Anda di halaman 1dari 7

Putri

| Gagal Jantung et causa Demam Rematik Akut Serangan Pertama pada Anak Umur 9 Tahun

Gagal Jantung et causa Demam Rematik Akut Serangan Pertama pada Anak
Umur 9 Tahun

Putri Utami Hadiyati
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Gagal jantung merupakan sindroma klinis kompleks yang disebabkan gangguan struktur dan fungsi jantung sehingga
mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompakan darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Insidensi gagal jantung
pada anak usia sekolah terbanyak disebabkan oleh demam rematik akut akibat respon imunologis yang terjadi sebagai
sekuel dari infeksi Streptokokus grup A. Seorang anak laki-laki 9 tahun mengeluhkan sesak napas saat beraktivitas yang
memberat dalam 1 minggu terakhir, terlebih sering dirasakan malam hari. Satu bulan sebelumnya mengalami demam
tinggi, diikuti nyeri sendi berpindah-pindah dalam 2 minggu terakhir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan laju nadi 120
x/menit, laju nafas 42 x/menit. Terdapat murmur pansistolik dan peningkatan tekanan vena jugular. Hepar teraba 1/4-1/4
dan terdapat edema tungkai positif. Pemeriksaan penunjang rontgen torak menunjukkan kardiomegali, laboratorium
hematologi terdapat anemia, leukositosis dan peningkatan laju endap darah. ASTO positif dengan CRP kuantitatif >24 mg/L.
Mitral regurgitation severe ec. RHD, tricuspid regurgitation mild pada echocardiography. EKG didapatkan interval P-R
memanjang. Pasien didiagnosa dengan gagal jantung NYHA class III et causa demam rematik akut serangan pertama. Pasien
dilakukan tirah baring dan diterapi dengan oksigen, diet jantung I, ACE inhibitor, diuretik, antibiotik, dan steroid.

Kata kunci : demam rematik akut serangan pertama, gagal jantung

Heart Failure et Causa First Attack of Acute Rheumatic Fever on Toddler Ages
9 Years

Abstract
Heart failure is a complex clinical syndrome is caused by disruption of structure and function of the heart that affects
heart's ability to pump blood in accordance with the needs of body. The incidence of heart failure in most school-age
children are caused by acute rheumatic fever due to an immunological response that occurs as a sequel of group A
streptococcus infection. A boy, 9 years old complained of shortness of breath on exertion that was advancing in the past
one week, especially felt at night. One month earlier had a high fever, followed by joint pain moved in the last 2 weeks. On
physical examination found pulse rate 120 x/min, breath rate 42 x/min. There are murmurs pansystolic and increased
jugular venous pressure. Liver palpable 1/4-1/4 and positive leg edema. Thoracic X-ray showed cardiomegaly, hematology
laboratories are anemia, leukocytosis and increased ESR. ASTO positive with quantitative CRP >24 mg/L. Mitral
regurgitation ec RHD, mild tricuspid regurgitation on echocardiography. ECG obtained P-R interval lengthwise. Patients
diagnosed with heart failure class NYHA III et causa first attack of acute rheumatic fever. Patients were treated with bed
rest and oxygen, first cardiac diet, ACE inhibitors, diuretics, antibiotics, and steroids.

Keywords: first attack of acute rheumatic fever, heart failure

Korespondensi: Putri Utami Hadiyati, alamat Jl. ZA Pagar Alam Gang Kopi no 3 Gedung Meneng Rajabasa Bandar Lampung,
HP 085727390617, e-mail putriutamihadiyati@yahoo.com


