Anda di halaman 1dari 14

Nama : Desi Christ Natasha Simanjuntak

Nim : 170204017

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

SOP RANGE OF MOTION (ROM)

Latihan gerak aktif-pasif atau range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan
persendian secara normal dan lengkap

Tujuan

1. Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat dilakukan
secara aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.

2. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot

Indikasi

1. Pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik

2. Pasien yang mengalami keterbatasan rentang gerak

Prosedur Kerja Tahap Kerja Gerakan rom

1. Leher Tekuk kepala kebawah dan keatas lalu menoleh kesamping kanan dan kiri

2. Lengan/pundak Angkat tangan keatas lalu kembaliu ke bawah, setelah itu ke saming dan
ke bawah lagi

3. Siku Dengan menekuk lengan, gerakan lengan ke atas dan kebawah.

4. Pergelangan tangan Tekuk pergelangan tangan kedalam dan keluar lalu samping

kiri dan kanana

5. Jari Tangan Tekuk keempat jari tangan ke arah dalam lalu regangkan kembali.Kepalkan
seluruh jari lalu buka.Tekuk tiap jari satu persatu.

6. Lutut Ankat kaki keatas lalu lutut ditekuk kemudian diturunkan lagi.Gerakan kaki ke
sampinG kanan dan kiri lalu putar kearah dalam dan luar.

7. Pergelangan kaki Tekuk pergelangan kaki keatas lalu luruskan.Tekuk jari kaki ke atas dan
kebawah.
8. Jika mampu berdiri lakukan gerakan badan membungkuk kemudian putar pinggang ke
samping kanan dan kiri. INGAT. Tidak dipaksakan dalam latihan, lakukan seringan mungkin.

Evaluasi

a. Respon Respon verbal: klien mengatakan tidak kaku lagi Respon non verbal: klien tidak
terlihat sulit untuk menggerakkan sisi tubuhnya yang kaku.

b. Beri reinforcement positif

c. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

d. Mengakhiri kegiatan dengan baik

BODY MOVEMEN (MEKANIK) DAN AMBULASI DINI (MOBILISASI)

A. Pengertian Body Mekanik


Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman
untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Istilah
body mekanik pada umumnya digunakan untuk menggambarkan efesiensi pergerakan tubuh
seseorng yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain atau benda. Mekanika tubuh
dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
 Body Aligement (Postur Tubuh)
 Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh
yang lain.
 Balance / Keseimbangan
 Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
 Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
 Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
Tujuan Mobilisasi
 Memenuhi kebutuhan dasar manusia
 Mencegah terjadinya trauma
 Mempertahankan tingkat kesehatan
 Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
 Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
 
B. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan
mencegah kecacatan yang terjadi pada pasien atau penderita. Perawat menggunakan berbagai
kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan,
memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik
dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar,
kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat
mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi
klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis
pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
 Gravitasi
 Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika
tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan
tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
 Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
 Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
 Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan
istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
 Keseimbangan
 Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
 Berat
 Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau
bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika
tubuh.
 Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh.
o Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan
dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
 Gerakan ( ambulating ).Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh.
Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki
berbeda.  Orang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang
berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu
ke sisi yang lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat
berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan
menghasilkan gerakan halus dan berirama.
 Menahan ( squating ).Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok
dan tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang
perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam
menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh
dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
 Menarik ( pulling ) Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di
antaranya ketinggian, letak benda ( sebaiknya berada di depan orang yang akan
menarik ), posisi kaki dan tubuh dalam menarik ( seperti condong kedepan dari
panggul ), sodorkan telapak tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien,
lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan
pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
 Mengangkat ( lifting ).Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan
otot – otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul
untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
 Memutar ( pivoting ).Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga
unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur
tubuh

C. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi


 Status kesehatan.
 Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem
saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh
penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain
– lainnya.
 Nutrisi.
 Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium
akan lebih mudah mengalami fraktur.
 Emosi.
 Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan
ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak
bersemangat, dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam
mekanika tubuh dan ambulasi.
 Situasi dan Kebiasaan.
 Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-
benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
 Gaya Hidup.
 Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga
dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang
akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
 Pengetahuan.
 Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang
dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan
mekanika tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi
sistem neurologi dan muskulusletal.

D. Akibat Body Mekanik Yang Buruk


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi
secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang
salah adalah sbb :
1.     Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam
sistem muskulusletal.

2.     Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang  salah dalam


berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal,  misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

E. Pengaturan Posisi Berbaring Pasien.

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas (pengankutan


Penderita) disesuaikan dengan tingkat gangguan seperti :
a. Posisi Fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernafasan pasien. Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Dudukkan pasien
 Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk
posisi semi fowler (30-45’) dan untuk fowler (90’)
 Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
b. Posisi Sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisis ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberi obat per anus ( supositoria). Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
 Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan di atas tempat
tidur.
 Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan
lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
 Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri di atas tempat
tidur.
c. Posisi Trabdenburg
Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebiih rendah dari
bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredarahan darah ke otak. Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, letakkan bantal diantara kepala dan
ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
 Berikan balok penonpang pada bagia kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus
dengan meninggikan bagian kaki.
d. Posisi dorsal recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring telentan gdengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genitalia serta pada proses persalinan. Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka
 Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur, dan
renggangkan kedua kaki
 Pasang selimut
e. Posisi litotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukakn untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan pemasangan alat kontrasepsi. Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua pahanya dan
tarik ke arah perut
 Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
 Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
 Pasang selimut
f. Posisi Genu Pektoral
Posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada kasur tempat tidur
 Pasang selimut pada pasien.
g. Posisi terlentang (supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu
sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan :
a.   Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b.   Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.
Peralatan :
a.    Tempat tidur
b.    Bantal angin
c.    Gulungan handuk
d.    Footboard
e.    Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja
1.    Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan  transmisi
mikroorganisme.
2.    Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan  klien untuk
posisi yang tepat.
3.    Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment
yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4.    Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana.
Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5.    Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan  yang
lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut
dan tekanan pada tumit.
6.   Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak
kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7.    Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada
lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8.    Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9.    Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
h. Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed
atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
Tujuan :
a.   Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang
maksimal
b.   Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
Peralatan :
1.      Tempat tidur
2.      Bantal angin
3.      Gulungan handuk
4.      Footboard
5.      Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1.   Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2.   Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien
merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
3.   Naikkan kepala bed 90
4.   Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
5.   Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang
lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi
lulut dan tekanan pada tumit.
6.   Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien
supaya tidak melorot kebawah.
7.   Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi
pada pinggul.
8.   Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
9.   Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
i. Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesamping.
Tujuan :
1.      Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2.      Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3.      Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau
tenggorokan.
Peralatan :
1.      Tempat tidur
2.      Bantal angin
3.      Gulungan handuk
4.      Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1.  Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2.  Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk  posisi yang
tepat.
3.  Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan
tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat  tidur yang datar.
Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4.  Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari
mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau
hiperektensi vertebra cervical.
5.  Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada
wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien
wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan
menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6.   Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar
fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan
yang berlebihan pada patella.
7.  Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan
yang berlebihan pada patella.
8.   Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan
dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
9.    Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
j. Posisi lateral (side lying)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
1.      Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
2.      Baik untuk posisi tidur dan istirahat
3.      Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Peralatan :
1.      Tempat tidur
2.      Bantal angin
3.      Gulungan handuk
4.      Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1.   Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2.  Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi
klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
3.  Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
4.  Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment,
mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
5.  Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu
tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
6.  Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu
serta penekanan pada dada.
7.  Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel
dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah
penekanan secara langsung dari kaki atas   terhadap kaki bawah.
8.  Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.
Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling  ke belakang dan
mencegah rotasi tulang belakang.
9.  Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

F. Latihan Mobilisasi

Pada Klien Fraktur

Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan


bisa komplet atau inkomplet
           Kondisi fraktur akan mendapat tindakan medis sesuai tingkatan keparahan. Fraktur
yang memerlukan tindakan pembedahan, memerlukan pedoman latihan mobilisasi sesuai
dengan pedoman pada pasien post pembedahan pada poin 1.

