Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LAYANAN KONSELING DI SLTP DAN SLTA


“Ruang Lingkup Kerja BK”

DOSEN
Triave Nuzila Zahri, M.P., Kons.

Oleh
Kelompok 8:
Annisa Yohana kichi (18006003)
Cahyani Regita Putri (18006007)
Erli Puspita Permata Sari (18006019)
Ulvy Witri Humairah (18006057)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “ Ruang Lingkup Kerja BK” untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Layanan Konseling Di SLTP dan SLTA.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ruang Lingkup Kerja BK. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun
orang lain.

Padang, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................iii

A. Latar Belakang............................................................................................................iii

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................iv

C. Tujuan.........................................................................................................................iv

BAB II RUANG LINGKUP KERJA BK.................................................................................1

A. Ratio Guru BK Dengan Jumlah Siswa Asuh................................................................1

B. Bimbingan Klasikal dan Cara Penilaiannya.................................................................2

C. Rambu-Rambu Pelaksanaan BK di Sekolah.................................................................4

D. Mekanisme dan Tata Aturan Pekerjaan Guru BK atau Konselor..................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................................8

A. Kesimpulan..................................................................................................................8

B. Saran............................................................................................................................9

KEPUSTAKAAN..................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional
dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi
guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur
(UU No.20/2003, pasal 1 ayat 6). Namun pengakuan secara eksplisit dan
kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga kependidikan satu dengan yang
lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk
konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting pelayanan
spesifik yang satu sama lain mengandung keunikan dan perbedaan.
Permendiknas No. 23/2006 dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang
studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui
pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk
mewujudkan diri dan pengembangan kapasitasnmya yang dapat mendukung
pencapaian kompetensi lulusan. Dalam hal ini kerjasama antara konselor
dengan guru merupakan suatu keharusan.
Depdiknas (2008: 192) menyebutkan pentingnya layanan
bimbingan dan konseling menyangkut upaya memfasili-tasi peserta didik
agar mampu mengem-bangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (menyang-kut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial,
dan moral-spiritual). Siswa sebagai elemen utama sekolah merupakan
individu yang sedang berkembang sehingga rentan mengalami masalah
yang dapat mempe-ngaruhi hasil belajarnya. Oleh sebab itu, kehadiran
layanan bimbingan dan konse-ling di sekolah khususnya SMA menjadi
sangat diperlukan namun dalam pelaksaanaannya ditemukan berbagai
kendala.
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) sebagai
organisasi profesi berupaya melakukan penataan dan pengembangan profesi
iii
serta pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal
secara sistematis dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan, standar,
ekspektasi kinerja yang diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ratio Guru BK Dengan Jumlah Siswa Asuh ?
2. Bagaimana Bimbingan klasikal dan Cara Penilaiannya ?
3. Bagaimana Rambu-Rambu Pelaksanaan BK di Sekolah ?
4. Bagaimana Mekanisme atau Tata Aturan Pekerjaan Guru BK/Konselor ?
C. Tujuan
1. Untuk Memahami Bagaimana Ratio Guru BK Dengan Jumlah Siswa Asuh
2. Agar Dapat Memahami Bagaimana Bimbingan klasikal dan Cara
Penilaiannya
3. Untuk Memahami Bagaimana Rambu-Rambu Pelaksanaan BK di Sekolah
4. Untuk Memahami . Bagaimana Mekanisme atau Tata Aturan Pekerjaan
Guru BK/Konselor

iv
BAB II
RUANG LINGKUP KERJA BK
A. Ratio Guru BK Dengan Jumlah Siswa Asuh
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan, Pasal 1
ayat 6 menyebutkan bahwa beban mengajar guru bimbingan dan
konseling/konselor adalah mengampu bimbingan dan konseling paling
sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih
satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk layanan tatap muka
terjadwal di kelas. Peserta didik yang berada dalam tanggung jawab guru
pembimbing disebut siswa asuh bagi guru pembimbing yang bersangkutan.
Layanan klasikal untuk di kelas dan di luar kelas, layanan perorangan, atau
layanan kelompok bagi yang dianggap perlu dan memerlukan. Sedangkan,
beban kerja guru BK yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah
membimbing 40 peserta didik dan guru BK yang diberi tugas tambahan
sebagai wakil kepala sekolah membimbing 80 peserta didik.
Selanjutnya, tugas pokok guru pembimbing perlu dijabarkan ke dalam
program-program kegiatan. Nurihsan dan Sudianto (2005: 34) mengatakan
program yang telah direncanakan dilaksanakan melalui kegiatan berikut ini.
Persiapan pelaksanaan: (a) persiapan fisik (tempat dan perabot), perangkat
keras, (b) persiapan bahan, perangkat lunak, (c) persiapan personel, (d)
persiapan keterampilan menerapkan/menggunakan metode, teknik khusus,
media dan alat, (e) persiapan administrasi. Pelaksanaan kegiatan: (a)
penerapan metode, teknik khusus, media dan alat, (b) penyampaian bahan,
pemanfaatan sumber alam, (c) pengktifan nara- sumber, (d) efisiensi waktu,
(e) administrasi pelaksana.
Lingkup kerja pengawasan bimbingan dan konseling untuk
melaksanakan tugas pokok diatur sebagai berikut:

