STRUKTUR UTAMA DAN DIMENSI/UKURAN


Rumah tembokan harus mempunyai rangka (frame) yang terdiri atas balok
pengikat/sloof, kolom, dan balok keliling/ringbalk yang terbuat dari beton
bertulang di atas fondasi yang kuat dan stabil. Sudut-sudut bangunan harus
tersambung dengan dinding. Dimensi/ ukuran kolom dan balok keliling/ring
ditentukan dengan bekisting kayu, karena ukuran bata Iebih kecil dari ukuran
kolom atau balok keliling/ring.
b.1. PONDASI
a) Jika keadaan tanah cukup keras, fondasi batu dapat dibuat dengan tinggi
minimum 60 cm, dengan dimensi minimum, 60 cm pada lebar dasar
fondasi dan 30 cm lebar bagian atas.
b) Jika keadaan tanah lunak, kedalaman dan ukuran fondasi harus
disesuaikan dengan keadaan.

b.2. BALOK PONDASI / SLOOF


a) Balok pengikat / sloof dengan dimensi minimal 15 cm x 20 cm dengan 4
besi tulangan longitudinal / memanjang, dengan ukuran tulangan utama
diameter 12 mm, dan tulangan begel diameter 8 mm dengan jarak 15 cm.
b) Tulang sengkang harus dibengkokan dengan sudut 135°
c) Panjang minimum kait sengkang adalah 6 x D (diameter tulangan) (5 cm)
d) Ketebalan selimut beton adalah 15 mm (dari pinggir tulangan sengkang)
b.3. KOLOM
a) Balok pengikat / sloof dengan dimensi minimal 15 cm x 20 cm dengan 4 besi
tulangan longitudinal / memanjang, dengan ukuran tulangan utama
diameter 12 mm, dan tulangan begel diameter 8 mm dengan jarak 15 cm.
b) Tulang sengkang harus dibengkokan dengan sudut 135°
c) Panjang minimum kait sengkang adalah 6 x D (diameter tulangan) (5 cm)
d) Ketebalan selimut beton adalah 15 mm (dari pinggir tulangan sengkang)

b.4. BALOK KELILING (RING BALK)


a) Balok keliling / ring dengan dimensi
minimal 15 cm x 15 cm dengan 4 besi
tulangan longitudinal / memanjang 12
mm, sengkang dan besi tulangan
diameter 8 mm dengan jarak 15 cm.
b) Tulangan sengkang harus dibengkokkan
dengan sudut 135°
c) Panjang minimum kait sengkang adalah 6 x
D (diameter tulangan) (5 cm)
d) Ketebalan selimut beton adalah 15 mm (dari pinggir tulangan sengkang).

b.5. GUNUNGAN / SOPI-SOPI / AMPIG


a) Gunung-gunungan harus diberi kolom dan balok miring dari beton
bertulang (sebagai bingkai) dengan dimensi dan penulangan sama dengan
balok keliling / ring.
b) Untuk ampig disarankan menggunakan bahan yang ringan seperti papan

b.6. SELIMUT BETON


a) Ketebalan selimut beton untuk balok pengikat / sloof dan kolom adalah 15
mm (dari pinggiran tulangan sengkang), sedangkan untuk balok keliling /
ring dan bingkai ampig adalah 10 mm.
b) Pada kondisi khusus yang dapat mempengaruhi tulangan, ketebalan
selimut beton harus ditentukan oleh tenaga ahli.
b.7. JARAK ANTAR KOLOM BINGKAI MAKSIMUM
a) Jarak antar kolom bingkai maksimum 3,0 m
b) Luas dinding maksimum yang dikelilingi/ ring oleh bingkai adalah 9 m2

b.8. UKURAN STRUKTUR ATAP


a) Ukuran minimum balok kayu untuk kuda-kuda adalah 8 cm x 12 cm.
b) Menggunakan kait besi / baja pada sambungan kuda-kuda
c) Struktur atap dipilih yang sesuai dengan jenis penutup atap dan dipasang
dengan benar.

c. Hubungan antara Pondasi-Kolom-Balok pengikat/sloof dan Balok


Keliling/Ring

c.1. Hubungan antara Fondasi - Kolom - Balok pengikat / Sloof dan


balok keliling / Ring.
Besi tulangan utama kolom dilewatkan ke balok keliling / ring dan balok pengikat /
sloof dengan panjang lewatan minimal 40 cm.

Gambar 1: Sloof bagian Gambar 2 : Hubungan


sudut bawah kolom dengan sloof
bagiantengah/bawah
Gambar 3: Hubungan Gambar 4:
kolom dengan balok/ring Hubungan kolom
sudut(atas) dengan balok /ring
bagian tengah/atas
Jangkar setiap jarak maksimum 100 cm harus terpasang pada fondasi untuk
menyambungkan fondasi dengan balok pengikat / sloof.

c.2. Hubungan antara Dinding dengan Kolom


Dinding bata harus dijangkarkan ke kolom bertulang dengan menggunakan besi
diameter 10 mm sepanjang 40 cm setiap 6 lapis bata.
c.3. Kuda-Kuda
Perletakan kuda-kuda dijangkar dengan angker yang ditanam ke kolom atau
balok keliling / ring, dengan diameter minimal 10 mm.

c.4. Ikatan Angin


a) Antar kuda-kuda atau gunung-gunungan diberi ikatan angin
b) Dimensi minimum untuk ikatan angin adalah balok kayu 6/12

c.5. Panjang Lewatan Pada Sambungan


Pertemuan tulangan balok dan kolom pada sudut-sudut bangunan harus
dilewatkan dengan panjang lewatan 40 x diameter tulangan.
c.6. Jangkar Gunung-Gunung / Sopi-Sopi
Angkur dari kolom ke puncak dinding gunung-gunung harus terpasang dengan
panjang minimum 40 cm setiap lapis bata.

d. Pencampuran Beton dan Adukan / Mortar


d.1. Proses pencampuran beton
a) Tuangkan 2 ember pasir kemudian diratakan dengan cangkul
b) Tuangkan 1 ember semen kemudian campur pasir dan semen sampai
rata
c) Tuangkan 3 ember kerikil kemudian campur kerikil dan pasir sampai
rata dengan cangkul.
d) Setelah ketiga campuran diaduk merata, kemudian dibuatkan
cekungan di bagian tengahnya untuk dicampur dengan air. Tambahkan
setengah ember air kedalam cekungan dan aduk rata.

Catatan: Pastikan jumlah air tidak terlalu banyak agar beton dalam keadaan
‘pulen’ (pas).

d.2. Proses pencampuran Adukan Mortar


a) Tuangkan 4 ember pasir kemudian diratakan dengan cangkul
b) Tuangkan 1 ember pasir semen kemudian campuran pasir dan semen
diaduk sampai rata dengan cangkul.
c) Setelah kedua campuran diaduk merata, buat cekungan dibagian
tengahnya untuk dicampur dengan air. Tambahkan air secukupnya
kedalam cekungan dan aduk sampai merata.
d.2. Cara Mengecor Beton

a) Campuran beton harus segera dituangkan kedalam cetakan / acuan /


bekisting
b) Cetakan / acuan / bekisting tidak boleh bocor, ketinggian pengecoran
maksimal setinggi 1 m.
c) Pemadatan dengan dirojoh mengunakan kayu, bambu, besi tulangan
dan harus dilakukan selama pengecoran.
d) Cetakan / acuan / bekisting bisa dilepas paling tidak 3 hari setelah
pengecoran beton kecuali untuk balok yang mengantung, dimana harus
didiamkan selama 14 hari.

d.3. Proses Pemasangan Dinding Bata


a) Batu bata direndam minimum 10 menit sebelum dipasang dan harus
langsung dipasang.
b) Perbandingan isi untuk campuran adukan / mortar siar adalah satu
bagian semen : empat bagian pasir bersih.
c) Campuran siar diaduk sampai merata dan ditambah air secukupnya
d) Tebal siar bata adalah 15 mm dan perletakan bata harus selang-seling
tiap lapis bata.
e) Gunakan kayu kaso 5/7 setinggi dinding yang dipasang tegak lurus
sebagai acuan pasangan dinding bata arah vertikal.
f) Dinding diplester dengan campuran adukan 1 semen : 4 pasir dengan
tebal plaster adalah 2 cm.

Anda mungkin juga menyukai