Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dibandingkan
makhluk lainnya yang ada dimuka bumi ini. Manusia diberi oleh Allah berupa fitriah dan akliyah.
Dengan menggunakan akliyah manusia dapat membedakan baik dan buruk sehingga dapat
memiliki akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela.
Sebagai manusia yang sempurna dan sebagai khalifah di muka bumi ini maka manusia
dituntut untuk berakhlak terpuji karena dengan akhlak terpuji maka manusia akan selamat di dunia
dan di akhirat dan hendaklah berakhlak terpuji dimanapun berada dimulai dengan berbuat baik
terhadap diri sendiri, lingkungan keluarga dan masyarakat, dan salah satu akhlak terpuji yang harus
dimiliki setiap manusia adalah bersikap jujur karena kejujuran itu membawa kebaikan.
Islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur, seorang muslim harus memiliki tingkah
laku terpuji yang dimiliki oleh Rasulullah SAW (siddiq, tabligh, amanah, fatonah), karena
beliaulah panutan dan suri tauladan kita sebagai umatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pentingnya kejujuran beserta penjelasan hadis mengenainya?
2. Bagaimana kejujuran membawa kebaikan beserta penjelasan hadis mengenainya?
3. Bagaimana orang jujur mendapatkan pertolongan Allah beserta penjelasan hadis
mengenainya?

C. Tujuan
1. Agar lebih memahami makna pentingnya kejujuran
2. Mengetahui bahwa kejujuran akan membawa kebaikan
3. Mengetahui bahwa orang jujur akan mendapatkan pertolongan Allah

1 Tingkah Laku Terpuji


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Kejujuran
Kejujuran secara istilah merupakan kesesuaian antara ucapan maupun perkataan, sesuai
antara informasi dan kenyataan, kejujuran merupakan ketegasan dan kemantapan hati; dan sesuatu
yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan dan kebohongan. Kejujuran adalah perbuatan
orang yang beriman, orang yang bertakwa kepada Allah, Allah SWT menjanjikan segala kebaikan
dari segala perbuatan dan mengampuni segala dosa-dosanya. Kejujuran juga merupakan ajaran
yang telah diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, kejujuran adalah jalan untuk mendapatkan
kemenangan (surga). Simaklah hadis di bawah ini.

َ ‫ أَ َن‬:‫ َقا َل َرس ُْو ُل هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ ِم‬:‫َو َعنْ أَ ِبًْ أ ُ َما َم َة ْال َبا ِهلًِِّ َرضِ ًَ هللاُ َع ْن ُه َقا َل‬
‫ازعِ ٌْ ٌم‬
ِ‫ت ــــفِ َو َسط‬ ٍ ٌِّ ‫ان ُم ِح ًّّقا َو ِب َب‬
َ ‫ك ْالم َِرا َء َوإِنْ َك‬ َ ‫ْض ْال َج َّن ِة لِ َمنْ َت َر‬ ِ ‫ت ـــــفِ َرب‬ ٍ ٌْ ‫ِب َب‬
.ُ‫ت فِى أَعْ لَى ْال َج َّن ِة لِ َمنْ َح َس َن ُخلُقُه‬ ٍ ٌِّ ‫ازحًّ ا َو ِب َب‬
ِ ‫ان َم‬َ ‫ِب َوإِنْ َك‬ َ ‫ك ْال َكذ‬َ ‫ْال َج َّن ِة لِ َمنْ َت َر‬
) ‫( رواه أبوداود بإ سناد صحٌح‬
Artinya:
“Abu Umamah Al-Bakhili r.a. berkata Rasulullah SAW bersabda, „Saya dapat menjamin
suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. Dan
menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau.
Dan menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekertinya.”
(H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sahih)

Hadis ini menerangkan tiga perilaku penting yang mendapat jaminan surga dari Rasulullah
bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus diiringi berbagai kewajiban
lainnya yang telah ditentukan Islam. Ketiga perilaku tersebut yaitu :
1.) Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantah adalah suatu pernyataan dengan maksud untuk menjadikan
orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara
mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahannya,