1
1. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas bimbingan dan konseling 24 jam
tatap muka menggunakan pendekatan jumlah guru yang dibina di satu atau
beberapa sekolah pada jenjang pendidikan yang berbeda.
2. Jumlah guru yang harus dibina untuk pengawas bimbingan dan konseling
paling sedikit 40 dan paling banyak 60 guru BK.
3. Uraian lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling.
B. Bimbingan Klasikal dan Cara Penilaiannya
Bimbingan klasikal merupakan layanan yang diberikan kepada siswa
didalam kelas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses bimbingan sudah
disusun secara baik dan siap untuk diberikan kepada siswa secara terjadwal,
kegiatan ini berisikan informasi yang diberikan oleh seseorang pembimbing
kepada siswa secara kontak langsung guna membantu pertumbuhan dan
perkembangan dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya ( Fatimah,
2017).
Bimbingan Klasikal adalah satuan layanan bimbingan dan konseling
yang diberikan kepada peserta didik oleh guru BK atau konselor kepada
sejumlah peserta didk dalam satuan kelas yang dilaksanakan di kelas.
Layanan bimbingan klasikal merupakan layanan yang berfungsi pencegahan,
pemahaman, pemeliharaan, dan pengembangan sebagai upaya yang secar
spesifik diarahkan pada proses proaktif.
Bimbingan klasikal memiliki nilai efisiensi dalam kaitan antara jumlah
peserta didik atau konseli yang dilayani dengan guru BK atau konselor serta
layanannya yang bersifat pencegahan, pemeliharaan, dan pengembangan.
Tujuan bimbingan klasikal, yaitu sebagai berikut:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir, dan
kehidupannya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal
mungkin.

2
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan kerja.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi.

Manfaat bimbingan klasikal, antara lain sebagai berikut:


1. Terjalinnya hubungan emosional dan kondusif antara guru BK atau
konselor dengan pesrta didk atau klien.
2. Terjadinya komunikasi langsung antar guru BK dengan pserta didk.
3. Terjadinya tatap muka, dialog, dan observasi guru BK terhadap kondisi
peserta didk dalam suasana belajar di kelas.
4. Terbahasnya berbagai materi yang mendorong pengembangan
kemampuan diri dan kemampuan pengendalin peserta didk.
5. Pengembangan pikiran, perasaan, sikap dan kehendak, tindakan dan
tanggung jawab peserta didik sesbagai upaya pencegahan, penyembuhan,
perbaikan, pemeliharaan dan pengembangan kemampuan partisipasi
mereka.
Tahap-tahap pelaksanaan bimbingan klasikal menurut Fatimah (2017) sebagai
berikut:
a. Perencanaan kegiatan
Perencanaan kegiatan yaitu penyusunan RPL dengan segenap komponen-
komponen pokok.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian yaitu mengorganisasikan berbagai aspek pokok terutama
menyangkut prasarana secara fisik, personalia, dan administrasi untuk
menjamin kelancaran dan kesuksesan pelaksaan RPL
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan yaitu pelaksanaan kegiatan pelayanan berdasarkan RPL yang
diselenggarakan dengan subjek sasaran, materi, dan arah serta aktifitas

