PENDAHULUAN
Latar Belakang
Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal (yang berkenaan dengan panas) dan
dinamika (yang berkenaan dengan pergerakan). Jadi termodinamika adalah ilmu mengenai
fenomena-fenomena tentang energi yang berubah-ubah karena pengaliran panas dan usaha yang
dilakukan.
Misalnya suatu benda dinaikan suhunya maka timbul pemuaian atau penyusutan; pada termo
elemen akan membangitkan gaya gerak listrik. Pada proses ini terdapat suatu pemindahan panas
dan juga bekerja sesuatu gaya yang mengalami perpindahan yang mengakibatkan terlaksananya
suatu usaha.
Dengan demikian thermodinamika merupakan akar dari beberapa cabang ilmu fisika.
Dalam mempelajari thermodinamika bukan hanya fenomena suhu tetapi juga tuntunan logika,
sifat-sifat gas, larutan zat padat dan reaksi kimia.
Konservasi energi dalam tubuh dapat dinyatakan “Perubahan cadangan energi dalam tubuh
antara lain energi makanan, lemak tubuh dan anas tubuh adalah sama dengan panas yang hilang
dari tubuh ditambah kerja yang dilakukan” (Pernyataan ini dinamakan hukum Termodinamika).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Panas Dingin dalam praktek kebidanan !
2. Apakah yang mempengaruhi Respon tubuh terhadap panas dingin !
3. Bagaimana Proses perpindahan kalor pada keadaan hipertermia dan hipotermia !
4. Apakah yang dimksud dengan konduksi, konveksi, evapolasi dan radiasi !
Manfaat
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Produksi Panas Dalam Tubuh
Semua produksi energi dalam sel berasal dari metabolisme seluler. Proses metabolisme ini
terjadi dalam bentuk anabolisme maupun katabolisme yang hasil akhirnya berupa energi (ATP),
karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Hasil lain dari proses katabolisme adalah energi panas.
Produksi panas dalam sel disebut termogenesis. Hampir 75-85% energi dari proses metabolism
dilepas sebagai panas atau energi termal.
Jumlah energi panas yang dilepas melalui oksidasi (yaitu; perubahan menjadi energi panas) dari
tiap 1 gram zat makanan sebagaimana tabel berikut :
Satuan SI yang dapat diterima untuk energi adalah newton-meter (Nm) atau Joule (J); daya
diberikan dalam joule per detik atau disebut watt (W). Dalam kaidah fisiologis biasanya
mengunakan kilokalori (Kkal) untuk makanan dan Kkal/menit untuk tingkat produksi panas.
nDiet 2400 kal/hari = 2400 Kkal/hari, selama 1 kalori = 4,1 J, maka 2400 Kkal/hari = 1 x 107
J/hari sama dengan 86.400 s/hari = 115 Watt
1 Kkal = 4184 J
1 Kkal/menit = 69,7 W
100 W = 1,43 Kkal/menit
1 Kkal/jam = 1,162 W
Dalam oksidasi oleh pembakaran, panas dilepaskan dalam bentuk energi metabolisme. Tingkatan
produksi energinya disebut laju metabolsime. Sebagai contoh metabolsime karbohidrat berikut ;
C6H12O6+6O2 6H2O+6CO2 + 686 Kkal
Artinya reaksi pemecahan glukosa dapat melepas energi panas/menghasilkan panas/laju
metabolisme sebesar 686 Kkal = 686 x 4184 J = 2,87 x 106 J
Ketika berada dalam keadaan istirahat total, seseorang akan mengkonsumsi energi tertentu dalam
tingkatan 92 Kkal/jam atau 107 Watt. Tingkatan terendah dari konsumsi energi ini disebut Laju
Metabolsime Basal (BMR) yaitu jumlah energi yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh minimum
(bernafas, memompa darah melalui arteri) dalam keadaan istirahat. BMR sangat dipengaruhi
oleh jenis kelamin, umur, tinggi badan dan berat badan. BMR sangat sensitif terhadap fungsi
kelenjar tiroid. Bila tiroid produksinya berlebihan (hipertiroidisme) maka BMR sangat tinggi.
