Anda di halaman 1dari 16

MPKT-A

Manusia Sebagai Bagian Dari Masyarakat

HG 2
Ranti Safa Marwa | 1906350295
Icha Tiara Devi Febrianti | 1906350300
Nurrachda Hanafi | 1906292553
Nur Indah Iriana | 1906398074
Fanny Viandini Rahayu | 1906349255
Muhammad Arifin Ramzy Lubis | 1906397866
Jonathan Christian | 1906397885

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
2019

i
DAFTAR ISI
Halaman

Cover dan Judul............................................................................................................ i


Daftar Isi ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2
A. Hakikat Kebudayaan Sebagai Bukti Keunggulan Manusia................................ 2
B. Internalisasi Kebudayaan..................................................................................... 5
C. Dinamika Masyarakat Dan Kebudayaan............................................................. 6
D. Kebudayaan Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Manusia................................. 7
E. Menuju Masyarakat Berperadaban..................................................................... 11
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia selain sebagai makhluk sosial, juga dikenal sebagai makhluk yang
berbudaya yaitu makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk
menciptakan kehidupan yang bahagia dan sejahtera dimana pada hakikatnya
merupakan sesuatu yang baik, benar dan adil. Hanya manusia yang dapat mencapai
indikator menjadi manusia berbudaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang serta diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab
tantangan hidupnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena menjalani
hidup sesuai dengan adab-adab yang diterapkan dan dipengaruhi lingkungan sekitar.
Oleh karenanya, manusia harus bersosialisasi dan memenuhi adab-adab yang telah
disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya. Orang-orang yang tidak menjalankan
atau menentang adab yang berlaku akan dianggap manusia yang biadab. Seiring
dengan perkembangan pengetahuan dan peradaban, terjadilah evolusi budaya yang
menyebabkan terdapat perubahan tatanan kehidupan manusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT KEBUDAYAAN SEBAGAI BUKTI KEUNGGULAN MANUSIA


I. FUNGSI DAN HAKIKAT KEBUDAYAAN
Kebudayaan memiliki fungsi sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Selain itu kebudayaan juga berfungsi sebagai pedoman, seperti mengatur
bagaimana manusia seharusnya bertindak serta menentukan bagaimana sikap yang
seharusnya diterapkan ketika akan berhubungan dengan manusia lainnya dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat.
Hakikat kebudayaan yang dijelaskan oleh Soekanto, yaitu : Kebudayaan
terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia; Kebudayaan sudah ada sebelum
lahirnya manusia, meskipun bisa saja kebudayaan lahir dari manusia masa kini
yang dapat disaksikan atau dialami oleh manusia yang telah lahir sebelum
kebudayaan itu ada; Kebudayaan diperlukan oleh manusia; Kebudayaan mencakup
aturan-aturan mengenai kewajiban, tindakan yang diterima atau ditolak, tindakan
yang dilarang atau yang diizinkan; dan Kebudayaan bersifat dinamis.
Kebudayaan terus mengalami perkembangan dengan berbagai tujuan
seperti : Menguasai dan memanfaatkan unsur-unsur yang terdapat di alam semesta
untuk keperluan hidup; Mengembangkan kreativitas, rasa indah atau keindahan
(estetika), serta komunikasi dengan sesama; Mengatur kehidupan bersama melalui
tata aturan sopan santun atau tata susila; mengembangkan ilmu pengetahuan; dan
Memiliki pegangan hidup antarsesama, serta aturan “pergaulan” dengan Sang
Pencipta. 3

Kebudayaan dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tempat dan


waktu. Berdasarkan perbedaan tempat ada kebudayan asli yang merupakan
kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa tersebut, selain itu juga ada kebudayaan
asing yang merupakan kebudayaan yang menunjukkan cara pandang masyarakat
kebudayaan tertentu terhadap kebudayaan yang berkembang di luar
masyarakatnya. Sedangkan menurut waktunya dibagi menjadi kebudayaan masa
lalu dan masa sekarang. Adanya perbedaaan tumbuh kembang (dinamika)
kebudayaan dan terjadinya inovasi yang berbeda-beda, menyebabkan kebudayaan
masa lalu (klasik) dianggap sebagai kebudayaan yang tidak sesuai dengan masa