2 Tingkah Laku Terpuji


karena kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya sendiri
sehingga ia berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.
Sebenarnya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau berdebat
dalam mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa diri,
terutama kalau perdebatannya dilandasi oleh keegoan masing-masing, bukan didasarkan pada
keinginan untuk mencari kebenaran.
Tidak sedikit orang yang memiliki ego sangat tinggi dan tidak mau dikalahkan oleh orang
lain ketika berdebat walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti itu, biasanya
selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Kalaupun dilayani, yang
terjadi bukan lagi adu mulut melainkan adu fisik. Oleh karena itu, hendaknya dihindari karena
berbahaya dan dianggap salah satu perbuatan sesat. Rasulullah SAW bersabda :

‫(رواه الترمذى عن أ بى‬.‫ض َّل َق ْومٌـــ َبعْ دَ أَنْ َهدَا ُه ُم هللا ُ إِالَّ أ ُ ْو ُت ْوا ْال َجدَ َل‬َ ‫َما‬
)‫أمامة‬
Artinya :
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah, kecuali kaum mendatangkan
perdebatan.” (H.R. At-Tirmidzi, dari Abu Umamah)

Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam setiap perdebatan, Nabi
menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia
menang dalam perdebatan tersebut. Dengan berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah dalam
perdebatan tersebut, melainkan menang di sisi Allah dan mendapatkan pahala yang besar,
sebagaimana Nabi menyatakan bahwa dijamin surga baginya.
Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu, seperti ketika berdebat dengan orang-orang kafir tentang
aqidah, kita harus mempertahankan pendapat kita dengan menggunakan berbagai cara supaya
mereka menyadari bahwa aqidah kita memang benar dan mereka salah. Kalau mereka tidak
mengerti juga, serahkanlah kepada Allah agar mereka diberi petunjuk. Tetapi harus tetap berusaha
untuk tidak mengalah dan menuruti pendapat mereka.
Dengan demikan, kapan seseorang harus meninggalkan suatu perdebatan dan kapan dia
harus mempertahankannya sangat bergantung pada kondisi. Akan tetapi, hadis di atas menekankan
kemashlahatan bagi semuanya. Janganlah karena sama-sama bersikeras mempertahankan pendapat
dan masing-masing merasa paling benar sehingga saling menghina dan melecehkan, bahkan tidak
menutup kemungkinan berlanjut pada timbulnya keributan atau perkelahian.

3 Tingkah Laku Terpuji


Dalam berdebat hendaklah mengetahui dengan jelas motivasi dan atau tujuannya, apakah
mencari kebenaran atau hanya mencari prestise semata. Kalau sama-sama mencari kebenaran,
diyakini bahwa mereka yang berdebat tidak akan mempertahankan pendapatnya yang salah, dan
tidak saling menjatuhkan satu dengan sama lainnya. Namun demikian, meninggalkan perdebatan
utama dan pelakunya akan diberi pahala oleh Allah SWT dengan menempatkannya di surga.

2.) Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau


Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta
sangat dilarang dalam Islam. Karena selain merugikan orang lain, juga merugikan diri sendiri.
Banyak ayat dalam Al-Qur‟an yang mencela orang yang suka berdusta, apalagi terhadap mereka
yang mendustakan Allah. Seperti firman Allah :

َ ٌَ‫َو ٌَ ْو َمــ ْالقٌِـــ َم ِة َت َرى الَّ ِذٌ َْن َك َذب ُْوا َعلَى هللاِ وُ ُج ْو ُه ُه ْم مُسْ َو َّدةٌ‘ أَل‬
ِ‫ْس ــــف‬
)0ٓ:‫ (الزمر‬.‫َج َه َّن َم َم ْث ًّوى ل ِْل ُم َت َكب ِِّرٌ َْن‬
Artinya :
“Pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah,
mukanya menjadi hitam. Bukannya di dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang yang
menyombongkan diri.” (Q.S. Az-Zumar:60)

Sebaliknya, Islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur walaupun dalam bercanda.
Orang-orang yang selalu jujur, sekalipun dalam bercanda sebagaimana disebutkan dalam hadis di
atas dijaminkan oleh Rasulullah SAW satu tempat di tengah surga.
Dalam bercanda, seseorang biasanya suka melebih-lebihkan candaanya untuk mengundang
tawa orang yang di ajak bercanda. Hal ini mebuatnya merasa puas. Maka dibuatlah gurauan dengan
berbagai cara walaupun harus berbohong. Hal seperti itu, tidaklah dibenarkan dalam Islam karena
apapun alasannya berbohong merupakan perbuatan yang dilarang. Rasulullah SAW bersabda :

ِ َّ ‫صلَّى‬
‫ َو‬: ‫هللا َو َسلَّ َم‬ ِ َّ ‫ َقا َل َر س ُْو ُل‬: ‫ْن َح ِكٌ ٍْم َعنْ أَ ِب ٌْ ِه َعنْ َج ِّد ِه َقا َل‬
َ ‫هللا‬ ِ ‫عًّ نْ َبه ِْز ب‬
‫ (أخرجه الثال‬.ُ‫ك ِب ِه ْال َقو ُم َو ٌْ ٌل لَ ُه ُث َّم َو ٌْ ٌل لَه‬ ُ ‫ٌْ ٌل لِلَّ ِذ يْ ٌ َُح ِّد‬
َ ‫ث َف ٌَ ْك ِذ بُ لِ ٌَضْ َح‬
)‫وإسناده قوى‬,‫ثة‬

4 Tingkah Laku Terpuji


Artinya :
“Dari Bahz Ibn Hakim dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
„Kecelakaan bagi orang orang yang menceritakan, tetapi ia berdusta untuk membuat orang-orang
tertawa dengan itu. Kecelakaanlah baginya! Kemudian kecelakaan baginya.” (Dikeluarkaln oleh
tiga dan isnadnya kuat)

Rasulullah SAW memberikan contoh tentang bercanda yang tidak dicampuri bohong. Ketika
beliau didatangi seorang nenek yang bertanya apakah dia masuk syurga, Nabi menjawab bahwa
nenek itu tidak akan di surga. Hal itu membuat sang nenek menangis sehingga Siti Aisyah merasa
iba kepadanya. Kemudian ia menanyakan kepada Rasulullah tentang jawaban yang diberikan
kepada nenek tersebut. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa di surga tidak akan ada nenek-nenek
atau kakek-kakek. Mereka yang ketika di dunia sudah tua, kalau masuk ke surga, mereka akan
muda kembali, Siti Aisyah pun mengerti dan tertawa.
Kejujuran juga harus selalu dipegang teguh oleh para ahli ilmu jika ia menghadapi sesuatu
yang belum ia ketahui. Secara jujur, ia harus mengatakan bahwa ia tidak tahu. Bahkan para
ilmuwan salaf (terdahulu) setiap selesai menulis karya mereka, selalu menulis kalimat wallahu
a‟lam (Allah lebih mengetahui). Pernyataan seperti itu adalah kejujuran yang sangat tinggi dari
seorang ilmuwan tentang kebodohan dirinya dan kemahatahuan Allah SWT.
Menurut M. Quraish Shihab, seorang yang disodori pertanyaan mengenai sesuatu yang
belum ia ketahui jawabannya, mempunyai tiga pilihan: pertama, menjawab dengan membohongi
dirinya sendiri dan si penanya; kedua, berusaha meyakinkan dirinya dan si penanya dengan
memberikan jawaban yang tidak pasti berdasarkan dugaan, sedangkan dugaan menurut Al-Qur‟an
tidak bermanfaat sedikitpun terhadap kebenaran (Q.S. 53: 28); ketiga, bersikap jujur dengan
berkata, “Saya tidak tahu.” Jawaban seperti itulah yang selalu diberikan Nabi SAW setiap kali
beliau diajukan suatu pertanyaan yang tidak diketahui duduk diperkaranya. Nabi bahkan bersabda,
(“Bukti pengetahuan seseorang adalah menjawab (dengan jawaban) „saya tidak tahu‟”).
Adapun salah satu cara untuk menjadi orang yang jujur adalah dengan cara bergaul dengan
orang-orang yang dikenal sebagai orang jujur. Hal ini karena pergaulan sangat berpengaruh
terhadap watak dan kepribadian seseorang. Allah berfirman :

َ ‫ٌأ َ ٌُّ َهاالَّ ِذٌ َْن ا َم ُن ْوا ا َّتقُوا‬


ّ ‫هللا َو ُك ْو ُن ْوا َم َع ال‬
) ٔٔ1 :‫ ( التوبة‬.‫ص ِدقٌِ َْن‬

5 Tingkah Laku Terpuji


Artinya :
“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.” (Q.S. At-Taubah 119)

3.) Orang yang baik budi pekertinya


Sifat lainnya yang meninggalkan derajat seseorang di sisi Allah SWT, dan juga dalam
pandangan manusia adalah akhlak terpuji.

Salah satu risalah Rasulullah SAW adalah menyempurnakan akhlak manusia. Dalam
membina akhlak terpuji, Rasulullah SAW memberikan suri teladan bukan sekedar memberikan
anjuran atau perintah kepada umatnya. Itulah salah satu sebab keberhasilan dakwah Rasullah SAW.
Beliau memiliki akhlak yang sangat terpuji yang dikagumi kawan maupun lawannya. Hal itu
dijelaskan dalam Al-Quran.

)4 : ‫ (القلم‬.‫ك لَ َعلَى ُخلُ ٍق َعظِ ٌْ ًّم‬


َ ‫َو إِ َّن‬
Artinya:

“Sungguh engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhur.” (Q.S.Al-Qalam:4)

Barang siapa yang ingin berakhlak mulia, ia harus berusaha meniru akhlak Rasullah SAW,
yakni menuruti segala petunjuk yang terdapat di dalam Al-Quran dan Sunnahnya. Ketika Siti
Aisyah ditanya tentang akhlak Rasullah SAW, dia berkata bahwa akhlak Rasullah SAW adalah Al-
Quran. Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis, berusaha untuk
membantu orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat.

B. Kejujuran Membawa Kebajikan

:‫صلَّى هللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم َقا َل‬


َ ًِّ‫ْن َمسْ ع ُْو ٍد َردضِ ًَ هللاُ َع ْن ُه َع ِن ال َّن ِب‬ ِ ‫ْث َع ْب ِد‬
ِ ‫هللا ب‬ ُ ٌ‫َح ِد‬
‫إِنَّ الص ِّْد َق ٌَ ْه ِدىْ إِلَى ْال ِبرِّ َواِنَّ ْال ِبرَّ ٌَ ْه ِدىْ إِلَى ْال َج َّن ِة َوإِنَّ الرَّ جُ َل لَ ٌَصْ ُد ُق َح َّتى‬
َّ‫ َوإِن‬.‫ار‬ ِ ‫ِب ٌَ ْه ِدىْ إِلَى ْالفُجُ ْو ِر َوإِنَّ ْالفُجُ ْو َر ٌَ ْهدِى إِلَى ال َّن‬ َ ‫ َوإِنَّ ْال َكذ‬.‫ٌَ ُك ْو َن صِ ِّد ٌْ ًّقا‬
َ ‫ ـ_ َك َت‬87 :‫ ( أخرجه البخارى ــــف‬.‫هللا َك َّذابًّا‬
‫اب‬ ِ ‫ب عِ ْن َد‬ َ ‫الرَّ ُج َل لَ ٌْ َكذِبُ َح َّتى ٌُ ْك َت‬
‫ ٌاأٌهاالذٌن امنوا اتقوا هللا و كونو مع الصا‬:‫ باب قول هللا تعالى‬01 :‫األدب‬
) ‫دقٌن‬
6 Tingkah Laku Terpuji
Artinya:

“Abdullah Ibnu Mas‟ud berkata bahwa Nabi SAW bersabda “Sesungguhnya benar (jujur)
itu menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga, dan seseorang itu berlaku
benar sehingga tercatat di sisi Allah sebagai seorang yang siddiq (yang sangat jujur dan benar).
Dan dusta menuntun kepada curang, dan curang itu menuntun ke dalam neraka. Dan seorang yang
berdusta sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
(Dikeluarkan oleh imam Bukhari dalam kitab “Tatakrama” bab: firman Allah Ta‟ala: Hai orang-
orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan jadilah kamu semua bersama orang-orang
yang benar)

Sebagaimana diterangkan di atas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada
orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak di akhirat. Ia akan dimasukkan kedalam surga dan
mendapat gelar kelak di akhirat yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar. Bahkan
dalam Al-Qur‟an dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran
dinyatakan sebagai orang yang bertakwa.
Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yang jujur dan dan dipastikan tidak akan
berkhianat, kepada siapa saja, baik kepada Allah SWT. sesama manusia, maupun dirinya sendiri.
Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-
Nya serta mengikuti segala Sunnah Rasulullah SAW, karena hal itu merupakan janjinya kepada
Allah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat.
Dengan kata lain, orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah SWT.
Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang badui yang meminta nasihat kepada Rasululllah
SAW. Beliau SAW hanya berkata “jangan bohong”. Perkataan Rasulullah SAW terus mengiang-
ngiang di telinga sang badui sehingga setiap kali dia akan melakukan suatu perbuatan tercela dia
berpikir bahwa Rasulullah pasti akan menanyakan dan dia harus jujur. Dia pun tidak jadi
melakukan perbuatan terlarang tersebut.

C. Orang yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah

ْ‫ َمن‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ ْم َقالَــــــــ‬ َ ًِّ‫َعنْ أَ ِبىْ ه َُرٌ َْر َة َرضِ ًَ هللاُ َع ْن ُه َع ِن ال َّن ِب‬
‫اس ٌ ُِر ٌْ ُد أَدَا َءها َ أَدَاى هللُ َع ْن ُه َو َمنْ أَ َخ َذ َهاٌ ُِر ٌْ ُدإِ ْتالَ َف َها أَ ْتلَ َف ُه‬
ِ ‫أَ َخ َذأَمْ َوا َل ال َّن‬
) ‫(رواه البخارى وابن ماجه وغٌرهما‬.ُ‫هللا‬

7 Tingkah Laku Terpuji


Artinya:

“Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasullah SAW bersabda, ”Barang siapa yang
menggunakan harta orang lain (untuk berdagang) dan dia ingin mengembalikannya, maka Allah
akan (membantu) mengembalikannya. Dan barang siapa mengambil dengan maksud untuk
merusaknya, Allah pun akan merusaknya.” (H.R. Bukhari, Ibnu Majah, dan selainnya)

Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam uang atau barang
kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya. Hal itu dibolehkan dalam Islam
dan Allah SWT akan menolong mereka kalau mereka berniat untuk menggunakannya sebagai
penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.

Oleh karena itu, setiap peminjam modal hendaknya ingat bahwa harta tersebut adalah amanat
yang di percayakan oleh pemilik kepadanya. Dalam Islam umatnya selalu diingatkan untuk
menjaga amanat yang dipercayakan kepadanya dan mengembalikan amanat tersebut kepada
pemiliknya, sebagaimana firman Allah SWT:

) 87 :‫ ( النساء‬.‫ت إِلَى أَهْ لِ َها‬ ْ ‫هللا ٌَأْمُرُ ُك ْم أَنْ ُت َؤ ُّد َو‬


ِ ‫ااألَ َما َنا‬ َ َّ‫إِن‬
Artinya:

“Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu semua agar memenuhi amanat kepada yang
berhak menerimanya.” (Q.S An-Nisa: 58)

Begitu pula, seorang peminjam modal, ia harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga
kepercayaan yang diraihnya tersebut dengan cara mengembalikan modal yang dipinjamnya pada
waktu yang telah disepakati. Jika ia berbuat demikian, pemilik modal akan semakin
mempercayainya. Ini berarti, jika ia memerlukan modal lagi, ia tidak akan mengalami kesulitan.