Kebutuhan kalori seseorang bisa dihitung sebesar ; 1,5 x BMR.
PENGATURAN SUHU TUBUH
Pengaturan suhu tubuh atau termoregulasi adalah suatu pengaturan secara kompleks dari suatu
proses fisiologis di mana terjadi kesetimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas
sehingga tubuh dapat mempertahankan secara konstan. Organ pengendali suhu tubuh adalah
hipotalamus. Organ ini mengendalikan mekanisme pemanasan dan pendinginan.
Manusia digolongkan dalam homotermal dalam arti memiliki suhu tubuh konstan meskipun suhu
lingkungan berubah. Keadaan ini terjadi karena adanya interaksi antara pembentukan panas dan
kehilangan panas. Kedua proses ini dalam keadaan tertentu aktifitasnya diatur oleh susunan
syaraf pusat yang mana mengatur metabolisme, sirkulasi, respirasi dan aktifitas otot-otot skelet.
Kontraksi otot atau gerak banyak menghasilkan panas, sebagaimana persamaan berikut : K =
W/H
K = efisiensi
Temperatur dalam
Bagian tubuh H = energi total pada waktu kerja (kal)
oC
Dahi 33,5 W = usaha dinayatakan dalam Kg.m
Dada 33,3
Lengan 31,1
Patokan untuk menghitung temperatur
Perut 30 kulit rata-rata adalah :
0,02 . T kepala + 0,14 T lengan + 0,05
Kaki 29,9
T tangan + 0,07 T kaki + 0,13 T Betis
+ 0,09 T paha + 0,35 T punggung.
Telapak kaki 24,4
Dengan mengetahui temperatur kulit
rata-rata tersebut, maka dapat dihitung
Ujung jari kaki 33,3
temperatur tubuh rata-rata yaitu :
Mean body temperatur =
Punggung 32,4
(0,69xTemp.rektal)+(0,33xTemp.kulit
rata-rata)
Lengan tangan bagian belakang 32,5
Kulit mengkerut
Meningkatkan kehilangan
PANAS Berkeringat panas
Peningkatan pernapasan
HUKUM TERMODINAMIKA
Dalam mempelajari termodinamika ini dikenal ada 4 hukum termodinamika yaitu :
A. Hukum ke nol termodinamika (oleh R.H. Fowler)
B. Hukum pertama termodinamika
C. Hukum kedua termodinamika
D. Hukum ketiga termodinamika
Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum universal dari
kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan
energi. Pernyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika ini berbunyi: Kenaikan
energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi panas yang
ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap
lingkungannya. Pondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang
melalui eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling dapat
dikonversikan. Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850:
"Terdapat suatu fungsi keadaan E, yang disebut 'energi', yang diferensialnya sama dengan jumlah
kerja yang dipertukarkan dengan lingkungannya pada suatu proses adiabatik."
Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total entropi
dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
Maka, Hukum Kedua Termodinamika berbunyi, tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin
kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata – mata mengubah energi panas yang
diperoleh dari suatu sumber pada suhu tertentu seluruhnya menjadi energi mekanik.
Cara Kerja
Keping Bimetal sengaja dibuat memiliki dua buah keping logam karena kepingan ini dapat
melengkung jika terjadi perubahan suhu. Prinsipnya, apabila suhu berubah menjadi tinggi,
keping bimetal akan melengkung ke arah logam yang keoefisien muainya lebih rendah,
sedangkan jika suhu menjadi rendah, keping bimetal akan melengkung ke arah logam yang
keofisien muainya lebih tinggi. Logam dengan koefisien muai lebih besar (tinggi) akan lebih
cepat memanjang sehingga kepingan akan membengkok (melengkung) sebab logam yang
satunya lagi tidak ikut memanjang. Biasanya keping bimetal ini terbuat dari logam yang
koefisien muainya jauh berbeda, seperti besi dan tembaga.