2
kini, sedangkan kebudayaan masa kini (modern) dianggap sebagai kebudayaan
yang sesuai dengan zaman.
II. DEFINISI KEBUDAYAAN
Dalam istilah bahasa Inggris, kata yang sepadan dengan kebudayaan, yaitu
culture, diambil dari bahasa latin colere yang berarti “mengolah, mengerjakan”
terutama mengolah tanah atau bertani (Koentjaraningrat, 2009:146). Istilah culture
ini terkait dengan pengalaman pertama kali manusia menemukan cara bercocok
tanam dengan menggunakan irigasi (pertanian).
Pengertian kebudayaan yang umumnya dikenal oleh masyarakat
Indonesia adalah yang dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Sulaeman Sumardi,
yaitu semua hasil karya, rasa, cipta, dan karsa masyarakat (Soekanto, 1990:189).
Definisi kebudayaan, menurut Bapak Antropologi Indonesia, Koentjaraningrat
(2009:144), adalah keseluruhan ide atau gagasan, tingkah laku, dan hasil karya
manusia dalam rangka hidup bermasyarakat yang diperolehnya dengan cara
belajar.

III. TIGA WUJUD KEBUDAYAAN


Menurut Koentjaraningrat, ada tiga wujud kebudayaan, yaitu:
1. Wujud Pertama (Ide)
Wujud ini sifatnya abstrak, karena ada dalam pikiran manusia. Ide atau
gagasan ini akan mempengaruhi hasil kebudayaan. Disebut dengan cultural
system.
2. Wujud Kedua (Tindakan)
Wujud ini disebut dengan social system. Sifatnya konkret, yang artinya
dapat dilihat dengan indera, dapat diobservasi, dan didokumentasikan dengan
foto atau video.
3. Wujud Ketiga (Artefak)
Wujud ini berupa hasil karya manusia yang berwujud fisik atau
artefak. Wujud kebudayaan ini merupakan wujud yang paling konkret dan
dijadikan indikator dalam menilai kemajuan kebudayaan suatu masyarakat.
Ketiga wujud kebudayaan itu saling berkaitan dan berhubungan. Hasil
karya manusia pasti merupakan hasil aktivitas manusia yang lahir dari suatu ide
atau gagasan. Kemudian, suatu gagasan akan memiliki arti jika diketahui oleh
manusia lainnya dan direalisasikan melalui suatu karya yang bermanfaat.
4

IV. SISTEM KEBUDAYAAN UNIVERSAL


Meskipun kebudayaan yang dimiliki manusia di seluruh dunia beraneka
ragam, namun menurut C. Wissler (Koentjaraningrat, 2009:299), terdapat cultural
universals yang dapat dijumpai pada setiap masyarakat, seperti : Sistem organisasi
sosial; Sistem mata pencaharian; Sistem teknologi; Sistem pengetahuan; Kesenian;
Bahasa; dan Religi.

V. UNSUR UNIVERSAL KEBUDAYAAN


Setiap unsur kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu ide, tingkah laku,
serta wujud fisik. Maka dari itu, setiap unsur kebudayaan dapat diamati dari ketiga
wujudnya. Unsur-unsur kebudayaan dalam suatu masyarakat tidak mengalami
perkembangan dalam waktu bersamaan. Unsur kebudayaan seperti teknologi
sangat cepat dan mudah mengalami perubahan, sedangkan unsur kebudayaan
seperti religi sangat sukar dan lambat mengalami perubahan. Ketika perubahan
suatu unsur kebudayaan tidak terjadi pada ketiga wujudnya, akan terjadi culture
lag atau keterlambatan kebudayaan.
Contoh culture lag adalah ketika terjadi perubahan pada ide dalam
menentukan waktu yaitu menggunakan angka, lahir wujud fisik bernama jam,
tetapi aktivitas manusianya masih menentukan waktu berdasarkan kurnan pagi,
siang, sore dan malam maka pembuatan jam tersebut tidak dapat diterapkan dalam
budaya. Agar culture lag tidak terjadi, Poerwanto (2008:180) menyarankan agar
seseorang selalu belajar tentang kebudayaan melalui proses internalisasi, sosialisasi
dan enkulturasi.
5

B. INTERNALISASI KEBUDAYAAN
Menurut Koentjaraningrat (2009), internalisasi adalah proses panjang seorang
individu menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi
yang diperlukannya, sepanjang hidupnya, sejak ia dilahirkan sampai menjelang ajalnya.
Sedangkan menurut KBBI, kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal
budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.

Perasaan dasar manusia seperti rasa lapar, rasa nyaman, rasa aman, dan lainnya,
diturunkan secara genetik, tetapi semua hal tersebut dapat berkembang seiring
berjalannya waktu sejak manusia dilahirkan sampai ajal menjelang. Contohnya ketika
seorang bayi menangis, seorang ibu akan refleks memberikannya air susu dan setelahnya
tangis bayi tersebut berhenti. Tangisan bayi merupakan sebuah ekspresi sedangkan
pemberian air susu oleh ibu merupakan sebuah respon. Namun tangisan bayi bukan
hanya tentang merasa lapar, bisa juga karena bayi tersebut merasa kedinginan atau
kepanasan. Dari satu ekspresi yaitu tangisan, tercipta berbagai arti yang harus dimengerti
seorang ibu dengan baik agar dapat memberikan respon yang tepat. Proses tersebut
dipelajari seorang ibu secara terus menerus sehingga semua hal yang ia alami sebagai
suatu reaksi dan tanggapan yang diterimanya menjadi bagian dari kepribadian individu.

Marmawi Rais (2012) menyatakan bahwa : “Proses internalisasi lazim lebih cepat
terwujud melalui keterlibatan peran-peran model (role-models). Individu mendapatkan
seseorang yang dapat dihormati dan dijadikan panutan, sehingga dia dapat menerima
serangkaian norma yang ditampilkan melalui keteladanan. Proses ini lazim dinamai
sebagai identifikasi (identification), baik dalam psikologi maupun sosiologi. Sikap dan
perilaku ini terwujud melalui pembelajaran atau asimiliasi yang subsadar (subconscious)
dan nir-sadar (unconscious).” Dapat disimpulkan bahwa proses internalisasi dapat lebih
mudah dilakukan seseorang apabila seseorang tersebut memiliki peran model atau
seseorang yang dapat dijadikan contoh.
6

C. DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN


Kebudayaan yang dimiliki masyarakat dapat terus berkembang dan didukung oleh
anggota masyarakat lainnya. Kebudayaan itu diwariskan, baik secara vertikal maupun
secara horizontal. Secara vertikal, kebudayaan dapat diwariskan dari generasi ke
generasi; adapun secara horizontal kebudayaan disebarkan dengan melalui pertemuan
antarindividu dan antar masyarakat.

1. Difusi dan Migrasi Manusia

Ada sebuah teori mengenai cultural universe (kebudayaan yang ada di


masyarakat seluruh dunia) nama teorinya adalah teori difusi yaitu teori mengenai
persebaran kebudayaan yang dibawa sekelompok masyarakat dalam bermigrasi.

Migrasi adalah suatu proses perpindahan sekelompok atau beberapa kelompok


manusia dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam proses berpindah itulah, manusia
membawa kebudayaannya dan ditiru oleh masyarakat yang ditemuinya. Masyarakat
migran inilah yang merupakan agen-agen penyebar kebudayaan

2. Asimilasi dan Akulturasi

Asimilasi merupakan penghilangan budaya dengan menghilangkan budaya awal.


Akulturasi merupakan peleburan budaya, budaya awal dicampur budaya baru kedua
budaya tidak hilang, biasanya terjadi pada over culture (budaya yg mudah diubah)

3. Inovasi dan Penemuan

Inovasi merupakan kegiatan penemuan yang baru yang berbeda dari yang
sudah ada/atau yang sudah dikenal sebelumnya, baik berupa gagasan, metode,
maupun alat.

