Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

“informed choice dan informed consent”

Dosen pengampuh: Ibu Sherlyansie V. Boimau,SST,M.Kes

DISUSUN OLEH:

NAMA : MISSIE R W JOLTUWU


NIM : PO530324019475
TINGKAT :IB

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEBIDANAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini
berjudul Informed choice dan informed consent.Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas yang diberihkan oleh dosen mata kuliah sekaligus untuk menambah
pengetahuan pembaca khususnya penulis mengenai informed choice dan informed consent
dalam pelayanan kebidanan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Kupang, 26 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian informed choice………………………………………………………….3


2.2 Perbedaan choice dan consent……………………………………………………….4
2.3 Rekomendasi informed choice………………………………………………………4
2.4 Bentuk pilihan(choice) dalam asuahan kebidanan……………………………….…..5
2.5 Tujuan dari informed choice………………………………………………….…..….6
2.6 Pengertian informed consent…………………………………………………..…….7
2.7 Bentuk-bentuk informed consent……………………………………………..……...8
2.8 Dimensi dalam proses informed consent……………………………………..…….9
2.9 Manfaat informed consent…………………………………………………………10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................11

3.2 Saran…………………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan tidakan atau pelayanan pada pasien bidan atau tenaga medis lainya
harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang standar etika, standar profesi, kewajiban
serta hak yang dimiliki oleh masing masing profesi. Tidak hanya pengetahuan, tenaga
kesehatan terkhususnya bidan, harus memiliki ketrampilan yang baik pula. Hal itu membantu
bidan agar tidak terjadi malpraktik dalam melakukan pelayanannya. Selain itu dengan
melakukan informed concent dan informed choice pada awal tindakan membantu bidan atau
tenaga kesehatan untuk memberikan informasi kepada pasien tentang tidakan kesehatan yang
akan dilakukan.

Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia kebidanan yang
dihubungkan dengan hukum. Bidang kebidanan yang dahulu dianggap profesi mulia, seakan-
akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini mulai dimasuki unsur hukum. Salah satu tujuan
dari hukum atau peraturan atau deklarasi atau kode etik kesehatan atau apapun namanya
adalah untuk melindungi kepentingan pasien disamping mengembangkan kualitas profesi
bidan atau tenaga kesehatan. Keserasian antara kepentingan pasien dan kepentingan tenaga
kesehatan merupakan salah satu penunjang keberhasilan pembangunan sistem kesehatan.
Agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional dan mencegah apa yang
dinamakan malpraktek di bidang kebidanan, perlu adanya informed consent (persetujuan
penjelasan) dan informed choice (pilihan pasien).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari informed choice?
2. Apa perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)?
3. Bagaimanakah rekomendasi informed choice?
4. Bagaimanakah bentuk pilihan (choice) pada asuhan kebidanan?
5. Apa tujuan dari informed choice?

4
6. Apa pengertian informed consent?
7. Bagaimana bentuk-bentuk informed consent?
8. Bagaimana dimensi dalam proses informed consent?
9. Apa manfaat informed consent?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari informed choice
2. Untuk mengetahui perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)
3. Untuk mengetahui rekomendasi informed choice
4. Untuk mengetahui bentuk pilihan (choice) pada asuhan kebidanan
5. Untuk mengetahui tujuan dari informed choice
6.  Untuk mengetahui pengertian informed consent
7. Untuk mengetahui bentuk-bentuk informed consent
8.  Untuk mengetahui dimensi dalam proses informed consent
9.  Untuk mengetahui manfaat informed consent 

