Anda di halaman 1dari 8

Arsitektur Postmodern adalah arsitektur yang menyatu-padukan Art dan

Science, Craft dan Technology, Internasional dan lokal yang merupakan hasil
perkembangan sumber daya manusia terhadap arsitektur modern.
A. Pemikir Penting dalam Arsitektur Post-modern
Charles Jenks, yang merupakan seorang tokoh pencetus lahirnya post-modern
menyebutkan 3 alasan yang mendasari lahirnya periode post-modernisme, yaitu:
1. Kehidupan kita saat ini sudah beralih dari era dunia yang serba terbatas menuju era
dunia yang tanpa batas. Perkembangan ini disebabkan oleh cepatnya informasi serta
komunikasi dan tinggi daya tiru manusia (instant electism) akan suatu hal.
2. Canggihnya teknologi memungkinkan dihasilkannhya produk –prod uk yang bersifat
pribadi, lebih dari sekedar produksi missal dan tiruan missal (mass production and
mass repition) yang merupakan ciri khas era modernism
3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah, yang
dimana dalam era modern nilai-nilai tradisional sudah banyak ditinggalkan bahkan
mulai dilupakan.

Pada tahun 1958 tokoh awal arsitektur post-modern, Charles Jencks, menerbitkan
buku yang cukup terkenal di USA yaitu buku berjudul: The Failure of Modern
Architecture . Dalam bukunya, Jencks mengemukakan berbagai alasan dan bukti-bukti
bahwa terjadi ‘kegagalan-kegagalan’ dalam gerakan arsitektur modern. Beberapa alasan
dan bukti-bukti tentang adanya kegagalan dalam aliran arsitektur modern ini antara
lain:

1. Kebosanan akibat tampilan-tampilan bentuk yang cenderung seragam/serupa.


2. Kebosanan akibat tampilan/ekspresi bentuk yang terkungkung oleh prinsip efisiensi dan
efektivitas bentuk dalam arsitektur.
3. Kebosanan akibat munculnya keseragaman/kemiripan tampilan bentuk dengan alasan
mengangkat ciri kesederhanaan.
4. Tiada atau hilangnya identitas tempat atau lokasi – akibat penekanan bentuk-bentuk
kubisme dan geometrik.
5. Tiada atau hilangnya identitas tempat atau lokasi – akibat penetapan/pemilihan bentuk-
bentuk yang rasional-goemetris tanpa melihat pada aspek sejarah atau lokalitas.
6. Terkungkungnya tampilan bentuk yang cenderung dikuasai oleh produk-produk massal
akibat proses industrialisasi.
Pada tahun 1958-1979, prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah perancangan dalam
arsitektur modern, mulai digugat dan digoncang oleh reaksi pemikiran/aliran/filsafat
post-modernisme dalam arsitektur, misalnya:
1. Simplicity of Form (Kesederhanaan Bentuk) dari Mies Van de Rohe, yang mendapat
reaksi berupa Complexity of Form (Kerumitan Bentuk) dan Diversity of Form
(Keragaman Bentuk).
2. Less in More (Sederhana itu Indah) dari Mies Van de Rohe, mendapat reaksi Less is
Bore (Sederhana itu Suatu Kebosanan).
3. Regularity of Form (Keseragaman Bentuk) akibat prinsip-prinsip kesederhanaan,
mendapat reaksi Form with Identity (Bentuk dengan Identitas).
4. Geometric of Form (Bentuk-bentuk Geometrik) akibat pemikiran rasionalisme dalam
hal efisiensi dan efektivitas bentuk, menimbulkan akibat kebosanan-kebosanan
tampilan bentuk dalam arsitektur, dan menimbulkan reaksi berupa susunan bentuk-
bentuk yang menumpuk atau berlipat (kolase).
Lalu,adapun ciri-ciri atau klasifikasi dari arsitektur post-modernisme, yaitu :

 Double-coding of Style : Gabungan unsur-unsur modern dengan unsur lain (vernacular,


local, komersial, konstektual); memperhatikan nilai-nilai yang dianut arsitek dan
penghuni atau masyarakat awam juga nilai nilai sejarah
 Popular and Popularist: Tidak terikat oleh aturan atau kaidah tertentu, mempunyai
tingkat fleksibilitas tinggi, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
 Semiotic Form : Bentuknya mempunyai tanda makna dan tujuan sehingga
penampilannya sangat mudah
 dipahami. Tradition and Choice : Mengandung nilai-nilai tradisi yang penerapannya
disesuaikan dengan maksud dan tujuan perancang.
 Artist / Client : mengandung dua hal pokok yang menjadi tuntutan perancang yaitu
bersifat seni (intern) dan bersifat umum (ekstern) sehingga mudah dipahami.
 Elitist and Participative: menonjolkan kebersamaan serta mengurangi sikap
keangkuhan.
 Piecemeal : penerapan unsur-unsur dasar (history, vernacular, lokasi, dll)Architect as
representative and activist : Arsitek berfungsi sebagai wakil penerjemah ide kepada
perencana dan secara aktif berperan serta dalam perancangan