Hasil inovasi-inovasi itulah yang telah membawa sebuah penemuan dalam


perubahan dan kemajuan, tidak hanya bagi negara dan bangsa, namun juga perubahan
bagi negara dan bangsa di seluruh dunia.
7

D. KEBUDAYAAN DALAM BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA


I. RAS, ETNIS, DAN KEBUDAYAAN
A. Ras
Ras merupakan pengelompokan berdasarkan ciri biologis dan bukan ciri
kebudayaan. Secara umum di dunia terdapat 4 golongan ras, yakni Mongoloid,
Negroid, Kaukasoid dan Ras khusus. Ras Kaukasoid, merupakan ras yang
sebagian besar mendiami wilayah di benua Eropa dan Inggris Raya. Ciri yang
paling menonjol secara umum adalah warna kulitnya yang putih.
Ras Mongoloid merupakan ras manusia yang sebagian besar menetap di
Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur
Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara,
Amerika Selatan dan Oseania. Ras Mongoloid secara umum memiliki tubuh
yang lebih kecil dari ras Kaukasoid. Pada umumnya berambut hitam dan lurus
dan bermata sipit.
Ras ketiga adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika di
wilayah selatan Gurun Sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika
Utara, Amerika Selatan, dan juga Eropa. Adapun, ras keempat adalah ras
khusus, yaitu ras manusia yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras
pokok, antara lain: Bushman, Veddoid, Polynesian, serta Ainu
B. Etnis,
Etnis yang sering disebut bangsa atau suku bangsa adalah suatu
kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan lain berdasarkan akar dan
identitas kebudayaaan. Kita ketahui di Indonesia sendiri terdiri dari berbagai
suku bangsa dari Sabang sampai Merauke, yang memiliki keunikan masing
masing. Contohnya adalah Suku Jawa, Suku Madura, dan Suku Batak serta
masih banyak lagi.
C. Kebudayaan 8

Kebudayaan adalah merupakan ciri pembeda antaretnis. Kebudayaan


yang berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat dan
menyangkut nilai-nilai yang dianutnya merupakan faktor pembeda suatu etnis
dengan etnis lainnya. Sebagaimana diketahui, perbedaan kebudayaan yang
dipraktikkan di dalam kelompok masyarakat yang berbeda telah menimbulkan
diferensiasi kultural, maka dapat dipahami bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang heterogen, dengan keragaman budaya yang dimiliki oleh kelompok-
kelompok etnis atau suku bangsa di wilayah Indonesia. Bahkan, sejalan dengan
perbedaan politik yang terjadi, kelompok etnis Melayu, hanya menjadi suku
bangsa di Indonesia yang memiliki kesederajatan yang sama dengan etnis
lainnya.
II. KEBUDAYAAN DAN EKONOMI
Proses pembentukan masyarakat dan perkembangannya tidak terlepas dari
aspek ekonomi. Masyarakat terbentuk karena keinginan untuk secara bersama-
sama (berkooperasi) memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan sumber daya
yang tersedia. Pemenuhan kebutuhan dengan membentuk masyarakat akan lebih
cepat (hemat waktu), efisien (hemat sumber daya atau lebih banyak hasil), dan
kualitas yang lebih baik (akibat spesialisasi yang menghasilkan ketrampilan/skill).
Demikian pula, perkembangan masyarakat di suatu lokasi bergeser dari
masyarakat berburu dan peramu menjadi masyarakat post-industri, dari masyarakat
tradisional menjadi masyarakat modern, dari masysrakat perdesaan menjadi
masyarakat perkotaan, dan sebagainya. Perkembangan ini terjadi karena perubahan
cara pemenuhan kebutuhan dan kondisi yang ada pada sumber daya pemenuh
kebutuhan tersebut.
Di dalam suatu masyarakat di suatu lokasi terbentuklah perekonomian
yang dalam lingkup makro meliputi struktur ekonomi (economic structure), sistem
ekonomi (economic system), pembangunan ekonomi (economic development), dan
performa ekonomi (economic performance). Struktur ekonomi menggambarkan
kondisi perekonomian di suatu masyarakat berupa kontribusi dari setiap sektor
yang ada. Kontribusi dalam hal ini bisa berupa sumbangan terhadap pendapatan
total masyarakat atau bisa juga dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan bagi
anggota masyarakat.
Sektor dalam hal ini diartikan sebagai segmentasi perekonomian dalam hal:
a. Lokasi (perdesaan dan perkotaan),
b. Lapangan usaha (pertanian, industri, dan jasa),
c. Bentuk hukum usaha (formal dan non-formal),
d. Pelaku usaha (swasta, kooperasi, dan publik),
e. Cara pengelolaan usaha (tradisional dan modern).
Sistem ekonomi apa pun yang bentuknya yang dianut, meliputi aspek-
aspek berikut:
1) Value system: Sistem nilai yang dipergunakan masyarakat. Sistem nilai
yang dianut bisa berupa sistem nilai utilitarian, egalitarian, syariah,
Pancasila, atau sistem nilai lainnya. 9

