Anda di halaman 1dari 13

445

MODEL DEMOKRASI DALAM PENINGKATAN KUALITAS


PELAYANAN PUBLIK
(Studi Otonomi Daerah dalam Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Pasca Reformasi)

Yusnani Hasjimzum
Fakultas Hukum Universitas Lampung
E-mail: yus_zoem@yahoo.com

Abstract

Quality improvement on public service has been regulated by various regulations. Until present,
there are still many complaints due to poor service provided by government which does not meet
people’s expectation. Moreover, bureaucracy is still not effective to provide appropriate service to
public resulting in a low quality service. To meet public’s need, people are necessarily involved in as
the implementation of democracy as the effort of establishing a democratic government.

Key words: democracy model, quality improvement, public service

Abstrak

Peningkatan kualitas pelayanan publik telah banyak di atur diberbagai peraturan, hingga saat ini
masih banyak keluhan , ketidakpuasan masyarakat, karena pelayanan yang diberikan pemerintah
tidak sesuai dengan harapan, Birokrasi belum optimal memberikan pelayanan yang sesuai dan tepat
kepada masyarakat sehingga kualitas pelayanan publik menjadi rendah.Untuk mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, masyarakat harus dilibatkan dalam mengambil
kebijakan melalui Partisipasi masyarakat yang merupakan dasar pelaksanaan demokrasi, guna
mewujudkan pemerintahan yang demokratis

Kata kunci: model demokrasi, peningkatan kualitas, pelayanan publik .

Pendahuluan rapkan sistem keterbukaan informasi dan pem-


Sejak reformasi dan diberlakukannya Un- berian pelayanan kepada masyarakat, sesuai
dang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pe- dengan tujuan desentralisasi dan otonomi dae-
merintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor rah adalah mendekatkan pemerintah kepada
25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan masyarakat yang dilayani sehingga pemerintah
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, terjadi daerah dapat mengakomodir seluruh kebutuhan
perubahan dalam pelaksanaan sistem pemerin- dan kepentingan masyarakatnya untuk mewu-
tahan di daerah yang semula bersifat sentralis- judkan masyarakat yang sejahtera.
tik dengan sistem top down begeser kepelak- Paradigma desentralisasi telah menum-
sanaan pemerintah daerah yang bersifat desen- buhkan kepekaan masyarakat untuk menuntut
tralistik. Secara formal pemerintah menyerah- kualitas pelayanan publik (public service) yang
kan kewenangan kepada daerah otonom untuk merupakan kewajiban dari pemerintah daerah.
mengurus rumah tangganya sendiri dan meme- Hasbullah Malau mengatakan,1 untuk mening-
nuhi kebutuhan yang sesuai dengan aspirasi katkan pelayanan publik yang berkualitas dan
masyarakatnya. bermutu, pemerintah daerah sebaiknya meru-
Penguatan otorisasi pemerintah daerah
1
melalui kebijakan otonomi ini menghasilkan ke- Hasbullah Malau, “Menyoal Pelayanan Publik yang Ber-
kualitas di Era Otonomi Daerah”, Jurnal Ilmiah Politik
majuan dibidang demokrasi lokal dengan mene- Kenegaraan, Vol. VIII No.1 Edisi Oktober 2009, Univer-
sitas Negeri Padang, hlm.14.
446 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

bah paradigma berfikir dan bertindak yang ada yaan masyarakat, terhadap aparatur birokrasi
di birokrasi daerah dari paradigma dilayani, pemerintah.
pangreh praja, memerintah dan menguasai Berkaitan dengan hal tersebut, Mita Wid-
menjadi paradigma melayani, pelayan masyara- yastuti mengatakan,4 Selama ini ada anggapan
kat, penyuguhi masyarakat, memfasilitasi dan dan kesan bahwa penyelenggaraan pelayanan
mengajak masyarakat untuk berpartisipasi da- merupakan monopoli pemerintah, masyarakat
lam pelayanan publik, memberikan pelayanan dilibatkan hanya pada saat pemerintah membu-
prima, responsif, transparan, akuntabel, komu- tuhkan informasi dari masyarakat. Pendapat ini
nikatif. ditanggapi oleh Ruli Isa,5 yang menyatakan ke-
Berkaitan dengan hal tersebut, Karjuni Dt luhan-keluhan masyarakat merupakan indikator
Maani mengemukakan,2 bahwa penyelenggara pelayanan yang diberikan belum memenuhi ha-
pelayanan publik harus bertanggungjawab da- rapan masyarakat, kemampuan sebuah organi-
lam menjalankan wewenangnya dengan baik, sasi mengenali kebutuhan masyarakat dengan
karena publik memiliki hak untuk mengontrol, memperhatikan aspirasi masyarakat dalam pe-
mempertanyakan dan meminta pertanggungja- layanan, direalisasikan dalam kebijakan dan ke-
waban aparat pemerintah (melalui wakilnya). giatan, prosedur pelayanan dinilai dengan ada-
Dengan akuntabilitas dan responsibilitas publik, nya saluran komunikasi atau cara untuk me-
setiap aparat pemerintah diminta untuk dapat nampung keluhan-keluhan ma-syarakat.
mempertanggungjawabkan hak, kewajibannya, Mengingat negara Indonesia adalah nega-
tindakannya, keahliannya bahkan waktu yang ra demokrasi, dimana kekuasaan berasal dari
dipergunakan di depan publik, dengan sistem rakyat, rakyat yang menentukan dan memberi
administrasi negara yang efisien dan efektif bu- arah yang sesungguhnya menyelenggarakan ke-
kan berarti pengaduan publik di berbagai aspek hidupan kenegaraan. Oleh karena itu, wajar ji-
pembangunan sudah meningkat kearah yang ka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang me-
lebih baik, tetapi merupakan ciptaan kreatif wakili rakyat seharusnya mampu menyusun ke-
dasar pengelolaan pemerintahan yang proaktif bijakan dalam peraturan daerah tentang pela-
terhadap berbagai kebutuhan publik. Posisi yanan publik yang sesuai dengan kebutuhan dan
aparatur pemerintah seharusnya mampu men- kepentingan masyarakat di daerahnya, baik di
dorong aktivitas publik. bidang pendidikan, kesehatan, transportasi,
Pendapat ini didukung H. Alwi Wahyudi ekonomi, sosial budaya, dan bidang lainnya. Se-
yang menyatakan,3 bahwa peran birokrasi tidak lain hal itu, di dalam masyarakat demokratis
hanya mengandalkan kebutuhan barang dan ja- seringkali timbul persoalan bagaimana menye-
sa publik, melainkan sekaligus sebagai motiva- rap opini publik dan membangun suatu kebija-
tor tumbuh kembangnya peran serta masyara- kan tentang pelayanan publik yang mendapat
kat dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dukungan publik. Pada saat ini, pelayanan pub-
sendiri. Profesionalisme yang dikembangkan lik menjadi isu yang sangat strategis dan sensi-
melalui kekuatan etika dan moralitas, penega- tif dimana masyarakat semakin kritis terhadap
kan supremasi hukum merupakan faktor utama kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan
untuk mewujudkan penyelenggaraan pelayanan dengan pelayanan publik.
publik yang memenuhi prinsip transparansi dan Masyarakat memandang pelayanan publik
akuntabel, membawa pengaruh terhadap par- merupakan hak masyarakat sebagai sarana pe-
tisipasi masyarakat serta melestarikan keperca- menuhan kebutuhan mendasar masyarakat un-