B. Aliran dan tokoh beserta karyanya


Di dalam buku yang berjudul Evolutionary Tree karya Charles Jencks,
dituliskan setidaknya ada 6 aliran arsitektur post modern diantaranya sebagai berikut :
1. Aliran Historicism
Pemakaian elemen-elemen klasik (misalnya Ionik, Doric, dan Corinthian) pada
bangunan, yang digabungkan dengan pola-pola modern. Arsitek yang menganut aliran
ini diantaranya Aero Saarinen, Phillip Johnson, Robert Venturi, Kisho Kurokawa,
Kyonori Kikutake.
Ciri-ciri aliran historicism adalah :
 Menggunakan kembali elemen-elemen dekorasi khususnya dekorasi gaya lama yang
memiliki nilai sejarah
 Meskipun menggunakan bentuk ala gaya lama Namun penyelesaian atau teknik
pembuatannya dilakukan dengan cara yang lebih modern
 Memperhatikan proporsi elemen-elemen bangunan misalnya meniru proporsi kolom
ionic, doric dan corinthians yang berasal dari arsitektur klasik
 Menggunakan konsep dan detail arsitektur lama secara utuh
 Mempertimbangkan unsur sejarah terhadap proporsi, bentuk, warna maupun bahan
yang digunakan.

Contoh Bangunan :

AT & T Office Building


Arsitek : Phillip Johnson
Tahun : 1984
Lokasi : New York

2. Aliran Straight Revivalism


Pembangkitan kembali langgam neo-klasik ke dalam bangunan yang bersifat
monumental dengan irama komposiis yang berulang dan simetris. Arsitek yang
menganut aliran ini diantaranya Mario Botta, Raymond Erith, Aldo Rossi, Monta
Mozuna, Hassan Fathy, Quinlan Terry, Francois Spoery, dan Ricardo Bofill.

Ciri-ciri aliran historicism adalah :

 Desain arsitektural yang memasukkan unsur sejarah arsitekturnya,


 Tidak menghilangkan langgam yang sudah ada di masyarakat sejak lama seperti
Renaissance, Gothic, Roman dan gaya lama lainnya.
 Penggunaan ornamen dan dekorasi yang lebih sedikit dari liran historism
 Menampilkan kembali sejarah untuk menimbulkan sesuatu yang baru
 Kombinasi antara seni dan fungsi dalam bangunan
 Filosofi berada di atas fungsionalitas, mengurangi kecenderungan fungsional
Arsitektur Modern
 Melihat bangunan lebih kepada aspek makna, sejarah dan regional, misal sejarah
bangunan lama dilibatkan dalam desain bangunan baru
 Merupakan nilai-nilai masyarakat atau gambaran kesopanan dan fungsi yang
diaplikasikan sepanjang gaya arsitektur.
 Berkonsentrasi pada abstraksi bangunan, perancangan dengan ekspresi sistem
proporsi dan keyakinan sistem religius.
 Konsisten dengan gerakan arsitektur modern namun pengertian fungsi bermakna
berbeda.
 Mengacu secara rasional pada sejarah dan tradisi guna memperoleh basis baru dalam
perancangan.

Contoh Bangunan :
San Cataldo Cemerty
Arsitek : Aldo Rossi
Tahun : 1971
Lokasi : Modena,Italia

3. Aliran Neo Vernakular


Menghidupkan kembali suasana atau elemen tradisional dengan membuat
bentuk dan pola bangunan lokal. Arsitek yang menganut aliran ini diantaranya Arsitek
yang menganut aliran ini diantaranya
Ciri-ciri aliran Neo-Vernakular :

 Selalu menggunakan atap bumbungan


 Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga
lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada
tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan
permusuhan.
 Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)
 Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan
budaya dari arsitektur barat.
 Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi
yang lebih vertikal.
 Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang
terbuka di luar bangunan.
 Warna-warna yang kuat dan kontras

Contoh Bangunan :

Leicester University Engineering Building


Arsitek : Leon Krier & James Stirling
Tahun : 1963
Lokasi : Leicester, Inggris
4. Aliran Kontekstualisme
Memperhatikan lingkungan dalam penempatan bangunan sehingga didapatkan
komposisi lingkungan yang serasi. Aliran ini disebut juga dengan urbanism. Arsitek
yang menganut aliran ini diantaranya Lucien Kroll, Leon Krier, James Stirling.
Ciri – ciri aliran kontekstualisme :

 Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar


 Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain - lain terhadap
bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu tempat
 Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada
Contoh Bangunan :

Leice
ster
Univ
ersity
Engin
eerin

5. Aliran Metafora dan Metafisikal


Mengekspresikan secara eksplisit dan implisit ungkapan metafora dan
metafisika ke dalam bentuk bangunan. Arsitek yang menganut aliran ini diantaranya
Stanley Tigerman, Antonio Gaudi, Mimoru Takeyama, Jorn Utzon.
Contoh Bangunan :
Sydney
Opera
House
Arsitek :
Jorn Utzon

6. Aliran Postmodern Space


Memperlihatkan pembentukan ruang dengan mengkomposisikan komponen
bangunan itu sendiri. Arsitek yang menganut aliran ini diantaranya Peter Eisenman,
Robert Stern, Charles Moore, Kohn, Pederson-Fox.
Contoh Bangunan :

Aronoff
Center for
Design and
Art
Arsitek :
Peter

Anda mungkin juga menyukai