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian informed choice

Informed Choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang


alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice) harus dibedakan dari persetujuan
(concent). Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan aspek
hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan.
Sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai
konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
Pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan
tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik internasional bidan yang
dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab terhadap
hasil dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini adalah meliputi: informasi yang
lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan,
dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan wanita harus dihormati,
tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.
Dari riwayat yang sudah lama berlangsung, petugas kesehatan termasuk bidan sungkan
baik untuk membagikan informasi maupun membuat keputusan bersama dengan klien. Ini
bertentangan dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib dan bersusah
payah untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan tindakan dan hasil yang
diharapkan dari setiap pilihannya.
Di negara manapun ada hambatan dalam memberdayakan wanita mengenai pelaksanaan
informed choice ini, misalnya sangat kurang informasi yang diperoleh ketika wanita mulai
hamil dan ada prasangka bahwa wanita sendiri enggan menggambil tanggung jawab untuk
membuat keputusan yang sulit dalam kehamilan maupun persalinan. Wanita dengan
pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak membaca atau mempunyai bekal
untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit karena berbagai alasan,

6
misalnya alasan social ekonomi, kurangnya pendidikan dan pemahaman masalah kesehatan,
kesulitan bahasa dan pemahaman system kesehatan yang tersedia.  

Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choise kepada klien harus:

a. Memperlakukan klien dengan baik.


b.  Berinteraksi dengan nyaman.
c. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan.
d. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya.

2.2 Perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)


1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan
bidan.
2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan
merupakan aspek otonomi pribadi menentukan pilihannya sendiri. Choice berarti ada
alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti perbedaannya sehinggga dia
dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya. 

2.3 Rekomendasi yang dianjurkan untuk Bidan


1. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai aspek
agar dapat membuat keputusan klinis dan secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan
yang aman dan memuaskan kliennya.
2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat
dimengerti oleh si wanita dengan menggunakan media alternative dan penterjemah kalau
perlu, begitu juga tatap muka langsung.
3. Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri dalam
menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil
sendiri. Ini tidak hanya dapat diterima secara etika tetapi juga melegakan para profesional
kesehatan. Memberikan jaminan bahwa para petugas kesehatan sudah memberikan asuhan
yang terbaik dan memastikan bahwa wanita itu sudah diberikan informasi yang lengkap

7
tentang implikasi dari keputusan mereka dan mereka telah memenuhi tanggung jawab moral
mereka.
4. Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta, diharapkan
bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.
5. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk
saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan wanita
dari system asuhan dan suatu tekanan positif terhadap perubahan.
2.4 Bentuk pilihan yang ada dalam asuhan kebidanan

Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara lain:

1. Gaya bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium atau screening antenatal.
2. Tempat melahirkan
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
4. Pendampingan waktu melahirkan
5. Klisma dan cukur daerah pubis
6. Metoda monitor denyut jantung janin
7. Percepatan persalinan atau augmentasi
8. Diet selama proses persalinan
9. Mobilisasi selama proses persalinan
10. Pemakaian obat penghilang rasa sakit
11. Pemecahan ketuban
12. Posisi ketika melahirkan
13. Episiotomi
14. Penolong persalinan
15. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran
16. Pemotongan tali pusat
17. Metode kontrasepsi
2.5 Tujuan informed choice

Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya
membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak
wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik

8
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak
wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung
jawab untuk hasil dari pilihannya.

2.6 Pengertian informed consent

Informed consent berasal dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian dalam bahasa
inggris menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberikan izin kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu. Latar belakang diperlukannya informed consent adalah karena
tindakan medic yang dilakukan bidan hasilnya penuh dengan ketidakpastian dan
unpredictable (tidak dapat diprediksikan sebelumnya) sebab dipengaruhi oleh factor-faktor
lain yang berada diluar kekuasaan bidan seperti perdarahan postpartum, shock, asfiksia
neonatorum.Kesadaran hokum pasien semakin meningkat, pasien sadar akan hak dan
kewajibannya dalam arti bahwa pemberian persetujuan tanpa mengetahui tentang apa yang
akan dilaksanakan atas dirinya adalah bertentangan dengan arti consent itu sendiri.