2 4
Karjuni Dt Maani, “Transparansi dan Akuntabilitas da- Mita Widyastuti, “Transparansi dalam Penyelenggaraan
lam Pelayanan Publik“, Jurnal Ilmiah Politik Kenega- Pelayanan Publik”, Jurnal LPPM Paradigma, Vol. 10
raan,Vol.VIII No.1 Edisi Oktober 2009,Universitas Ne- No. 2 Edisi Desember 2009, Bekasi: Universitas Islam
geri Padang, hlm. 48. 45, hlm. 157.
3 5
H.Alwi Wahyudi, ”Peran Strategis Birokrasi dalam me- Ruli Isa, “Efektivitas Organisasi Kecamatan dalam Pela-
nentukan Pelayanan Publik”, Jurnal Konstitusi, Vol.1 yanan Publik setelah menjadi perangkat Daerah”, Jur-
No. 1 Edisi Juni 2011. Madiun: Fakultas Hukum Univer- nal Inovasi, Vol 6 No.4 Edisi Desember 2009, Universitas
sitas Merdeka, hlm. 61. Negeri Gorontalo, hlm. 70.
Model Demokrasi dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (Studi Otonomi Daerah... 447

tuk mencapai kesejahteraan sosial. Oleh kare- jauhmana target yang ditetapkan oleh organi-
na itu nilai–nilai yang ada di dalam masyarakat sasi dapat direalisasikan dengan baik. Kepuasan
dan keterlibatan masyarakat dalam mengambil kerja merupakan keadaan emosional yang me-
kebijakan merupakan faktor pendukung dalam nyenangkan atau tidak menyenangkan bagi se-
mewujudkan kesejahterakan masyarakat. orang pekerja. Kepuasan kerja mencair-minkan
Saat ini perhatian masyarakat tertuju pa- sikap seseorang terhadap pekerjaannya.
da sejauhmana kebijakan otonomi daerah da- Nuzsep Almigo mengatakan,7 ada hubu-
pat memberikan peningkatan kualitas dan efek- ngan positif yang signifikan antara kepuasan
tivitas pelayanan publik. Hal ini disebabkan ka- kerja dengan produktivitas kerja, menunjukkan
rena kebijakan pada masa orde baru yang ber- bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang
sifat sentralistik menimbulkan efek daerah ti- diterima karyawan semakin tinggi pula produk-
dak dapat mengambil kebijakan sesuai dengan tivitas kerjanya. Dengan pelayanan publik yang
kebutuhan dan kepentingan masyarakat sehing- baik dan efisien, daerah kabupaten dan kota
ga kualitas pelayanan publik di daerah menjadi lebih dekat kepada rakyat yang harus dilayani,
sangat rendah. Kondisi ini dapat membuat kua- maka wajar jika daerah diberi wewenang yang
litas manajemen pemerintahan menjadi tidak besar dengan tujuan untuk meningkatkan pela-
produktif, tidak efektif dan tidak efesien se- yanan publik di daerahnya.
hingga muncul pula kualitas pelayanan publik Alinea keempat Pembukaan UUD 1945
yang tidak akuntabel, tidak transparan, ditam- menyebutkan bahwa Negara melindungi sege-
bah lagi dengan kedudukan masyarakat masih nap bangsa dan seluruh tumpah darah Indone-
diberlakukan sebagai objek, bukan sebagai sub- sia, memajukan kesejahteraan umum, mencair-
jek. Dari uraian di atas akan dibahas tentang daskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksana-
Model Demokrasi dalam Peningkatan Kualitas kan ketertiban dunia berdasarkan kemerdeka-
Pelayanan Publik (Studi Otonomi Daerah dalam an, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Per-
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pasca nyataan tersebut memuat tentang tujuan ne-
Reformasi). gara Indonesia adalah untuk mencapai kese-
jahteraan masyarakat melalui penyelenggaraan
Pembahasan kepentingan umum seperti menyelenggarakan
Efektivitas Pelayanan Publik pendidikan, memberikan pelayanan kesehatan
Kriteria yang bisa digunakan untuk me- kepada masyarakat, memberikan perlindungan
nilai atau mengukur suatu efektivitas menurut hukum dan tidak diskriminatif dengan membe-
Steers:6 kemampuan menyesuaikan diri; pro- rikan akses kepada rakyat untuk mendapatkan
duktivitas; kepuasan kerja; kemampuan berla- pelayanan dari pemerintah baik secara ekono-
ba; pencarian dan pemanfaatan sumber daya mi, politik, sosial dan budaya.
manusia. Berdasarkan dari lima kriteria terse- Negara Indonesia telah mengalami empat
but, hanya 3 (tiga) kriteria saja yang digunakan kali, perubahan UUD pertama Tahun 1999, pe-
untuk mengukur efektivitas birokrasi dalam rubahan kedua Tahun 2000, perubahan ketiga
memberikan pelayanan publik, yaitu: kemam- Tahun 2001 dan perubahan keempat Tahun
puan menyesuaikan diri, produktivitas dan ke- 2002 telah memberi implikasi politik yang sa-
puasan kerja. ngat luas dalam sistem ketatanegaraan Indo-
Kemampuan menyesuaikan diri berkaitan nesia. Dari empat kali perubahan tersebut me-
erat dengan kehidupan manusia di dalam me- nimbulkan pengaruh signifikan dalam kehidup-
menuhi kebutuhan hidupnya harus bekerjasama an politik Indonesia yang lebih demokratis se-
dengan orang lain. Selanjutnya produktivitas
merupakan rasio antara masukan dan keluaran.
Pada organisasi publik produktivitas adalah se- 7
Nuzsep Almigo, “Hubungan antara Kepuasan Kerja de-
ngan Produktivitas kerja Karyawan”, Jurnal Psyche,
6
Richard M. Steers, 1985, Efektivitas Organisasi (Kaidah Vol.1 No.1 Edisi Desember 2004, Palembang: Fakultas
Prilaku), Jakarta: Erlangga, Hlm. 206. Psikologi Bina Darma, hlm. 58.
448 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

suai dengan perkembangan dan perubahan ma- ratur Negara Nomor 63/KEPMEN/PAN/17/2003
syarakat. tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pela-
Sebagai negara yang demokratis pelaya- yanan Publik, antara lain memuat tentang ha-
nan publik merupakan hak dasar setiap warga kekat pelayanan publik adalah pemberian pela-
negara yang harus dipenuhi oleh negara, selain yanan prima kepada masyarakat yang merupa-
itu pelayanan publik merupakan bagian yang kan perwujudan kewajiban aparatur negara se-
tidak terpisahkan dari kewajiban negara untuk bagai abdi masyarakat.
mensejahterakan rakyatnya. Pasal 18 A UUD Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993
1945 memuat prinsip-prinsip dasar yang me- menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan pe-
mungkinkan terselenggaranya pelayanan ma- layanan publik harus mengandung unsur-unsur
syarakat, hal tersebut diimplementasikan mela- sebagai berikut. Pertama, hak dan kewajiban
lui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 ten- bagi pemerintah maupun penerima pelayanan
tang Pelayanan Publik. umum harus jelas dan diketahui secara pasti
Pengertian pelayanan publik menurut Pa- oleh masing-masing pihak. Kedua, pengaturan
sal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 setiap bentuk pelayanan umum harus dise-
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam suaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemam-
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai puan masyarakat untuk membayar berdasarkan
dengan peraturan perundang-undangan bagi se- ketentuan peraturan perundang-undangan yang
tiap warga negara dan penduduk atas barang, berlaku dengan tetap berpegang pada efisiensi
jasa dan/atau pelayanan administrasi yang di- dan efektivitas. Ketiga, mutu, proses dan hasil
sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. pelayanan umum harus diupayakan agar mem-
Menurut Heryanto Monoarfa,8 pelayanan beri keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan
publik adalah pelayanan yang ditargetkan seba- kepastian hukum yang dapat dipertanggungja-
gai kepuasan bagi siapapun menerimanya. Dari wabkan. Keempat, apabila pelayanan umum
pendapat dan pengertian pelayanan publik di yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah
atas dapat dipahami bahwa pelayanan publik terpaksa harus mahal, maka instansi peme-
adalah pemberian layanan atau melayani kebu- rintah yang bersangkutan berkewajiban mem-
tuhan, kepentingan orang/masyarakat atau or- beri peluang kepada masyarakat untuk ikut me-
ganisasi lain baik di pusat atau di daerah yang nyelenggarakannya sesuai dengan peraturan
ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada perundang-undangan yang berlaku.
penerima pelayanan. Sesuai dengan aturan po- Pelayanan publik merupakan pola hubu-
kok dan tata cara yang ditentukan oleh undang- ngan antara negara dengan masyarakat yang
undang. Segala bentuk jasa pelayanan, baik da- lebih mementingkan kepentingan masyarakat.
lam bentuk barang publik maupun jasa publik Sebagai akibatnya, negara dituntut untuk mem-
yang menjadi tanggung jawab dilaksanakan berikan pelayanan kepada masyarakat dengan
oleh institusi pemerintah pusat dan daerah da- lebih baik dan lebih demokratis, yang mene-
lam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. kankan hak antara sesama warga negara.
Penyelenggara pelayanan publik adalah
setiap institusi penyelenggara negara, korpo- Tolak Ukur Kualitas Pelayanan Publik
rasi, lembaga independen yang dibentuk berda- Undang-undang Pelayanan publik mene-
sarkan undang-undang, untuk kegiatan pela- gaskan bahwa standar pelayanan adalah tolok
yanan publik dan badan hukum lain yang diben- ukur yang dipergunakan sebagai pedoman pe-
tuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan nyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian
publik. Keputusan Menteri Pendayagunaan Apa- kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji
penyelenggara kepada masyarakat dalam rang-
8 ka pelayanan yang berkualitas, cepat mudah
Heryanto Monoarfa, “Efektivitas dan effisiensi Penye-
lenggaraan Pelayanan Publik: Suatu Tinjauan Kinerja terjangkau dan terukur. Penyelenggara berke-
Lembaga Pemerintahan“, Jurnal Pelangi Ilmu, Vol. 05
wajiban menyusun dan menetapkan standar pe-
No. 01 Edisi 2012, Universitas Negeri Gorontalo, hlm. 1.
Model Demokrasi dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (Studi Otonomi Daerah... 449

layanan dengan memperhatikan kemampuan kegiatan pengikutsertaan masyarakat dilakukan


penyelenggara, kebutuhan masyarakat dan kon- dalam forum pembahasan rancangan standar
disi lingkungan. Penyusun dan penetapkan stan- pelayanan (SP) dan sekurang-kurangnya dilaku-
dar pelayanan penyelenggara wajib mengikut kan 2 (dua) kali, yaitu pada tahapan pembahas-
sertakan masyarakat dan pihak terkait, pengi- an rancangan standar pelayanan, dan setelah
kut sertaan masyarakat dan pihak terkait dila- standar pelayanan selesai disusun dan ditetap-
kukan dengan prinsip tidak diskriminatif, ter- kan, sekaligus dilanjutkan untuk mendiskusikan
kait langsung dengan jenis pelayanan memiliki proses penyusunan maklumat pelayanan. Tuju-
kompetensi dan mengutamakan musyawarah an dari ikut sertanya masyarakat dalam forum
serta memperhatikan keberagaman. pembahasan bersama adalah untuk menyelaras-
Erland Mou mengatakan,9 Dalam praktek kan kemampuan penyelenggara pelayanan de-
pelayanan publik di berbagai daerah, seharus- ngan kebutuhan/kepentingan masyarakat dan
nya birokrasi selalu memberi perhatian terha- kondisi lingkungan guna mengefektifkan pela-
dap permasalahan yang ditimbulkan dari penga- yanan yang berkualitas.
duan masyarakat. Keterlibatan birokrasi dalam Pembahasan rancangan standar pelayan-
pelayanan publik disamping menunjukkan man- an ditujukan untuk membangun kesepakatan
faat dan keunggulan tertentu, sekaligus juga dan kompromi antara harapan masyarakat serta
menunjukkan kelemahannya, yaitu terbatasnya kesanggupan penyelenggara, terutama yang
sumber daya yang mumpuni serta ditambah de- menyangkut pada kemampuan yang dimiliki,
ngan peraturan-peraturan yang membuat biro- meliputi: dukungan pendanaan yang dialokasi-
krat daerah bekerja dengan kaku. Birokrasi ju- kan untuk penyelenggaraan pelayanan; pelaksa-
ga masih mendahulukan kepentingan tertentu na yang bertugas memberikan pelayanan dari
tanpa memperhatikan konteks atau dimana bi- segi kualitas maupun kuantitas; dan sarana pra-
rokrat bekerja atau berada dan mendahulukan sarana dan fasilitas yang digunakan untuk me-
orang atau suku sendiri merupakan tindakan nyelenggarakan pela-yanan.
yang biasa dilakukan dan diterapkan dalam Hasil pembahasan standar rancangan
konteks organisasi publik. pelayanan harus dituangkan dalam berita acara
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 96 penyusunan standar pelayanan dengan dilam-
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Pelayanan piri daftar hadir peserta rapat sesuai dengan
Publik sebagaimana yang tertuang dalam Pasal yang tertuang dalam Pasal 26 PP Nomor 96
1 ayat 2 mencantumkan bahwa penyelenggara Tahun 2012. Pelayanan yang diberikan kepada
pelayanan publik yang selanjutnya disebut pe- masyarakat selalu menuntut pelayanan publik
nyelenggara adalah setiap institusi penyeleng- yang berkualitas dari aparat birokrasi yang
gara negara, korporasi, lembaga independen dilakukan secara transparan dan akuntabilitas.
yang dibentuk berdasarkan undang-undang un- Asas atau pedoman penyelenggaraan pelaya-
tuk kegiatan pelayanan publik dan badan hu- nan Publik diatur dalam Pasal 4 UU Nomor 25
kum lain yang dibentuk semata-mata untuk ke- Tahun 2009 terdiri dari:
giatan pelayanan publik. a. Kepentingan umum adalah pemberian
Menurut Peraturan Menteri Pendayaguna- pelayanan tidak boleh mengutamakan
an Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. kepentingan pribadi atau golongan.
b. Kepastian hukum adalah jaminan ter-
36 Tahun 2012 bahwa rancangan standar pela- wujudnya hak dan kewajiban dalam
yanan yang telah disusun oleh tim penyusun penyelenggaraan pelayanan.
standar pelayanan, sebelum ditetapkan, terle- c. Kesamaan hak adalah pemberian pela-
bih dahulu dilakukan pembahasan, dalam pe- yanan tidak membedakan suku, ras,
netapan standar pelayanan publik dinyatakan agama, golongan, gender dan status
ekonomi.
d. Keseimbangan hak dan kewajiban ada-
9
Erland Mou, “Kualitas Pelayanan Publik di Daerah Se- lah pemenuhan hak harus sebanding
buah Kajian Teoritis”, Jurnal UNIERA, Vol. 2 No. 2 Edisi
dengan kewajiban yang harus dilaksa-
2013, Halmahera: Universitas Halmahera, hlm. 92.
450 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

nakan, baik oleh pemberi maupun pe- rilaku birokrasi pemerintahan harus mengako-
nerima pelayanan. modasi dan menyalurkan kepentingan rakyat
e. Keprofesionalan adalah pelaksana pe- melalui berbagai kebijakan yang sesuai dengan
layanan harus memiliki kompetensi
yang sesuai dengan bidang tugas. kepentingan umum dan diarahkan membangun
f. Partisipatif adalah peningkatan peran partisipasi masyarakat dalam mendukung dan
serta masyarakat dalam penyelengga- mengelola kegiatan pemerintahan yaitu kegiat-
raan pelayanan dengan memperhati- an pelayanan kepada masyarakat yang berpola
kan aspirasi kebutuhan dan harapan pada hubungan keduanya.
ma-syarakat.
g. Persamaan perlakuan/tidak diskrimi- Menurut Andi Wahyudi,11 urgensi komu-
natif adalah setiap warga negara ber- niskasi dalam pelayanan publik memiliki peran
hak memperoleh pelayanan yang adil. yang sangat penting oleh karena proses penye-
h. Keterbukaan adalah setiap penerima lenggaraan pelayanan publik dengan kelengkap-
pelayanan dapat dengan mudah meng- an yang meliputi ketersediaan sumber daya ma-
akses dan memperoleh informasi me-
ngenai pelayanan yang diinginkan. nusia, anggaran biaya, sarana dan prasarana
i. Akuntabilitas adalah proses penye- serta metode pemberian pelayanan perlu dike-
lenggaraan pelayanan harus dapat di- mas dalam komunikasi yang baik antara penye-
pertanggungjawabkan sesuai dengan dia dan pengguna layanan, tanpa komunikasi
ketentuan peraturan perundang-un- yang baik maka masyarakat tidak mengetahui
dangan.
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi ke- upaya apa yang telah dilakukan oleh unit pe-
lompok rentan adalah pemberian ke- nyedia layanan publik.
mudahan terhadap kelompok rentan Kualitas dalam penyelenggaraan sebuah
sehingga tercipta keadilan dalam pela- pelayanan harus selalu dijaga dan ditingkatkan,
yanan. mengingat masyarakat semakin cerdas menilai
k. Ketetapan waktu adalah penyelesaian
setiap jenis pelayanan dilakukan tepat mana pelayanan yang baik dan mana yang bu-
waktu sesuai dengan standar pela- ruk. Widodo mengutip pendapat Love Lock yang
yanan. menyatakan,12 lima prinsip yang harus diper-
l. Kecepatan, kemudahan dan keterjang- hatikan dalam pelayanan publik agar kualitas
kauan adalah setiap jenis pelayanan Pelayanan publik dapat dicapai. Pertama, ta-
dilakukan secara cepat mudah dan
terjangkau. ngible (terjemah) kemampuan fisik, peralatan,
personil, dan komunikasi matrial, bentuk pela-
Asas penyelenggaraan pelayanan publik yanan fisik tersebut berupa kemampuan meng-
mencakup hal-hal yang wajib dipenuhi, sebagai gunakan dan memanfaatkan segala fasilitas alat
pedoman pembentukan sebuah peraturan yang dan perlengkapan di dalam memberikan pela-
berkaitan dengan pelayanan publik dengan tu- yanan, sesuai dengan kemampuan penguasaan
juan untuk mensejahterakan masyarakat. Dari teknologi yang ditunjukkan secara fisik dan
unsur tersebut ibarat sebuah sistem secara bentuk tampilan dari pemberi pelayanan sesuai
fungsional saling melengkapi satu sama lain. Ji- dengan perilaku yang ditunjukkan. Kedua, reli-
ka salah satu sistem tidak berjalan dengan baik abel (handal) yaitu kemampuan memberikan
menimbulkan ketidak seimbangan dalam pelak- pelayanan sesuai dengan tingkat pengetahuan
sanaan/penyelenggaraan pelayan publik yang yang dimiliki, handal dan terampil menguasai
dapat merugikan masyarakat. bidang kerja yang diterapkan, sesuai pengala-
Penyelenggara wajib mengikut sertakan
masyarakat sebagai pihak terkait dalam menyu- Papua: Universitas MUSAMUS, hlm 1-19.
11
Andi Wahyudi, “Urgensi Komunikasi dalam Menunjang
sun standar pelayanan, hal ini didukung oleh
Efektivitas Pelayanan Publik”, Jurnal Borneo Adminis-
Pendapat Samuel Atbar yang mengatakan,10 pe- trator, Vol. 6 No. 3 Edisi 2010, Samarinda: PKP2A III
LAN. hlm. 21-38.
12
Joko Widodo, 2001, Good Governance; Telaah dari Di-
10
Samuel Atbar,”Pengaruh Perilaku Birokrasi terhadap mensi: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era
Kualitas Layanan Publik pada Distrik Semangga”, Jurnal Disentralisasi dan Otonomi di Daerah. Surabaya: Insan
Societas Fisip, No. 1 Jilid. 1 Edisi April 2012, Merauke/ Cendekia, hlm 272.
Model Demokrasi dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (Studi Otonomi Daerah... 451

man kerja yang ditunjukkan dalam mengguna- dan masyarakat yang dilayani; adanya kepe-
kan teknologi kerja. mimpinan yang kuat dalam melaksanakan ko-
Ketiga, responsiveness (pertanggungja- mitmen pelayanan publik; adanya pembaharu-
waban) adalah rasa tanggungjawab terhadap an dibidang sistem administrasi publik; dan
mutu pelayanan dimana setiap pegawai dalam adanya upaya untuk memberdayakan masyara-
memberikan bentuk-bentuk pelayanan, mengu- kat empowerment secara terus menerus dan
tamakan aspek pelayanan yang sangat mempe- demokratis.
ngaruhi perilaku orang yang mendapat pela- Pendapat tersebut didukung pula oleh Sri
yanan, sehingga diperlukan kemampuan daya Suwitri yang mengatakan,14 untuk tercapainya
tanggap dari pegawai untuk melayani masya- pelayanan prima dalam otonomi daerah, peme-
rakat sesuai dengan tingkat penyerapan. Keem- rintah daerah perlu memperhatikan dimensi-
pat, assurance (jaminan) yaitu pegawai yang dimensi kualitas pelayanan, serta penerbitan
memiliki pengetahuan, prilaku dan kemampuan peraturan daerah yang mampu menempatkan
sehingga orang yang menerima pelayanan me- masyarakat sehingga dapat berpartisipasi seba-
rasa puas dan yakin bahwa segala bentuk urus- gai informan, korektor, dan evaluator terhadap
an pelayanan yang dilakukan tuntas dan selesai kualitas pelayanan publik. Pemerintah/birokra-
sesuai dengan kecepatan, ketepatan, kemudah- si dalam memberi pelayanan kepada publik me-
an, kelancaran. Kelima, emphaty (empati) yai- nempatkan kepentingan umum diatas kepenti-
tu mampu melayanani orang yang dilayani de- ngan pribadi atau golongan, rela berkorban dan
ngan penuh perhatian terhadap berbagai ma- bekerja keras tanpa pamrih. Dengan semangat
salah yang membutuhkan pelayanan. Oleh kare- kejuangan itu seorang birokrat akan sanggup
nanya, empati dalam suatu organisasi kerja bertahan dari godaan untuk tidak berbuat yang
menjadi sangat penting dalam memberikan bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran, ke-
suatu kualitas layanan sesuai prestasi kerja baikan keindahan, kebebasan, persamaan dan
yang ditunjukkan oleh seorang pegawai. keadilan.
Kualitas pelayanan berkaitan erat dengan
kepuasan yang diterima oleh penerima pelaya- Model Demokrasi dalam Pelayanan Publik
nan. Jika kinerja berada dibawah harapan, pe- Berbicara tentang pelayanan publik tidak
langgan akan tidak puas. Jika kinerja mele-bihi akan terlepas dengan masyarakat dan demokra-
harapan, maka pelanggan akan merasa sangat si, sejak reformasi sistem pemerintahan yang
puas atau senang. Menurut Jaelan Usman,13 so- semula yang menganut sentralisasi beralih ke
lusi mengatasi persoalan kemunduran birokrasi model desentralisasi. Tujuan desentralisasi
dalam pelayanan publik meliputi: merubah per- adalah peningkatan efisiensi dan efektifitas pe-
sepsi dan paradigma birokrasi mengenai konsep nyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan
pelayanan; adanya kebijakan publik yang lebih partisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan
mengutamakan kepentingan publik dan pelaya- pembangunan.
nan publik disbandingkan dengan kepentingan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
penguasa atau elit tertentu; unsur pemerintah tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bah-
privat dan masyarakat harus merupakan all to- wa pemberian otonomi luas kepada daerah di-
gether yang sinergi; adanya peraturan daerah arahkan untuk mempercepat terwujudnya kese-
yang mampu menjelaskan standar minimal pe- jahteraan masyarakat melalui peningkatan pe-
layanan publik dan sanksi yang akan diberikan; layanan, pemberdayaan dan peran serta masya-
adanya mekanisme pengawasan sosial yang je- rakat. Peran serta masyarakat memberi makna
las mengenai pelayanan publik antara birokrat bahwa penyelenggaraan desentralisasi dan oto-