3
kegiatan dengan langkah peneraapan prinsip, azaz, dan teknik BK sebgaimana
yang sudah direncanakan dalam RPL.
d. Tindak Lanjut
Tindak lanjut yaitu proses pelayanan dan hasil-hasilnya sebagaimana isi
LAPERLOG dianalisis dan ditindak.
Penilaian merupakan langkah penting dalam pengelolaan bimbingan
dn konseling.penilaian keberhasilan layanan bimbingan dan konseling
merupakan usaha untuk menilai sejauh mana kegiatan layanan itu mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan penilaian ini, dapat diketahui
apakah layanan tersebut efektif dan membawa dampak positif terhadap siswa
yang mendapat layanan.
Dilihat dari rentang wakyu penilaian, cara penilaian dibagi dalam:
1. Penilaian segera, merupakan penilaian yang dilakukan segera setelah atau
menjelang di akhirinya layanan yang dimaksud
2. Penilaian jangka pendek, penilaian lanjutan yang di lakukan setelah satu
atau lebih jenis layanan dilaksanakan selang beberapa hari sampai paling
lama satu bulan
3. Penilaian jangka panjang, merupakan penilaian lebih menyeluruh setelah
dilakukannya layanan dengan selang satu unit waktu tertentu, seperti satu
semester
C. Rambu-Rambu Pelaksanaan BK di Sekolah
Secara hukum, posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan
bimbingan dan konseling) di tingkat sekolah menengah telah ada sejak 1975,
yaitu sejak diberlakukannya kurikulum bimbingan dan konseling. Dalam
sistem pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran
dan posisi atau tempat yang jelas. Peran konselor, sebagai salah satu student
support services (mensuport perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karier
dan akademik peserta didik melalui pengembangan menu program bimbingan

4
dan konseling kepada peserta didik dalam individual student planning, serta
pemberian layanan responsif.
Perencanaan program bimbingan dan konseling harus dipersiapkan
dengan baik karena kegiatan ini bertujuan untuk menentukan program yang
akan dilakukan. Sukardi dan Kusmawati (2008: 37) mengatakan bahwa: Studi
kelayakan adalah seperangkat kegiatan dalam mengumpulkan berbagai
informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan untuk penyusunan program
bimbingan dan konseling di sekolah. Penyusunan program bimbingan dan
konseling harus berdasarkan kebutuhan. Sukmadinata (2007: 124)
berpendapat bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling perlu
didasarkan atas kebutuhan-kebutuhan nyata di lapangan. Untuk
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu diadakan pengumpulan
data, baik data primer yang diperoleh langsung dari siswa, orang tua dan guru,
maupun data sekunder dari dokumen-dokumen yang ada di sekolah.
Depdiknas (2008: 220) menjelaskan bahwa penyusunan program
bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, atau
kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi
penyusunan program tersebut. Kegiatan asesmen meliputi:
a. Asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi
harapan sekolah dan masyarakat (orang tua peserta didik), sarana dan
prasana pendukung program bimbingan dan konseling, kondisi dan
kualifikasi konselor, dan kebijakan pimpinan sekolah
b. Asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik, yang menyangkut
karakteristik peserta didik, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan
keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan
belajar, minat-minatnya (pekerjaan, jurusan, olahraga, seni dan
keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian atau
tugas-tugas perkembangan, sebagai landasan untuk memberikan
pelayanan bimbingan dan konseling.
5
Penempatan personel bimbingan dan konseling yang tepat dalam
organisasi serta pembagian tugas yang tepat. Dalam SK Menpan No.
84/1993 (Prayitno, 2001: 6) ditegaskan bahwa tugas pokok guru
bimbingan dan konseling yaitu menyusun program bimbingan,
melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan,
analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program
bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya, Depdiknas (2008: 233) menyatakan bahwa personel utama
pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah konselor dan staf administrasi
bimbingan dan konseling. Sementara personel pendukung pelaksana
pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait
dalam pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata
pelajaran, wali kelas, staf administrasi) di dalam organigram pelayanan
bimbingan dan konseling, dengan koordinator dan guru
pembimbing/konselor serta staf administrasi bimbingan dan konseling
sebagai pelaksana utamanya.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan hal yang sangat
penting. Maka, program harus dilakukan seutuhnya sesuai dengan SKB
Mendikbud Nomor 0433/P/1993 (Prayitno, 2001: 8) menyebutkan bahwa
Pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah melaksanakan fungsi
pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan, dan pengembangan
dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan
bimbingan karier.
D. Mekanisme dan Tata Aturan Pekerjaan Guru BK atau Konselor
Edris dan Susilo (2015) Dalam Permendikbud nomor 111 Tahun 2014
dijelaskan bahwa bimbingan dan konseling sebagai layanan professional pada
satuan pendidikan dilakukan oleh tenaga pendidik professional yaitu konselor
atau guru BK.

