PERENCANAAN KOTA
TEMA
“PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL”
DIBUAT OLEH :
NAMA : MUNTASIR
NIM : 030693539
MATA KULIAH : PERENCANAAN KOTA
DOSEN PENGAMPU : AULIA PUSPANING GALIH, S.IIP., MS
PROGRAM STUDI
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2019
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Pengertian Daerah Tertinggal ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 6
2.2 Faktor Penyebab Daerah Tertinggal... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 6
2.3 Kriteria Penetapan Daerah Tertinggal ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 7
2.4 Pandangan Masyarakat Daerah Tertinggal Terhadap Pendidikan ... ... 8
2.5 Pendidikan Di Daerah Tertinggal ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 9
2.6 Program-Program Pembangunan yang dilakukan pemerintah ... ... ... 10
Pemerintah ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 11
2.7 Pemberdayaan Masyarakat ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 14
4.2 Saran ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 14
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian daerah tertinggal.
2. Untuk mengetahui apa yang menyebapkan suatu daerah dapat tertinggal
3. Untuk mengetahui karakteristik daerah tertinggal.
4. Untuk mengetahui pendidikan daerah tertinggal.
5. Untuk mengetahui pembangunan didaerah tertinggal.
5
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Pengertian Daerah Tertinggal
Secara umum yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten
yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan
daerah lain dalam skala nasional. Pengertian daerah tertinggal sebenarnya multi-
interpretatif dan amat luas. Meski demikian, ciri umumnya antara lain: tingkat
kemiskinan tinggi, kegiatan ekonomi amat terbatas dan terfokus pada sumberdaya
alam, minimnya sarana dan prasarana, serta kualitas SDM yang rendah.
Daerah tertinggal secara fisik terkadang lokasinya amat terisolasi. Beberapa
pengertian wilayah tertinggal telah disusun oleh masing-masing instansi sektoral
dengan pendekatan dan penekanan pada sektor terkait (misal: transmigrasi,
perhubungan, pulau-pulau kecil dan pesisir, Kimpraswil, dan lain sebagainya).
Wilayah tertinggal secara definitif dapat meliputi dan melewati batas administratif
daerah sesuai dengan keterkaitan fungsional berdasarkan dimensi ketertinggalan
yang menjadi faktor penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat di
wilayah tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri pembangunan daerah tertinggal Nomor
001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah
Tertinggal, yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten
yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan
daerah lain dalam skala nasional. Konsep daerah tertinggal pada dasarnya berbeda
dengan konsep daerah miskin. Oleh karenanya, program pembangunan daerah
tertinggal berbeda dengan program penanggulangan kemiskinan
6
merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah
tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan.
3. Sumberdaya Manusia
Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta
kelembagaan adat yang belum berkembang.
4. Prasarana dan Sarana
Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi,
kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat
di daerah tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
ekonomi dan sosial.
5. Daerah Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana
Daerah tertinggal secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu
seringnya suatu daerah mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa
bumi, kekeringan dan banjir, dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan
pembangunan sosial dan ekonomi.
6. Kebijakan Pembangunan
Suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa kebijakan
yang tidak tepat seperti kurang memihak pada pembangunan daerah
tertinggal, kesalahan pendekatan dan prioritas pembangunan, serta tidak
dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan
pembangunan.
9
Data hingga tahun 2005 menunjukkan, bangunan SD dan SMP di daerah
tertinggal di Sumatera Utara berjumlah 9.735 unit, dengan 63.997 kelas.
Sedangkan jumlah siswa sebanyak 2.002.371 orang. Sedangkan jumlah tenaga
guru yang ada sebatas 84.241 orang.
Beberapa daerah yang tertinggal mempunyai Anggaran Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang sangat rendah, hal ini menyebabkan mereka merasa sangat berat
untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dengan layak. “Karena anggarana
Pendapatan Asli Daerah (PAD) mereka sangat rendah, beberapa daerah yang
selama ini kita kenal dengan daerah tertinggal merasa keberatan untuk langsung
menerima beban kewenangan kebijakan desentralisasi pendidikan ini.
Pembiayaan pembangunan yang mereka lakukan selama ini banyak ditunjang
oleh pusat atau propinsi. Pendapatan asli daerah mereka tergolong masih sangat
rendah” (Chan, Sam, 2006)
Masalah lain, yaitu masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang
atau takut terhadap upaya pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan
uji coba mekanisme sering dianggap para pengajar sebagai sebuah malapetaka
atau setidaknya menjadi beban yang cukup berat untuk mereka. Serta LSM yang
bergerak di bidang pendidikan masih kurang.
10
menyelesaikannya, namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat dalam
pelaksanaannya.
Pembukaan UUD 1945 yang berisi tujuan pendidikan nasional adalah membentuk
warga Negara yang cerdas, mandiri dan dilandasi oleh ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Hal ini sepatutnya menjadi landasan utama dalam merealisasikan
pendidikan yang berbasis pemberdayaan masyarakat agar terlatih kecerdasannya.
Strategi pembangunan daerah tertinggal disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi masing-masing daerah. Strategi dimaksud meliputi:
1. Pengembangan ekonomi lokal, strategi ini diarahkan untuk mengembangkan
ekonomi daerah tertinggal dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi
sumberdaya local (sumberdaya manusia, sumberdaya kelembagaan, serta
sumberdaya fisik) yang dimiliki masing-masing daerah, oleh pemerintah
dan masyarakat, melalui pemerintah daerah maupun kelompok-kelompok
kelembagaan berbasis masyarakat yang ada.
2. Pemberdayaan Masyarakat, strategi ini diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial, budaya,
ekonomi, dan politik.
3. Perluasan Kesempatan, strategi ini diarahkan untuk membuka keterisolasian
daerah tertinggal agar mempunyai keterkaitan dengan daerah maju
4. Peningkatan Kapasitas, strategi ini diarahkan untuk meningkatkan
kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia pemerintahan dan
masyarakat di daerah tertinggal.
5. Peningkatan Mitigasi, Rehabilitasi dan Peningkatan, strategi ini diarahkan
untuk mengurangi resiko dan memulihkan dampak kerusakan yang
diakibatkan oleh konflik dan bencana alam serta berbagai aspek dalam
wilayah perbatasan.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kriteria sebuah daerah tertinggal adalah berdasarkan kondisi sosial, budaya,
ekonomi dan wilayah (fungsi inter dan intra spasial baik pada aspek
lingkungan, aspek manusianya, maupun prasarana pendukungnya) kurang
berkembang dibandingkan daerah lain.
Pandangan masyarakat desa di daerah tertinggal cenderung lebih berorientasi
pada hal materiil, yaitu lebih menyukai jika anak-anaknya bekerja membantu
orang tua daripada harus belajar di sekolah. Mungkin hal inilah yang
menyebabkan masyarakat desa di daerah tertinggal.
Masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang atau takut
terhadap upaya pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan uji
coba mekanisme sering dianggap para pengajar sebagai sebuah malapetaka
atau setidaknya menjadi beban yang cukup berat untuk mereka. Sudah cukup
banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi masalah
ketertinggalan daerah selama ini. Salah satunya yaitu pemerintah
mengeluarkan Permen PDT No. 07/ PER/ W-PDT /III/2007 tentang
perubahan strategi pembangunan daerah tertinggal. Ini merupakan
implementasi teknis dari Undang-undang nomor 25 tahun 2005 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional.
Kementrian PDT juga membuat sasaran pembangunan daerah tertinggal yang
terbagi dalam sasaran jangka menengah (RPJMN) dan sasaran jangka panjang
(RPJPN).
3.2 Saran
Daerah tertinggal masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan juga
masyarakat luas. Alangkah baiknya jika dalam pembangunan daerah
tertinggal ini pemerintah juga mengajak masyarakat ikut serta. Mengingat
pendidikan merupakan salah satu pilar penentu bangsa dimasa depan. Sebagai
masyarakat, kita harus mengubah pandangan masyarakat daerah tertinggal
tentang pendidikan, hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan pilar
penting dalam kehidupan bernegara.
Pendidikan juga teramat penting bagi setiap individu. Karena akan
beruhubungan selanjutnya kepada masa depan individu tersebut dan
selanjutnya juga akan berpengaruh pada bangsa dalam waktu mendatang.
Penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan akan sangat dibutuhkan.
Perbaikan sarana-prasaran harus tetap ditingkatkan.
14
Pengawasan dana pendidikan harus berjalan transparan. Mengingat telah
banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah, dan tingkat kepedulian yang
tinggi dari pemerintah daerah, maka bukan hal yang tidak mungkin bahwa
kita sebagai masyarakat dan abdi Negara untuk melanjutkan program-program
tersebut dan menjadikan Indonesia sebagai Negara yang maju dan terdepan
dalam pendidikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Utomo tjipto, Ruijter Kees. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sam Tuti T, Chan Sam M. 2006. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sastradipoera Koemaruddin. 1989. Kegunaan Konsep Gini dan Konsep Kesenjangan
Pendidikan. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan
16