OLEH KELOMPOK 4:
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang
dapat terjadi pada setiap orang. Dimana keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. Aspek yang juga
mengalami penurunan secara degenerative adalah fungsi kognitif
(kecerdasan/pikiran). Salah satu contoh gangguan degeratif kognitif pada
lansia adalah demensia.
Lanjut usia adalah kelanjutan dari usia dewasa yang merupakan proses
alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho, 2008).
Akibatnya jumlah lanjut usia semakin bertambah dan cenderung lebih cepat
dan pesat (Nugroho, 2006). Sistem tubuh pada lanjut usia akan mengalami
penurunan diberbagai aspek baik biologis, fisiologis, psikososial, maupun
spiritual yang merupakan suatu proses penuaan (Stanley & Beare, 2006).
Pada lansia akan terjadi proses penuaan secara degenerative yang akan
berdampak pada perubahan-perubahan yaitu secara fisik, kognitif, sosial dan
sexsual (Glascock dan Feinman, 1981). Perubahan yang muncul secara fisik
misalnya sistem indra, sistem musculoskeletal, perubahan pada
cardiovaskuler. Perubahan secara psikologi misalnya masa pensiun,
perubahan peran sosial yang telah berubah. Dan pada lansia sering muncul
gangguan seperti immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh),
impairment (gangguan intelektual) isolation (isolasi) (Kuntjoro, 2002).
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya
fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga
menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari (Brocklehurst and Allen, 1987
dalam Boedhi-Darmojo, 2009). Pada lansia dengan demensia penurunan
kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana
terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian, sehingga
terkadang terjadi gangguan terhadap bio-psiko-sosial-spritual pada lansia.
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku yang maladaptif.
Menurut Word Health Organization (WHO) populasi lansia yang
berusia diatas 60 tahun diperkirakan menjadi dua kali lipat dari 11% pada
tahun 2000 dan akan bertambah menjadi 22% tahun 2050. Pada tahun 2000
penduduk lansia populasinya berjumlah 605 juta jiwa dan akan bertambah
menjadi 2 miliar pada tahun 2050 (WHO, 2012). Berdasarkan hasil Susenas
tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia telah mencapai 20,40 juta orang atau
sekitar 8,05% dari total penduduk Indonesia. Jumlah penduduk di Indonesia
diperkirakan akan terus bertambah menjadi sekitar 450.000 jiwa per tahun.
Dengan demikian, jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2025 akan
bertambah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2013). Semakin bertambahnya umur
manusia, akan terjadi proses penuaan dengan diikuti berbagai permasalahan
kesehatan terutama secara degeneratif yang berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia baik dari perubahan fisik, kognitif, perasaan,
sosial, dan seksual (Azizah, 2011). Masalah terbesar lansia adalah penyakit
degenerative. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia penderita
penyakit degeneratif tidak dapat beraktifitas (tinggal di rumah).
Berdasarkan hasil survei dari 5 wisma (Antokan, Anai, Tandikek,
Pantai cermin dan Selasih) terdapat 31 orang lansia dengan 16 orang lansia
perempuan dan 15 orang lansia laki-laki, dari 31 orang lansia tersebut
didapatkan 6 lansia mengalami kepikunan atau demensia, dan 8 lansia
beresiko mengalami demensia karena faktor usia, kurang aktivitas, makanan
yang tidak seimbang, dan depresi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Kegiatan terapi aktivitas kelompok: tebak gambar ini bertujuan
untuk meningkatkan kognitif lansia serta melatih ingatan lansia di PSTW
Sabai Nan Aluih Sicincin.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan terapi aktivitas kelompok Tebak gambar:
1) Untuk meningkatkan kognitif dan daya ingat lansia
2) Mengubah pikiran negative menjadi positif
3) Membantu mengendalikan diri
4) Pencegahan dan perkembangan pribadi
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Terapi kognitif : tebak gambar
2. Sasaran
Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Kriteria inklusi :
1) Klien yang sudah mampu berinterkasi dengan klien lain.
