NIM : 180106064
IV. PRINSIP
2.1 Menentukan hasil pada pencernaan secara kimiawi berdasarkan anatomi dan fisiologi
sistem pencernaan
2.2 Menentukan dan mengetahui bagaimana cara makanan yang dimakan dapat diserap di
usus halus, sehingga makanan itu harus diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana
melalui proses pencernaan
3.2 Bahan
No Bahan Fungsi
1 Cuka Zat pereaksi
2 Cu-Sulfat 1% Zat pereaksi
3 Glukosa 10% Zat pereaksi
4 HCl 0,4% Zat pereaksi
5 Kertas pH indikator Mengukur pH zat / sampel
6 Larutan benecit Zat pereaksi
7 Larutan iodium / betadine Zat pereaksi
8 Larutan pesin Zat pereaksi
9 Madu kefir Zat pereaksi
10 Metilen biru Indikator
11 NaOH Zat pereaksi
12 Putih telur matang Bahan uji
13 Saliva Bahan uji
14 Tepung aci (laruta amilum) Bahan penguji
VI. PROSEDUR
4.1 Anatomi Sistem Pencernaan
Gambar
Pelajari
Pewarnaan
Diwarnai satu tetes saliva dengan metilen biru dan tempatkan di atas
object glass
Di tutup dengan cover glass
Diamati di bawah mikroskop adanya sel epitel, butir-butir lemak, leukosit
dan bakteri
Pengamatan
Penentuan
Pengujian
Pembuktian
Pengujian
Pengamatan
Langkah-langkah
Dibuat pasta kani dengan cara tepung aci atau tapioka dilarutkan
dalam air dingin kemudian dipanaskan.
Dimasukkan 20 ml pasta amilum ke dalam gelas kimia, tambahkan 10
tetes saliva.
Diaduk hingga merata dan biarkan 1 menit.
Setelah satu menit, dilakukan 2 hal berikut secara bersamaan:
a. Diambil satu tetes larutan pasta amilum + saliva
Teteskan pada plat tetes, kemudian tembahkan 1-2 tetes larutan
iodium.
b. Diambil 3 tetes larutan amilum +saliva.
c. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml laurtan
Benecit.
d. Diamati apakah telah terjadi hilangnya kekeruhan larutan.
Hilangnya kekeruhan larutan ini menunjukkan bahwa pati telah
melarut.
Setiap menit berikutnya dilakukan lagi hal yang sama seperti langkah
di atas
Dilakukan terus sampai tercapai titik akromik melalui tahap-tahap
berikut:
a. Larutan pasta amilum + saliva dengan iodium : timbul warna biru
jernih
Larutan pasta amilum + saliva dengan larutan Benedict :
kekeruhan hilang.
b. Larutan pasta amilum + saliva dengan iodium : timbul warna
merah.
- Hal ini menunjukkan amilum telah menjadi eritrodekstrin.
c. Larutan amilum + saliva dengan iodium : lama kelamaan
menimbulkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini menunjukkan
bahwa proses pemecahan amilum telah menghasilkan
akromodekstrin.
- Tahap ini disebut titik akromik.
Bila telah tercapai titik akromik, dipanaskan semua tabung reaksi
(yang berisi campuran pasta amilum +saliva dengan larutan benedict)
di penangas air yang mendidih, selama 5 menit. Sebagai pembanding
gunakan tabung berisi larutan benedict yang dicampur dengan 2 ml
glukosa 10%.
Dibiarkan menjadi dingin.
Perubahan warna yang terjadi dapat dijadikan indikator apakah
amilum telah dicerna oleh enzim-enzim dalam saliva dan proses
pencernaan tersebut telah sampai ke tahap mana.
Pengamatan
Responden
Pembahasan
3. Pengamatan Pengaruh Suhu
Pengujian
Pengamatan
4. Pengamatan Pengaruh Pendidihan
Pengujian
Pengamatan
5. Pengamatan Pengaruh pH
Pengujian
Pengamatan
Pengujian
Pengamatan
2. Kondisi Optimum untuk aktivitas pepsin (coba ganti madu atau kefir)
Pengujian
Pengamatan
Pengujian
Pengamatan
2. . Kerja Garam Empedu terhadap Pencernaan Lemak
Pengujian
Pengamatan
7.1.2.
Literasi
Perlakuan Hasil
Percobaan menunjukkan ketika saliva ditetesi
cuka, hasil menunjukkan terdapat adanya
musin. Namun, hanya sedikit sekali yang
terlihat. Pada saliva terdapat mucin dengan
ditandai terbentuknya endapan. Fungsi
mucin sendiri untuk membasahi membran
mukosa mulut saat menelan.
Perlakuan Hasil
Perlakuan Pengamatan -Kandungan amilase pada saliva
Pengaruh Pendidihan menyebabkan larutan berwarna ungu
-Pemanasan pada suhu 37ºC dapat
meningkatkan kerja enzim
Perlakuan Hasil
Analisis
pH
2
pH
Pada semua
5
pH
pH
berwarna
7
pH bening
8
pH
9
VIII. KESIMPULAN
8.1 Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa proses pencernaan kimiawi di
mulut merupakan tahap awal pencernaan makanan yaitu pencernaan kimiawi dan
mekanik, pencernaan kimiwai dibantu oleh enzim amilase pada air liur yang
dihasilkan oleh kelenjar air liur/ ludah, enzim ini akan mengubah amilum menjadi
glukosa.
8.2 Berdasarkan sistem pencernaan manusia, bahwa pencernaan kimiawi di dalam
lambung berlangsung dengan bantuan getah lambung. Getah lambung di hasilkan
oleh kelenjar yang terletak pada dinding lambung di bawah fundus. Getah
lambung juga mengandung berbagai jenis zat. Zat yang terkandung dalam getah
lambung antara lain musin atau lendir, enzim pepsin atau pepsinogen, enzim
rennin dan asam klorida serta sedikit enzim lipase.
8.3 Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, bahwa fungsi enzim pepsin hanya
akan berjalan apabila kadar pH di lambung berada di kisaran 1,5 hingga 2. Ketika
pH lambung berada di kisaran angka 5 atau lebih tinggi, maka fungsi enzim
pepsin tidak bisa bekerja maksimal. Enzim pepsin akan menjadi netral dan tak
bisa menjalankan fungsinya. Hal ini penting karena idealnya lambung manusia
bersifat asam.
8.4 Berdasarkan sistem pencernaan manusia, bahwa proses pencernaan kimiawi pada
usus halus terjadi dengan bantuan enzim. Beberapa proses yang terjadi adalah :
a. Pengubahan asam lemak menjadi gliserin dengan hirdrolisis dari enzim
lipase pankreas.
b. Proses pengubahan pepton menjadi asam amino dengan bantuan enzim
tripsinogen, (sebelumnya terjadi juga di lambung dengan bantuan enzim
pepsinogen).
c. Proses pengubahan maltosa menjadi glukosa dengan bantuan enzim maltosa
d. Proses pengubahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dengan enzim
sukrase.
e. Proses pengubahan laktosa menjadi galaktosa dengan enzim laktase
8.5 Berdasarkan sistem pencernaan manusia, bahwa proses penyerapan (absorbsi)
akan berlangsung di usus kosong dan sebagian besar di usus penyerap.
Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, lemak diserap dalam bentuk asam
lemak dan gliserol, dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Vitamin dan
mineral tidak mengalami pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus halus.