Batubara 2
Batubara 2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih karuniaNya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Fajar Hanggara
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1 SEJARAH PERTAMBANGAN BATUBARA DI INDONESIA........................3
2.2 PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DI INDONESIA.............................5
2.2.1 KALTIM PRIMA COAL (KPC).........................................................................5
2.2.2 PT. GERBANG DAYA MANDIRI......................................................................6
2.2.3 PT. BERAU COAL...............................................................................................7
2.3 PERATURAN DAN UU TAMBANG BATUBARA DI INDONESIA...............8
BAB III PENUTUP..............................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara ekonomis tersebut
dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier
Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas,
kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi. Di Indonesia
produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta ton. Sekitar 33 juta
ton dieksport dan sisanya sebesar 11 juta ton untuk konsumsi dalam negeri. Dari
jumlah 11 juta ton tersebut 60 % atau sekitar 6.5 juta ton digunakan untuk
pembangkit listrik, 30 % untuk industri semen dan sisanya digunakan untuk
rumah tangga dan industri kecil.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah pertambangan batubara
2. Untuk mengetahui perusahaan yang bergerak di industri batubara di Indonesia
3. Untuk mengetahui peraturan dan UU pertambangan di Indonesia
2
BAB II PEMBAHASAN
3
Tanjung Enim – tambang terbuka
Tepi sungai Mahakam – tambang bawah tanah
4. Sejak 1991
4
Produksi batubara Indonesia terus meningkat secara signifikan – terutama dari
tambangtambang milik PTBA dan KKS. Tahun 1995 PTBA tidak lagi sebagai
prinsipal KKS – diambil alih oleh pemerintah – menjadi PKP2B (Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara). Sampai saat ini sudah 3 generasi PKP2B
Kebutuhan domestik meningkat dengan dibangunnya PLTU-PLTU baru. Ekspor juga
meningkat dengan pesat sejalan dengan berkembangnya negara-negara industri baru
di Asia Timur
Saat ini, kepemilikan BUMI di KPC 51%, sebanyak 30% dimiliki oleh Tata
Power asal India, dan 19% dimiliki oleh China Investment Cooperation (CIC). KPC
merupakan perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia. Lokasinya di
Sangatta dan Bengalon.
Di 2018, KPC merajai produksi batu bara secara nasional. Dengan produksi
sekitar 58 juta ton, KPC menyumbang sekitar 11% dari produksi batu bara nasional
yang pada tahun lalu mencapai 528 juta ton.
5
Direktur Independen BUMI Dileep Srivastava, mengatakan tahun lalu KPC
menyumbang pajak dan royalti ke negara hingga US$ 1,5 miliar. Jumlah sumber daya
batu bara KPC mencapai 7,055 miliar ton dengan cadangan 1,178 miliar ton. Dari
cadangan tersebut, sebanyak 948 juta ton di Sangatta dan 230 juta ton di Bengalon.
Tambang raksasa batu bara ini juga memiliki pelabuhan sendiri untuk mengirimkan
batu bara langsung ke para pembelinya. Untuk listrik, tambang KPC di Sangatta
memiliki pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 3x18 MW dan 2x5 MW.
PLTU ini sebanyak 18 MW diberikan KPC kepada PLN untuk melistriki warga di
Sangatta. Pembangkit ini juga menggerakkan conveyor yang berfungsi mengirim batu
bara dari tempat pengolahan batu bara mentah menuju ke pelabuhan.
6
menyebut rencana produksi tambang bawah tanah pada 2016 sebesar 494 ribu ton,
kemudian di 2017 mencapai 943 ribu ton, di 2018 sebesar 845 ribu ton serta di 2019
mencapi 1,06 juta ton. "Setelah 2019 produksi tambang bawah tanah rata-rata sebesar
1 juta ton per tahun," tuturnya.
7
1996 PT Berau Coal mendapatkan Kuasa Pertambangan Eksploitasi Binungan
seluas 12 ribuan hektare dan berlaku 30 tahun (8 Juli 1996). Luas wilayah tahap
eksplorasi menjadi 120 ribu hektar. PT Berau Coal mendapat kontrak dengan
PLTU Paiton Swasta II (Paiton 6&7) PT Jawa Power.