Pendahuluan ditegakkan berdasarkan anamnesa,
Gagal jantung (heart failure) pemeriksaan fisik, dan hasil rontgen torak.
merupakan sindroma klinis komplek yang Kardiomegali pada rontgen torak merupakan
disebabkan gangguan struktur dan fungsi tanda penting gagal jantung.4-5
jantung sehingga mempengaruhi kemampuan Pada bayi dan anak, gagal jantung
jantung untuk memompakan darah sesuai dapat disebabkan oleh penyakit jantung
dengan kebutuhan tubuh. Kondisi ini ditandai kongenital maupun didapat dengan overload
dengan gangguan hemodinamik berupa volume atau tekanan atau dari insufisiensi
penurunan curah jantung dan peningkatan miokard. Penyakit jantung didapat yang
tekanan pengisian ventrikel.1-3 Keluhan napas menyebabkan gagal jantung antara lain
pendek, sesak napas terkait dengan aktivitas, abnormalitas metabolik (hipoksia berat dan
mudah lelah serta kaki membengkak asidosis) dapat menyebabkan gagal jantung
merupakan gejala yang sering dikeluhkan pada bayi baru lahir fibroelastosis endokardial
pada anak-anak.4 Diagnosis gagal jantung menyebabkan gagal jantung pada bayi,

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|121


Putri | Gagal Jantung et causa Demam Rematik Akut Serangan Pertama pada Anak Umur 9 Tahun

miokarditis viral sering terjadi pada anak mulai mengalami sesak napas hilang timbul,
lebih dari satu tahun, karditis rematik akut nyeri dada seperti ditusuk-tusuk di dada
dapat menyebabkan gagal jantung pada usia sebelah kiri dan nyeri pada sendi kaki yang
anak sekolah, penyakit katup jantung berpindah-pindah, terasa panas dan
rematik berupa regurgitasi mitral atau bengkak serta nampak merah. Dalam waktu
regurgitasi aorta menyebabkan gagal satu bulan keluhan, pasien telah dua kali
jantung pada anak yang lebih tua dan memeriksakan diri ke dokter. Pertama ke
dewasa, kardiomiopati dilatasi tipe idiopatik, puskesmas ketika keluhan demam tinggi,
kardiomiopati yang berhubungan dengan kemudian saat sesak hebat pasien dirawat di
distrofi muskular, dan kardiomiopati (Rumah Sakit Umum Daerah) RSUD HM
doxorubicin.4 Ryacudu selama tiga hari, kemudian dirujuk
Insidensi gagal jantung pada anak ke RSAM.
usia sekolah terbanyak disebabkan oleh Pasien datang dengan kesadaran
demam rematik akut.4 Demam rematik akut composmentis, tekanan darah ekstremitas
disebabkan oleh respon imunologis yang superior 100/70 mmHg-100/70 mmHg dan
terjadi sebagai sekuel dari infeksi ekstremitas inferior 100/60 mmHg-100/80
Streptokokus grup A pada faring tetapi mmHg, laju nadi 120 x/menit reguler, laju
bukan pada kulit. Tingkat serangan demam napas 42 x/menit, suhu 36,8oC. Berat badan
rematik akut setelah infeksi streptokokus 25 kg, tinggi badan 131 cm. Pada
bervariasi tergantung derajat infeksinya, pemeriksaan fisik ditemukan status gizi
yaitu 0,3%-3%. Faktor predisposisi yang normal, konjungtiva anemis, bibir kering dan
penting meliputi riwayat keluarga yang pecah-pecah, tekanan vena jugularis
menderita demam rematik, status sosial meningkat 5+4 cmH2O, tidak terdapat
ekonomi rendah (kemiskinan, sanitasi yang pembesaran kelenjar getah bening leher dan
buruk), dan usia antara 6-15 tahun (dengan kelenjar tiroid. Pada toraks gerak napas
puncak insidensi pada usia 8 tahun).6 simetris, terdapat retraksi subcostal, ictus
cordis terlihat dan teraba di ICS V garis aksila
Kasus anterior sinistra. Pada perkusi jantung: batas
Seorang anak laki-laki berusia 9 jantung kanan pada ICS IV linea parasternal
tahun datang ke Rumah Sakit Abdul dekstra dan batas jantung kiri pada ICS V
Moeloek (RSAM) pada bulan Maret 2015 linea aksila anterior dekstra, bunyi jantung I
dengan keluhan sesak napas yang semakin dan II reguler, terdengar pansistolik murmur
bertambah hebat pada satu minggu terakhir. derajat 2/6 di apeks penjalaran ke aksila,
Sesak napas dirasakan apabila beraktivitas dan tidak terdengar gallop. Pada perkusi
ringan seperti berjalan kurang lebih sejauh paru terdapat suara redup, pada auskultasi
20 meter. Pasien juga semakin sering paru terdapat suara vesikular normal, tidak
terbangun pada malam hari karena sesak terdengar suara ronki maupun wheezing.
napas dan sesak akan berkurang ketika Hepar teraba ¼ dengan konsistensi lunak
pasien beristirahat atau tidur dengan ujung tumpul, nyeri tekan hepar tidak ada,
menggunakan 2 sampai 3 bantal ataupun shifting dullness tidak ada, bising usus 5
duduk. Keluhan disertai dengan batuk tanpa x/menit. Terdapat pitting edema pada kedua
disertai dahak terutama pada malam hari ekstremitas inferior.
serta dada yang terasa berdebar-debar Dari rumah sakit rujukan hasil
tanpa disertai nyeri. Pasien merasakan kaki rontgen toraks pasien didapatkan
juga mulai membengkak. kardiomegali dengan CTR >58%. Selama
Pasien menjelaskan sebelumnya dalam perawatan dilakukan pemeriksaan
mengalami demam tinggi terus menerus laboratorium Hb 8,9 g/dl, Ht 28,6%, leukosit
kurang lebih satu bulan sebelum masuk 15140/ul, LED 80 mm/jam, trombosit
rumah sakit. Pasien meminum obat penurun 399000/ul, ASTO positif, CRP kuantitatif >24
panas, demam turun tapi tidak sampai mg/L. Pada pemeriksaan echocardiography
normal kemudian naik kembali. Berkeringat, didapatkan mitral regurgitation severe ec.
tetapi tidak menggigil dan tidak kejang, RHD, tricuspid regurgitation mild. Pada
ruam dikulit tidak ada. Dua minggu pemeriksaan EKG didapatkan interval P-R
kemudian demam mulai hilang tetapi pasien memanjang.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|122