Menurut culver and gert ada 4 komponen yang harus di pahami  pada suatu persetujuan :
1. Sukarela (voluntariness)
Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah dasar sukarela tanpa ada
unsur paksaan di dasari informasi dan kompetensi. Sehingga pelaksanaan sukarela harus
memenuhi unsur informasi yang di berikan sejelas jelas nya
2. Informasi (information)
Jika passien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan.
3. Kompetensi (competence)
Dalam konteks cosent competensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang 
membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan  dengan tepat, juga
membutuhkan banyak informasi.
4. Keputusan (Decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan persetujuan tanpa
refleksi.pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir  proses pemberian persetujuan.

9
2.7 Bentuk-bentuk Informed Consent
Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan medis, sekecil
apapun tindakan tersebut. Menurut depertemen kesehatan (2002), informed consent dibagi
menjadi 2 bentuk :
1) Implied consent
Yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya: saat bidan akan mengukur
tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibu dengan membawa sfingmomanometer tanpa
mengatakan apapun dan si ibu langsung menggulung lengan bajunya (meskipun tidak
mengatakan apapun, sikap ibu menunjukkan bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan
yang akan dilakukan bidan)
2) Express Consent
Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau secara
verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat diberikan, namun sangat bijaksana bila
persetujuan pasien dinyatakan dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti
yang lebih kuat dimasa mendatang. Contoh, persetujuan untuk pelaksanaan sesar.

Persetujuan pada informed consent dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1) Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung resiko
besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3
ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis
yang mengandung resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan
medis serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent)
2) Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif
dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien.
3) Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang akan
disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai
tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya

10
2.8 Dimensi dalam proses informed concent
a. Dimensi yang menyangkut hukum

Dalam hal ini informed concent merupakan perlindungan bagi pasien terhadap
bidan yang berprilaku memaksakan kehendak, dimana proses informed concent sudah
memuat :

1. Keterbukaan informasi dari bidan kepada pasien

2. Informasi tersebut harus dimengerti pasien


3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan kesempatan yang baik

b. Dimensi yang meyangkut etik


Dari proses informed concent terkandung nilai etik sebagai berikut :
1. Menghargai kemandirian/otonomi pasien
2. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila dibutuhkan/diminta sesuai
dengan informasi yang telah dibutuhkan
3. Bidan menggali keinginan pasien baik yang dirasakan secara subjektif maupun sebagai
hasil pemikiran yang rasional

2.9 Manfaat informed consent

1. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent, secara tidak langsung
terjalin kerjasama antara bidan dank lien sehingga memperlancar tindakan yang akan
dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan
kedaruratan.
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan bidan yang
tepat dan segera, akan menurunkan resiko terjadinya efek samping dan komplikasi.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena si ibu memiliki
pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan yang lancar,
efek samping dankomplikasi yang minim, dan proses pemulihan yang cepat.

11
5. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan medis menimbulkan
masalah, bidan memiliki bukti tertulis tentang persetujuan pasien.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice). Informed Consent adalah
persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan aspek
hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Pilihan
(choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa
asuhan kebidanan.

3.2 Saran
Sebelum melakukan tindakan medis, bidan dan klien harus membuat dan/atau menyetujui
informed consent dan informed choice agar dapat menanggulangi masalah secara
proporsional dan mencegah apa yang dinamakan malpraktek di bidang kebidanan

12
Daftar Pustaka
Wahyuningsih, Heni Puji dan Asmar Yetty Zein. 2015. Etika Profesi Kebidanan Yogyakarta :
Fitramaya.
Zulvadi, Dudi. 2016. Etika dan Manajemen Kebidanan. Yogyakarta : Cahaya Ilmu.
Ratih Kusuma Wardhani. 2015. Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis (Informed
Consent) Di Rsup Dr. Kariadi Semarang. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: FH Universitas
Diponegoro.

Samil, Ratna Suprapti. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.

________, Informed Consent dan Informed Refusal, Penerbit Fakultas Kedokteran UI, 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai