Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS TINDAKAN

PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL

Nama Dosen :
Ns. Heni Kusuma, M.Kep, Sp.KMB

Mata Kuliah :
Keperawatan Medikal Bedah II
Disusun oleh :

1. Zeni Widiastuty NIM : 22020119183155


2. Rahmat Agung Kurniawan NIM : 22020119183174
3. Petrus Kaleka NIM : 22020119183175
4. Warsono NIM : 22020119183164
5. Yulita Wue Koe NIM : 22020119183182
6. Toni Saputra NIM : 22020119183156
7. Paula Deno M. Bay NIM : 22020119183184
8. Mira Murti Oktarina NIM : 22020119183188

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2020
1. Apa tujuan dan indikasi tindakan tersebut (diagnosa keperawatan yang diatasi dengan intervensi
ini)
A. Tujuan
Tujuan pemberian Nutris parenteral pada pasien adalah
1) Menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tubuh melalui intravena, karena sistem
pencernaan tidak dapat melakukan fungsinya sebagai akibat penyakit atau tindakan
medis
2) Mencegah katabolisme energi dari sumber lemak
3) Mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat
B. Indikasi
1) Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal,
kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.
2) Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis berat, status
preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri mesenterika, diare
berulang.
3) Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan, pseudo-obstruksi dan
skleroderma.
4) Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada gangguan makan, muntah
terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum.
C. Diagnosa keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Apa alat dan bahan yang diperlukan?
A. Alat-alat
1) Baki instrument
2) Infus set steril
3) Jarum/wing nidle/ Abocat yang sesuai
4) Korentang
5) Kom
6) Non steril : Standart infus, perlak, turniket, plester, gunting perban,bengkok, jam tangan
B. Bahan
1) Handscone steril
2) Alkohol 70 %
3) Cairan nutrisi yang akan diberikan
3. Bagaimana prinsip dan langkah prosedur yang diterapkan (cantumkan berdasarkan NIC-Nursing
Intervention Classification)
A. Prinsip sesuai NIC (Nursing Intervention Classification)
1) Pemilihan Vena : vena sentral untuk terapi nutrisi lebih dari 2 minggu, cairan
hiperosmolar/ kalori tinggi; vena perifer untuk dibawah 2 minggu dan osmolaritas < 900
mOsm/L
2) Bekerja sesuai SOP
3) Prinsip 5 B
4) Teknik steril
5) Teknik aseptik untuk perawatan area insersi
6) 1 way 1 function
7) Kecepatan aliran konstan
8) Pengawasan rutin pada : BB, output cairan, kadar elektrolit, protein, glukosa, kimia
darah, benda keton.
9) Pertimbangkan nutrisi oral jika memungkinkan
10) KIE
B. Prosedur
1) Prosedur Pelaksanaan
a. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
b. Mengatur posisi pasien yang nyaman (posisi supine) Memasang sketsel
2) Fase Orientasi:
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan kepada klien
d. Menjelaskan prosedur
e. Menanyakan kesiapan klien
3) Fase Kerja:
a. Mengisi selang infus:
 Perawat mencuci tangan dan memakai handscoon
 Desinfeksi karet penutup botol
 Menusukkan infus set ke dalam botol infuse
 Pengatur tetesan infus ditutup, jarak 24 cm dibawah tempat tetesan
 Menggantungkan botol infuse di standart infus
 Ruang tetesan diisi setengah (Jangan sampai terendam)
 Selang infus diisi cairan infus dan dikeluarkan udaranya
b. Melakukan kateterisasi vena (prosedur kateterisasi vena di lengan bawah)
 Pasang perlak kecil dan alasnya dibawah bagian yang akan dipungsi
 Pasang torniket di sebelah proksimal vena yang akan dipungsi
 Tentukan vena yang akan dikateter bila perlu dipalpasi
 Lakukan tindakan antisepsis dengan kapas alcohol 70% pada lokasi vena tempat
masuk kateter dan sekitarnya
 Regangkan kulit kearah distal, tusukkan jarum dengan sudut 20 0 terhadap
permukaan kulit dengan ubang menghadap keatas dan masukkan jarum sesuai
dengan arah garis vena.
 Tahan kanula dan tarik jarum sedikit. Bila tampak darah keluar berarti kanula
telah masuk ke vena. Tahan jarum dan dorong kanula kateter
