Anda di halaman 1dari 12

AKADEMIKA

JURNAL ILMIAH UMG

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (VIGNA


RADIATA L.) TERHADAP PERLAKUAN PERBEDAAN NAUNGAN

Dewa Oka Suparwata


Program Studi Agribisnis, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Muhammadiyah
Gorontalo, Jl. Prof. Dr. Mansoer Pateda, Pentadio Timur, Gorontalo, Indonesia 96181,
E-mail: suparwata_do@umgo.ac.id

Abstract

This research aimed to study the respond of the growth and production of green
beans toward shade treatment. The research location is in Pentadio Timur, Telaga
Biru Gorontalo, which was done for 3 months from Desember 2016 to Februari
2017. The research design is RAK or group randomized design, with four level of
treatment, which is, P0 = without shade, P1 = 1 layer of paranet thickness treatment,
P2 = 2 layer of paranet thickness treatment, P 3 = 3 layer of paranet thickness
treatment. These four treatments was repeated 3 times that obtains 12 trial plots.
The data were analyzed through Anova with SAS data processing. The result of
variant investigation analysis on BNT (P<0.05) showed that different treatment of
shade is significant to the parameters of number of leaves on the 8th week, number
of branch on the 6th and 8th week. Meanwhile parameters of plant height, number of
pods, and number of seeds per pods are not significantly different.

Keywords: Growth, Production, Green Beans, Shades

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji respon pertumbuhan dan produksi
kacang hijau terhadap perlakuan naungan. Lokasi penelitian di Desa Pentadio
Timur, Kecamatan Telaga Biru Gorontalo, dilakukan selama 3 Bulan dari Desember
2016 sampai Februari 2017. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 4 taraf perlakuan, yaitu: (P 0= tanpa pemberian naungan
(kontrol), P1= perlakuan ketebalan paranet 1 lapis, P 2= perlakuan ketebalan paranet
2 lapis, dan P3= perlakuan ketebalan paranet 3 lapis). Terdapat 4 perlakuan dan
diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 12 petak percobaan. Analisis data
dilakukan dengan Analisis of Varian (Anova), menggunakan pengolah data SAS
(Struktur Analisis Sintetik). Hasil analisis sidik ragam pada BNT (P<0.05),
menunjukkan bahwa perlakuan naungan berbeda nyata terhadap parameter jumlah
daun minggu ke 8, jumlah cabang minggu ke 6 dan 8. Sedangkan parameter tinggi
tanaman, jumlah polong dan jumlah biji per polong tidak berbeda nyata.

Kata Kunci: Pertumbuhan, Produksi, Kacang Hijau, Naungan


AKADEMIKA
JURNAL ILMIAH UMG

PENDAHULUAN Sumber: BPS Provinsi Gorontalo, 2010;


Saat ini kacang hijau menduduki 2015; 2017.
posisi ketiga setelah kedelai dan Dalam upaya meningkatkan
kacang tanah (Yugi dan Harjoso, keberhasilan usahatani kacang
2012). Secara agronomis dan hijau diperlukan suatu pola
ekonomis, tanaman kacang hijau pengembangan yang bisa diadopsi
memiliki kelebihan dibanding tanaman oleh masyarakat petani. Demi
kacang-kacangan lainnya (Atman, mencapai tujuan produksi yang
2007), yaitu berumur genjah (55
tinggi tentunya pengembangan
hingga 65 hari), toleran kekeringan,
kacang hijau membutuhkan lahan
dan dapat ditanam pada daerah yang
pertanian yang cukup luas. Hal ini
kurang subur (lahan-lahan
suboptimal) (Trustinah et al., 2014). menjadi problem di masyarakat
Pertumbuhan tanaman baik dengan ketika ingin menanam terkendala
penyinaran 10 jam per hari (Sumarji, oleh minimnya kepemilikan lahan,
2013). dengan sistem pertanaman
Gorontalo merupakan salah monokultur kacang hijau. Salah
satu daerah yang potensial dalam satu pola yang dapat diterapkan
pengembangan kacang hijau. Namun, ialah dengan memanfaatkan ruang
sampai saat ini produksi dan luas kosong pada lahan di bawah
panen kacang hijau 15 tahun terakhir
tegakan tanaman tahunan
(2002-2016) berfluktuatif dan
(kehutanan, perkebunan,
cenderung mengalami penurunan
hortikultura tahunan, dan lainnya),
(Tabel 1).
seperti misalnya pemanfaatan
Tabel 1. Data luas penen dan lahan di bawah tegakan kelapa,
produksi kacang hijau di Provinsi kakao, kelapa sawit, sengon, jati
Gorontalo dan lainnya. Syaiful et al., (2011),
Tahun Luas Panen Produksi tujuannya untuk efisiensi dalam
(Ha) (Ton) pemanfaatan waktu, ruang dan
2002 248 249 sumberdaya alam yang tersedia,
2003 680 745 sehingga produksi usahatani dan
2004 736 865 pendapatan petani dapat
2005 595 726
ditingkatkan.
2006 549 621
Namun disisi lain juga
2007 420 515
memiliki kelemahan, seperti
2008 325 396
2009 229 286 terjadinya kompetisi atau
2010 226 280 perebutan cahaya matahari yang
2011 172 218 akan diterima antara tanaman
2012 154 198 pokok dengan tanaman kacang
2013 139 182 hijau sehingga tegakan di
2014 98 131 bawahnya akan ternaungi.
2015 105 138 Menurut Sopandie dan
2016 100 …* Trikoesoemaningtyas (2011),
*) tidak ada data

11 Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018


kendala utama pada lahan (2) daun berwarna hijau pucat, (3)
semacam ini adalah rendahnya jumlah cabang relatif lebih sedikit
intensitas cahaya karena faktor dibandingkan tanaman normal, (4)
naungan. Sucipto (2009), jumlah bunga berkurang, (5)
menambahkan bahwa kompetisi diameter batang relatif kecil, dan
terjadi apabila dalam suatu lainnya. Dalam kondisi ini (Sundari
populasi terdapat persaingan yang et al., 2005), kacang hijau
berpengaruh terhadap faktor mempunyai peluang yang baik
pertumbuhan seperti cahaya untuk dikembangkan pada kondisi
matahari, air, nutrisi, CO2, dan gas intensitas cahaya rendah.
lainnya. Berdasarkan beberapa hal
Dalam budidaya tanaman di atas, maka tujuan penelitian ini
pertanian, adanya naungan sangat untuk mengkaji respon
mempengaruhi intensitas radiasi, pertumbuhan dan produksi kacang
sehingga selain berpengaruh hijau terhadap perlakuan naungan.
langsung terhadap tanaman, juga Hal ini memberikan berkontribusi
berpengaruh tidak langsung kepada petani dalam melakukan
melalui perubahan iklim mikro di budidaya kacang hijau dengan
sekitar tanaman (Reskynawati, memanfaatkan lahan kosong di
2014). Naungan akan menghalangi bawah tegakan tanaman pokok
cahaya matahari yang akan tanaman-tanaman tahunan.
diserap oleh tanaman. Akibat dari
kurangannya pasokan cahaya METODE PENELITIAN
yang masuk ke tubuh tanaman. Waktu dan Tempat Penelitian
Chairudin et al., (2015), hal ini Penelitian ini dilakukan
berimplikasi terjadinya penurunan pada Bulan Desember 2016
jumlah pasokan fotosintat ke sampai Bulan Februari 2017,
bagian biji sehingga terjadi lokasi penelitian di Desa Pentadio
penurunan jumlah polong isi dan Timur, Kecamatan Telaga Biru,
bobot biji kering tanaman. Kabupaten Gorontalo, Provinsi
Toleransi tanaman kacang Gorontalo.
hijau terhadap naungan dapat
ditinjau dari kemampuan tanaman Rancangan Penelitian
tersebut beradaptasi dengan Penelitian ini merupakan
kondisi lingkungan tempat jenis penelitian eksperimen.
tumbuhnya. Naungan yang Perlakuan naungan yang
diberikan dan diterima sangat diujicobakan merupakan modifikasi
menentukan respon kacang hijau naungan berbahan paranet. Bahan
terhadap pertumbuhan dan ini diaplikasikan berdasarkan
produksinya. Tanaman yang perlakuan ketebalan paranet
ternanungi memiliki ciri seperti: (1) (naungan) yang akan diberikan
tanaman tumbuh kurus dan tinggi, pada kacang hijau. Rancangan