Pada termometer, keping bimetal dapat difungsikan sebagai penunjuk arah karena jika kepingan
menerima rangsanag berupa suhu, maka keping akan langsung melengkung karena pemuaian
panjang pada logam.
Termometer
Adalah alat ukur berskala yang dapat di gunakan untuk menunjukan suhu.
Cara menggunakan termometer adalah dengan memasang termometer tersebut kontak dengan
benda lain sampai benda dan termometer tersebut terjadi kesetimbangan termal.
Keseimbangan Termal
Keseimbangan termal terjadi jika 2 benda yang berada dalam kontak termal mempunyai
temperatur yang sama. Dua benda disebut dalam kontak termal jika perlakuan panas pada salah
satu benda menghasilkan perubahan makroskopis pada benda lainnya.
Termometer air raksa umumnya menggunakan skala suhu Celsius dan Fahrenhait. Celsius
memakai dua titik penting pada skalanya: suhu saat es mencair dan suhu penguapan air. Es
mencair pada tanda kalibrasi yang sama pada thermometer yaitu pada uap air yang mendidih.
Saat dikeluarkan termometer dari uap air, ketinggian air raksa turun perlahan. Ini berhubungan
dengan kecepatan pendinginan (dan pemuaian kaca tabung). Jadi pegukuran suhu celsius
menggunakan suhu pencairan dan bukan suhu pembekuan.
Thermometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh) didekat tempat/ abung air
raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun
kembali pada saat suhu udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula,
thermometer ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet.
Dari gambar disamping dapat diilustrasikan bahwa apabila temperatur naik dan kolom air raksa
tidak terputus, maka air raksa terdesak melalui bagian yang sempit. Ujung kolom menunjukkan
temperatur udara. Apabila suhu turun, kolom air raksa terputus pada bagian yang sempit setelah
air raksa dalam bola temperatur menyusut. Ujung lain dari kolom air raksa tetap pada tempatnya.
Untuk pengamatan suhu udara ujung kolom ini menunjukkan suhu udara karena penyusutan air
raksa kecil sekali dan dapat diabaikan. Jadi Thermometer menunjukkan suhu udara tertinggi
setelah terakhir dikembalikan. Thermometer dikembalikan setelah dibaca.
Titik didih Celcius yaitu 0 °C (212 °F) dan titik beku pada 100 °C (32 °F). Tetapi peneliti lain
-Frenchman Jean Pierre Cristin– mengusulkan versi kebalikan skala celsius dengan titik beku
pada 0 °C (32 °F) dan titik didih pada 100 °C (212 °F). Dia menamakannya Centrigade.
Kalor
Kalor adalah jumlah energi yang dipindahkan dari satu benda atau tubuh kepada benda lain
akibat suatu perbedaan di antara mereka. Kalor ( Q ) dinyatakan dalam satuan energi dalam joule
(J) menurut satuan SI. Kalor dalam bidang kedokteran umumnya dinayatakan dalam kalori (kal),
yaitu satu kalori adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 gr air
sebanyak 1oC pada suhu kamar (293K).
1 kal = 4,2 J
Di rumah sakit atau lazim dalam ilmu gizi 5 Kalori pada dasarnya = 5 Kilokalori = 5 kkal = 5000
kal.
Jika suatu benda didekatkan pada perapian, benda tersebut akan menjadi panas dan suhunya
naik. Sebaliknya, jika benda tersebut dijauhkan dari perapian, benda tersebut akan menjadi
dingin dan suhunya turun. Apakah penyebab kenaikan dan penurunan suhu tersebut ?
Penyebabnya adalah adanya aliran panas / kalor dari perapian tersebut dan sebaliknya. Jadi jika
ditambahkan panas pada benda, suhu benda akan naik.
Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1oC pada massa 1 gr
air. Dalam SI satuannya adalah Joule (J). 1 kalori = 4,186 J atau 1J=0,24 kalori.