14
Sri Suwitri, “Pelayanan publik dan kebijakan Otonomi
13
Jaelan Usman, “Manajemen Birokrasi Profesional dalam Daerah di Indonesia”, Jurnal Dialogue Jurnal Ilmu Ad-
Meningkatkan Pelayanan Publik”, Jurnal Otoritas Ilmu ministrasi dan Kebijakan Publik (JIAKP). Vol. 1 No. 1
Pemerintahan, Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2011, Makas- Edisi Januari 2004, Semarang: Universitas Diponegoro,
sar: Universitas Muhammadiyah, hlm. 109. hlm. 76-85.
452 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

nomi daerah memuat prinsip demokrasi yang kan berbagai hal secara cerdas; ketiga, partisi-
menuntut partisipasi masyarakat dan kemandi- pasi yang efektif bagi para warga negara dalam
rian masyarakat di daerah. proses pengambilan keputusan; keempat, kon-
UUD 1945 menyatakan bahwa Indonesia trol akhir terhadap putusan-putusan politik te-
adalah negara demokrasi dimana kedaulatan tap berada ditangan rakyat, dan kelima, kekua-
adalah ditangan rakyat. Dalam pandangan fa- saan publilk yang impersonal, yakni senantiasa
ham demokrasi, hak menyampaikan pendapat dibatasi oleh hukum dengan pusat otoritas yang
dan aspirasi terhadap terselenggaranya peme- beraneka ragam.
rintahan yang baik adalah merupakan bagian Berdasarkan kelima unsur diatas dapat
dari pengejawantahan kedaulatan rakyat. Ne- dikatakan bahwa landasan negara demokrasi
gara yang menerapkan asas demokrasi akan se- adalah rakyat berhak untuk menentukan nasib-
lalu melibatkan partisipasi masyarakat dalam nya, hak rakyat untuk menentukan nasibnya
penetapan dan perumusan kebijakan termasuk tersebut tidak hanya diberikan pada tingkat pe-
kebijakan penyelenggaraan pelayanan publik. merintah pusat melainkan pada setiap tempat
Rahendro jati mengatakan,15 dalam suatu dari daerah kota sampai ke desa. Tiap-tiap ke-
negara yang menganut sistem perwakilan, par- lompok atau golongan/rakyat memiliki akses
tisipasi masyarakat tetap diperlukan karena se- untuk menyampaikan pendapatnya, dengan di-
lain untuk mewujudkan pemerintahan yang de- berlakukannya otonomi daerah dan pemberian
mokratis, juga diperlukan untuk mewujudkan status kewenangan otonomi daerah kepada
masyarakat yang demokratis. Secara formal daerah yang tujuannya adalah untuk mendekat-
proses untuk mewujudkan produk undang-un- kan pelayanan kepada masyarakat sesuai de-
dang yang responsif melalui wujud partisipasi ngan penyelenggaraan negara demokrasi. Se-
masyarakat sudah dilaksanakan karena bebera- lanjutnya Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun
pa peraturan Undang-undang yang mengatur 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Ser-
mengenai tata cara pembentukan peraturan ta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara,
perundang-undangan sudah mengatur hal ter- yang mengatur mengenai hak dan tanggung ja-
sebut. Penerimaan aspirasi masyarakat secara wab serta kewajiban masyarakat dan penye-
substansi oleh para pembentuk Undang-undang lenggara negara.
untuk mewujudkan undang-undang yang res- Penyelenggara pelayanan publik yang di-
ponsif sangat tergantung pada sikap dan cara sebut penyelenggara adalah setiap institusi pe-
pandang pembentuk Undang-undang dengan nyelenggara negara, korporasi, lembaga inde-
berbagai kepentingan yang ada di dalamnya. penden yang dibentuk berdasarkan undang-un-
Partisipasi masyarakat merupakan dasar dang untuk kegiatan pelayanan publik dan ba-
pelaksanaan demokrasi sesuai dengan cita-cita dan hukum lain dibentuk semata-mata untuk
negara demokrasi yaitu mengedepankan kese- kegiatan pelayanan publik.Penyelenggara wajib
jahteraan rakyat. Munir Fuady menyatakan,16 mengikut sertakan masyarakat dalam penye-
Hubungan antara partisipasi masyarakat dengan lenggaraan pelayanan publik sebagai upaya
demokrasi memuat unsur-unsur sebagai beri- membangun sistem penyelenggaraan pelayanan
kut. Pertama, pemahaman yang jelas oleh war- publik yang adil transparan dan akuntabel.
ga negara tentang berbagai hal yang perlu dike- Endang Larasati menyatakan,17 bahwa re-
tahui; kedua, adanya wadah para warga negara formasi kebijakan dalam penyelenggaraan pela-
dan masyarakat sipil (civil society) mendiskusi- yanan publik harus tetap berorientasi pada de-
15
mokratisasi. Kebijakan penyelenggaraan pela-
Rahendro jati, “Partisipasi Masyarakat dalam Proses
Pembentukan Undang-undang yang Responsif” Jurnal yanan publik harus tumbuh dan berkembang se-
Rechtsvinding Media Pembinaan Hukum Nasional, Vol. 1
No. 3 Edisi Desember 2012, Jakarta: Pusat Penelitian 17
Endang Larasati, “Reformasi Pelayanan Publik (Public
dan Pengembangan SHN BPHN, hlm 329. Services Reform) dan Partisipasi Publik”, Dialogue,
16
Munir Fuady, 2009, Konsep Negara Demokrasi, Jakarta: Jurnal Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik, Vol.5
PT Refika Aditama, hlm. 36. No.2 Edisi 2008, Semarang: Universitas Diponegoro,
hlm. 264.
Model Demokrasi dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (Studi Otonomi Daerah... 453