12 Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018


penelitian menggunakan tumbuh (Taufiq dan Sundari,
Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2012). Faktor cahaya matahari
dengan 4 taraf perlakuan, yaitu: salah satunya, menjadi sangat
a. P0= tanpa pemberian penting untuk menunjang
naungan (kontrol) pertumbuhan dan perkembangan
b. P1= perlakuan ketebalan kacang hijau. Menurut Zuchri
paranet 1 lapis (2007), persaingan untuk
c. P2= perlakuan ketebalan memperoleh sinar matahari
paranet 2 lapis memiliki arti penting bagi
d. P3= perlakuan ketebalan keberlanjutan pertumbuhan
paranet 3 lapis tanaman. Namun, keunggulannya
Terdapat 4 perlakuan dengan kacang hijau menurut Sundari et
masing-masing perlakuan diulang al., (2005), yang merupakan
sebanyak 3 kali, sehingga tanaman C3 yang mempunyai
diperoleh 12 petak percobaan. tingkat kejenuhan cahaya lebih
Luas tiap petak percobaan adalah rendah dibandingkan dengan
3 m x 4.5 m, dengan jarak tanam tanaman C4. Dengan demikian
yang digunakan adalah 30 cm x 30 tanaman ini masih toleran
cm. terhadap cahaya rendah.
Berikut ini diuraikan hasil
Parameter Pengamatan penelitian tentang respon kacang
Parameter pengamatan hijau terhadap perbedaan
dalam penelitian ini tediri dari: (1) perlakuan naungan, yang diukur
parameter pada fase pertumbuhan dari: tinggi tanaman, jumlah daun,
meliputi: tinggi tanaman, jumlah jumlah cabang, jumlah polong dan
daun, jumlah cabang, dan (2) jumlah biji per polong. Secara lebih
parameter pada fase produksi rinci hasil penelitian dijelaskan
meliputi: jumlah polong dan jumlah sebagai berikut:
biji perpolong.
Tinggi Tanaman Kacang Hijau
Analisis Data Pengukuran tinggi tanaman
Analisis data dilakukan kacang hijau dilakukan dengan
dengan Analisis of Varian (Anova), cara mengukur dari leher akar
menggunakan bantuan pengolah sampai titik tumbuh tertinggi
data SAS (Struktur Analisis (Nasution, 2015). Dalam penelitian
Sintetik). Jika F hitung lebih besar ini, tinggi tanaman diukur dari
dari F tabel maka dilakukan uji minggu ke 2, 4, 6 dan 8. Rata-rata
lanjut BNT 5%. tinggi tanaman kacang hijau
disajikan pada Tabel 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman dapat Tabel 2. Data rata-rata tinggi tanaman
memberikan respons positif/negatif kacang hijau pada berbagai
terhadap perubahan lingkungan perlakuan naungan
Volume 4 Nomor 1 Tahun
Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018 13
Tinggi Tanaman (cm) serta mengurangi jumlah cabang.
Perlakuan Pengamatan Minggu ke Hasil penelitian oleh Susanto dan
II IV VI VIII Sundari (2011), melaporkan tinggi
P0 13.8 19.2 36.2 53.0 tanaman di lingkungan tanpa naungan
P1 14.6 21.6 40.6 47.9 berkisar antara 27.8-72.1 cm dengan
P2 15.8 21.5 38.9 48.3 rata-rata 50.2 cm, sedangkan pada
P3 15.6 19.4 33.8 41.3 lingkungan ternaungi berkisar antara
KK % 10.7 6.7 11.5 27.1 29.6-86.2 cm dengan rata-rata 58.6
Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, cm. Selanjutnya Afandi et al., (2013),
2017 melaporkan tingkat naungan
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berpengaruh nyata terhadap tinggi
pada kolom yang sama tanaman dan jumlah cabang dimana
menunjukkan tidak berbeda nyata tanaman tertinggi terdapat pada N3
pada uji BNT 5% (60 %), jumlah cabang terbanyak
terdapat pada N0 (tanpa naungan).
Hasil sidik ragam pada BNT Iqbal et al., (2013), melaporkan
(P<0.05), menunjukan bahwa tinggi bahwa tinggi tanaman terbesar
tanaman dari setiap perlakuan tidak terdapat pada penaungan 60% (S3)
menunjukkan perbedaan yang nyata. dan terendah pada S0 (tanpa
Hal ini seperti yang dilaporkan oleh naungan) yang mana S3 berbeda
Buntuang et al., (2014), bahwa nyata dengan semua penaungan.
perlakuan pemberian naungan plastik Chairudin et al., (2015), juga
transparan tidak berpengaruh nyata mengatakan bahwa interaksi naungan
pada tinggi tanaman. dan varietas berpengaruh
Masing-masing rata-rata tinggi meningkatkan tinggi batang tanaman.
tanaman tertinggi dari minggu ke-2 Selanjutnya, hasil penelitian
yaitu terdapat pada perlakuan P2 (Tabel 1), umur tanaman memasuki 8
(15.8 cm), minggu ke-4 pada minggu setelah tanam, kacang hijau
perlakuan P1 (21.6 cm), minggu ke-6 membutuhkan cahaya yang lebih
pada perlakuan P1 (40.6 cm), dan banyak sehingga respon
minggu ke-8 pada perlakuan P0 (53.0 pertumbuhan tertinggi terdapat pada
cm) dibandingkan perlakuan yang perlakuan P0. Dapat dilihat pada
lain. Hal ini mengindikasikan bahwa Tabel 1 bahwa semakin bertambah
terdapat perbedaan pada setiap fase umur, tanaman kacang hijau semakin
pertumbuhan kacang hijau dilihat dari banyak membutuhkan cahaya
parameter tinggi tanaman. Pada awal matahari. Pada Fase awal
pertumbuhan sampai pada minggu pertumbuhan tanaman yang ternaungi
ke-6 kacang hijau memiliki respon akan tumbuh cepat dan bergerak
yang baik terhadap naungan sehingga mengikuti arah datangnya cahaya
dapat tumbuh dengan baik. Hal ini matahari, tetapi tumbuh batang
didukung oleh Reskynawati (2014), tanaman relatif tidak kokoh. Menurut
bahwa tanaman dengan mekanisme Afandi et al., (2013), hal ini
penghindaran naungan yang tumbuh dikarenakan cahaya merupakan faktor
pada kondisi lingkungan yang yang penting dalam pertumbuhan.
ternaungi akan meningkatkan
pemanjangan batang dan tangkai Jumlah Daun Kacang Hijau