Kapasitas kalor
Selain pengertian kalor jenis suatu zat, kita mengenal pula yang disebut kapasitas kalor.
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk menaikkan
suhunya 1oC atau 1K. Jadi, besarnya kapasitas kalor tergantung dari kalor yang diserap dengan
kenaikkan suhu yang disebabkan oleh kalor itu.
Sesuai dengan seluruh reaksi kimia, rata-rata reaksi kimia di dalam tubuh tergantung pada
temperatur. Apabila kita masuk ke ruangan ber-AC, maka kita akan memberi respons normal
meskipun dalam keadaan dingin. Tetapi dalam keadaan dingin yang ekstrim, maka mekanisme
pengaturan suhu akan terganggu, bahkan mungkin sama sekali tidak bisa berfungsi. Akibat dari
keadaan demikian temperatur tubuh menjadi dingin. (hipotermia).
Keadaan hipotermia sangat dibutuhkan pada keadaan tertentu misalnya pada operasi jantung. Hal
ini sangat bermanfaat karena jaringan yang mengalami hipoksia sangat sedikit memerlukan
oksigen, fungsi pengaturan suhu terutama terletak pada reaksi biokimianya.
Konduksi
Konduksi adalah pemaparan panas dari suatu objek yang suhunya lebih tinggi ke objek yang lain
dengan jalan kontak langsung. Perpindahan panas yang tidak disertai perpindahan massa
(partikel zat) ini disebut juga perpindahan secara konduksi (hantaran).
Berdasarkan teori kinetik di mana energi kinetik dihantarkan dari satu molekul ke molekul yang
lain dengan jalan tabrak sehingga terjadi panas. Berdasarkan kaidah ini dapat dicari hantaran
panas melalui konduksi.
Kecepatan pemaparan panas secara konduksi tergantung pada besar perbedaan temperatur dan
konduktivitas termal dari bahan.Beberapa bahan seperti logam merupakan konduktor/penghantar
yang baik, sedangkan udara merupakan konduktor yang jelek. Konduktivitas termal bervariasi
dengan temperatur, setiap peningkatan 1oC dari 0oC, maka konduktivitas termal udara akan
meningkat sekitar 0,28%.
Para ahli ilmu faal sangat tertarik untuk mengaplikasikan aliran panas melalui dua material yang
berbeda, misalnya panas mengalir dari kulit ke udara, sebagaimana gambar berikut :
Kulit Udara
Dx Dx
T1 Ti T2
Pada jarak Dx ( dari dalam sampai kepermukaan kulit) mempunyai temperatur sebesar T1 dan
pada jarak yang sama di udara temperaturnya T2, di antara kedua permukaan temperatur, aliran
panas melalui kulit harus sama dengan udara sekitarnya maka asumsi kita adalah :
ks
di kulit : H = —–( Ti-T1)
Dx
ka
di udara: H = - —–( T2-Ti)
Dx
ks ka
Jadi H = – —–(Ti-T1) = – ——(T2-Ti)
Dx Dx
ks.ka (T2-T1)
H = ——— x ———
ks + ka Dx
Catatan :
ks = koefisien konduktivitas kulit
ka = koefisien konduktivitas udara
Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Pada saat kecepatan arus udara
meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat. Kehilangan panas konvektif meningkat
ketika kulit lembab dengan udara yang bergerak ringan. Pada konveksi, kalor berpindah
bersama-sama dengan perpindahan partikel zat. Apabila seceret kopi diletakkan di atas kompor
listrik yang panas, maka energi di dalam ceret akan meningkat yang disebabkan oleh konduksi.
Bila seceret kopi panas diletakkan di atas meja maka tampak ada peningkatan energi di daerah
yang ditempatkan seceret kopi tersebut.
Transfer panas demikian disebut konveksi, dan tentunya sangat berbeda bila dibanding dengan
konduksi. Aliran konveksi dapat terjadi dikarenakan massa jenis udara panas sangat ringan
dibandingkan dengan udara dingin. Konveksi secara alami dapat terjadi karena pemanasan
asymetris. Gaya konveksi bisa terjadi apabila angin secukupnya mengalir melewati tubuh.
Pertukaran panas dan gaya konveksi adalah berbanding lurus dengan perbedaan temperatur
antara kulit dan udara dan kecepatan udara.
Besarnya kalor yang mengalir tiap satu satuan waktu pada konveksi dirumuskan berikut ini :
H = h.A.Dt
Keterangan :
H = jumlah kalor yang mengalir tiap satuan waktu ( J/s)
h = koefisien konveksi ( J/m2.K.s)
A = luas masing-masing permukaan ( m2)
Dt = selisih suhu antara kedua permukaan (K)
Sedangkan aliran panas yang terjadi antara kulit dan lingkungan secara konveksi
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jq = 8,3 . V 0,5 .Dt
V = kecepatan angin (m/s)
Dt = selisih suhu antara kulit – udara.
Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa
keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Biasanya panas
menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingin di sekelilingnya. Penyebaran meningkat
bila perbedaan suhu antara objek meningkat. Sebagian besar ruangan antara bumi dan matahari
adalah ruang hampa, tetapi panas matahari sampai juga ke bumi. Tidak mungkin panas tersebut
merambat sampai ke bumi secara konduksi atau konveksi, sebab tidak ada partikel-partikel
perantaranya. Matahari memancarkan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik dan oleh
bumi energi ini diserap dalam wujud sebagai panas/kalor. Perpindahan kalor semacam ini
disebut pancaran (radiasi).
Benda hitam adalah benda yang mampu menyerap semua energi radiasi yang jatuh padanya.
Kalau keseimbangan termal telah tercapai, jumlah energi yang dipancarkan suatu benda sama
dengan jumlah energi yang diserap. Oleh karena itu, benda yang merupakan penyerapa kalor
yang baik juga merupakan pemancar radiasi yang baik.
Hukum Stefan Boltzman menyatakan bahwa jumlah energi yang dipancarkan tiap satuan luas
permukaan, tiap satuan waktu adalah berbanding lurus dengan pangkat empat suhu mutlak
permukaan tersebut, dirumuskan sebagai berikut :
W = e.s.T4
W = energi yang dipancarkan oleh satu satuan luas permukaan dalam waktu
E = emisivitas benda ( 0 £ e £ 1)
s = konstanta Stefan Boltzman = 5,67 x 10-8 watt/m2K4
T = suhu mutlak permukaan benda
Evaporasi
Evaporasi adalah peralihan panas dari bentuk cairan menjadi uap. Manusia kehilangan sekitar
9×103 kalori/gr melalui penguapan paru-paru. Dengan aktifitas berat seseorang akan minum air
4 liter/jam, hal ini merupakan suatu proses pertukaran energi termal.
Kehilangan panas melalui evaporasi dapat terjadi bila :
1) perbedaan tekanan uap air antara keringat pada kulit dan udara.
2) Temperatur lingkungan rendah dari normal sehingga evaporasi dari keringat dapat terjadi
sehingga tubuh kehilangan panas, hal ini terjadi bila temperatur basah kering dibawah
temperatur kulit.
3) Adanya gerakan angin
4) Adanya kelembaban
Dengan demikian kehilangan panas melalui evaporasi melewati kulit dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Jq = 13,7 – V½ ( P kulit – P udara)
V = kecepatan angin (m/s)
P = tekanan dalam millibar
Metode konduksi
Metode ini merupakan dasar dari sifat fisik kedua benda. Apabila terdapat perbedaan temperatur
antara kedua benda maka akan ditransfer secara konduksi yaitu dari benda yang lebih panas ke
benda yang lebih dingin.
Tabel perbedaan derajat suhu normal dari berbagai kelompok usia (Tamsuri Anas, 2007)