           Pada fraktur yang penyembuhannya tanpa tindakan invasif, misalnnya cukup


dilakukan imobilisasi seperti dengan gips atau bidai, perlu diawasi kondisi vaskularisasi di
area distal dari fraktur. Mobilisasi pasif pada persendian di area distal atau proksimal dari
fraktur perlu dilakukan untuk mencegah kontraktur. Mobilisasi aktif dilakukan bertahap
ketika kekuatan otot dan tulang sudah adekuat. Biasanya pada orang dewasa, penyatuan
tulang ekstremitas atas terjadi dalam 2 bulan, dan pada ekstremitas bawah dalam 4-6 bulan.
Tapi untuk memastikan apakah telah terjadi penyatuan tulang, perlu dilakukan rontgen.
Mobilisasi aktif dilakukan dengan menggerakkan area fraktur, kemudian bertahap dilakukan
untuk Activity Daily Living sesuai kekuatan area fraktur.

Pada Pasien Pasca Serangan Stroke

Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang disebabkan oleh pemulihan
sistem saraf pada daerah otak yang terkena.Pemulihan motorik sangat bervariasi, banyak
diantara mereka yang mengalami pemulihan lengkap (recovery completely) namun tidak
sedikit pula yang harus berlatih keras guna memperoleh kembali kemampuan fungsionalnya
atau bahkan banyak diantaranya harus menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.

Pemulihan motorik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu


(1) resolusi dari faktor – faktor lokal yang merusak dan ini biasanya merupakan pemulihan
spontan yang umumnya berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan. Bahkan proses ini bisa
hanya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem
lokal, perbaikan sirkulasi darah lokal dan penyerapan jaringan yang rusak

(2) Neuroplastisitas yang terjadi pada stadium lanjut, penderita stroke mempunyai hubungan
bermakna terhadap reorganisasi yang disebut “Neural Plasticity” dalam proses perbaikan
sistem sarafnya. penyembuhan saraf penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh
sejak fase awal hingga fase penyembuhan salah satu pendekatannya adalah pendekatan fisik
(physical therapy), seperti latihan mobilisasi. ( Purbo kuntono, 1997)

Maka perbaikan fungsi pada penderita post stroke dapat dilakukan melalui dua cara :

(1) Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk mempengaruhi fasilitas dan mendidik kembali
fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi

(2) Latihan untuk mempengaruhi gerak kompensasi sebagai pengganti daerah yang lesi.

Pada fase penyembuhan ini latihan sangat berpengaruh dalam derajat maupun kecepatan
perbaikan fungsi. Mobilisasi pasien stroke dapat dilakukan dengan :

(1) Latihan pasif yaitu anggota gerak klien digerakkan oleh orang lain untuk merangsang
aliran darah dan merangsang kontraksi otot

(2)  Latihan aktif yaitu klien mencoba menggerakkan tubuhnya sendiri

Latihan sedini mungkin yang dilakukan serta berulang-ulang akan menjadi gerak yang
terkontrol atau terkendali. 

DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, Lussy. 2012. Bab 1 Pendahuluan. Diakses dari :
http://ginichiby.blogspot.com/2012/11/bab-i-pendahuluan-a.html. diakses pada tanggal 8
November 2014.
Aris, Dede. 2014. Body Mekanik dan Posisi. Diakses dari:
http://dedearis.blogspot.com/2014/04/task-4-makalah-body-mekanik-posisi.html. diakses
pada tanggal 7 November 2014.
Subijakto. 2011. Body Mekanik. Diakses dari : http://subijakto25.blog.com/2011/06/08/kerja-
otot. diakses pada tanggal 7 November 2014.

Anda mungkin juga menyukai