suai dengan potensi lokal (local wisdom, local preventif maupun perlindungan hukum refresif
cultural) sehingga birokrasi pelayanan publik memiliki makna memberikan perlindungan ke-
akan mengakar kuat. seiring dengan itu, demo- pada masyarakat agar terlindungi dengan pe-
kratisasi yang terus berproses di tengah masya- rangkat-perangkat hukum.
rakat harus menjadi orientasi birokrasi pelaya- Perlindungan hukum bagi masyarakat di-
nan publik yang akan dibentuk. Dengan demiki- lakukan agar hak-hak maupun kewajiban ma-
an, birokrasi pelayanan publik berjalan seiring syarakat dalam memperoleh pelayanan terpe-
dengan benih demokrasi didaerah, sesuai de- nuhi diantaranya hak atas kebenaran isi standar
ngan local culture dan local wisdom dalam ke- pelayanan; hak mendapat tanggapan terhadap
hidupan masyarakat suatu bangsa. pengaduan yang diajukan; hak mendapat advo-
Endang Larasati berpendapat18 bahwa kasi, perlindungan, dan/atau pemenuhan pela-
pentingnya struktur pengaturan pelayanan pub- yanan; hak atas memberitahukan penyeleng-
lik untuk dicermati dan dibenahi lebih detail gara untuk memperbaiki pelayanan apabila pe-
kasus demi kasus dalam berbagai sektor pelaya- layanan yang diberikan tidak sesuai dengan
nan, sementara pengaturan pelayanan publik standar pelayanan; hak mengadukan pelaksana
masih dirasakan gamang hanya sekedar meme- yang mengadukan penyimpangan standar pela-
nuhi tuntutan tugas dan peraturan. Pengaturan yanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan
tentang tertib pelayanan publik, masih terse- kepada penyelenggara dan ombudsman; dan
bar-sebar dalam berbagai peraturan yang ter- hak untuk mendapat pelayanan yang berkuali-
fragmentasi secara sektoral dan tak menggam- tas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan.
barkan koherensi yang logis, apalagi masing- Terbitnya Undang-undang Nomor 25 Ta-
masing bersandar pada standar yang berbeda- hun 2009 tentang Pelayanan publik adalah da-
beda, telah menjadikan pelayanan publik yang lam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
ada di Indonesia saat ini tetap berada pada sesuai dengan perundang-undangan, bagi setiap
suatu kondisi yang unmanageable. Pendapat warga negara dan penduduk atas barang, jasa
Larasati menggambarkan pentingnya peraturan- atau pelayanan administratif yang diselengga-
peraturan hukum yang mengatur pelayanan rakan oleh penyelenggara pelayanan publik se-
publik antara satu dengan yang lain saling men- bagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 1 pe-
dukung untuk mewujudkan suatu kepastian hu- ngaturan ini, Dapat dilihat dari teori yang ber-
kum/tidak ambigu yang dijadikan sebagai pedo- kaitan erat dengan masyarakat yaitu melihat
man yang dapat memberi perlindungan hukum bagaimana bekerjanya hukum di dalam masya-
kepada masyarakat sebagai penerima pelayan- rakat seperti yang dikemukakan oleh William J.
an publik. Chambliss and Robert B. Seidman, yang melihat
Penerima pelayanan selain mempunyai bekerjanya hukum di dalam masyarakat dida-
hak dan kewajiban, juga mendapat perlindung- sarkan pada dua konsep yang berbeda yaitu
an hukum dari peraturan-peraturan yang ber- konsep tentang ramalan-ramalan mengenai aki-
kaitan dengan pelayanan publik. Istiana Heria- bat-akibat (prediction of consequences) yang
na,19 mengatakan Perlindungan hukum bagi ma- dikemukakan oleh Lundberg dan Lansing tahun
syarakat dalam memperoleh pelayanan publik 1973 dan konsep Hans Kelsen tentang aspek
oleh pemerintah melalui perlindungan hukum rangkap dari suatu peraturan hukum.20
Teori bekerjanya hukum di dalam masya-
18 rakat jika diterapkan pada Model demokrasi da-
Endang Larasati, “Pelayanan Publik dan Demokrasi da-
lam kehidupan berbangsa dan bernegara”, Dialogue lam Peningkatan pelayanan publik, menggam-
Jurnal Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik, Vol. 5
barkan 4 (empat) unsur yang saling berkaitan
No. 1 Edisi 2008, Semarang: Universitas Diponegoro,
hlm.104.
19
Istiana Heriana, “Perlindungan Hukum Terhadap Hak
20
Masyarakat dalam memperoleh pelayanan Publik oleh William J. Chambliss and Robert B. Seidman dalam
Pemerintah Daerah”, Jurnal Ilmu-ilmu Social Socio- Ronny Hanitijo Soemitro,1989, Perspektif Sosial dalam
scientia, Vol. 5 No. 1 Edisi Februari 2013, Kalimantan: Pemahaman Masalah-Masalah Hukum, Semarang: CV
Uniska Muhammad Arsyad Al-Banjary, hlm. 49. Agung, hlm. 23.
454 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

sangat erat.21 Pertama, setiap peraturan hu- an publik bahwa lembaga pembuat peraturan
kum menunjukkan tentang bagaimana peme- (law making institution) dalam membentuk dan
gang peranan (role occupant) harus bertindak; menyusun peraturan atau kebijakan bersama-
kedua, bagaimana pemegang peranan itu akan sama masyarakat dalam bentuk partisipasi se-
bertindak sebagai respons terhadap peraturan hingga dapat terjadinya hubungan komunikasi
hukum merupakan fungsi peraturan hukum yang antara pembuat peraturan dengan masyarakat
ditujukan pada sanksi-sanksinya, aktivitas dari (stakeholders). Lembaga penerap sanksi yang
lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan terdiri dari aparat birokrasi juga dipengaruhi
kompleks kekuatan sosial, politik dan lain-lain- faktor sosial-personal selaku pengontrol terha-
nya mengenai dirinya; ketiga, bagaimana lem- dap pelayanan publik yang berkualitas. Jika
baga-lembaga pelaksana itu akan bertindak se- ternyata ada indikasi bahwa pelayanan publik
bagai respon terhadap peraturan hukum meru- yang dilaksanakan oleh aparat birokrasi memi-
pakan fungsi peraturan-peraturan hukum yang liki kualitas rendah, hal ini disebabkan karena
ditujukan kepada mereka sanksi-sanksinya, ke- aparat birokrasi tidak melaksanakan tugasnya
seluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, melayani masyarakat secara optimal. Selanjut-
politik dan lain-lainnya mengenai diri mereka nya pemegang peran masyarakat (stakeholders)
serta umpan-umpan balik yang datang dari para dalam sistem demokrasi bertindak sebagai sub-
pemegang peranan; dan keempat, bagaimana jek yaitu dapat memberikan respon sebagai
para pembuat undang-undang itu akan bertin- umpan balik baik kepada pembuat peraturan
dak merupakan fungsi peraturan-peraturan (law making institution) dan kepada penerap
yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi- sanksi.
sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan-ke- Berdasarkan uraian diatas maka penera-
kuatan sosial, politik, ideologis dan lain-lainnya pan model demokrasi dalam meningkatkan kua-
yang mengenai diri mereka serta umpan-umpan litas pelayanan publik yang dikaitkan dengan
balik yang datang dari pemegang peranan serta pengertian awal demokrasi yaitu pemerintahan
birokrasi. Keempat unsur diatas dapat diketa- dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Pe-
hui setiap anggota masyarakat sebagai peme- merintahan dari rakyat adalah pemerintahan
gang peranan ditentukan tingkah lakunya oleh negara itu mendapat mandat dari rakyat untuk
pola peranan yang diharapkan baik oleh norma- menyelenggarakan pemerintahan, pemerintah-
norma hukum maupun kekuatan-kekuatan di an oleh rakyat yaitu pemerintahan negara itu
luar hukum. dijalankan oleh rakyat, dan pemerintahan un-
Teori bekerjanya hukum di dalam masya- tuk rakyat maksudnya pemerintahan itu meng-
rakat tersebut, mencerminkan penerapan se- hasilkan dan menjalankan kebijakan-kebijakan
buah demokrasi dimana masyarakat sebagai pe- yang diarahkan untuk kepentingan dan kese-
megang peran (role occupant)merupakan faktor jahteraan rakyat.
penting dalam pembentukan peraturan perun- Penerapan model demokrasi mengandung
dang-undangan. Selain itu unsur kekuatan sosial arti bahwa penyelenggaraan desentralisasi dan
yang ada dalam masyarakat menekan lembaga otonomi daerah berkaitan dengan pelayanan
pembuat hukum berupa tuntutan-tuntutan un- publik menuntut adanya partisipasi dan keman-
tuk memecahkan masalah yang ada di dalam dirian masyarakat daerah untuk ikut serta me-
masyarakat. Akhirnya lembaga penegak hukum ngambil kebijakan.
bekerja membuat peraturan yang bertujuan Ada dua hal yang menjadi point pada
mengatur masyarakat agar menjadi lebih baik. Model demokrasi dalam peningkatan kualitas
Teori bekerjanya hukum di dalam masya- pelayanan publik. Pertama, lembaga pembuat
rakat tersebut jika dihubungkan dengan model peraturan selaku penyelenggara pemberi pela-
demokrasi dalam peningkatan kualitas pelayan- yanan (pemerintah) harus bersikap terbuka,
transparansi, tidak diskriminatif dalam menyu-
21 sun dan menetapkan standar pelayanan dan
Ibid, hlm. 27.
Model Demokrasi dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (Studi Otonomi Daerah... 455

wajib mengikut sertakan masyarakat dan pihak pada masyarakat pengguna pelayanan; memilki
terkait agar kebijakan publik sesuai dengan ke- kompetensi sesuai dengan jenis pelayanan yang
butuhan dan kepentingan masyarakat; dan ke- bersangkutan; mengedepankan musyawarah,
dua, pemegang peran (stakeholders) selaku pe- mufakat dan keberagaman masyarakat. Keikut-
nerima layanan memiliki posisi setara dengan sertaan keterlibatan masyarakat dalam proses
lembaga pembuat peraturan, maksudnya ma- penyelenggaraan pelayanan publik merupakan
syarakat memiliki kedudukan selain sebagai ob- faktor utama dan penting yang memberi penga-
jek juga sebagai subyek. Disatu pihak stakehol- ruh dalam membuat kebijakan yang sesuai de-
ders sebagai obyek melaksanakan peraturan ngan kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
yang dibuat oleh pemerintah. Selain hal itu, Lembaga pelaksana/aparat birokrasi me-
stakeholders juga sebagai subjek yang memiliki nerima dan menindak lanjuti respons dari ma-
hak untuk ikut berpartisipasi dalam mengambil syarakat, baik berupa masukan maupun penga-
kebijakan seperti yang dinyatakan dalam Pasal duan selain itu aparat birokrasi harus selalu
96 UU Nomor 12 Tahun 2011 yang mengatur meningkatkan kemampuan dan kinerja guna
bahwa masyarakat berhak memberikan masuk- meningkatkan kualitas pelayanan kepada ma-
an secara lisan dan/atau tertulis dalam pem- syarakat. Kontrol masyarakat tehadap penye-
bentukan peraturan perundang-undangan”. Ma- lenggara pelayanan publik akan memberikan
sukan secara lisan dan tertulis dapat dilakukan dampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan
dengan: rapat dengar pendapat umum; kun- dan kepentingan masyarakat. Ketiga unsur ter-
jungan kerja; sosialisasi; dan seminar lokakarya sebut saling berkaitan erat merupakan sebuah
dan diskusi. sistem yang saling bersinergi. Jika salah satu ti-
Selanjutnya Pasal 40 Peraturan Pemerin- dak berjalan dengan baik akan menimbulkan
tah Nomor 96 Tahun 2012 tentang pelaksanaan ketidakseimbangan yang dapat memberi penga-
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang ruh pada peningkatan kualitas pelayanan pub-
pelayanan publik menegaskan penyelenggara lik.
wajib mengikutsertakan masyarakat dalam pe-
nyelenggaraan pelayanan publik sebagai upaya Penutup
membangun sistem penyelenggaraan pelayanan Simpulan
publik yang adil, transparan dan akuntabel. Pe- Ada beberapa simpulan yang bisa dipetik
ngikut sertaan masyarakat dalam pelayanan dari pembahasan terhadap permasalahan yang
publik sebagaimana ditentukan dalam Pasal 41 telah diuraikan, terutama berkaitan dengan
mencakup keseluruhan proses penyelenggaraan kendala dalam penerapan model demokrasi
pelayanan publik yang meliputi: penyusunan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik.
kebijakan pelayanan publik; penyusunan stan- Pertama, pasca reformasi tindakan pemerintah
dar pelayanan; pengawasan dan evaluasi pe- daerah/penyelenggara pelayanan publik bersi-
nyelenggaraan pelayanan publik; dan pemberi- kap tertutup, sikap penyelenggara yang seha-
an penghargaan. Keikutsertaan masyarakat da- rusnya pada posisi melayani masyarakat/mela-
lam pelayanan publik disampaikan dalam ben- yani apa yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini
tuk masukan, tanggapan, laporan atau penga- yang terjadi justru sebaliknnya, penyelenggara
duan kepada penyelenggara dan atasan lang- dilayani masyarakat, sehingga timbul asumsi
sung penyelenggara atau pihak terkait sesuai bahwa institusi pelayanan identik dengan pe-
dengan ketentuan peraturan perundang-un- layanan yang tidak responsif, berbelit-belit,
dangan atau media massa. Penyelenggara wajib lamban, biaya tinggi, keadaan ini adalah akibat
memberikan informasi kepada masyarakat me- dari pengaruh sistem sentralistik yang bersikap
ngenai tindak lanjut penyelesaian masukan, top down. Keadaan ini mengakibatkan tidak
tanggapan dan laporan atau pengaduan. Selain terjalinnya komunikasi yang baik antara penye-
itu, keikutsertaan masyarakat dalam pelayanan lenggara dan masyarakat yang berkepentingan
publik mengacu pada prinsip: terkait langsung sehingga kebijakan pelayanan publik tidak se-
456 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