1999 Luas wilayah yang dipertahankan oleh PT Berau Coal adalah 120 ribu
hektare (19 Maret 1999).
2000 PT Berau Coal memulai Tahap Kegiatan Operasi Produksi pada sebagian
wilayah seluas 16 ribu hektare di wilayah Sambarata dan Birang. Total luas
wilayah status eksplorasi menjadi 87 ribu hektare (16 Oktober 2000). Wilayah
seluas 86 ribu hektare menjadi daerah Produksi, sehingga seluruh wilayah
konsesi PKP2B PT Berau Coal menjadi 121 ribu hektare (29 desember 2000).
Komposisi saham berubah, saham yang dimiliki Nisshio Iwai di jual separuh
(10%), juga semua saham milik PT Pandu Dian Pertiwi dijual kepada PT
Armadian, sehingga menjadi PT United Tractor Tbk (60%), Nisshio Iwai Japan
(10%) san PT Armadian (30%).
2004 Komposisi kepemilikan saham berubah menjadi PT Armadian Tritunggal
(51%), Rognar Holding BV (39%) dan Sojitz Crop (10%).
2005 PT Berau Coal melakukan penciutan seluas 7 ribu hektare dan
penambahan seluas 3 ribu hektare wilayah konsesinya, sehingga wilayahnya
menjadi 118 ribu hektare.
2009 Terjadi perubahan kepemilikan saham perseroan dimana 100%
kepemilikannya dipegang oleh Recapital Group (Recapital) melalui anak
perusahaannya yaitu PT Bukit Mutiara dan PT Bentara Energy Asia Utama.
2010 Perubahan nama induk perusahaan dari PT Risco menjadi PT Berau Coal
Energy Tbk (21 April 2010). PT Berau Coal Energy Tbk go public dan listing
saham perdana di Bursa Efek Indonesia (19 Agustus 2010).
8
Di Indonesia hukum pertambangan yang mengatur kegiatan pengolahan
pertambangan telah ada dari zaman penjajahan Hindia Belanda hingga era
kemerdekaan. Dibawah ini akan diuraikan secara singkat pemberlakukan dan
perubahan atau penggantian produk peraturan perundang-undangan dari zaman
Hindia Belanda hingga Era kemerdekaan baik Orde lama, Orde Baru dan Orde
Reformasi. Berikut peraturan-peraturan yang masih berlaku :
A. UNDANG-UNDANG
1. UUD 1945;
2. UU Gangguan (Hinderordonnantie) 1926;
3. UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing;
4. UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan;
5. UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
6. UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7. UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
8. UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
9. UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara;
10. UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;
11. UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
9
3. PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup;
4. PP Nomor 13 Tahun 2000 tentang Perubahan atas PP Nomor 58 Tahun 1998
tentang Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Departemen Pertambangan Dan Energi di Bidang Pertambangan Umum;
5. PP Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua Atas PP Nomor 32
Tahun 1969 tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 1967;
6. PP Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan;
7. PP Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral;
8. PP Nomor 2 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berasal Dari Penggunaan Kawasan Hutan Untuk
Kepentingan Pembangunan Di Luar Kegiatan Kehutanan Yang Berlaku Pada
Departemen Kehutanan;
9. PP Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran
Dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang;
10. PP Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan Dan
Fungsi Kawasan Hutan;
11. PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral Dan Batubara;
12. PP Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan;
13. PP Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan Dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara;
14. PP Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi Dan PascaTambang;
15. PP Nomor 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PP Nomor 23 Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara;
16. PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
10
17. PP Nomor 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PP Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan;
11
Rangka Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di BIdang Penanaman Modal Kepada
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal;
PERMEN ESDM Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Dan
Harga Patokan Penjualan Mineral Dan Batubara;
PERMEN ESDM Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan
Wilayah Usaha Pertambangan Dan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan
Mineral Dan Batubara;
PERMEN ESDM Nomor 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah
Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral;
PERMEN ESDM Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PERMEN
ESDM Nomor 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral;
PERMEN ESDM Nomor 24 Tahun 2012 tentang PERMEN ESDM Nomor 28
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral Dan
Batubara;
12
PERMEN Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan;
PERMEN Keuangan Nomor 75/PMK.011/2012 tentang Penetapan Barang
Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar Dan Tarif Bea Keluar;
F. Lain-lain
13
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
14