14 Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018


Peran dan fungsi daun sangat P0 6.7 14.1 20.8 31.7a
vital pada pertumbuhan tanaman P1 6.1 13.1 20.8 26.2b
yakni bertindak sebagai dapur atau P2 14.1 19.8 26.3a
6.5
tempat berlangsungnya proses b
fotosintesis tanaman. Tanaman P3 6.1 12.2 17.3 19.4c
kacang hijau pasti yang tumbuh BNT 5.02
memiliki perbedaan jumlah daun, ini (5%)
tergantung kemampuan individu KK % 11.1 11.1 11.9 9.8
tanaman tersebut menyerap unsur- Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah,
unsur hara yang nantinya akan 2017
digunakan dalam pembentukan daun. Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
Posisi tumbuh daun juga sangat pada kolom yang sama menunjukkan
menentukan kemampuan penyerapan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
cahaya matahari. Tanaman yang
memiliki posisi daun vertikal akan (26.2 helai), P2 (26.3 helai) dan P3
lebih baik dalam menyerap cahaya (19.4 helai). Tetapi perlakuan P1 tidak
matahari dibandingkan dengan posisi berbeda nyata dengan perlakuan P2.
daun tumbuh horizontal. Polnaya dan Sedangkan perlakuan P3 sangat
Patty (2012), mengungkapkan cahaya berbeda nyata dengan perlakuan P0.
tersebut akan direduksi energi setelah Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah
melewati lapisan-lapisan daun pada daun kacang hijau akan banyak bila
kanopi tanaman. Hasil penelitian rata- tanaman tersebut tidak ternaungi,
rata jumlah daun kacang hijau terlihat dari data hasil penelitian
disajikan pada Tabel 3. bahwa pada perlakuan P0
Hasil penelitian (Tabel 3) pada menunjukkan jumlah daun yang
minggu ke 2, 4 dan 6 tidak terbanyak. Berbeda dengan hasil
menunjukkan perbedaan yang nyata penelitian yang dilaporkan oleh
pada BNT (P<0.05). Rata-rata jumlah Deselina (2014), mengatakan bahwa
daun terbanyak berturut-turut, minggu kerapatan naungan justru
ke-2 pada perlakuan P0 (6.7 helai), memberikan pengaruh nyata terhadap
minggu ke-4 pada perlakuan P0 dan luas daun, hasil uji lanjut bahwa N1
P2 (14.1 helai), dan minggu ke-6 pada menunjukkan luas daun yang paling
perlakuan P0 dan P1 (20.8 helai). tinggi (44.067 cm2). Reskynawati
Namun, pada minggu ke 8 bahwa (2014), melaporkan bahwa jumlah
perlakuan naungan menunjukkan daun tanaman kacang hijau terbanyak
perbedaan yang nyata pada BNT terdapat pada naungan 0% (tanpa
(P<0.05). Perlakuan P0 (31.7 helai) naungan) mencapai rata-rata 11,70
memiliki jumlah yang lebih banyak per helai dengan intensitas cahaya
dibandingkan dengan perlakuan P1 berkisar antara 290,50 kal.cm-2.hari-1
350,50 kal.cm-2.hari-1, suhu udara
Tabel 3. Data rata-rata jumlah daun berkisar antara 31,50 0C–33,80 0C ,
kacang hijau pada berbagai dan kelembaban udara berkisar
perlakuan naungan 84,30%-88,10 %, semakin besar
Jumlah Daun (Helai) tingkat naungan maka jumlah daun
Perlakua semakin sedikit.
Pengamatan Minggu ke
n
II IV VI VIII