Adapun khianat (tidak menunaikan amanah) telah disepakati sebagai perbuatan tercela, baik
dalam pandangan Allah maupun pandangan manusia. Dalam suatu hadist dikategorikan sebagai
salah satu sifat orang munafik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.:

‫ (رواه‬.‫ان‬ َ َ‫ب َوإِ َذا َو َع َد أَحْ ل‬


َ ‫ف َوا َِذا ْاؤ ُتـــــم َِن َخ‬ َ ‫ث َك َذ‬ ٌ ‫ات ْال ُم َناف ِِق َث َال‬
َ َ‫ إِ َذا َحد‬:‫ث‬ ُ ٌَ ‫ا‬
) ‫البخارى و مسلم‬

8 Tingkah Laku Terpuji


Artinya:

“Tanda orang munafik ada tiga. Jika berkata, ia berdusta; Jika berjanji, ia menyalahinya
dan jika di percaya ia berkhianat.”

Ar-Ragib Al-Asfahani berpendapat bahwa khianat bukan sekedar tanda orang munafik. Nifak
adalah khianat dan khianat adalah nifak. Hanya saja khianat sering kali di peruntukkan bagi
pelanggaran terhadap perjanjian atau amanat, sedangkan nifak sering dikaitkan dengan kebohongan
terhadap agama secara umum. Namun demikian, esensi dari keduanya sama dan sangat dimurkai
Allah SWT.

Tentu saja, amanat bukan saja dimonopoli para pemimpin, sebab bila merujuk kepada Al-
Quran, khianat terbagi kepada dua bagian, yaitu khianat terhadap Khalik (Allah dan Rasul-nya) dan
khianat terhadap makhluk. Hal itu ditegaskan dalam Al-Quran:

. ْ‫هللا َوالرَّ س ُْو َل َو َت ُخ ْو ُن ْوآ اَمن ِت ُك ْم َوأَ ْن ُت ْم َتعْ لَم ُْون‬


َ ‫ٌأ َ ٌُّ َهاالَّ ِذٌ َْن ا َم ُن ْوا الَ َت ُخ ْو ُن ْوا‬
) ٕ8 :‫( األنفالـــــــــ‬
Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu semua mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

Berkhianat kepada Allah SWT adalah meninggalkan perintahnya dan melaksanakan


larangannya, sedangkan berkhianat kepada Rasulnya adalah meninggalkan Sunnahnya. Adapun
yang dimaksud mengkhianati amanat sesama manusia adalah mengingkari atau meninggalkan
suatu kesepakatan atau amanat yang telah diterima dan disepakati bersama atau mungkin
melaksanakannya, tetapi tidak sempurna.

Dengan demikian, setiap orang berpotensi untuk menjadi pengkhianat bahkan mungkin
sekarang ini, kita termasuk para pengkhianat, baik kepada Allah SWT, Rasulullah SAW maupun
sesama manusia.

9 Tingkah Laku Terpuji


BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita sering terlupa dengan sikap dan prilaku kita.
Karena terkadang tanpa kita sadari ego yang terlalu menguasai diri kita, sehingga lupa akan prilaku
buruk yang ada di dalam diri kita. Lupa bahwa jujur itu adalah perbuatan yang sangat disukai oleh
Allah. Kejujuran dapat memberikan pengaruh positif dalam kehidupan kita. Karena Allah
membalas orang yang jujur sebagai mana janji Allah dalam Al-Qur‟an.
Maka dari itu dengan kesadaran kita, bahwa pentingnya bertingkah laku terpuji dalam
kehidupan sehari-hari dengan menerapkan sikap dan prilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran
Sebagai penutup dari makalah ini, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Mulailah untuk merealisasikan tingkah laku terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mulialah membiasakan jujur dalam segala hal.
3. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat

10 Tingkah Laku Terpuji


DAFTAR PUSTAKA

Syafe‟i Rachmat. 2000. Al-Hadis. Cetakan Ke-6. Bandung: Pustaka SETIA Bandung

Al-Nawawi Imam. 2011. Riyadhushalihat. Bandung: Mizan PUSTAKA

LR Pristiwanti. 2010. Hadist Akhlak Terpuji. http://tafsirpink.blogspot.com/2010/11/hadist-akhlak-


terpuji.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2016

Fitriani Lia. 2015. Arti dan Makna Kejujuran. http://lia-fitriani.blogspot.com/2015/05/arti-dan-


makna-kejujuran-dalam-ajaran.html. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2016

11 Tingkah Laku Terpuji

Anda mungkin juga menyukai