Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

( Hari Pertama Praktek )

1. KASUS ( Masalah Utama)


Isolasi Sosial

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Pengertian
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi
Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat,2006).

b. Rentang respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2016) menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.
Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan ketergantungan Narkisme
Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa 1
Saling ketergantungan
1) Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi
diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan
setelah melakukan kegiatan.
2) Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Kebersamaan (mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal
dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4) Saling ketergantungan (Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar inivide
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
5) Kesepian
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.
6) Isolasi sosial
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
7) Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan
terpusat pada maslah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada dir sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
8) Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebaga objek. Individu tersebut tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
9) Impulsif

Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa 2


Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
10) Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik,
pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.

c. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada
bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya
rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang
hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:
1. Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan
menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting
karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari.
Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa
ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa
berikutnya.
2. Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai
mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan
teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu

Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa 3


dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan
yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus
anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua harus dapat
memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya,
maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak
mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi
dan berkompromi dengan orang lain.
3. Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman
sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal
dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya
hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim
dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan kelompok maupun
teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi
apabila remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut,
yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja.
4. Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan
interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai
dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima
perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk
membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan.
Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi
dan menerima (mutuality). 
5. Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak
terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk
mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri.
Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang
interdependen antara orang tua dengan anak.
6. Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik,
kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran.

Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa 4


Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan
meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
 Sikap bermusuhan/hostilitas
 Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
 Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
 Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur
sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak
diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
 Ekspresi emosi yang tinggi
 Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan
yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota
tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot
apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi
kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur
limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
d. Faktor presifitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya

Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa 5


Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi
sosial.
b. Stressor Biokimia
1. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
2. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
3. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena
dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun
penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku
psikotik.
4. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel
otak.
c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
d. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego
tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal
dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk
mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara

Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa 6


hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis
individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai
usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-
masing tingkah laku adalah sebagai berikut:
a. Tingkah laku curiga: proyeksi
b. Dependency: reaksi formasi
c. Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
d. Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
e. Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan
regrasi.
e. Tanda dan gejala
1) Gejala Subjektif
- Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
-Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
-Respon verbal kurang dan sangat singkat
-Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
-Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
-Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
-Klien merasa tidak berguna
-Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
-Klien merasa di tolak
2) Gejala Objektif
- Klien banyak diam dan tidak mau berbicara
-Tidak mengikuti kegiatan
-Banyak berdiam diri dikamar
-Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
-Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
-Kontak mata kurang
-Kurang spontan
-Apatis (acuh terhadap lingkungan)
-Ekspresi wajah kurang berseri
Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa 7
-Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
-Mengisolasi diri
-Tidak atau urang sadar terhadap lingkungan sekitar
-Masukan makanan dan minuman terganggu
-Retensi urin dan feses
-Aktivitas menurun
-Kurang energi (tenaga)
-Rendah diri
-Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi
tidur)

3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


DS :
Data Mayor
Subjektif
1) Mengatakan malas berinteraksi
2) Mengatakan orang lain tidak menerima dirinya
3) Merasa orang lain tidak selevel

Data Minor
subjektif
1) Curiga dengan orang lain
2) Mendengar suara/melihat bayangan
3) Merasa tidak berguna

DO :
Data Mayor
Objektif
1) Menyendiri
2) Mengurung diri
3) Tidak mau bercakap-cakap

Data Minor
Objektif
1) Mematung
2) Mondar-mandir
Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa 8
3) Tidak inisiatif berhubungan dengan orang lain

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Isolasi sosial
 Masalah lain yang mungkin muncul
- Harga diri rendah kronis
- Perubahan persepsi sensori: halusinasi
- Koping keluarga tidak efektif
- Koping individu tidak efektif
- Intoleransi aktivitas
- Defisit perawatan diri
- Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa 9