Volume 4 Nomor 1 Tahun
Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018 15
Disamping itu, pada awal penelitian rata-rata jumlah cabang
perkecambahan daun yang kurang kacang hijau disajikan pada Tabel 4.
akan menyebabkan rendahnya klorofil Hasil penelitian (Tabel 4)
pada kacang hijau. Seperti dijelaskan menunjukkan bahwa perlakuan
oleh Haryanti dan Budihastuti (2015), naungan berbeda nyata pada BNT
bahwa intensitas cahaya rendah (P<0.05). Rata-rata jumlah cabang
menyebabkan klorofil kurang pada minggu ke 6 perlakuan P0 (4.4
terbentuk dalam kotiledon tersebut, cabang) berbeda nyata dengan
adanya klorofil yang mulai terbentuk perlakuan P2 (2 cabang) dan P3 (2.9
dan cukup baik akan berfungsi dalam cabang), namun tidak berbeda nyata
menangkap cahaya pada proses dengan P1 (4.4 cabang). Demikian
fotosintesis. Zuchri (2007), halnya pada perlakuan P2 dan P3
berkurangnya radiasi yang diterima tidak berbeda nyata tetapi berbeda
organ daun berdampak pada produk nyata dengan perlakuan P0 dan P1.
fotosintat. Rezkinawati (2014), Selanjutnya rata-rata jumlah cabang
pertumbuhan daun atau penambahan pada minggu ke 8 menunjukkan
jumlah daun sangat menghendaki perlakuan P1 (6.3 cabang) berbeda
cahaya matahari. Seperti yang kita nyata dengan perlakuan P2 (2.2
ketahui bahwa daun merupakan cabang) dan P3 (2.9 cabang), namun
penerima cahaya matahari sebagai tidak berbeda nyata dengan
pembentukan cadangan makanan perlakuan P0 (5.9 cabang). Demikian
bagi tanaman untuk pertumbuhan halnya pada perlakuan P3 tidak
tanaman itu sendiri. berbeda dengan P2, namun berbeda
Jumlah Cabang Kacang Hijau nyata dengan perlakuan P1 dan P0.
Cabang tanaman merupakan
tempat tumbuhnya daun. Apabila Tabel 4. Data rata-rata jumlah cabang
jumlah cabang kecil, maka jumlah kacang hijau dengan berbagai
daun juga menjadi kecil. Hal tersebut perlakuan naungan
berkaitan langsung dengan luas daun Jumlah Cabang
seluruh tanaman (Afandi et al., 2013). Perlakuan Pengamatan Minggu Ke
Cabang dapat terbentuk karena tinggi VI VIII
tanaman tidak optimal, sehingga P0 4.4a 5.9a
tanaman lebih cenderung P1 4.1a 6.3a
memperbanyak cabang kesamping. P2 2b 2.2b
Terbentuknya cabang yang banyak P3 2.9ab 2.9b
akan membentuk daun yang banyak BNT (5%) 1.5 2.3
pula. Pada penelitian ini, pengamatan KK (%) 21.9 26.4
jumlah cabang kacang hijau dilakukan Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah,
pada minggu ke 6 dan minggu ke 8, 2017
hal ini dikarenakan pada minggu ke 2 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
dan 4 tanaman belum menampakkan pada kolom yang sama menunjukkan
pertumbuhan cabangnya. Hasil tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
analisis rata-rata jumlah cabang
kacang hijau terhadap perlakuan Relevan dengan penelitian
naungan menunjukkan perbedaan yang dilakukan oleh Afandi et al.,
yang nyata pada BNT (P<0.05). Hasil (2013), bahwa rataan jumlah cabang

16 Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018


tertinggi pada perlakuan naungan Tabel 5. Data rata-rata jumlah polong
terdapat pada N0 (6,50 cabang) kacang hijau dengan berbagai
berbeda nyata dengan N1 (4,73 perlakuan naungan
cabang), N2 (3,27 cabang), dan N3 Jumlah Polong
(2,90 cabang), sedangkan rataan Pengamatan Minggu
Perlakuan
jumlah cabang terendah pada Ke
perlakuan naungan terdapat pada VI VIII
N3 (2,90 cabang) berbeda tidak P0 4 7
nyata dengan N2 (3,27 cabang). P1 6 10
Selanjutnya dilaporkan oleh Budiastuti P2 3 3
(2000), bahwa pada jarak tanam P3 1 4
renggang, penerimaan intensitas KK (%) 73 66
cahaya menjadi besar dan Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah,
memberikan kesempatan pada 2017
tanaman untuk tumbuh kearah Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
menyamping. Dengan demikian akan pada kolom yang sama menunjukkan
mempengaruhi banyak sedikitnya tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
cabang yang terbentuk.
Jumlah Polong terdapat pada perlakuan P1
Polong kacang hijau berbentuk (5.6 polong), selanjutnya disusul
bulat panjang dengan bulu-bulu dengan P0, P2 dan P3. Selanjutnya
pendek, panjang polong 6-15 cm rata-rata jumlah polong pada minggu
dengan 6-16 biji per polong (Sumarji, ke-8 terbanyak terdapat pada
2013). Parameter pengamatan perlakuan P1 (10.1 polong),
produksi kacang hijau dalam selanjutnya disusul dengan P0, P3
penelitian ini salah satunya diukur dan P2. Hal ini mengindikasikan
melalui jumlah polong per tanaman. bahwa meskipun tidak berbeda nyata,
Pengamatan jumlah polong dilakukan namun perlakuan naungan dengan
pada minggu ke 6 dan minggu ke 8. ketebalan paranet 1 lapis memberikan
Analisis data menunjukkan bahwa respon lebih baik terhadap
perlakuan berbagai naungan tidak perkembangan jumlah polong, baik
berpengaruh nyata terhadap jumlah pada pengamatan minggu ke 6 dan 8.
polong kacang hijau pada BNT Dapat dikatakan bahwa pada saat
(P<0.05). Hasil rata-rata perlakuan pembentukan polong tanaman kacang
naungan terhadap jumlah polong hijau menghendaki keseimbangan
kacang hijau disajikan dalam Tabel 5. suhu yang diterimanya. Karena
Pada Tabel 5, hasil uji lanjut apabila cahaya matahari yang
BNT P<0.05 menunjukkan bahwa diberikan pada saat pembentukkan
tidak ada perbedaan yang nyata polong berlebihan, maka transpirasi
perlakuan naungan terhadap jumlah tanaman berlebih dan evaporasi
polong baik pada pengamatan minggu tanah semakin meningkat sehingga
ke 6 dan 8. Rata-rata jumlah polong pengisian polong tidak sempurna
kacang hijau pada masing-masing disebabkan oleh kurangnya cadangan
pengamatan pada minggu ke-6 air dan kelembaban tanah. Tetapi
polong terbanyak juga tidak terlalu menghendaki
naungan yang berlebih. Sepadan

Volume 4 Nomor 1 Tahun


Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018 17
dengan hasil penelitian yang Pada Tabel 6, hasil uji lanjut
dilakukan oleh Reskynawati (2014), BNT P<0.05 menunjukkan bahwa
tentang pengaruh tingkat naungan tidak ada perbedaan yang nyata
terhadap pertumbuhan dan produksi perlakuan naungan terhadap jumlah
kacang hijau yang menyatakan bahwa biji per
rata-rata jumlah polong isi terbesar
pada naungan 50% mencapai 7.76 Tabel 6. Data rata-rata jumlah biji per
dengan intensitas cahaya berkisar polong kacang hijau dengan
173.60 sampai 198.50 kal cm-2 hari-1, berbagai perlakuan naungan
suhu udara berkisar antara 28.10 Perlakuan Jumlah Biji Per Polong
sampai 29.90 oC dan kelembaban P0 13
udaranya berkisar antara 86.30 P1 14
sampai 88.40%. Perbedaan produksi P2 12
yang diperoleh disebabkan karena P3 11
adanya perbedaan tingkat naungan KK (%) 11
dan iklim mikro yaitu intensitas Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah,
radiasi, suhu dan kelembaban. Afandi 2017
et al., (2013), melaporkan bahwa Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
rataan jumlah polong berisi pada kolom yang sama menunjukkan
pertanaman tertinggi pada perlakuan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
naungan terdapat pada N0 (103.60 polong kacang hijau. Rata-rata jumlah
polong) berbeda tidak nyata dengan biji per polong kacang hijau terbanyak
N1 (98.13 polong) sedangkan rataan terdapat pada perlakuan P1 (14
jumlah polong berisi pertanaman biji/polong), kemudian P0 (13
terendah pada perlakuan naungan biji/polong), P2 (12 biji/polong), dan
terdapat pada N3 (34.25 polong). terendah pada P3 (11 biji/polong).
Hasil penelitian ini mengindikasikan
Jumlah Biji Per polong bahwa penerimaan cahaya matahari
Jumlah polong sangat akibat perlakuan naungan paranet
berhubungan dengan biji yang ada satu lapis memberikan hasil tertinggi
didalam polong tersebut (Sands, 1995 dibandingkan tanpa naungan dan
dalam Budiastuti, 2000). Semakin naungan ketebalan 2 dan 3 lapis.
panjang polong kacang hijau maka Intensitas cahaya matahari yang
semakin banyak biji yang terdapat seimbang menentukan pembentukan
dalam polong tersebut. Sumarji polong tanaman kacang hijau.
(2013), biji kacang hijau kecil dan Disamping itu juga pemberian
bulat, berwarna hijau atau hijau perlakuan ketebalan naungan 1 lapis
kekuningan dengan bobot 100 bijinya memberikan kondisi iklim mikro yang
antara 3-4 gram. sesuai untuk pembentukan biji per
Dalam penelitian ini, polong kacang hijau, karena
pengamatan jumlah biji per polong terjadinya keseimbangan pengaturan
dilakukan pada minggu ke 9, tepat suhu dan kelembabannya. Berbeda
pada saat panen pertama. Rata-rata dengan hasil penelitian yang
hasil pengamatan jumlah biji per dilaporkan oleh Iqbal et al., (2013),
polong kacang hijau disajikan pada bahwa perlakuan naungan terhadap
Tabel 6. jumlah biji per tanaman sampel saling