6
Pelayanan BK disekolah merupakan bagian integral dari keseluruhan
uapaya pendidikan dalam jalur pendidikan formal dan layanan ini meskipun
dilakukan oleh pendidik yang disebut sebagai konselor, tata ekspektasi kinerja
profesionalnya berbeda dengan ekspektasi kinerja profesional yang dilakukan
oleh guru mata pelajaran.
Perencanaan program bimbingan dan konseling harus dipersiapkan dengan
baik karena kegiatan ini bertujuan untuk menentukan program yang akan
dilakukan. Sukardi dan Kusmawati (2008) mengatakan bahwa. Studi
kelayakan adalah seperangkat kegiatan dalam mengumpulkan berbagai
informasi untuk menyusun program bimbingan dan konseling disekolah.
Jika ekspektasi kinerja guru menggunakan materi pelajaran sebgai konteks
layanan keahliannya, maka ekspektasi kinerja konselor tidak demikian,
ekspektasi kinerja konselor menggunakan proses pengenalan diri pesera didik
dangan mamahami kekuatan dan kelamahannya denagn peluang dan
tantangan yang terdapat dalam lingkungan nya, untuk menumbuh
kembangkan kemandirian dalam berbagai keputusan penting dalam perjalanan
hidupnya sehingga mampu memilih,m meraih sera mempertahankan karir
untuk mencapai hidup yang efektif.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beban kerja guru BK atau konselor adalah mampu membimbing
paling sedikit 150 peserta didik untuk satu orang guru BK dan paling banyak
250 peserta didik pertahun pada satu atau lebih satuan pendidikan yang
dilaksanakan dalam bentuk layanan tatap muka terjadwal di kelas.
Permendikbud nomor 111 Tahun 2014 dijelaskan bahwa bimbingan dan
konseling sebagai layanan professional pada satuan pendidikan dilakukan oleh
tenaga pendidik professional yaitu konselor atau guru BK.
Bimbingan Klasikal adalah satuan layanan bimbingan dan konseling
yang diberikan kepada peserta didik oleh guru BK atau konselor kepada
sejumlah peserta didk dalam satuan kelas yang dilaksanakan di kelas.
Layanan bimbingan klasikal merupakan layanan yang berfungsi pencegahan,
pemahaman, pemeliharaan, dan pengembangan sebagai upaya yang secar
spesifik diarahkan pada proses proaktif. Tahap-tahap pelaksanaan bimbingan
klasikal yaitu: perencanaan kegiatan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
tindak lanjut.
Penilaian merupakan langkah penting dalam pengelolaan bimbingan
dn konseling.penilaian keberhasilan layanan bimbingan dan konseling
merupakan usaha untuk menilai sejauh mana kegiatan layanan itu mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan penilaian ini, dapat diketahui
apakah layanan tersebut efektif dan membawa dampak positif terhadap siswa
yang mendapat layanan.
Tugas pokok guru bimbingan dan konseling yaitu menyusun program
bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan
bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam
program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung
jawabnya.

8
B. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai ruang lingkup kerja BK maka
disarankan agar dapat memahami materi secara baik, dan guru BK atau
konselor diharapkan dapat melaksanakan tugasnya sesuai aturan-aturan yang
telah berlaku dan menjalankan tugas tersebut dengan baik agar tercapainya
tujuan dari Bimbingan dan Konseling. Dan Guru BK dapat bekerja sama
dengan personil sekolah demi sekses dan tercapainya tujuan pelayanan
bimbingan yang telah di tetapkan.

9
KEPUSTAKAAN

Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan


Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: BK
UPI.

Edris dan Susilo. 2015. “Manajeman Bimbingan dan Konseling Berbasi


Permendikbud Nomor 111 Tahun 2004”. Jurnal Konseling GUSJIGANG. Vol
1 No 1. (online) https://www.researchgate.net/publication. Diakses 23
Maret 2020 pukul 16.35 WIB.

Fatimah, Dewi Nur. 2017. “Layanan Bimbingan Klasikal dalam Meningkatkan Self
Control Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta”. Jurnal Bimbingan
Konseling dan Dakwah Islam. Vol 14. No 1. (online)
http://journal.uin-suka.ac.id Diakses 23 Maret 2020 pukul 15.22 WIB.

Nurihsan dan Sudianto, A. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA:


Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Permendiknas Nomor 39. Tahun 2009. Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Dan
Pengawas Satuan Pendidikan.

Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di


Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, D.K. & Kusmawati . 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek Mengembangkan


Potensi dan Kepribadian Siswa. Jakarta: Maestro.

10

Anda mungkin juga menyukai