2) System of objectives: Tujuan yang ingin dicapai masyarakat yang


berupa kesejahteraan (welfare), keadilan (justice), pemerataan
(equality), kebebasan (liberty), stabilitas (stability), dan perlindungan
terhadap lingkungan hidup.
3) System of ownership: Sistem pemilikan sumber daya oleh masyarakat.
Pemilikan sumber daya bisa berupa pemilikan bersama (common
ownership), swasta (private ownership), public (public ownership)
kooperatif (cooperative ownership).
4) System of incentives: Sistem insentif dalam kegiatan ekonomi
masyarakat yang dapat berupa insentif materi (uang, barang, atau jasa),
atau insentif moral, atau insentif berupa kekuasaan, atau insentif bentuk
lainnya.
5) System of coordination/allocation: Sistem alokasi sumber daya dan
hasil-hasil kegiatan ekonomi masyarakat dengan cara tradisi,
mekanisme pasar bebas, atau dengan perencanaan komando dan
perencanaan terpimpin.
Sistem ekonomi pada lingkup makro yaitu :
1. Sistem nilai utilitarian adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai
yaitu kesejahteraan . Kesejahteraan diukur dari kepuasan atau
kebahagiaan yang diperoleh masing-masing individu dari
mengkonsumsi barang dan jasa.
2. Sistem nilai egalitarian adalah merumuskan tujuan juga kesejahteraan
tetapi berkeadilan bagi seluruh masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini,
pemilikan oleh publik dan kooperasi lebih dominan dengan insentif
moral juga dipergunakan, serta sistem alokasi dengan perencanaan.
3. Sistem nilai syariah adalah merumuskan tujuan-tujuan masyarakat
sebagai kesejahteraan lahir-batin sesuai aturan-aturan Tuhan yang
tertuang dalam Alquran dan Alhadis.
4. Sistem nilai Pancasila adalah sistem nilai ekonomi yang dirumuskan
oleh pendiri Bangsa Indonesia yang sudah selayaknya yang
dipergunakan dalam sistem ekonomi sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam kelima silanya. 10

Pembangunan ekonomi sering diartikan sebagai pembangunan


infrastruktur, baik infrastruktur fisik (bangunan, jalan, pelabuhan, pasar, dan
sebagainya) maupun infrastruktur sosial (pendidikan, kesehatan, kebudayaan,
keamanan, pertahanan, dan sebagainya). Sejatinya pembangunan ekonomi adalah
membangun manusia yang bermartabat, berdaya-guna, dan mandiri.
Berbagai indikator performa ekonomi dapat digunakan dalam mengukur
tingkat perekonomian yaitu
1. Pendapatan per kapita yang dihitung dari gross domestic product
percapita (GDP). Pertumbuhan ekonomi pertahun dihitung dari GDP
harga konstan atau nilai riil sehingga menggambarkan peningkatan
produksi nasional secara makro.
2. Human development index (HDI) atau indeks pembangunan manusia
(IPM) yang dikeluarkan oleh PBB (UNDP). Ukuran performa lainnya
dihitung oleh berbagai institusi internasional.
3. Indeks korupsi (corruption perception index) dikeluarkan oleh
Transparency International untuk lebih dari 160 negara di dunia.
Dengan memahami perekonomian beserta aspek-aspeknya secara baik
maka setiap anggota masyarakat akan dapat menentukan sikap dan tindakannya
dalam setiap keadaan yang ada. Saat ini Indonesia berada pada peringkat ke-100
dari hampir 200 negara di dunia, dengan angka GDP sebesar US$10.517 di tahun
2014 (dihitung dengan kurs purchasing power parity). Hal ini berarti Indonesia
berada pada kelompok negara-negara berpendapatan menengah.
11