2) Klien dengan kondisi yang stabil
3) Klien bersedia mengikuti permainan
3. Target
Lansia di wisma Antokan, Anai, Tandikek, Pantai cermin dan Selasih
4. Metode TAK
Ceramah dan permainan kelompok
5. Media
Gambar
6. Waktu dan setting tempat
a Waktu
Hari/ tanggal : Jum’at/ 14 juni 2019
Jam : 09.30-10.15 wib
b Tempat : Di Wisma Antokan PSTW Sabai Nan Aluih
Sicincin
6. Seting Tempat
Keterangan :
: Klien
: Fasilitator
: Observer
: Leader
: Co Leader
E. KEGIATAN TAK
Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan Metode Media
Tak Peserta
Pre 10 Membuka dengan salam Menjawab Ceramah -
orientasi menit Memberikan evaluasi Mendengarkan Ceramah
validasi Mendengarkan Ceramah -
Memberi reinforcement Memperhatika Ceramah
positif n
Kontrak bahasa
--
Orientas 15 Menjelaskan peraturan Memperhatika Ceramah
i menit permainan n Ceramah
Membagi lansia menjadi 4 Mengikuti
kelompok, dalam 1 kelompok
terdapat 3 lansia Ceramah
Menginstruksikan untuk baris Mengikuti
perkelompok menjadi 1 Ceramah
banjar Memperhatika
Memperlihatkan gambar n
yang akan ditebak
Menginstruksikan kelompok Menebak
untuk mendiskusikan gambar
jawaban dari gambar yang
ditebak
Mempersilakan kelompok
mejawab tebak gambar siapa
yang mengetahui terlebih
dahulu
Kelompok yang menjawab
pertanyaan pertama dan
benar akan mendapatkan
poin.
Termina 5 menit Evaluasi :
si Menanyakan perasaan lansia Menjawab Ceramah
seteleh mengikuti tak
Memberikan reinforsement Memperhatika Ceramah
positif n
Tindak lanjut :
Meminta lansia untuk Ceramah
mengungkapkan perasaannya Menjawab
setelah bermain tebak
gambar Ceramah
F. ANTISIPASI MASALAH
1) lansia yang tidak aktif saat aktifitas kelompok penanganannya adalah
dengan memberikan motivasi oleh fasilitator.
2) Bila lansia meninggalkan kegiatan tanpa ijin, panggil nama lansia,
tanyakan alasan lansia meninggalkan kegiatan, berikan motivasi agar
lansia kembali mengikuti kegiatan.
3) lansia lain yang ingin mengikuti kegiatan, beri penjelasan pada lansia
tersebut bahwa kegiatan ini ditujukan pada lansiayang dipilih, katakan
pada lansia lain tersebut bahwa akan ada waktu khusus untuk mereka.
D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Tim berjumlah 12 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co leader, 8
fasilitator dan 2 observer, dokumentasi.
2) Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik.
3) Tidak ada kesulitan memilih lansia yang sesuai dengan kriteria dan
karakteristik lansia untuk melakukan terapi aktifitas kelompok tebak
gambar
2. Evaluasi Proses
1) Leader menjelaskan aturan jalanya kegiatan dengan jelas
2) Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah lansia
3) Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk
dapat mengawasi jalannnya kegiatan
4) 70% lansia yang dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal
sampai selesai.
3. Evaluasi Hasil
Setelah mengadakan terapi aktifitas kelompok terapi kognitif 12
lansia yang diamati, hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1) 70% lansiayang dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal
sampai selesai.
2) 70% lansia dapat meningkatkan daya ingat dan kognitifnya.
3) 70% lansia dapat meningkatkan kemampuan akan kegiatan kelompok
(mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai).
4) 70% lansia mampu melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya
(mau berinteraksi dengan perawat/lansia lain).
Hubungan kualitas tidur dan fungsi kognitif pada lanjut usia di PantiSosial
Margaguna Jakarta Selatan (Skripsi, Universitas Islam Negeri
SyarifHidayatullah Jakarta
Intani, A. C. (2013). Hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di
Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember
(Skripsi, UniversitasJember).
Jerry. (2010). Pengaruh kebisingan dan warna terhadap ingatan jangka pendek
ditinjau daridimensi kepribadian ekstrovert dan introvert (Skripsi,
Universitas Sumatera Utara)