5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan Rasional
No Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
keperawatan
1. Isolasi sosial Tujuan umum, Setelah 1 x 30 menit PASIEN 1. Hubungan saling
Pasien mampu : pertemuan pasien dapat : SP 1 : percaya merupakan
1. Membina 1. Mampu membina 1. Identifikasi penyebab isolasi landasan dasar interaksi
hubungan saling hubungan saling social : siapa yang serumah, siapa perawat dengan klien
percaya percaya di tandai yang dekat, yang tidak dekat dan sehingga klien terbuka
2. Menyadari dengan pasien apa sebabnya dalam mengungkapkan
penyebab isolasi menunjukkan ekspresi 2. Keuntungan punya teman dan masalahnya dan
sosial wajah bersahabat, bercakap-cakap menimbulkan sikap
3. Pasien mampu memperlihatkan rasa 3. Kerugian tidak punya teman dan menerima terhadap
berinteraksi senang, ada kontak tidak bercakap-cakap orang lain
dengan orang mata, mau berjabat 4. Latih cara berkenalan dengan 2. Hal ini dapat membuat
lain secara tangan, mau pasien dan perawat atau tamu klien mengenal dan
optimal. menyebutkan namanya, 5. Masukan pada jadwal kegiatan mengungkapkan
Tujuan Khusus : mau menjawab salam, untuk latihan berkenalan penyebab isolasi sosial
Setelah dilakukan pasien mau duduk yang terjadi
pertemuan …x berdampingan dengan 3. Hal ini dimaksudkan
diharapkan klien perawat, mau agar klien mempunyai
dapat : mengutarakan masalah keinginan berinteraksi
 Bersikap terbuka yang dihadapi dengan orang lain,
dan mau 2. Mampu mengenal Agar klien menyadari
membina penyebab isolasi sosial, kerugian yang
hubungan saling keuntungan ditimbulkan akibat
percaya berhubungan dengan berinteraksi dengan
 Berkenalan orang lain, dan orang lain, dan Dengan
dengan orang kerugian tidak belajar berkenalan
lain berhubungan dengan menimbulkan motivasi
 Mampu orang lain klien untuk berinteraksi
mengenal 3. Mampu berkenalan dengan orang lain
penyebab isolasi dengan perawat 4. Memberikan rasa
dirinya 4. Mampu menyusun tanggungjawab pada
 Mampu jadwal kegiatan harian pasien untuk
berinteraksi berkenalan melaksanakan kegiatan
dengan perawat dengan teratur
dan sesama
pasien.