18 Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018


berbeda nyata dimana paling banyak cabang), dan pada minggu ke 8
terdapat pada S0 dengan rataan menunjukkan perlakuan P1 (6.3
67.87 biji dan paling sedikit pada S3 cabang) berbeda nyata dengan
dengan rataan 5.00 biji. perlakuan P2 (2.2 cabang) dan P3
Penerimaan cahaya matahari (2.9 cabang), namun tidak berbeda
sangat berdampak pada nyata dengan perlakuan P0 (5.9
pembentukan polong dan biji per cabang). Sedangkan parameter tinggi
polong kacang hijau. Minimnya tanaman, jumlah polong dan jumlah
pembentukan polong diakibat biji per polong tidak berbeda nyata.
rendahnya penerimaan cahaya
berkorelasi pada rendahnya produksi Saran
kacang hijau. Pada penanaman Beberapa saran dapat
kacang hijau di bawah tegakan direkomendasikan: (1) dalam
tanaman tahunan menyebabkan yang penerapan dilapangan petani dapat
tanaman ternaungi sehingga memanfaatkan lahan-lahan yang
kompetisi cahaya matahari menjadi ternaungi seperti lahan kosong di
lebih kompleks. Hal ini dikatakan oleh bawah tegakan tanaman tahunan, (2)
Sundari et al., (2005), bahwa perlu dimunculkan varietas kacang
persaingan cahaya merupakan salah hijau yang toleran terhadap naungan,
satu faktor penyebab tingginya sehingga meskipun dalam kondisi
penurunan hasil kacang hijau pada ternaungi tanaman masih dapat
sistem tumpangsari, Daeli et al., berproduksi optimal, dan (3) perlu
(2013), dan masih rendahnya dilakukan kajian lebih lanjut terhadap
produktivitas hasil. Laporan penelitian respon pertumbuhan dan produksi
oleh Iqbal et al., (2013), bahwa pada kacang hijau dengan perlakuan
perlakuan naungan berpengaruh naungan.
nyata terhadap produksi per plot
dimana tertinggi pada S0 dengan DAFTAR PUSTAKA
rataan 50,21 g dan terendah pada S2 Afandi, M., Mawarni, L., dan Syukri.
dengan rataan 28,47 g. (2013). Respon Pertumbuhan
dan Produksi Empat Varietas
PENUTUP Kedelai (Glycine max L.)
Kesimpulan terhadap Tingkat Naungan.
Hasil analisis sidik ragam pada Jurnal Online Agroekoteknologi,
BNT (P<0.05), perlakuan naungan 1(2): 214-226.
berbeda nyata terhadap: (1) Atman. (2007). Teknologi Budidaya
parameter jumlah daun minggu ke 8 Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
bahwa perlakuan P0 memiliki jumlah di Lahan Sawah. Jurnal Ilmiah
yang lebih banyak (31.7 helai) Tambua, 6(1): 89-95.
dibandingkan dengan P1 (26.2 helai), Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
P2 (26.3 helai) dan P3 (19.4 helai), (2) Gorontalo. (2010). Provinsi
parameter jumlah cabang minggu ke Gorontalo dalam Angka:
6 perlakuan P0 (4.4 cabang) berbeda Gorontalo.
nyata dengan perlakuan P2 (2 .(2015). Provinsi Gorontalo
cabang) dan P3 (2.9 cabang), namun dalam Angka: Gorontalo.
tidak berbeda nyata dengan P1 (4.4

Volume 4 Nomor 1 Tahun


Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018 19
.(2017). Provinsi Gorontalo Iqbal, M., Mawarni, L., dan Charloq.
dalam Angka: Gorontalo. (2013). Pertumbuhan dan
Budiastuti, M.S. (2000). Penggunaan Produksi Beberapa Varietas
Triokontanol dan Jarak Tanam Kedelai (Glycine max L. Merrill)
pada Tanaman Kacang Hijau pada Berbagai Tingkat
(Phaseolus radiatus L.). Penaungan Tahap Kedua.
Agrosains, 2(2): 59-63. Jurnal Online Agroekoteknologi,
Buntuang, S., Zakaria, F., dan 1(3): 896-907.
Pembengo, W. (2014). Nasution, A.S. (2015). Pengaruh
Pengaruh Waktu Naungan Pemberian Berbagai Jenis
Plastic Transparan dan Jumlah Pupuk Organik terhadap
Tanaman Perlubang Tanam Pertumbuhan dan Produksi
terhadap Pertumbuhan dan Tanaman Kacang Hijau (Vigna
Hasil Tanaman Kacang Hijau radiata L.). Agrium, 19(2): 89-
(Vigna radiate L.). Jurnal 95.
Agroteknotropika, 3(3): 153-161. Polnaya, F., dan Patty, J.E. (2012).
Chairudin, Efendi, dan Sabaruddin. Kajian Pertumbuhan dan
(2015). Dampak Naungan Produksi Jagung Lokal dan
terhadap Perubahan Karakter Kacang Hijau dalam sistem
Agronomi dan Morfo-Fisiologi Tumpang sari. Agrologia, 1(1):
Daun pada Tanaman Kedelai 42-50.
(Glycine max (L.) Merrill). J. Reskynawati, K. (2014). Pertumbuhan
Floratek, 10: 26 – 35. dan Produksi Tanaman Kacang
Daeli, N.D.S., Putri, L.A.P., dan Hijau (Vigna radiate L.) pada
Nuriadi, I. (2013). Pengaruh Berbagai Tingkat Naungan.
Radiasi Simar Gamma terhadap [Skripsi]. Prodi Agroteknologi,
Tanaman Kacang Hijau (Vigna Jurusan Budidaya Pertanian,
radiata L.) pada Kondisi Salin. Fakultas Pertanian, Universitas
Jurnal Online Agroekoteknologi, Hassanudin. Makassar.
1(2): 227-237. Sopandie, D., dan
Deselina. (2014). Karakteristik Trikoesoemaningtyas. (2011).
Fisiologis dan Kualitas Semai Pengembangan Tanaman Sela
Jabon (Anthocephalus cadamba di Bawah Tegakan Tanaman
Miq.) terhadap Pemberian Tahunan. Iptek Tanaman
Naungan dan Komposisi Media Pangan, 6(2): 168-182.
Semai. Jurnal Agriculture, 9(3): Sucipto. (2009). Dampak Pengaturan
1015-1023. Baris Tanaman Jagung (Zea
Haryanti, S., dan Budihastuti, R. mays L.) dan Populasi Kacang
(2015). Morfoanatomi, Berat Hijau (Phaseolus radiates L.)
Basah Kotiledon dan Ketebalan dalam Tumpangsari terhadap
Daun Kecambah Kacang Hijau Pertumbuhan dan Hasil Kacang
(Phaseolus vulgaris L.) pada Hijau, Jagung. Jurnal Agrovigor,
Naungan yang Berbeda. Buletin 2(2): 67-78.
Anatomi dan Fisiologi, 23(1): 47- Sumarji. (2013). Laporan Kegiatan
56. Penyuluhan Teknik Budidaya
Kacang Hijau (Vigna radiata (L)

20 Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018


Wilczek). Prodi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas
Islam Kediri.
Sundari, T., Soemartono, Tohari, dan
Mangoendidjojo, W. (2005).
Keragaan Hasil dan Toleransi
Genotipe Kacang Hijau
terhadap Penaungan. Jurnal
Ilmu Pertanian, 12(1): 12-19.
Susanto, G.W.A., dan Sundari, T.
(2011). Perubahan Karakter
Agronomi Aksesi Plasma Nutfah
Kedelai di Lingkungan
Ternaungi. Jurnal Agron.
Indonesia, 39(1): 1-6.
Syaiful, S.A, Yassi, A., dan Rezkiani,
N. 2011). Respon Tumpangsari
Tanaman Jagung Manis dan
Kacang Hijau terhadap Sistem
Olah Tanah dan Pemberian
Pupuk Organik. J. Agronomika,
1(1): 13-18.
Taufiq, A., dan Sundai, T. (2012).
Respons Tanaman Kedelai
terhadap Lingkungan Tumbuh.
Buletin Palawija, 23: 13-26.
Trustinah, B.S., Radjit, N.,
Prasetiaswati, dan Harnowo, D.
(2014). Adopsi Varietas Unggul
Kacang Hijau di Sentra
Produksi. Iptek Tanaman
Pangan, 9(1): 24-38.
Yugi, R.A., dan Harjoso, T. (2012).
Karakter Hasil Biji Kacang Hijau
pada Kondisi.

Volume 4 Nomor 1 Tahun


Volume 7 Nomor 1 Tahun 2018 21

Anda mungkin juga menyukai