Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
JURUSAN KEBIDANAN
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini
berjudul Informed choice dan informed consent.Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas yang diberihkan oleh dosen mata kuliah sekaligus untuk menambah
pengetahuan pembaca khususnya penulis mengenai informed choice dan informed consent
dalam pelayanan kebidanan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................................11
3.2 Saran…………………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan tidakan atau pelayanan pada pasien bidan atau tenaga medis lainya
harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang standar etika, standar profesi, kewajiban
serta hak yang dimiliki oleh masing masing profesi. Tidak hanya pengetahuan, tenaga
kesehatan terkhususnya bidan, harus memiliki ketrampilan yang baik pula. Hal itu membantu
bidan agar tidak terjadi malpraktik dalam melakukan pelayanannya. Selain itu dengan
melakukan informed concent dan informed choice pada awal tindakan membantu bidan atau
tenaga kesehatan untuk memberikan informasi kepada pasien tentang tidakan kesehatan yang
akan dilakukan.
Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia kebidanan yang
dihubungkan dengan hukum. Bidang kebidanan yang dahulu dianggap profesi mulia, seakan-
akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini mulai dimasuki unsur hukum. Salah satu tujuan
dari hukum atau peraturan atau deklarasi atau kode etik kesehatan atau apapun namanya
adalah untuk melindungi kepentingan pasien disamping mengembangkan kualitas profesi
bidan atau tenaga kesehatan. Keserasian antara kepentingan pasien dan kepentingan tenaga
kesehatan merupakan salah satu penunjang keberhasilan pembangunan sistem kesehatan.
Agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional dan mencegah apa yang
dinamakan malpraktek di bidang kebidanan, perlu adanya informed consent (persetujuan
penjelasan) dan informed choice (pilihan pasien).
4
6. Apa pengertian informed consent?
7. Bagaimana bentuk-bentuk informed consent?
8. Bagaimana dimensi dalam proses informed consent?
9. Apa manfaat informed consent?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari informed choice
2. Untuk mengetahui perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)
3. Untuk mengetahui rekomendasi informed choice
4. Untuk mengetahui bentuk pilihan (choice) pada asuhan kebidanan
5. Untuk mengetahui tujuan dari informed choice
6. Untuk mengetahui pengertian informed consent
7. Untuk mengetahui bentuk-bentuk informed consent
8. Untuk mengetahui dimensi dalam proses informed consent
9. Untuk mengetahui manfaat informed consent
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
misalnya alasan social ekonomi, kurangnya pendidikan dan pemahaman masalah kesehatan,
kesulitan bahasa dan pemahaman system kesehatan yang tersedia.
Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choise kepada klien harus:
7
tentang implikasi dari keputusan mereka dan mereka telah memenuhi tanggung jawab moral
mereka.
4. Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta, diharapkan
bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.
5. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk
saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan wanita
dari system asuhan dan suatu tekanan positif terhadap perubahan.
2.4 Bentuk pilihan yang ada dalam asuhan kebidanan
Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara lain:
1. Gaya bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium atau screening antenatal.
2. Tempat melahirkan
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
4. Pendampingan waktu melahirkan
5. Klisma dan cukur daerah pubis
6. Metoda monitor denyut jantung janin
7. Percepatan persalinan atau augmentasi
8. Diet selama proses persalinan
9. Mobilisasi selama proses persalinan
10. Pemakaian obat penghilang rasa sakit
11. Pemecahan ketuban
12. Posisi ketika melahirkan
13. Episiotomi
14. Penolong persalinan
15. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran
16. Pemotongan tali pusat
17. Metode kontrasepsi
2.5 Tujuan informed choice
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya
membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak
wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik
8
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak
wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung
jawab untuk hasil dari pilihannya.
Informed consent berasal dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian dalam bahasa
inggris menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberikan izin kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu. Latar belakang diperlukannya informed consent adalah karena
tindakan medic yang dilakukan bidan hasilnya penuh dengan ketidakpastian dan
unpredictable (tidak dapat diprediksikan sebelumnya) sebab dipengaruhi oleh factor-faktor
lain yang berada diluar kekuasaan bidan seperti perdarahan postpartum, shock, asfiksia
neonatorum.Kesadaran hokum pasien semakin meningkat, pasien sadar akan hak dan
kewajibannya dalam arti bahwa pemberian persetujuan tanpa mengetahui tentang apa yang
akan dilaksanakan atas dirinya adalah bertentangan dengan arti consent itu sendiri.
Menurut culver and gert ada 4 komponen yang harus di pahami pada suatu persetujuan :
1. Sukarela (voluntariness)
Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah dasar sukarela tanpa ada
unsur paksaan di dasari informasi dan kompetensi. Sehingga pelaksanaan sukarela harus
memenuhi unsur informasi yang di berikan sejelas jelas nya
2. Informasi (information)
Jika passien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan.
3. Kompetensi (competence)
Dalam konteks cosent competensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang
membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan dengan tepat, juga
membutuhkan banyak informasi.
4. Keputusan (Decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan persetujuan tanpa
refleksi.pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir proses pemberian persetujuan.
9
2.7 Bentuk-bentuk Informed Consent
Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan medis, sekecil
apapun tindakan tersebut. Menurut depertemen kesehatan (2002), informed consent dibagi
menjadi 2 bentuk :
1) Implied consent
Yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya: saat bidan akan mengukur
tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibu dengan membawa sfingmomanometer tanpa
mengatakan apapun dan si ibu langsung menggulung lengan bajunya (meskipun tidak
mengatakan apapun, sikap ibu menunjukkan bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan
yang akan dilakukan bidan)
2) Express Consent
Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau secara
verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat diberikan, namun sangat bijaksana bila
persetujuan pasien dinyatakan dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti
yang lebih kuat dimasa mendatang. Contoh, persetujuan untuk pelaksanaan sesar.
Persetujuan pada informed consent dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1) Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung resiko
besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3
ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis
yang mengandung resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan
medis serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent)
2) Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif
dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien.
3) Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang akan
disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai
tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya
10
2.8 Dimensi dalam proses informed concent
a. Dimensi yang menyangkut hukum
Dalam hal ini informed concent merupakan perlindungan bagi pasien terhadap
bidan yang berprilaku memaksakan kehendak, dimana proses informed concent sudah
memuat :
1. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent, secara tidak langsung
terjalin kerjasama antara bidan dank lien sehingga memperlancar tindakan yang akan
dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan
kedaruratan.
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan bidan yang
tepat dan segera, akan menurunkan resiko terjadinya efek samping dan komplikasi.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena si ibu memiliki
pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan yang lancar,
efek samping dankomplikasi yang minim, dan proses pemulihan yang cepat.
11
5. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan medis menimbulkan
masalah, bidan memiliki bukti tertulis tentang persetujuan pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice). Informed Consent adalah
persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan aspek
hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Pilihan
(choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa
asuhan kebidanan.
3.2 Saran
Sebelum melakukan tindakan medis, bidan dan klien harus membuat dan/atau menyetujui
informed consent dan informed choice agar dapat menanggulangi masalah secara
proporsional dan mencegah apa yang dinamakan malpraktek di bidang kebidanan
12
Daftar Pustaka
Wahyuningsih, Heni Puji dan Asmar Yetty Zein. 2015. Etika Profesi Kebidanan Yogyakarta :
Fitramaya.
Zulvadi, Dudi. 2016. Etika dan Manajemen Kebidanan. Yogyakarta : Cahaya Ilmu.
Ratih Kusuma Wardhani. 2015. Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis (Informed
Consent) Di Rsup Dr. Kariadi Semarang. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: FH Universitas
Diponegoro.
13