Anda di halaman 1dari 3

SEDIKIT-SEDIKIT TAPI KONSISTEN

Seorang pemuda yang berhasil menghafalkan surat Al Baqarah saat menanti lampu
merah di persimpangan jalan. Pemuda ini sengaja menyimpan mushaf di mobilnya.
Setiap kali lampu merah menyala, ia mencuri waktu untuk membuka mushaf. Yang ia
lakukan bukan hanya sekedar membaca mushaf itu. Ia mencoba menghafalkan satu
dua baris ayat Al Quran.

Ia berhasil menyelesaikan hafalan surat Al Baqarah sepenuhnya di tengah lampu


merah yang bagi banyak orang dianggap sebagai waktu menjengkelkan. [1]

Seorang nenek 70 tahun di Yordania adalah orang yang buta huruf (tidak bisa baca
tulis). Beliau di usia tersebut mendengarkan rekaman al quran setiap hari. Lalu beliau
berpikir, “Aku sudah sering mendengarkan al quran, mengapa aku tidak mengambil
langkah lebih jauh lagi?”. Lalu kali ini beliau minta ditunjukkan oleh cucunya seperti
apakah tulisan lafazh “Allah” (karena beliau buta huruf). Setelah itu setiap kali
mendengarkan rekaman al quran, beliau melihat kearah mushaf dan mengikuti bacaan
al quran berdasarkan tulisan lafazh “Allah” yang ditemuinya di mushaf. Perlahan tapi
pasti, beliaupun menjadi sangat lancar dalam mengikuti bacaan tersebut.

Setelah itu, beliau minta kepada cucunya untuk mengajarkannya alphabet (alif, ba, ta,
dan seterusnya). Setelah lancar, beliau perlahan bisa mengikuti rekaman bacaan al
quran sambal membaca ke mushaf. Dan perlahan beliau bisa membaca al quran
dengan sendirinya (tanpa mendengarkan rekaman).

Kemudian pada usia 75 tahun, beliau berhasil menghafalkan seluruh al quran. [2]

Seorang laki-laki paruh baya dari Amerika Serikat, menyadari bahwa waktu perjalanan
pergi dan pulang kerja adalah waktu yang cukup panjang untuk disia-siakan (waktu
berangkat dan pulang masing-masing 45 menit). Ia pun membeli kaset rekaman
pelajaran Bahasa jerman. Ia mendengarkannya hanya selama waktu perjalanan pergi
dan pulang kerja. Setelah 10 bulan, ia menamatkan 99 rekaman pelajaran dengan 3
kali mengulang. Ditambah kursus tatap muka selama 16 hari di Berlin jerman,

Ia pun lancar berbahasa jerman. Ia hanya membutuhkan 10 bulan lebih sedikit untuk
menguasai bahasa baru. [3]

Tujuan yang kelihatannya sulit bisa dicapai dengan usaha yang sedikit sedikit,
namun konsisten.

Pemuda pada contoh pertama hanya menggunakan waktu menunggu lampu merah,
seorang nenek pada contoh kedua menggunakan waktu santainya sambal
mendengarkan al quran dan laki-laki pada contoh terakhir hanya menggunakan waktu
perjalanannya dalam kereta untuk pergi dan pulang kerja. Mereka semua
melakukannya sedikit-sedikit, tapi konsisten.

Mengapa harus sedikit-sedikit tapi konsisten? Karena amalan yang dilakukan banyak
sekaligus akan menimbulkan perasaan berat dan sangat berpotensi terhenti di tengah
jalan. Tipsnya adalah, buatlah tujuan besar yang ingin dicapai menjadi potongan-
potongan tugas kecil yang harus diselesaikan setiap harinya. Dan jangan terlalu
membayangkan tujuan besar tersebut, melainkan fokuslah hanya pada potongan-
potongan tugas kecil tersebut. Stephen Duneier (Seorang dosen di University of
California), menamakan pemotongan target besar menjadi tugas tugas kecil ini dengan
“marginal adjustment”.

Misal, seseorang yang memiliki tujuan untuk mempelajari bahasa arab dengan kitab
Durusul Lughoh. Jika ia membayangkan setiap harinya bahwa ia harus menguasai
seluruh kitab Durusul Lughoh dalam 1 Tahun, ia akan merasa berat melakukannya dan
sewaktu-waktu ia bisa terhenti dari melakukannya. Tapi jika ia membayangkan bahwa
dalam 1 hari ia hanya perlu mempelajari 1/2 subbab dalam kitab durusul lughoh dan ia
selalu memenuhi target ini, mempelajarinya akan terasa ringan. Tidak perlu terfokus
pada target 1 tahun menguasai Durusul Lughoh, tapi fokuslah untuk memenuhi target
belajar 1/2 subbab perhari nya. In sya Allah proses belajar seperti ini akan lebih
langgeng, dibandingkan belajar sambil membayangkan target yang besar.
Bukankah generasi terbaik teladan kita (Para sahabat Nabi) juga mempelajari Al
Quran dengan membagi-bagi nya per 10 ayat?

Ibnu Mas’ud berkata: “Sesungguhnya mereka (para sahabat) apabila mempelajari 10 ayat (Al-
Qur`an) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak menambahnya sehingga mereka
mengetahui ilmu dan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya.”

Bukankah Allah juga mengajarkan (menurunkan) Al Quran secara perlahan-lahan


selama hampir 23 tahun?

“Berkatalah orang-orang yang kafir, ‘Mengapa Al-Qur`an itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja?; Demikianlah (Kami turunkannya secara bertahap) supaya Kami perkuat
hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (bertahap dan teratur). (QS Al Furqon
: 32)

Terakhir, amalan yang dicintai Allah juga adalah amalan yang konsisten,
walaupun sedikit.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬ditanya, “Amalan apakah
yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Yang paling rutin, walaupun sedikit.” Dan
Beliau bersabda, “Kerjakanlah ibadah sesuai kemampuan kalian.” (HR Bukhari)

Referensi:

1. Buku: Orang Sibuk pun Bisa Hafal Al Quran


2. Faidah dari kajian islam oleh Sh Moutasem al Hameedy (link:
https://youtu.be/O724d95udWg)
3. TEDx Talk: How to achieve your most ambitious goals – Stephen Duneier (link:
https://youtu.be/TQMbvJNRpLE)

Anda mungkin juga menyukai