Putri | Gagal Jantung et causa Demam Rematik Akut Serangan Pertama pada Anak Umur 9 Tahun

Dari data-data diatas dapat malah hari dan akan merasa lebih nyaman
ditegakkan diagnosis gagal jantung New York untuk tidur dengan 2 sampai 3 bantal atau
Heart Association (NYHA) class III et causa duduk, adanya batuk terlebih pada malam
demam rematik akut serangan pertama. hari. Bengkak pada kedua tungkai. Pada
Pasien mendapatkan terapi oksigen nasal 2- pemeriksaan fisik didapatkan temuan
3 L/menit, IVFD RL gtt X/menit, prednison berupa adanya takikardia, distensi vena
tablet 50 mg (4-3-3), Captopril tablet 2x12,5 leher 5+4 cmH2O, hepatomegali, edema
mg, Furosemide injeksi 2x20 mg, benzatin tungkai, dan kesan kardiomegali pada
penisilin 600 ribu unit per 4 minggu selama perkusi batas jantung yang dikonfirmasi dari
10 tahun. Selama perawatan obat-obatan pemeriksaan foto rontgen toraks ditemukan
disesuaikan dengan dosis optimal. Pasien kardiomegali dengan CTR >58%. Dalam hal
juga mendapatkan edukasi rutin pengobatan ini memenuhi 3 kriteria mayor ditambah 5
benzatin penisilin di poli anak RSAM, diet kriteria minor. Pada NYHA kelas III terdapat
jantung, dan penyesuaian aktivitas harian. batasan aktivitas bermakna, tidak terdapat
keluhan saat istirahat, tetapi aktivitas fisik
Pembahasan ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi
Gagal jantung adalah sindrom klinis atau sesak.
dimana jantung tidak mampu memompa Manifestasi tersering dari gagal
cukup darah ke seluruh tubuh, untuk jantung adalah dispnea atau perasaan
mengembalikan darah melalui vena tidak kehabisan napas. Hal ini terutama
adekuat, maupun kombinasi keduanya.1,5 disebabkan oleh penurunan compliance
Tidak terdapat single diagnostic test untuk paru akibat edema dan kongesti paru dan
gagal jantung dikarenakan diagnosa klinik oleh peningkatan aktivitas reseptor regang
gagal jantung secara luas berdasarkan otonom di dalam paru. Dispnea paling jelas
anamnesis riwayat penyakit dan sewaktu aktivitas fisik (dyspneu d’effort).
pemeriksaan fisik yang cermat.1,2,7 Diagnosa Dispnea juga jelas saat pasien berbaring
gagal jantung berdasarkan dari kriteria (ortopneu) karena meningkatnya jumlah
Framingham. Kriteria mayor berupa darah vena yang kembali ke toraks dari
paroxysmal nocturnal dyspneu, distensi vena ekstremitas bawah dan karena pada posisi
leher, ronki, kardiomegali, edema paru akut, ini diafragma terangkat. Dispnea nokturnal
S3 gallop, refluks hepatojugular, dan paroksismal adalah bentuk dispnea yang
peninggian tekanan vena jugularis. dramatik, pada keadaan tersebut pasien
Sedangkan kriteria minor berupa batuk terbangun dengan sesak napas hebat
malam hari, efusi pleura, takikardia, edema mendadak disertai batuk dan sensasi
pada kedua tungkai, hepatomegali, dispneu tercekik. Dari pemeriksaan fisik dapat
d’effort dan penurunan kapasitas vital paru ditemukan takikardi, ritme gallop,
sepertiga dari nilai maksimum. Diagnosa kardiomegali, gagal tumbuh, dingin, dan
ditegakkan jika memenuhi kriteria dua kulit basah sebagai respon kompensasi
mayor atau 1 mayor ditambah 1 minor ketidakmampuan fungsi jantung. Pada
terjadi dalam waktu bersamaan.8-10 kongesti vena pulmonalis dapat ditemukan
Klasifikasi gagal jantung menurut NYHA takipnea, dispnea pada aktivitas dan
digunakan untuk menilai derajat gangguan ortopnea. Pada kongesti vena sistemik dapat
dan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi. ditemukan hepatomegali, distensi vena
Klasifikasi ini digunakan secara luas dalam leher dan edema tungkai.4,13
praktik klinis dan penelitian untuk Gagal jantung dapat disebabkan
menentukan kelayakan pasien untuk oleh infark miokardium, miopati jantung,
pelayanan kesehatan yang tepat.1,11,12 defek katup, malformasi kongenital dan
Kasus diatas memenuhi kriteria hipertensi kronik.4,6,11 Pada kasus ini gagal
diagnosis untuk gagal jantung. Pada kasus jantung disebabkan oleh defek katup yang
ditemukan sesak napas yang terutama terjadi akibat demam rematik akut yang
diperberat dengan aktivitas seperti berjalan dialami pasien. Demam rematik memilki
kurang lebih 20 meter ataupun naik 4-5 anak tanda manifestasi mayor yang ditemukan
tangga dan keluhan akan berkurang saat berdasarkan kriteria Jones yaitu kriteria
pasien beristirahat. Sesak terlebih pada mayor adanya karditis, poliartritis, eritema

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|123


Putri | Gagal Jantung et causa Demam Rematik Akut Serangan Pertama pada Anak Umur 9 Tahun

marginatum, khorea, dan nodul hanya berlangsung beberapa hari sampai


subkutaneus, sedangkan untuk kriteria seminggu pada satu sendi dan kemudian
minor ditemukan adanya riwayat demam berpindah, sehingga dapat ditemukan
rematik sebelumnya, demam, atralgia, artritis yang saling tumpang tindih pada
peningkatan reaktan fase akut (C-reactive beberapa sendi pada waktu yang sama;
protein, laju endap darah), dan sementara tanda-tanda radang mereda pada
pemanjangan interval P-R pada EKG. Demam satu sendi, sendi yang lain mulai terlibat
rematik akut didiagnosis berdasarkan (poliarthritis).15 Pada kasus pasien memiliki
kriteria Jones dimana didapatkan minimal riwayat nyeri pada sendi kaki yang
dua gejala mayor atau satu gejala mayor dan berpindah-pindah, terasa panas dan
dua gejala minor, ditambah bukti adanya bengkak serta nampak merah.
infeksi streptokokus dengan pemeriksaan Berdasarkan penegakkan diagnosa
antistreptolisin titer O (ASTO).11,14,15 menurut kriteria World Health Organization
Pada kasus diatas tanda manifestasi (WHO) tahun 2002-2003 untuk diagnosis
mayor yang ditemukan berdasarkan kriteria demam rematik & penyakit jantung rematik
Jones yaitu karditis serta poliartritis migran (berdasarkan revisi kriteria Jones), pasien
akut. Sedangkan tanda manifestasi minor termasuk ke dalam demam rematik akut
yang ditemukan yaitu demam, peningkatan serangan pertama dimana ditemukan 2
reaktan fase akut (C-reactive protein) >24 kriteria major dan 3 kriteria minor +
mg/L, laju endap darah 80 mm/jam), dan Streptokokus B hemolitukus grup A bukti
pemanjangan interval P-R pada EKG. Kriteria infeksi sebelumnya.14 Berdasarkan hal
Jones pada kasus diperkuat dengan hasil tersebut, maka diagnosis yang ditegakkan
positif pemeriksaan ASTO yang semakin adalah gagal jantung ec demam rematik akut
menegaskan diagnosa demam rematik. serangan pertama.
Tanda-tanda karditis berdasarkan Penatalaksanaan pada pasien gagal
adanya salah satu atau semua kriteria yaitu jantung ec demam rematik akut serangan
takikardi, murmur jantung akibat valvulitis, pertama meliputi terapi non farmakologi,
perikarditis (efusi perikardial, nyeri dada, farmakologi, dan edukasi. Terapi non
perubahan EKG), kardiomegali, dan tanda- farmakologi berupa diet jantung dan
tanda gagal jantung (kardiomegali) penyesuaian aktivitas.16,17 Diet pada pasien
merupakan indikasi karditis berat.15 Pada ini termasuk ke dalam diet jantung I pada
kasus ditemukan karditis dengan insufisiensi anak dengan tujuan memberikan makanan
mitral, termasuk ke dalam kriteria karditis secukupnya tanpa memberatkan kerja
berat karena terdapat adanya gambaran jantung, mencegah atau menghilangkan
kardiomegali yang nyata dan gagal jantung. penimbunan garam dan air, yaitu cukup
Endokarditis, radang daun katup mitral dan kalori, karbohidrat sedang, protein rendah
aorta serta kordae katup mitral, merupakan yaitu 1-2 gr/KgBB, lemak rendah yaitu 25-
komponen yang paling spesifik pada karditis 30% dari kebutuhan energi total, diet
rematik. Katup pulmonal dan trikuspid rendah garam yaitu 400 mg/hari, vitamin
jarang terlibat. Insufisiensi mitral paling dan mineral, serta cairan cukup. Makanan
sering terjadi pada karditis reumatik, seperti sehari dibagi menjadi 5-6 kali makan dengan
pada kasus ini yang ditandai dengan adanya porsi kecil dalam bentuk cair yang mudah
bising pansistolik halus dengan nada tinggi. dicerna.18-19 Penyesuaian terhadap aktivitas
Pungtum maksimum bising ditemukan di fisik pasien berupa tirah baring. Pasien
apeks dengan penjalaran ke daerah aksila dalam kasus termasuk ke dalam karditis
kiri.15 berat, yaitu karditis yang disertai dengan
Artritis merupakan manifestasi kardiomegali, lamanya tirah baring adalah 2-
demam rematik akut yang tersering, terjadi 4 bulan atau selama masih terdapat gagal
pada 70% kasus. Ditandai oleh adanya jantung.11
pembengkakan, kemerahan, nyeri, teraba Terapi farmakologi pada kasus gagal
panas, dan keterbatasan gerak aktif pada jantung diberikan captopril 2x12,5 mg untuk
dua sendi atau lebih. Artritis pada demam mengurangi beban kerja jantung.
rematik paling sering mengenai sendi-sendi Mekanisme kerja dari captopril yang
besar anggota gerak bawah. Kelainan ini termasuk dalam golongan ACE inhibitor

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|124



Putri | Gagal Jantung et causa Demam Rematik Akut Serangan Pertama pada Anak Umur 9 Tahun

(ACEI) yaitu menghambat sistem renin- yang mendukung poliarthritis migrans akut
angiotensin-aldosteron dengan pada demam rematik akut.11,21
menghambat perubahan Angiotensin I Antibiotika yang diberikan dalam
menjadi Angiotensin II sehingga kasus yaitu benzatin penisilin 600.000 IU.
menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi Benzatin penisilin 600.000 IU diberikan
retensi sodium dengan mengurangi sekresi untuk anak dengan berat badan kurang dari
aldosteron. Efek vasodilatasi akan 30 kg dan 1,2 juta IU untuk berat badan
mengurangi tahanan perifer dan beban kerja lebih dari 30 kg, diberikan sekali,
pemompaan jantung akan berkurang. ACEI intramuskular. Pemberian profilaksis
dan juga mengurangi mortalitas hampir 20% sekunder dari injeksi IM dilakukan secara
pada pasien dengan gagal jantung yang reguler setiap 3-4 minggu selama minimal
simptomatik serta mengurangi gejala. ACEI 10 tahun karena karditis ditemukan pada
harus diberikan pertama kali dalam dosis kasus ini.6,22 Pemberian injeksi penisilin tiap
yang rendah untuk menghindari resiko 3 minggu lebih efektif pada kasus dengan
hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Dosis resiko tinggi seperti insiden demam rematik
inisial yaitu 0,3–2 mg/KgBB/hari dan yang tinggi di lingkungan atau pada pasien
diberikan dengan pengawasan yang tepat. beresiko tinggi seperti pasien dengan
Terapi ACEI diberikan pada anak dengan karditis reumatik residual.22-24 Mekanisme
gagal jantung dan gangguan hemodinamik aksi dari golongan antibiotik β-laktam ini
termasuk disfungsi miokard penyakit adalah hambat pembentukan
jantung bawaan, hipertensi pulmo dan peptidoglikan di dinding sel. β-laktam akan
regurgitasi aorta atau mitral. 20 terikat pada enzim transpeptidase yang
Pada kasus gagal jantung diberikan berhubungan dengan molekul peptidoglikan
pula furosemide dengan dosis 2x20 mg. bakteri, dan hal ini akan melemahkan
Furosemide merupakan diuretik yang dinding sel bakteri ketika membelah.
bermanfaat mengurangi edema namun tidak Dengan kata lain, antibiotika ini dapat
mengurangi penampilan miokard. menyebabkan perpecahan sel (sitolisis)
Furosemide diberikan dengan dosis 1 ketika bakteri mencoba untuk membelah
mg/KgBB setiap 6-12 jam.4 Diuretik diri.25
menyebabkan eksresi kalium bertambah Prognosis pada pasien ini adalah
sehingga pada dosis besar atau pemberian dubia yang berarti bila kesembuhan pasien
jangka lama diperlukan tambahan kalium.11 masih diragukan, tergantung pada
Tatalaksana demam rematik akut kepatuhan pasien dalam pengobatan.
diberikan terapi anti-inflamasi yaitu dengan Perkembangan penyakit jantung residual
pemberian prednisone 2 mg/KgBB/hari dapat dipengaruhi oleh kondisi jantung pada
dengan dosis terbagi selama 2-6 minggu, penatalaksanaan awal, rekurensi demam
sehingga diberikan dengan dosis 50 mg per rematik, dan regresi penyakit jantung.
hari. Pemberian prednisone pada kasus ini Prognosis memburuk bila gejala karditisnya
diindikasikan karena ditemukan kasus lebih berat, dan ternyata demam rematik
karditis berat.4 Dosis prednisone di tapering akut dengan gagal jantung akan sembuh
off pada minggu terakhir pemberian dan 30% pada 5 tahun pertama dan 40% setelah
mulai diberikan aspirin. Aspirin diberikan 10 tahun. Serangan pertama dapat
dengan dosis 90-100 mg/kgBB/hari selama menghilang dalam 10%-25% pasien setelah
4-8 minggu. Untuk karditis ringan hingga 10 tahun sejak serangan awal.11
sedang, penggunaan aspirin saja sebagai Pada kasus demam rematik yang
anti inflamasi direkomendasikan dengan berat yang disertai gagal jantung, maka
dosis 90-100 mg/kgBB perhari yang dibagi obat-obat gagal jantung terus diberikan
dalam 4 sampai 6 dosis. Kadar salisilat yang sementara pasien memperoleh profilaksis
adekuat di dalam darah adalah sekitar 20-25 sekunder berupa benzatin penisillin.
mg/100 mL. Untuk poliartritis, terapi aspirin Pengobatan yang disertai profilaksis
dilanjutkan selama 2 minggu dan dikurangi sekunder yang adekuat dapat memperbaiki
secara bertahap selama lebih dari 2 sampai keadaan jantung. Pemberian edukasi dirasa
3 minggu. Adanya perbaikan gejala sendi perlu terutama kepada kedua orangtua
dengan pemberian aspirin merupakan bukti pasien, untuk melakukan pengobatan

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|125


Putri | Gagal Jantung et causa Demam Rematik Akut Serangan Pertama pada Anak Umur 9 Tahun

berkelanjutan berupa penjelasan mengenai Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;


pemberian obat benzatin penisilin 600.000 2005. hlm. 613-27.
IU secara intramuskular sebanyak 1 kali 4. Oesman IN. Gagal jantung. Dalam:
kemudian pemberian diulang pada minggu Sastroasmoro S, Madiyono, editors.
ke 4 diberikan selama minimal 10 tahun Buku ajar kardiologi anak IDAI. Jakarta:
sehingga perkembangan dari penyakit Binarupa Aksara; 1994. hlm. 425-32.
jantung rematik ini mengarah kepada 5. Stollerman GH. Rheumatic Fever.
prognosis yang lebih baik.6,22 Dalam: Braunwald E, editor. Harrison's
principles of internal medicine. Edisi ke-
Simpulan 16. New York: McGraw-Hill Book; 2005.
Diagnosis gagal jantung ditentukan hlm. 1977-79.
berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan 6. Wahab AS. Demam rematik akut.
fisik yang berpedoman pada kriteria Dalam: Sastroasmoro S, Madiyono,
Framingham. Pemeriksaan penunjang yang editors. Buku ajar kardiologi anak IDAI.
digunakan adalah pemeriksaan foto rontgen Jakarta: Binarupa Aksara; 1994. hlm.
toraks untuk menilai adanya kardiomegali. 279-316.
Sedangkan diagnosis demam rematik akut 7. Levy WC, Mozaffarian D, Linker DT. The
serangan pertama ditentukan berdasarkan seattle heart faiure model: prediction
anamnesa dan pemeriksaan fisik yang of survival in heart failure. Circulation.
berpedoman pada kriteria Jones yang 2006; 113(11): 1424-33.
direvisi oleh kriteria WHO tahun 2002-2003. 8. McKee PA. The natural history of
Penatalaksanaan pada pasien gagal jantung congestive heart failure: the
ec demam rematik serangan pertama Framingham study. N Engl J Med. 1971;
meliputi terapi non farmakologi, 285(26):1441-6
farmakologi, dan edukasi. Terapi non 9. Sainz AJ. Validity of Framingham criteria
farmakologi meliputi tirah baring dan diet as a clinical test for systolic heart
jantung. Terapi farmakologi untuk gagal failure. Rev Clin Esp. 2006; 206(10):495-
jantung meliputi penggunaan obat golongan 8.
ACEI dan diuretik. Sedangkan untuk demam 10. Panggabean M. Gagal jantung. Dalam:
rematik meliputi penggunaan anti inflamasi Panggabean M. Buku ajar ilmu penyakit
dan antibiotik. Penyampaian edukasi dalam jilid II. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat
berkaitan dengan prognosis kasus yaitu Penerbitan FKUI; 2006. hlm. 1583-5.
dubia yang sangat tergantung akan 11. Park MK. Pediatric cardiology for
kepatuhan pasien dalam pengobatan practitioners. United States: Mosby;
antibiotik jangka panjang. 2002.
12. Lindenfeld J, Albert NM, Boehmer JP.
Daftar Pustaka Comprehhensive heart failure practice
guideline. J Card Fail. 2010; 16(6):e1-
1. Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler 194.
J, Casey DE, Drazner MH, et al. 2013 13. Karim S, Kabo P. EKG dan
ACCF/AHA Guideline for the penanggulangan beberapa penyakit
management of heart failure: a report jantung untuk dokter umum. Jakarta:
of the American College of Cardiology Balai Penerbit FKUI; 2002.
Foundation/American Heart Association 14. WHO Expert Committee. Rheumatic
task force on practice guidelines. fever and rheumatic heart disease:
Circulation. 2013; 128: e240-e327. WHO technical report series. Geneva:
2. Chronic congestive heart failure: history World Health Organization; 2004.
& examination [internet]. BMJ Best 15. Kliegman R, Behrman R, Jenson H.
Practice; 2014 [diakses tanggal 27 Rheumatic Heart Disease in Nelson
September 2015]. Tersedia dari: Textbook of Pediatric. Edisi ke-18.
http://bestpractice.bmj.com/bestpracti Philadelphia: Saunders Elsevier; 2008.
ce/monograph61/diagnosis.html hlm. 1961-63.
3. Anderson PS, Wilson LM. Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|126



Putri | Gagal Jantung et causa Demam Rematik Akut Serangan Pertama pada Anak Umur 9 Tahun

16. Pudjiadi H, Antonius. Pedoman 22. Dajani A, Taubert K, Ferrieri P.


pelayanan medis IDAI. Jakarta: Binarupa Treatment of acute streptococcal
Aksara; 2011. pharyngitis and prevention of
17. Madiyono B. Tatalaksana masalah rheumatic fever. Pediatrics. 1995; 96(4
kardiologi anak. Jakarta: Sari Pediatri; Pt):758-64.
1994. hlm. 147-54. 23. Beggs S, Peterson G, Tompson A.
18. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah Antibiotic use for the prevention and
sakit. Jakarta: EGC; 2006. treatment of rheumatic fever and
19. Rothberg MB, Sivalingam SK. The new rheumatic heart disease in children:
heart failure diet : lest salt restriction, WHO technical report series. Geneva:
more micronutrients. J Gen Intern Med. World Health Organization; 2008.
2010; 25(10):1136-7. 24. Hungchi L. Three versus four week
20. Momma K. ACE inhibitors in pediatric administration of benzathine penicillin
patients with heart failure. Paediatr G: effects on incidence of streptococcal
Drugs. 2006; 8(1):55-69. infections and recurrences of rheumatic
21. Cilliers A, Manyemba J, Adler AJ, fever. Pediatrics. 1996; 97(6 Pt2):984-8.
Solojee H. Anti-inflammatory treatment 25. Katzung BG. Farmakologi dasar dan
for carditis in acute rheumatic fever klinik: basic & clinical pharmacology.
(Review). Cochrane Database Syst Rev. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2008.
2003; 5:CD003176.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|127

Anda mungkin juga menyukai