Anda di halaman 1dari 11

KONSEP HALAL DAN HARAM

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD TRI PRIHANTONO
18.0601.0037

PRODI D- III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum. Wr. Wb.

 
Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-NYA,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat
serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya di jalan yang benar.Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
sudah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini saya susun berdasarkan tugas dari mata kuliah AIK 4 yang berjudul
“KONSEP HALAL DAN HARAM”. Penyusunan makalah ini salah satunya bertujuan memberi
informasi kepada pembaca tentang konsep halal dan haram. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya para remaja. Penyusun juga meminta maaf apabila
banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
 

Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb.

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
A. Pengertian.............................................................................................................................5
B. Konsep halal dan haram........................................................................................................6
C. Perundangan terkait standarisasi halal..................................................................................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Islam merupakan agama yang baik dan diridhai oleh Allah SWT. Dalam Islam,
terkandung ajaran-ajaran yang di antaranya adalah syariah.
Syariah dapat diartikan sebagai jalan bagi seorang hamba menuju Sang Khaliq. Salah
satu aplikasi syariah dalam Islam adalah mengenai halal dan haram. Halal dan haram ini
dapat meliputi beberapa hal, seperti makanan dan minuman, pakaian, dan sebagainya.
Dalam islam halal dan haram telah ditentukan dengan jelas, banyak sekali ayat al-
qur’an dan al-hadis yang membahas hal tersebut. Seperti firman-Nya dalam al-Quran
yang artinya “Makanlah makanan yang halal lagi baik”, demikianlah perintah Allah
kepada umat Islam seperti tertera dalam alQur’an dalam surat al-Maaidah ayat 88.
Dengan demikian, mengkonsumsi makanan yang halal merupakan suatu kewajiban bagi
umat Islam. Akan tetapi, dalam era global sekarang ini penetapan kehalalan suatu produk
pangan tidaklah semudah pada waktu teknologi beum berkembang. Dengan demikian,
diperlukan adanya suatu jaminan dan kepastian akan kehalalan produk-produk pangan
yang dikonsumsi oleh umat islam yang merupakan aian terbesar penduduk Indonesia
(lebih dari 85%).

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari halal dan haram dalam perspektif islam?
2. Bagaimana konsep halal dan haram dalam islam?
3. Bagaimana sertifikasi halal dan undang-undangnya di indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari halal dan haram.
2.  Untuk memahami komsep dari halal dan haram.
3.  Untuk mengetahui sertifikasi halal dan undang-undang diindonesia beserta praktinya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Halal adalah segala sesuatu yang diperbolehkan oleh syari’at untuk di konsumsi,
Terutama dalam hal makanan dan minuman. Dalam firman Allah swt surat al-Baqarah
ayat 168. Dalam ayat di atas telah diterangkan bahwa orang-orang islam di syariatkan
untuk makan makanan yang halal dan baik. Makanan yang halal dan baik disini adalah
makanan yang di perbolehkan oleh syarat baik dari segi zatnya, cara memperolenya dan
cara mengolahnya. Adapun makanan yang baik adalah maknan yang daik bagi
kesehatanya dan tidak membahayakan dirinya.
Sedangkan haram adalah segala sesuatu yang di larang oleh syariat untuk
dikonsumsi, dan apabila tetap dikonsumsi akan mendapatkan dosa kecuali dalam keadaan
terpaksa, serta banyak sekali madhratnya dari pada hikmanya, sebagai contoh
mengkonsumsi darah yang mengalir ini di haramkan karena itu kotor dan dihindari oleh
manusia yang sehat, disampaing itu ada dugaan bahwa darah tersebut dapat menimbulkan
bahaya sebagaimana halnya bangkai.
Menurut bahasa, makanan adalah nomina yang disandangkan pada sesuatu yang
dapat dimakan dan mendukung kesehatan badan.
Sedangkan dalam bahasa Al-Qur’an, makanan disebut dengan tha’am (segala
sesuatu yang dimakan atau dicicipi).
Makanan dikatakan halal paling tidak harus memenuhi tiga kriteria, yaitu halal
zatnya, halal cara memperolenya, dan halal cara pengolahannya:
a. Halal zatnya
Makanan yang halal menurut zatnya adalah makanan yang dari dasarnya halal
untuk di konsumsi. Dan telah di tetapkan kehalalannya dalam kitab suci al-qur’an dan
al-hadist. Centoh makanan yang halal atas zatnya adalah daging sapi, ayam, kambing,
buah-buahan seperti apel, kurma, anggur, Dan lain sebagainya.
b.  Halal cara memperolenya
Yaitu makanan yang di peroleh dengan cara yang baik dan sah, Makanan akan
menjadi haram apabila cara memperolehnya dengan jalan yang batil karena itu bisa
merugikan orang lain dan dilarang oleh syariat. Contoh dari cara memperoleh yang
baik adalah dengan cara membeli, bertani, hadiah, dan lain sebagainya.
Adapun dari makanan yang diperoleh dari makanan yang batil adalah dengan
cara mencuri, merampok, menyamun, dan lain sebagainya.
c. Halal cara pengolahanya
Yaitu makanan yang semula halal dan akan menjadi haram apabila cara
pengolahanya tidak sesuai dengan syeriat agama. Banyak sekali makanan yang
asalnya halal tetapi karena pengolahanya yang tidak benar menyebabkan makanan itu
mmenjadi haram. Contohnya anggur, makanan ini halal tetapi karena telah diolah
menjadi minuman keras maka minuman ini menjadi haram.

B. Konsep halal dan haram


Prinsip pertama pertama yang ditetapkan Islam, ialah: bahwa asal sesuatu yang
dicipta Allah adalah halal dan mubah. Tidak ada satupun yang haram, kecuali karena ada
nas yang sah dan tegas dari syari' (yang berwenang membuat hukum itu sendiri, yaitu
Allah dan Rasul) yang mengharamkannya. Kalau tidak ada nas yang sah –misalnya
karena ada sebagian Hadis lemah-- atau tidak ada nas yang tegas (sharih) yang
menunjukkan haram, maka hal tersebut tetap sebagaimana asalnya, yaitu mubah
Perbedaan antara halal dan haram bukan saja mengharuskan tujuannya mesti
benar, namun sarana untuk mencapai tujuan itu juga haruslah baik. Perintah Al Quran
untuk mencari nafkah setelah melakukan ibadah ritual, mengimpliksikan bahwa
seseorang hendaknya mengikuti perilaku yang diperkenankan dan dihalalkan dalam
mendapatkan penghasilan. Penyucian hati yang dihasilkan oleh ibadah ritual juga
hendaknya menyucikan niat dan metode mereka dalam mencari nafkah dengan cara yang
halal.
C. Perundangan terkait standarisasi halal
1. UU No. 7/1996 tentang Pangan
Di dalam UU No. 7 tahun 1996 beberapa pasal berkaitan dengan masalah
kehalalan produk pangan, yaitu dalam Bab Label dan Iklan Pangan pasal 30 dan 34.
 Bunyi pasal dan penjelasan pasal tersebut adalah Pasal 30
1) Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah
Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan
label pada, didalam dan atau di kemasan pangan.
2) Label, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya
keterangan mengenai:
a) Nama produk
b) Daftar bahan yang digunakan
c) Berat bersih atau isi bersih
d) Nama dan alamat pihak yang memproduksi
e) Keterangan tentang halal; dan
f) Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa
Penjelasan pasal 30 ayat 2 (e): keterangan halal untuk suatu produk
pangan sangat penting bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas
memeluk agama Islam. Namun, pencantumannya pada label pangan baru
merupakan kewajiban apabila setiap orang yang memproduksi pangan dan
atau memasukkan pangan ke wilayah Indonesia untuk diperdagangkan
menyatakan bahwa pangan yang bersangkutan adalah halal bagi umat
Islam.
 Pasal 34
1)  Setiap orang yang menyatakan dalam label atau iklan bahwa pangan yang
diperdagangkan adalah sesuai dengan persyaratan agama atau kepercayaan
tertentu, bertanggungjawab atas kebenaran pernyataan berdasarkan
persyaratan agama atau kepercayaan tersebut.
Penjelasan: dalam ketentuan ini, benar tidaknya suatu pernyataan halal
dalam label atau iklan pangan tidak hanya dapat dibuktikan dari segi bahan
baku pangan, tetapi mencakup pula proses pembuatannya.
2)  PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan
Pasal 3 ayat 2
Label berisikan keterangan sekurang-kurangnya:
a. Nama produk
b. Daftar bahan yang digunakan
c. Nama dan alamt pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke
wilayah Indonesia
d. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa
 Pasal 10
1. Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas
kedalam wilayah Indonesia untuk memperdagangkan dan menyatakan bahwa
pangan tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran
pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal
pada label.
2. Pernyataan tentang halal sebagaimana dimaksud pada ayat 1, merupakan
bagian yang tidak terpisah dari label.
 Pasal 11
1. Untuk mendukung kebenaran pernyataan halal sebagaimana dimaksud
dalam pasal 10 ayat 1, setiap orang yang memproduksi atau memasukkan
pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan,
wajib memeriksakan terlebih dahulu pangan tersebutpada lembaga
pemeriksa yang telah terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan
berdasarkan pedoman dan tata cara yang ditetapkan olen menteri agama
dengan memperhatikan pertimbangan dan saran lembaga keagamaan yang
memiliki kompetensi di bidang tersebut.
3) Kepmenkes No. 924/Menkes/SK/VIII/1996 tentang perubahan atas
kepmenkes No. 8/Menkes/SK/I.1996 tentang pencantuman tulisan “Halal”
pada label makanan.
1.  Pasal 8
Produsen atau importir yang akan mengajukan permohonan
pencatuman tulisan halal wajib siap diperiksa ileh petugas tim gabungan
dari Majelis Ulama Indonesia dan Direktoran Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan yang ditunjuk oleh Direktur Jendral.
2. Pasal 10
a. Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pasal 8 dan hasil pengujian
laboratorium sebagaimana dimaksud pasal 9 dilakuan evaluasi oleh
tim ahli MUI
b. Hasil evaluasi sebagaiman dimaksud ayat 1 disampaikan kepada
komisi fatwa MUI untuk memperoleh fatwa
c. Fatwa MUI sebagaiamana dimaksud ayat 2 berupa pemberian
sertifikat hala bagi yang memenuhi syarat atau berupa penolakan.
3. Pasal 11
Persetuuan pencantuman tulisan “halal” diberikan berdasarkan
fatwa dari komisi fatwa MUI
4. Pasal 12
a. Berdasrakan fatwa MUI, Direktur Jenderal memberikan:
i. Persetujuan bagi yang memperoleh sertifikat halal
ii. Penolakan bagi yang tudak memperoleh sertifikat halal
b.  Penolakan sebagimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b diberikan
secara tertulis kepada pemohon disertai alasan.
Pada prakteknya, jika ada suatu perusahaan ingin mencantumkan label halal ( sekarang
permohonannya ke badan POM), maka akan dilakukan pemeriksaan ke perusahaan
tersebut ( setelah melengkapi persyaratan yang diminta ) oleh tim gabunag dari bdan
POM, LPPOM MUI dan depag. Untuk perusahaan lain yang tidak memerlukan sertifikat
halal maka pengajuan sertifikat halal langsung ke MUI.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Standar halal berbeda dengan standar mutu. Mutu ditetapkan oleh produsen
atas permintaan konsumen. Sedangkan halal merupakan ketetapan Allah yang tidak
bisa diganggu gugat oleh siapapun.
Penentuan standarisasi halal untuk suatu produk makanan ditentukan oleh
suatu badan yang bernama LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan
dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia), yaitu lembaga yang bertugas untuk
meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah produk-produk baik pangan
dan turunannya, obat-obatan dan kosmetika apakah aman dikonsumsi baik dari sisi
kesehatan dan dari sisi agama Islam yakni halal atau boleh dan baik untuk dikonsumsi
bagi umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia, selain itu memberikan
rekomendasi, merumuskan ketentuan dan bimbingan kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

An nawawi bin syarafudin, hadits arba’in.1997: darul fikr, Riyadh.


Al-‘Utsaimin, Syaih Muhammad bin Shahih, Syarah Hadits Arba’in, Jakarta : Pustaka Ibnu
Katsir, 2010.
Djakfar muhammad,.S.H.,M.Ag,, Hukum Bisnis, (UIN Malang Press, 2009)
Yusuf Muhammad, Halal dan Haram dalam islam.., (PT Binailmu,1980)
Qardhawi Yusuf , Halal dan Haram,(jakarta rabbani press 2000)

Anda mungkin juga menyukai