1. Berkenalan Setelah interaksi 1 x 30 SP 2 1. Menilai kemampuan


dengan 2-3 orang menit pasien : 1. Mengevaluasi kegiatan dan perkembangan
2. Mampu 1. Mampu berinterakasi berkenalan (berapa orang) pasien
Berbicara sambil dengan orang lain 2. Beri pujian 2. Memberikan
melakukan secara bertahap : 3. Latih cara berbicara saat kesempatan dan
kegiatan harian berkenalan dengan 2-3 melakukan kegiatan harian (latih motivasi klien untuk
3. Memasukkan orang 2 kegiatan) mau melakukan
dalam jadwal 2. Mampu berbicara 4. Memasukkan pada jadwal interaksi secara bertahap
kegiatan harian sambil melakukan harian berkenalan dengan 2-3 dan interaksi saat
kegiatan harian orang pasien, perawat dan tamu, melakukan kegiatan
3. Mampu memasukkan berbicara saat melakukan
dalam jadwal kegiatan kegiatan harian
harian
1. Berkenalan Setelah interaksi 1 x 30 SP 3 : 1. Sebagai dasar perawat
denga 4-5 orang menit pasien : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP untuk menilai
dan berbicara 1. Mampu menyebutkan 1 dan SP 2). perkembangan klien
sambil melakuka kegiatan yang sudah 2. Beri pujian dalam mengenal cara
kegiatan harian dilakukan 3. Latih cara berbicara saat berinteraksi
baru 2. Mampu berinteraksi melakukan kegiatan harian 2. Memberikan motivasi
dengan orang lain (2 kegiatan baru) klien untuk berinteraksi
secara bertahap : 4. Masukan pada jadwal kegiatan dan mendapatkan
Berkenalan dengan 4-5 untuk latihan berkenalan 4-5 respon yang positif
orang sambil berbicara orang berbicara saat melakukan 3. Memberikan motivasi
sambil melakukan 4 kegiatan harian dan rasa tanggungjawab
kegiatan (baru) pada pasien untuk
3. Mampu memasukkan melaksanakan kegiatan
dalam jadwal kegiatan berkenalan dengan
harian teratur
1. Berbicara sambil Setelah interaksi 1 x 30 SP 4 : 1. Menilai perkembangan
melakukan menit pasien : 1. Evaluasi kegiatan lalu (SP 1, SP dan kemajuan pasien
kegiatan sosia 1. Mampu menyebutkan 2, dan SP 3). 2. Memberikan motivasi
kegiatan yang sudah 2. Beri pujian klien untuk berinteraksi
dilakukan 3. Latih cara bicara sosial : dan mendapatkan
2. Mampu berinteraksi meminta sesuatu, menjawab respon yang positif
dengan orang lain pertanyaan 3. Memberikan motivasi
secara bertahap: 4. Masukkan pada jadwal kegiatan dan rasa tanggungjawab
berkenalan dengan > 5 untuk latihan berkenalan dengan pada pasien untuk
orang dan >5 orang, orang baru, berbicara melaksanakan kegiatan
bersosialisasi saat melakukan kegiatan dan berkenalan dengan
3. Mampu memasukkan bersosialisasi teratur
dalam jadwal kegiatan
harian
Keluarga mampu : Setelah interaksi 1 x 30 KELUARGA 1. Dengan penyuluhan
1. Merawat pasien menit keluarga : SP 1 dapat meibatkan
di rumah 1. Mampu 1. Diskusikan masalah yang keluarga dalam
mengidentifikasi dirasakan dalam merawat pasien meningkatkan
masalah dan 2. Jelaskan pengertian, tanda & kemmapuan keluarga
menjelaskan cara gejala, dan proses terjadinya untuk merawat pasien
merawat pasien dengan isolasi social (gunakan booklet) sehingga meningkatkan
isolasi sosial : 3. Jelaskan cara merawat isolasi perawatan pasien
berkenalan dan sosial 2. Memberikan
berbicara saat 4. Latih dua cara merawat pasien kesempatan kepada
melakukan kegiatan dengan berkenalan dan keluarga
harian berbicara saat melakukan mengungkapkan masalh
kegiatan harian keluarga dalam merawat
5. Anjurkan membantu pasien pasien di rumah
sesuai jadwal dan memberikan 3. Meningkatkan
pujian saat besuk pegetahuan dan
kemampuan keluarga
untuk mengenal
masalah isolasi sosial
yang dialami pasien
4. Memberikan
pemahaman dan
meningkatkan
kemmapuan cara
merawat pasien dengan
isolasi sosial
Setelah interaksi 1 x 30 SP 2 : Memberikan keyakinan dan
menit keluarga : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu rasa percaya diri pada
1. Mampu mempraktekan (SP1). keluarga dalam merawat
cara merawat pasien 2. Beri pujian anggota keluarga dengan
isolasi sosial dengan 3. Jelaskan kegiatan rumah tangga isolasi sosial
cara melakukan yang dapat melibatkan pasien
kegiatan harian berbicara (makan, gotong
royong di lingkungan rumah) di
rumah
4. Latih cara membimbing pasien
berbicara dan beri pujian
5. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri pujian
saat besuk
Setelah interaksi 1 x 30 SP 3: 1. Meningkatkan
menit keluarga : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu )SP pengetahuan dan
Mampu mempraktekan 1, Sp. kemamouan keluarga
cara merawat pasien isolasi 2. Beri pujian untuk merawat pasien
sosial denga cara 3. Jelaskan cara melatih pasie 2. Memberikan keyakinan
melakukan kegiatan sosial melakukan kegaitan sosial dan arsa peracya dri
seperti berbelanja ke warung, pada kelyarga dalam
meminta sesuatu, dll merawat anggota
4. Latih keluarga mengajak pasien keluarga dengan isolasi
belanja saat besuk sosial
5. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan berikan pujian
saat besuk
Setelah interaksi 1 x 30 SP 4 1. Membantu memberikan
menit keluarga : 1. Evaluasi kegaitan yang lalu rasa tanggungjawab
Mampu membuat jadwal (SP1, SP2, Sp3). Beri pujian pada keluarga agar
aktifitas di rumah/ 2. Jelaskan follow up ke RSj/PKM, pasien melaksanakan
perecanaan pulang pasien tanda kambuh, rujukan kegaitan serta minum
dan melaksanakan follow 3. Anjurkan membantu pasien obat dengan teratur
up pasien setelah pulang sesuai jadwal dan memberikan 2. Memberikan keyakinan
pujian pada keluarga untuk
melanjutkan merawat
keluarga dengan isolasi
sosial
6. REFERENSI
Keliat, Anna B. 1999. Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Keliat, Anna B, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai