Anda di halaman 1dari 8

AKTUALISASI IDIOLOGI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN KETAHANAN IDIOLOGI

DISUSUN OLEH :

NAMA : AZIFATU RATNASARI


NIM : 858792455
TUTOR : ANDI SUHARDIYANTO, S.Pd., M.Si.
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Globalisasi memang sebuah keniscayaan waktu yang mau tidak mau dihadapi
oleh negara manapun di dunia. Ia mampu memberikan paksaan kepada tiap negara
untuk membuka diri terhadap pasar bebas. Hampir tiap negara mengalami hal serupa
dalam era globalisasi yang serba terbuka ini. Pihak yang diuntungkan dalam
perkembangan situasi ini tak lain adalah negara maju yang memiliki tingkat
kemapanan jauh di atas negara berkembang.

Dalam globalisasi, negara-negara berkembang mau tidak mau, suka tidak


suka, harus berinteraksi dengan negara-negara maju. Melalui interaksi inilah negara
maju pada akhirnya melakukan hegemoni dan dominasi terhadap negara-negara
berkembang dalam relasi ekonomi politik internasional.

Globalisasi yang hampir menenggelamkan setiap bangsa tentunya


memberikan tantangan yang mau tidak mau harus bangsa ini taklukkan. Era
keterbukaan sudah dan mulai mengakar kuat, identitas nasional adalah barang mutlak
yang harus dipegang agar tidak ikut arus sama dan seragam yang melenyapkan warna
lokal serta tradisional bersamanya. Perlu dipahami bahwa identitas nasional, dalam
hal ini Pancasila mempunyai tugas menjadi ciri khas, pembeda bangsa kita dengan
bangsa lain selain setumpuk tugas-tugas mendasar lainnya. Pancasila bukanlah
sesuatu yang beku dan statis, Pancasila cenderung terbuka, dinamis selaras dengan
keinginan maju masyarakat penganutnya. Implikasinya ada pada identitas nasional
kita yang terkesan terbuka, serta terus berkembang untuk diperbaharui maknanya agar
relevan dan fungsional terhadap keadaan sekarang.

Ketika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan tepat maka hal ia akan
mengancam eksistensi kita sebagai sebuah bangsa. Globalisasi adalah tantangan
bangsa ini yang bermula dari luar, sedangkan pluralisme sebagai tantangan dari dalam
yang jika tidak disikapi secara bijak tentu berpotensi menjadi masalah yang bisa
meledak suatu saat nanti. Berhasil atau tidaknya kita menjawab tantangan
keterbukaan zaman itu tergantung dari bagaimana kita memaknai dan menempatkan
Pancasila dalam berpikir dan bertindak.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah :
 Bagaimana aktualisasi Pancasila di era globalisasi sebagai upaya pembinaan
ketahanan idiologi ?
C. TUJUAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi Tugas 1 Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Selain itu dengan ditulisnya artikel ini diharapkan agar pembaca
dapat memaknai serta mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dan undang – undang
1945 dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial budaya dan Hukum secara benar.
Penulisan ini diharapkan dapat mencerahkan kembali idiologi Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga Negara ini (Indonesia) dapat tetap hidup
dengan jati dirinya untuk mencapai cita-citanya.
KAJIAN PUSTAKA

Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat kita berpegang


pada idiologi Pancasila. Pancasila telah diterima sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Pembudayaan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari ( nilai praktis ) telah dan sedang digalakkan oleh pemerintah
Indonesia. Kelemahannya, pengamalan dan pembudayaan Pancasila tersebut belum
sepenuhnya terwujud dan era Globalisasi ini. Ini adalah tantangan bagi seluruh bangsa
Indonesia dan jika idiologi Pancasila tersebut tidak dapat memberikan harapan hidup
lebih baik bukan tidak mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat. Oleh karena itu
perlu adanya aktualisasi Pancasila di era Globalisasi ini agar idiologi Pancasila tidak
ditinggalkan oleh masyarakat.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan
masyarakat dapat mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam perilaku nyata dengan
memulai dari diri sendiri dan keluarga, dan mengajak orang lain, untuk menghayati
dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Aktualisasi nilai-
nilai Pancasila itu dapat dilakukan melalui cara-cara:
Pertama, aktualisasi Pancasila secara obyektif, yaitu melaksanakan Pancasila
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, meliputi bidang legislatif, eksekutif dan
yudikatif, serta dalam bidang kehidupan kenegaraan lainnya. Seluruh kehidupan
kenegaraan dan tertib hukum Indonesia didasarkan atas filsafat negara Pancasila, asas
politik kedaulatan rakyat, dan tujuan negara berdasar asas kerohanian Pancasila.
Kedua, aktualisasi Pancasila secara subyektif, yaitu pelaksanaan Pancasila
dalam setiap pribadi, perseorangan, warganegara, dan penduduk. Aktualisasi ini
sangat ditentukan oleh kesadaran, ketaatan serta kesiapan individu untuk menghayati
dan mengamalkan Pancasila. Sikap dan tingkah laku seseorang sangat menentukan
terlaksananya nilai-nilai Pancasila yang sesungguhnya dalam segala aspek kehidupan.
PEMBAHASAN

Aktualisasi pengamalan pancasila dan UUD 1945 sebagai suatu paradigma, Pancasila
merupakan model atau pola berpikir yang mencoba memberikan penjelasan atas kompleksitas
realitas sebagai manusia personal dan komunal dalam bentuk bangsa. Pancasila yang
merupakan satuan dari sila-silanya harus menjadi sumber nilai, kerangka berfikir, serta asas
moralitas bagi pembangunan.
Aktualisasi pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi secara obyektif
dan subyektif. Aktualisasi pancasila secara obyektif yaitu aktualisasi pancasila dalam
berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara, bidang politik,
bidang ekonomi dan bidang hukum. Sedangkan aktualisasi pancasila secara subyektif yaitu
aktualisasi pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya
dengan kehidupan bernegara dan bermasyarakat
Pancasila itu menggambarkan Indonesia, Indonesia yang penuh dengan nuansa plural,
yang secara otomatis menggambarkan bagaiamana multikulturalnya bangsa kita. Ideologi
Pancasila hendaknya menjadi satu panduan dalam berbangsa dan bernegara.
Pancasila adalah sebuah alat perekat yang sangat ampuh bagi negara Indonesia yang
spektrum kebhinekaannya teramat lebar. Namun demikian Pancasila tidak akan dapat
memberi manfaat apapun manakala keberadannya hanya bersifat sebagai konsep atau
software belaka. Untuk dapat berfungsi penuh sebagai perekat bangsa. Pancasila harus
diimplementasikan dalam segala tingkat kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pancasila), dan dalam segala aspek meliputi politik,
ekonomi, budaya, hukum dan sebagainya.
1. Bidang Politik
System politik Indonesia adalah Demokrasi pancasila. Dimana demokrasi
pancasila itu merupakan system pemerintahan dari rakyat dalam arti rakyat adalah
awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintahan
untuk mewujudkan suatu cita-cita. Organisasi sosial politik adalah wadah pemimpin-
pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran
dan tanggung jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi sosial politik
seperti para pegawai Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengamalan
Pancasial agar berkepribadian Pancasila karena mereka selain warga negara
Indonesia, juga sebagai abdi masyarakat, dengan begitu maka segala kendala akan
mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan terwujud.
Perbaikan moral tiap individu yang berimbas pada budaya anti-korupsi serta
melaksanakan tindakan sesuai aturan yang berlaku adalah sedikit contoh aktualisasi
Pancasila secara Subjektif. Aktualisasi secara objektif seperti perbaikan di tingkat
penyelenggara pemerintahan. Lembaga-lembaga negara mesti paham betul bagaimana
bekerja sesuai dengan tatanan Pancasila.

2. Bidang Ekonomi
Pengaktualisasian pancasila dalam bidang ekonomi yaitu dengan menerapkan
sistem ekonomi Pancasila yang menekankan pada harmoni mekanisme harga dan
social (sistem ekonomi campuran), bukan pada mekanisme pasar yang bersasaran
ekonomi kerakyatan agar rakyat bebas dari kemiskinan, keterbelakangan,
penjajahan/ketergantungan, rasa was-was, dan rasa diperlakukan tidak adil yang
memosisikan pemerintah memiliki asset produksi dalam jumlah yang signifikan
terutama dalam kegiatan ekonomi yang penting bagi negara dan yang menyangkut
hidup orang banyak. Sehingga perlu pengembangan Sistem Ekonomi Pancasila
sehingga dapat menjamin dan berpihak pada pemberdayaan koperasi serta usaha
menengah, kecil, dan mikro (UMKM).

3. Bidang Sosial Budaya


Pada era Globalisasi ini masyarakat Indonesia lebih banyak yang mengadopsi
budaya Barat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga terjadilah perkembangan
primordialisme, kolusi, korupsi dan nepotisme yang membudaya dan disiplin nasional
yang semakin merosot. Selain itu, kehidupan masyarakat agak cenderung ke arah
individualistis dan materialis serta makin berkurangnya keteladanan para pemimpin.
Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi
karena pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia.
Oleh karena itu harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan
Pancasila. Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya
pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada
tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan
kehendak manusia.
4. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Dalam bidang pertahanan dan keamanan sudah ditata system. Pertahanan dan
keamanan rakyat semesta, doktrin Hankamrata serta diundangkannya UU No. 20
Tahun 1982 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara. Di sisi lain bangsa Indonesia
mewarisi tradisi sebagai bangsa pejuang yang merebut kemerdekaan dari penjajah
merupakan sumber kekuatan. Kelemahannya sishankamrata tersebut belum
sepenuhnya terwujud. Kesadaran bela negara belum memasyarakat. Sementara itu
tingak keamanan masyarakat masih terganggu dengan makin meningkatnya
kriminalitas. Untuk menumbuhkan kesdaran bela negara maka masyarakat perlu
memahami sekaligus mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila sebagai idiologi bangsa
Indonesia.
Dewasa ini, banyak sekali orang yang terjebak di era globalisasi. Yang dimana
sebagian besar mengandung unsur yang negatif bagi bangsa indonesia. Bahkan sama sekali
tidak mengandung umsur pancasilais di dalamnya. Tidak mengandung unsur kesopanan,
keadilan, kemanusiaan, persatuan, dan lain-lain. Contohnya marak terjadi pemerkosaan.
Tidak tanggung-tanggung, sang pemerkosa sampai tega membunuh korban. Sungguh di luar
nalar manusia. Ini adalah contoh bahwa di era globalisasi manusia semakin tidak
mengindahkan asas-asas yang terkandung dalam pancasila.
Tidak hanya itu banyak sekali kasus-kasus yang mencerminkan kebiadaban manusia-
manusia yang bukannya merunduk ketika semakin pintar dan jaya, tetapi malah menjadi
perusak nilai pancasila.
PENUTUP

A. SIMPULAN

Tidak ada yang dapat mengelakan arus globalisasi yang menghampiri kita
bahkan negeri ini , Globalisasi adalah tantangan bangsa ini yang bermula dari luar dan
tentunya memberikan tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi bangsa ini.
Ketika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan tepat maka hal ini akan
mengancam eksistensi kita sebagai sebuah bangsa.
Indonesia sesungguhnya memiliki satu pamungkas yang menyatukan sekian
potensi lokal dalam sebuah perahu untuk mengarungi arus globalisasi, yakni
Pancasila. namun dengan begitu derasnya arus globalisasi yang menerpa bangsa ini,
seakan memudarkan nilai-nilai pancasila yang seharusnya dapat diaktualisasikan oleh
seluruh masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang.

B. SARAN
Dari paparan pembahasan di atas, Indonesia perlu menata kekuatan struktural
guna melakukan proses penguatan potensi local Selain penguatan struktural,
pembenahan mental (kultural) bangsa ini pun perlu dipikirkan. Harus jujur dan lapang
dada kita akui bahwa saat ini bangsa Indonesia memiliki kebiasaan kultural
“mentalitas orang kalah”. Kerap kali kita terlalu terbuka menerima pengaruh dari luar.
Ironisnya, pengaruh luar yang masuk ditelanbegitu saja.
Dengan berlandasan falsafat pancasila,yang berisi nilai – nilai luhur yang
bersifat universal dan landasan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar
nasional,yang menentukan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia ke dalam dan ke luar
negeri yang dilandasi oleh prinsip – prinsip cinta damai ,meskipun lebih cinta ke pada
kemerdekaan ,diabdikan kepada kepentingan nasional dengan tetap menghormati dan
memperhatikan kepentingan negara-negara luar ,serta membuka pintu lebar - lebar
bagi kerjasama internasional atas dasar saling hormat-menghormati dan saling
menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Muchji, Drs, H.MM. dkk, Gunadarma, Jakarta, Pendidikan Pancasila,


2006
2. Buku Materi Pokok MKDU 4111 (Pendidikan Kewarganegaraan) Modul 4

Anda mungkin juga menyukai