suai dengan kebutuhan masyarakat. Keadaan Ketiga, sanksi yang tegas bagi penyeleng-
ini menimbulkan rendahnya kualitas pelayanan gara pelayanan publik jika memberikan pela-
publik. yanan yang tidak sesuai dengan standar pelaya-
Kedua, menetapkan standar pelayanan nan dan melanggar larangan yang telah diatur
publik, tidak sensitif terhadap kebutuhan dan dalam perundang-undangan, sanksi diberikan
kepentingan masyarakat, sehingga dalam pene- dalam benyuk teguran tertulis, penurunan
rapan pelayanan menimbulkan kesenjangan pangkat lebih rendah selama satu tahun sampai
yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kepen- dengan pembebasan dari jabatan dan pember-
tingan masyarakat, faktor evaluasi sangat pen- hentian dengan tidak dengan hormat, selanjut-
ting untuk mengetahui penyebab timbulnya ke- nya untuk perbuatan melawan hukum yang di-
senjangan. Dalam Pasal 20 masyarakat dan pe- lakukan oleh penyelenggara dalam bentuk tin-
nyelenggara pelayanan publik melakukan disku- dak pidana yang dijatuhkan sanksi berdasarkan
si, musyawarah, dan menerima masukan dari keputusan pengadilan. Keempat, masyarakat
masyarakat dapat dijadikan bahan untuk per- berhak mengontrol dan menyampaikan penga-
baikan dalam upaya meningkatkan kualitas pe- duan atau keluhan jika pelayanan yang diteri-
layanan publik agar sesuai dengan harapan ma- ma tidak sesuai dengan harapan yang telah di-
syarakat. janjikan oleh pemerintah/pemberi pelayanan.
Ketiga, kemampuan birokrasi yaitu petu-
gas yang menyediakan pelayanan publik bagi Daftar Pustaka
masyarakat, masih belum bersikap netral kare-
Almigo, Nuzsep. “Hubungan antara Kepuasan
na masih dipengaruhi oleh kepentingan-kepen- Kerja dengan Produktivitas kerja Karya-
tingan politik dan ekonomi tertentu (kepenting- wan”. Jurnal Psyche. Vol. 1 No. 1 Edisi
an daerah). Keempat, kontrol masyarakat dan Desember 2004. Palembang: Fakultas Psi-
pengaduan masyarakat belum berjalan optimal kologi Bina Darma.
karena masyarakat belum banyak mengetahui Atbar, Samuel. ”Pengaruh Prilaku Birokrasi ter-
bahwa masyarakat mempunyai hak untuk mela- hadap kualitas Layanan Publik pada Dis-
trik Semangga”. Jurnal Societas Fisip.
kukan pengawasan dan pengaduan dengan me- No. 1 Jilid. 1 Edisi April 2012. Merauke:
nyampaikan keluhan-keluhan apabila penye- Universitas MUSAMUS;
lenggara melakukan penyimpangan dari muatan Fuady, Munir. 2009. Konsep Negara Demokrasi.
/substansi standar pelayanan. Jakarta: PT Refika Aditama;
Heriana, Istiana. “Perlindungan Hukum Terha-
Saran dap Hak Masyarakat dalam memperoleh
Sebagai saran, model demokrasi dalam pelayanan Publik oleh Pemerintah Dae-
peningkatan kualitas pelayanan publik harus rah”. Jurnal Ilmu-ilmu sosial Socios-
cientia. Vol. 5 No. 1 Edisi Februari 2013.
memuat beberapa indikator. Pertama, sikap
Kalimantan: Uniska Muhammad Arsyad
keterbukaan dan transparan dari Lembaga yang Al-Banjary;
membentuk peraturan daerah tentang pelayan-
Isa, Ruli. “Efektivitas Organisasi Kecamatan
an publik dalam menerima masukan-masukan dalam Pelayanan Publik setelah menjadi
dari masyarakat/kelompok yang berkepenting- perangkat Daerah”. Jurnal Inovasi. Vol.6
an sehingga dapat mengakomodir kebutuhan No.4 Edisi Desember 2009. Universitas
dan kepentingan masyarakat, yang dimulai se- Negeri Gorontalo;
jak membuat naskah akademik sampai menyu- Jati, Rahendro. “Partisipasi Masyarakat Dalam
sun draft, sampai evaluasi. Kedua, masyarakat/ Proses Pembentukan Undang-undang
yang Responsif”. Jurnal Rechtsvinding
stakeholders ikut menyusun dan menetapkan Media Pembinaan Hukum Nasional. Vol. 1
standar pelayanan mulai dari menyusun draft No. 3 Edisi Desember 2012. Jakarta: Pu-
awal sampai dengan evaluasi, keputusan diam- sat Penelitian dan Pengembangan SHN
bil dengan mengutamakan musyawarah untuk Badan Pembinaan Hukum Nasional;
mencapai mufakat.
Model Demokrasi dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (Studi Otonomi Daerah... 457

Larasati, Endang. “Pelayanan Publik dan Demo- 2011. Madiun: Fakultas Hukum Univer-
krasi dalam kehidupan berbangsa dan sitas Merdeka;
bernegara”. Dialogue Jurnal Ilmu Ad- Widodo, Joko. 2001. Good Governance; Telaah
ministrasi dan Kebijakan Publik. Vol. 5 dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol
No. 1 Edisi 2008. Semarang: Universitas Birokrasi Pada Era Disentralisasi dan
Diponegoro; Otonomi di Daerah. Surabaya: Insan Cen-
-------. “Reformasi Pelayanan Publik (Public dekia;
Services Reform) dan Partisipasi Publik Widyastuti, Mita. “Transparansi dalam Penye-
Dialogue.” Jurnal Ilmu Administrasi dan lenggaraan Pelayanan Publik”. Jurnal
Kebijakan Publik. Vol. 5 No. 2 Edisi 2008. LPPM Paradigma. Vol. 10 No. 2 Edisi De-
Semarang: Universitas Diponegoro; sember 2009. Bekasi: Universitas Islam.
Maani, Karjuni Dt. “Transparansi dan Akunta-
bilitas dalam Pelayanan Publik“. Jurnal
Ilmiah Politik Kenegaraan. Vol. VIII No. 1
Edisi Oktober 2009. Padang: Universitas
Negeri Padang;
Malau, Hasbullah. “Menyoal Pelayanan Publik
yang Berkualitas di Era Otonomi Daerah”.
Jurnal Ilmiah Politik Kenegaraan. Vol.
VIII No. 1 Edisi Oktober 2009. Universitas
Negeri Padang;
Monoarfa, Heryanto. “Efektivitas dan effisiensi
Penyelenggaraan Pelayanan Publik: suatu
tinjauan Kinerja Lembaga Pemerinta-
han“. Jurnal Pelangi Ilmu. Vol. 05 No. 01
Edisi 2012. Gorongtalo: Universitas Nege-
ri Gorontalo;
Mou, Erland. “Kualitas Pelayanan Publik di Dae-
rah Sebuah Kajian Teoritis”, Jurnal UNI-
ERA. Vol. 2 No. 2 Edisi 2013. Universitas
Halmahera.
Soemitro, Ronny, Hanitijo. 1989. Perspektif So-
sial dalam Pemahaman Masalah-Masalah
Hukum. Semarang: CV. Agung;
Steers, M Richard. 1985. Efektivitas Organisasi
(Kaidah Prilaku). Jakarta: Erlangga;
Suwitri, Sri. “Pelayanan publik dan kebijakan
Otonomi Daerah di Indonesia”. Jurnal
Dialogue Jurnal Ilmu Administrasi dan
Kebijakan Publik (JIAKP). Vol. 1 No. 1
Edisi Januari 2004. Semarang: Universitas
Diponegoro;
Usman, Jaelan. “Manajemen Birokrasi Profesio-
nal dalam Meningkatkan Pelayanan Pub-
lik”. Jurnal Otoritas Ilmu Pemerintahan.
Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2011. Makasar:
Universitas Muhammadiyah;
Wahyudi, Andi. “Urgensi Komunikasi dalam Me-
nunjang Efektivitas Pelayanan Publik”.
Jurnal Borneo Administrator. Vol. 6 No.
3 Edisi 2010. Samarinda: PKP2A III LAN;
Wahyudi, H.Alwi. ”Peran Strategis Birokrasi da-
lam menentukan Pelayanan Publik”. Jur-
nal Konstitusi. Vol. 1 Nomor. 1 Edisi Juni

Anda mungkin juga menyukai