Anda di halaman 1dari 26

PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI

LAHAN PRAKTIK

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Mutu Layanan
Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan

Tugas Individu 2

Disusun Oleh:
Nama : FAHMI FUJI ANDREANI HAMZAH
NPM : 195401426204

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena hanya dengan
izin, rahmat dan kuasa-Nyalah penulis masih diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PELAKSANAAN STANDAR
PELAYANAN KEBIDANAN DI LAHAN PRAKTIK“.

Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama kepada dosen mata kuliah mutu
layanan kebidanan dan kebijakan kesehatan yang telah memberikan tugas ini
kepada penulis. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu,
penulis berharap kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa pun
yang membacanya.

Bandung, 17 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3


2.1. Ruang Lingkup Standar Kebidanan .............................................. 3
2.2. Prasyarat Standar .......................................................................... 3
2.3. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan ................................... 3
2.4. Pelayanan Yang Sesuai Dengan Standar Dan Yang Menyimpang
Dari Standar.................................................................................. 16

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 20


3.1. Kesimpulan .................................................................................. 20
3.2. Saran ............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan
yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah di
tetapkan.Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus
dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa
pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Standar pelayanan kebidanan dasar adalah norma dan tingkat kinerja
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Standar layanan
kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu
layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang
yang terlibat dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu sistem, baik
pasien, penyedia layanan kebidanan, penunjang layanan kebidanan , ataupun
manajemen organisasi layanan kebidanan, dan akan bertanggung gugat
dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
Setiap bidan harus bekerja secara profesional dalam melaksanakan
standar pelayanan kebidanan, dan dalam melaksanakan profesi tersebut
bidan harus bekerja sesuai standar seperti standar pendidikan, standar
falsafah, standar organisasi, standar kurikulum, standar evaluasi pendidikan,
dan standar lulusan. Dan setiap bidan harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar, pengetahuan tambahan yang wajib dimiliki dan
dilaksanakan dalam melakukan kegiatan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan standar pelayanan kebidanan?
2. Apa saja syarat standar kebidanan ?
3. Apa saja standar pengenalan pelayanan kebidanan?

1
4. Apa saja pelayanan yang sesuai dengan standar dan yang menyimpang
dari standar?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui syarat Standar pelayanan kebidanan dasar.
2. Untuk mengetahui syarat standar kebidanan.
3. Untuk mengetahui standar pengenalan pelayanan kebidanan.
4. Untuk mengetahui pelayanan sesuai standar dan yang menyimpang dari
standar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ruang Lingkup Standar Kebidanan

Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan


sebagai berikut:
1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
3. Standar Pertolongna Persalinan (4 standar)
4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)
2.2. Prasyarat Standar
1. Jelas
2. Masuk akal
3. Mudah dimengerti
4. Dapat dicapai
5. Absah
6. Meyakinkan
7. Mantap, spesifik serta eksplisit
2.3. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan
Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat
1. Memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orangtua yang
bertanggung jawab.
2. Pernyataan Standar
Bidan memberikan penyuluhan dan nasihat kepada perorangan,
keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan
kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan
kesiapan menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua,

3
menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang
baik.
3. Hasil dari Pernyataan Standar
Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan
ibu yang sehat, keluarga dan masyarakat meningkatkan pengetahuannya
tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia
muda.
4. Persyaratan
a. Bidan bekerja sama dengan kader kesehatan dan sektor terkait
sesuai dengan kebutuhan
b. Bidan terdidik dan terlatih dalam:
1) Penyuluhan kesehatan
2) Komunikasi dan keterampilan konseling dasar siklus
menstruasi, perkembangan kehamilan, metode kontrasepsi,
gizi, bahaya kehamilan pada usia muda, kebersihan dan
kesehatan diri, kesehatan atau kematangan seksual dan tanda
bahaya pada kehamilan.
3) Tersedianya bahan untuk penyuluhan kesehatan tentang hal-hal
tersebut diatas. Penyuluhan kesehatan ini akan efektif bila
pesannya jelas dan tidak membingungkan
Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan
1. Tujuan
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk
pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian
kinerja.
2. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya
dengan sesama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatatn semua
ibu hamil diwilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan
sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil atau bersalin, nifas, dan
bayi baru lahir semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada

4
masyarakat. disamping itu, bidan hendaknya mengikut sertakan kader
untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang
berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan, ibu dalam
nifas, dan bayi baru lahir. bidan meninjau secara teratur catatan
tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi
untuk meningkatkan pelayanan.
3. Hasil dari pernyataan ini :
a. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.
b. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.
c. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan,
kelahiran dan pelayanan kebidanan.
4. Prasarat
a. Adanya kebijakan nasional setempat untuk mencatat semua
kelahiran dan kematian ibu dan bayi.
b. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan
bayi dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.
c. Bidan bekerja sama dengan kader atau tokoh masyarakat dan
memahami masalah kesehatan seetempat.
d. Register kohort ibu dan bayi, kartu ibu, KMS ibu hamil, buku
KIA, dan PWS KIA partografi digunakan untuk pencatatan dan
pelaporan pelayanan. Bidan memiliki persediaan yang cukup
untuk semua dokumen yang diperlukan.
e. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format
pencatatan tersebut diatas.
f. Pemetaan ibu hamil.
g. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat
jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.
5. Hal yang harus diingat pada standar ini :
a. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan
untuk memepelajari hasil kerjanya.

5
b. Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan
pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak
tercatatanya informasi penting dalam pelaporan.
c. Pencatatan dan pelaporan harusmudah dibaca,cermat dan memuat
tanggal, waktu dan paraf
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
1. Tujuan
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
motivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2. Hasil dari identifikasi ini :
a. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan Ibu, suami, anggota
masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara
dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
b. Meningkatnya cakupan ibu hami yang memeriksakan diri
sebelum kehamilan 16 minggu.
3. Persyaratannya antara lain:
Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk
menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua hamiltelah
memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.
4. Prosesnya antara lain:
Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara
teratur untuk menjelaskna tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu
hami, suami, keluarga, maupun masyarakat.
Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
1. Tujuan
Memeberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini,
komplikasi kehamilan.
2. Pelayanan Standar

6
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga
harus mengenal kehamilan risti atau kelainan khususnya anemia
kurang gizi, hipertensi, PMS, atau infeksi HIV, memberikan
pelayanan imunisasi, nasihat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas
terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.
3. Hasilnya antara lain :
a. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali
selama kehamilan.
b. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi
dini dan komplikasi kehamilan.
c. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda
bahaya kehamilan dan tau apa yang harus dilakukan.
d. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi
kegawatdaruratan.
e. Persyaratannya antara lain, bidan mampu memberikan pelayanan
antenatal berkualitas, termasuk penggunaan KMS ibu hamil dan
kartu pencatatan hasil pemeriksaan kehamilan atau kartu ibu.
4. Prosesnya antara lain, bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap
kunjungan.

Standar Pelayanan 5 : Palpasi Abdominal


1. Tujuan
Memeperkirakan usia kesehatan, pemantauan pertumbuhan jani,
penentuan letak, posisi, dan bagian bawah janin.
2. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan
melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila
umur kehamilan bertambah, memeriksa poisi, bagian terendah,

7
masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan tepat waktu.
3. Hasilnya
a. Perkiraan usia kehamilan yang baik.
b. diagnosis dini dan letak kehamilan, dan merujuknya sesuai
kebutuhan.
c. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta
merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
4. Persyaratannya :
a. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang
benar.
b. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam
kondisi baik.
c. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima
masyarakat.
d. Menggunakan KMS ibu hamil atau buku KIA, kartu ibu untuk
pencatatan.
e. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang
memerlukan rujukan. Bidan harus melaksanakan palpasi
abdominal pada setiap kunjungan antenatal.
Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
1. Tujuan
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan
tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung.
2. Persyaratan Standar
a. Ada pedoman pengolahan anemia pada kehamilan.
b. Bidan mampu mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan,
memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.
c. Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik.

8
d. Tersedia tablet zat besi dan asam folat, obat anti malaria ( di
daerah endermis malaria), obat cacing.
e. Menggunakan KMS ibu hamil atau buku KIA.

3. Proses yang harus Dilakukan Bidan


Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan
pada minggu ke-28. HB dibawah 11% pada kehamilan termasuk
anemia, dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat
terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan,
kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan
dan perawatan selanjutnya. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk
tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
1. Tujuan
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang diperlukan.
2. Pernyataan Standar
Bidan menemukan secara dini tekanan darah pada kehamilan dan
mengenal tanda serta gejala pre-eklamsia lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya.
3. Hasilnya
a. Ibu hamil dengan tanda pre eklamsi mendapat perawatan yang
memadai dan tepat waktu.
b. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsi.
4. Persyaratannya :
a. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur,
pengukuran tekanan darah.
b. Bidan mampu mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali
tanda-tanda pre-eklamsia.

9
c. Bidan mampu mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan
melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan.
Standar 8 : persiapan persalinan
1. Pernyataan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ke 3 untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik.
2. Prasyarat
a. Semua ibu harus melakukan dua kali kunjungan antenatal pada
trimester terakhir kehamilan.
b. Adanya kebijaksanaan dalam protokol nasional atau setempat
tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di
rumah sakit.
c. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan
persalinan yang aman dan bersih.
d. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal
tersedia.
e. Perlengkapan penting yang diperlukan untuk melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam
keadaan DTT atau steril.
f. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan
cepat jika terjadi kegawatdaruratan ibu dan janin.
g. Menggunakan KMS ibu hamil atau buku KIA, kartu ibu dan
partograf.
h. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama kehamilan.
Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
1. Tujuan

10
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam
mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu
dan bayi.
2. Pernyataan standar
Bidan menilai cara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan
berlangsung.

3. Hasilnya :
a. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan
tepat waktu bila diperlukan.
b. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang
ditolong tenaga kesehatan terlatih.
c. Berkurangnya kematian atau kesakitan ibu atau bayi akibat partus
lama.
Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
1. Tujuan
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
2. Pernyataan standar :
Menggunakan dan mengurangi kejadian pendarahan pasca persalinan,
memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta
dan penutup ketuban secara tepat.
3. Persyaratan :
a. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas atau ketuban pecah
b. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan
secara bersih dan aman
c. tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung
tangan steril
d. Perlengkapan alat yang cukup

11
Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
1. Tujuan
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput kebtuban
secara lengkap untuk mengurangi kejadian pendarahan pasca
persalinan, memperpendek kala III, mencegah atoni uteri dan retensio
plasenta.
2. Pernyataan standar
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk
membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui
Episiotomy
1. Tujuan
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-
tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.
2. Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II
yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memeperlancar persalinan diikuti dengan penjahitan perinieum.

Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir


1. Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan
serta mencegah hipotermi, hipoglikemia dan infeksi.
2. Pernyataan standar
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.
Standar 14: Penanganan Pada Dua Jenis Pertama Setelah Persalinan
1. Tujuan

12
Mempromosikan perawatan Ibu dan bayi yang bersih dan aman
selama kala IV untuk memulihkan kesehatan bayi, meningkatkan
asuhan sayang ibu dan sayang bayi, memulai pemberian IMD.
2. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan.

13
Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas
1. Tujuan
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif.
2. Pernyataan standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, Imunisasi dan KB.
Standar 16: Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada
Trimester III
1. Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam
trimester 3 kehamilan.
2. Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17: Penanganan Kegawatan dan Eklampsia
1. Tujuan
Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamasi berat dan
memberikan perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan
kegawatdaruratan bila ekslampia terjadi.
2. Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam,
serta merujuk dan memberikan pertolongan pertama.

14
Standar 18: Penanganan Kegawatan pada Partus Lama
1. Tujuan
Menngetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan
kegawatdaruratan pada partus lama/macet.
2. Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta
melakukan penaanganan yang memadai dan tepat waktu atau
merujuknya.
Standar 19: Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
1. Tujuan
Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan
menggunakan vakum ekstraktor.
2. Pernyataan Standar
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya
secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan
memastikan keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya.
Standar 20: Penanganan Retensio Plasenta
1. Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio
plasenta total/persial.
2. Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan
pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan
perdarahan sesuai dengan kebutuhan.
Standar 21: Penanganan Perdarahan Postpartum Primer
1. Tujuan
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan
yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum
primer/atoni uteri.

15
2. Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
Standar 22: Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
1. Tujuan
Mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder
serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa
ibu.
2. Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan
pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.
Standar 23: Penanganan Sepsis Puerperalis
1. Tujuan
Mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan
yang tepat.
2. Pernyataan Standar
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
Standar 24: Penanganan Asfiksia Neonaturum
1. Tujuan
Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,
mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan
kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
neonatorum.
2. Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,
serta melakukan resusitasi secepatnnya, mengusahakan bantuan medis
yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.

16
2.4. Pelayanan Yang Sesuai Dengan Standar dan Yang Menyimpang Dari
Standar
Saat ini masih cenderung terjadi penyimpangan dalam pelayanan
kebidanan. Penyimpangan disini diartikan sebagai pelayanan kebidanan
yang tidak sesuai dengan kode etik bidan, standar profesi dan hukum,
meskipun para bidan praktisi di lapangan sudah berusaha menjalankan
pelayanan sesuai standar yang ada. Sehingga dapat disebutkan sebagai
dugaan perbuatan melawan hukum.
Angka kematian ibu dan bayi masih cenderung tinggi dan belum dapat
diturunkan secara signifikan. Bidan melampaui wewenangnya termasuk
dalam perbuatan melawan hukum yang memenuhi unsur bertentangan
dengan hak orang lain dan bertentangan dengan kewajiban hukumnya
sendiri. Dalam hal ini bidan bertentangan dengan ketentuan PerMenKes No
1464 Tahun 2010 tentang Izin dan penyelenggaraan Praktik Bidan, UU No.
44 Tahun 2009 dan Kode Etik serta wewenang bidan.
Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani Deklarasi
Millennium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen
menjadikan program-program MDGs sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari program pembangunan nasional baik dari jangka pendek maupun
jangka menengah dan panjang. Termasuk dalam hal ini poin ke empat dan
kelima dimana menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan
kesehatan maternal.
Ketentuan mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi tenaga kesehatan
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun
2009 tentang Tenaga Kesehatan. Bidan merupakan salah satu tenaga
kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam
penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kesakitan serta angka
kematian bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,

17
promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa melayani
siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun ia berada. Untuk
menjaga kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan
untuk melakukan segala tindakan dan sesuatu yang diberikan dalam seluruh
aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat baik
dari aspek input, proses dan output. Sebagai seorang tenaga kesehatan yang
langsung memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, seorang
bidan harus melakukan tindakan dalam praktik kebidanan secara etis, serta
harus memiliki etika kebidanan yang sesuai dengan nilai-nilai keyakinan
filosofi profesi dan masyarakat.
Hakikatnya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis
diarahkan pada aspek keserasian dan keseimbangan atas penanganan dan
dampak yang ditimbulkan. Hal ini merupakan inti dari berbagai kegiatan
dalam menyelenggarakan praktik medis untuk mencegah masalah hukum
yang timbul dalam kegiatan masalah tersebut. Namun perlu dicermati
bahwa tidak selalu berarti bahwa seorang tenaga kesehatan yang gagal
dalam suatu tindakan medis atau terapinya yang berakibat negatif
(cedera/kematian) dapat dipertanggungjawabkan atau dipermasalahkan
karena malpraktik medis. Untuk dipertanggungjawabkan sebagai malpraktik
harus dibuktikan adanya unsur-unsur kesalahan yang meliputi kesengajaan
atau kelalaian dalam menjalankan kewajibanya sebagaimana ditentukan
dalam standar prosedur operasional.
Tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian sama dengan
melakukan malpraktik. Malpraktik yang dilakuakan oleh tenaga kesehatan,
dapat berupa malpraktik medik yaitu yang dilaksanakan ketika ia
menjalankan profesinya dibidang medik dalam hal ini dapat berupa
perbuatan yang dapat disengaja seperti pada miscondact tertentu, tindakan
kelalaian atau ketidak kompetenan/di luar kompetennya yang tidak
beralasan yang berupa luka atau menderita kerugian pada pihak yang
ditangani.

18
Pasien harus mendapatkan haknya sesuai dengan perjanjian yang
secara tidak sengaja telah tersepakati, pasien sebagai konsumen berhadapan
dengan keadaan yang menyangkut keselamatan dirinya. Pasien berhak
mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan medis yang
diberikan oleh tenaga medis. Jika pelayanan bidan diberikan kepada pasien
sesuai dengan standar operasional prosedur, berkualitas dan bermartabat,
maka pelayanan itu akan terhindar dari bayangan-bayangan tuntutan hukum
maupun tuntutan etika profesi. Permasalahan Angka Kematian Ibu (AKI)
yang terdeteksi masih sangat tinggi ini setidaknya karena beberapa
penyebab baik langsung maupun tidak langsung. Salah satu pemasok
terbesar penyebab langsung perdarahan, pre eklamsi, baik dalam kehamilan,
saat bersalin dan setelah bersalin. Sedangkan yang menjadikan penyebab
tidak langsung karena keterlambatan membawa ke tempat rujukan,
terlambat mencari pertolongan dan terlambat memberi pertolongan di
tempat rujukan.
Memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil bersalin, nifas
dan neonatal haruslah sesuai denga ketentuan yang ditetapkan serta
berdasarkan pada kode etik profesi sehingga meningkatkan kualitas diri
perlu selalu dipelihara. Teamwork yang baik dalam pelayanan kesehatan
perlu dieratkan dengan kejelasan wewenang dan fungsinya. Oleh karena
tanpa mengindahkan hal-hal yang disebutkan sebelumnya, maka
konsekuensi hukum akan muncul tatkala terjadi penyimpangan kewenangan
atau karena kelalaian.
Mengenai kasus di atas, seorang bidan tidak memberikan informasi
tentang keadaan pasiennya serta bidan tidak merujuk pasien yang bukan
wewenangnya atau kompetensinya. Penempatan terhadap jenis tenaga
kesehatan tertentu ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan melalui
pelaksanaan masa bakti terutama bagi tenaga kesehatan yang sangat
potensial di dalam kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan. Disamping
itu tenaga kesehatan tertentu yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi
pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai dengan kompetensi

19
pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan
kewajibannya. Kompetensi dan kewenangan tersebut menunjukan
kemampuan profesional yang baku dan merupakan standar profesi untuk
tenaga kesehatan tersebut. Menurut Pasal 2 ayat (3) PP No. 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan, disebutkan bahwa bidan termasuk dalam
kelompok tenaga keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, bidan juga
memiliki hubungan dengan pasien, khususnya dalam praktik seperti halnya
dengan tenaga kesehatan lainnya. Dalam pemberi pelayanan kesehatan oleh
rumah sakit dokter, bidan dan perawat merupakan tenaga kesehatan yang
memegang peran penting. Perawat (bidan) melakukan tindakan medik
tertentu berdasakan ilmunya. Selanjutnya pasien tidak dirujuk oleh bidan
dalam kasus diatas, dijelaskan di UU No. 44 Tahun 2009 Pasal 41 ayat (1)
pemerintah dan asosiasi Rumah Sakit membentuk jejaring dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dan ayat (2) jejaring sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi informasi, sarana prasarana, pelayanan,
rujukan, penyediaan alat dan pendidikan tenaga. Pasal 42 ayat (1) sistem
rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau
masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. Pasal 42 ayat (2)
menentukan bahwa setiap rumah sakit berkewajiban merujuk pasien yang
memerlukan pelayanan di luar kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

20
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang
penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan
parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang
menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang
bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai
berikut:
1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Melindungi masyarakat.
3. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan
praktek sehari-hari.
4. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan
pengembangan pendidikan.
Saat ini masih cenderung terjadi penyimpangan dalam pelayanan
kebidanan. Penyimpangan disini diartikan sebagai pelayanan kebidanan
yang tidak sesuai dengan kode etik bidan, standar profesi dan hukum,
meskipun para bidan praktisi di lapangan sudah berusaha menjalankan
pelayanan sesuai standar yang ada. Sehingga dapat disebutkan sebagai
dugaan perbuatan melawan hukum
Angka kematian ibu dan bayi masih cenderung tinggi dan belum dapat
diturunkan secara signifikan.Bidan melampaui wewenangnya termasuk
dalam perbuatan melawan hukum yang memenuhi unsur bertentangan
dengan hak orang lain dan bertentangan dengan kewajiban hukumnya
sendiri. Dalam hal ini bidan bertentangan dengan ketentuan PerMenKes No
1464 Tahun 2010 tentang Izin dan penyelenggaraan Praktik Bidan, UU No.
44 Tahun 2009 dan Kode Etik serta wewenang bidan.

21
3.2. Saran
Kode etik kebidanan adalah sebagai hukum yang berlaku bagi bidan,
serta standar pelayanan kebidanan adalah sebagai acuan bidan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga, bidan harus
mengetahui tentang kode etik kebidanan serta standar pelayanan kebidanan.
Dengan mengetahui dan mengerti mengenai kode etik serta standar
pelayanan, bidan tidak akan melakukan penyimpangan standar pelayanan
kebidanan serta tidak akan membuat pelanggaran hukum dalam kode etik
kebidanan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Al-Assaf. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC


Nurmawati. 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Media
Walyani, Elisabeth Siwi. 2014. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : PT. Pustaka
Baru Press

23

Anda mungkin juga menyukai