 Lepaskan torniket, tempelkan kapas ditempat pungsi
 Pasang selang infus berisi cairan infus yang telah dipersiapkan selama tindakan
sebelumnya
 Fiksasi kateter dan selang infus dengan plester
 Mengatur tetesan dalam satu menit sesuai intruksi
 Tutup kulit dengan kassa steril
 Merapikan pasien
 Melepas handscoon dan mencuci tangan
 Mencatat: tanggal dan jam pemberian cairan, macam cairan
 Merapikan pasien
4) Fase Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan:
Tanyakan keadaaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan Obsevasi adanya
komplikasi setelah pemasangan infus/ terapi intravena (flebitis, infiltrasi, iritasi vena,
hematoma, tromboflebitis, thrombosis, spasme vena, dan kerusakan syaraf, tendon
dan ligament).
b. Menyampaikan tindak lanjut jika ada keluhan bisa menghubungi perawat di ruangan
4. Apa dampak negatif yang dapat muncul dan bagaimana antisipasinya?
A. Dampak negatif yang dapat muncul
1) iperglikemi
2) Pnumotoraks
3) flebitis.
4) Infiltrasi
5) Iritasi vena.
6) Hematoma.
7) Tromboflebitis
8) Thrombosis.
9) Spasme vena.
10) dan kerusakan syaraf, tendon dan ligament.
B. Pencegahan komplikasi/ Antisipasi
1) Monitor ketat terhadap kadar gula darah
2) Ganti lokasi tusukan setiap jam dan gunakan set infus baru
3) Ganti kasa steril penutup luka setiap jam dan evaluasi tanda infeksi
4) Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
5) Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
6) Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
7) Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan,
periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
8) Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan
memakai kapas alcohol
9) Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik sterilisasi dalam
pemasangan infuse
10) Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah rusak,
vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil
11) Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat, Penghitungan cairan yang
sering digunakan adalah penghitungan millimeter perjam (ml/h) dan penghitungan
tetes permenit
5. Jelaskan evaluasi berdasarkan NOC-Nursing Outcome Classification untuk menilai efisiensi
intervensi ini!
Masalah keperawatan yang mengunakan intervensi pemberian nutrisi parenteral adalah
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi Keperawatan : Pemberian nutrisi parenteral
Noc :
1) Status Nutrisi
2) Nutrisi status : Food and fluit
3) Intake
4) Nutrisi status : Nutrient Intake
5) Weight control
Kriteria Hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuia dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda malnutrisi
5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Berdasarkan diagnosa keperawatan dan kriteria hasil yang ada pada NOC maka intervensi
yang dilakukan yaitu Pemberian nutrisi parenteral. Keefektifan intervensi keperawatan dapat
dilihat dan diukur dengan melalui :
1) Nutrition Management
a) Kaji alergi makanan
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan
c) Yakinkan died mengandung serat tinggi agar tidak terjadi konstipasi
d) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan pasien
2) Nutrition Monitoring
a) BB pasien dalam batas normal
b) Monitor adanya penurunan berat badan
c) Monitor mual muntah
d) Monitor kadar albumin, total protein pasca hospitalisasi
e) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
6. Jelaskan hasil riset terkini terkait prosedur ini!
A. Penilitian yang dilakukan oleh setianingsih & anna tentang perbandingan enteral dan
parenteral nutirisi pada pasien kritis menyebutkan bahwa pada penanganan pasien kritis
mengatasi masalah kebutuhan nutirisi, enteral nutriton selalu menjadi pilihan pertama
(Early Enteral Nutrition) dan parenteral nutrition sebagai pilihan kedua (Late Perenteral
Nutrition), hal ini lebih memiliki komplikasi yang lebih rendah dan clinical outcome lebih
baik dibandingkan Early Parenteral Nutrition lalu Late Enteral Nutrition.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/download/1230/1283

Anda mungkin juga menyukai