E. MENUJU MASYARAKAT BERPERADABAN


Kebudayaan dengan peradaban sering disamakan karena dari keduanya
terdapat kemiripan unsur-unsur yang dibahas. Namun pada dasarnya terdapat
perbedaan dari keduanya misal semua masyarakat memiliki kebudayaan, namun tidak
semua masyarakat dapat mencapai peradaban. Sistem organisasi sosial terdiri dari
masyarakat sederhana dan masyarakat kompleks. Masyarakat kompleks misal
masyarakat bangsa. Menurut Huntington (2001), Peradaban dapat tercapai jika
kebudayaan suatu masyarakat suku bangsa telah membawa masyarakat pada suatu
tingkatan yang disebut “maju” oleh masyarakat lainnya. Menurut Koentjaraningrat
(2009: 146) istilah peradaban dipadankan dengan “civilization” yaitu unsur dari
kebudayaan yang halus, maju, dan indah; atau kebudayaan bersistem teknologi, ilmu
pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan dari masyarakat kota
yang maju dan kompleks.
Peradaban merupakan bagian dari kebudayaan, keduanya dibedakan dalam hal
kualitas yaitu berdasarkan ketinggian dan keluhuran hasil-hasil kebudayaan yang
dicapai masyarakat. Ada beberapa masyarakat bangsa yang telah mencapai
peradaban, dan ada yang belum mencapai perabadan. Pada umumnya, peradaban
mengacu kepada suatu yang “maju”, “modern”, dan “tinggi”; contohnya Amerika dan
negara-negara Barat yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
bagi bangsa kita. Pasang surut peradaban masyarakat bangsa sebelumnya dalam
keadaaan tertinggal, dapat menjadi bangsa yang maju dan mencapai kebudayaan
tinggi /peradaban. Sebagai contoh, sampai dengan abad ke-18 M, Amerika Serikat,
sebagai sebuah negara, belum diperhitungkan menjadi negara maju di dunia. Pada
awal abad ke-20 kemajuan yang dicapai masyarakat Amerika Serikat telah
menjadikan negara itu sebagai kekuatan dominan di dunia. Kondisi sebaliknya dapat
terjadi, negara yang telah mencapai peradaban pada masa lampau, namun hancur dan
tenggelam pada saat ini misal peradaban Mesopotamia, Mesir, Persia, Yunani,
Romawi, India, Cina, Jepang, Arab, dan lain sebagainya, yang telah menjadi bukti
sejarah kemajuan peradaban masyarakat.
Dalam sejarah Indonesia, kemajuan kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Malaka,
dan sebagainya, menjadi salah satu titik peradaban masyarakat bangsa ini. Maka
pahami keberadaan diri sebagai pribadi (individu) yang memiliki keunikan dan
kebebasan berkreasi, agar dapat menunjukkan kebermanfaatan bagi masyarakat,
bangsa, negara, dan dunia dengan mengembangkan kebudayaan yang tinggi. Hingga
pada gilirannya, bangsa kita dapat berdiri dengan gagah dan menjadi penegak
peradaban dunia.
BAB III
PENUTUPAN

1. Kesimpulan
Kebudayaan yang ada dan telah diwariskan secara turun temurun memiliki
nilai-nilai yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, dengan seiring perkembangan
jaman tentunya sebagai manusia yang berperadaban akan mengalami banyak
perubahan-perubahan yang terjadi. Kebudayaan pun dengan adanya perubahan
tersebut akan mengalami evolusi sehingga terjadi adanya perkembangan budaya di
seluruh dunia bukan hanya negara indonesia. Maka dari itu dengan adanya perubahan
tersebut perlu diperhatikan kembali agar sebagai masyarakat yang berpradaban harus
dapat menyaring dan pintar memilih budaya yang baik bagi diri sendiri. Sehingga
perlu dibarengi adanya perkembangan moral pribadi masing-masing individu. Budaya
baru merupakan suatu inovasi namun jangan meninggalkan budaya lama karena itu
merupakan warisan bangsa yang perlu dilestarikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Meliono, I., dkk. (2017). Buku Ajar MPKT A. 2nd ed. Depok: Universitas Indonesia.
2. Repository.unpas.ac.id. (n.d.). [online] Available at: http://repository.unpas. ac
.id/15928/4/BAB%20II.pdf [Accessed 23 Oct. 2019].
3. Setiawan E. Arti kata budaya - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online [Internet].
Kbbi.web.id. 2019 [cited 24 October 2019]. Available from: https://kbbi.web.id/budaya
4. RR Humannira. [Internet]. Repository.unpas.ac.id. 2016 [cited 24 October 2019].
Available from: http://repository.unpas.ac.id/13175/5/BAB%202.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai