Anda di halaman 1dari 8

RESUME

“Subjek, Objek, dan Metode Kajian Hukum Adat”

Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas UTS Resume


Mata Kuliah Hukum Adat Kelas B

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Dominikus Rato S.H., M.Si.
Pratiwi Puspitho Andini, S.H., M.H.

DI SUSUN OLEH:
Faizatush Shidqiyah (190710101276)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
Hasil resume:

 Pengertian:
Hukum adat merupakan sistem di dalam hukum Indonesia tradisional yang tidak tertulis dan
juga hukum yang tidak dikodifikasikan dalam kitab undang undang hukum yang tidak tertulis.
Hukum adat sering disinonimkan sebagai “Hukum Kebiasaan”. Namun pada hakikatnya
kedua hal tersebut tidak sama. Karena Hukum Adat (adatrecht) merupakan hukum asli
Bangsa Indonesia yang sebagian besar tidak tertulis dan juga berasal dari hukum melayu-
polynesia dan terdapat hukum agama juga. Sedangkan Hukum Kebiasaan (gewoonterecht)
adalah hukum yang sudah menjadi kebiasaan dan berada di seluruh masyarakat dunia.
 Pengertian-Pengertian:
1. Doktrin (Pandangan Ahli Sejarah) :
Hukum adat bukanlah hukum negara, tapi hukum masyarakat. Hukum adat tidak
tertulis; yang tertulis ialah hukum negara. Hukum tertulis dibuat oleh lembaga negara.
Hukum adat tidak dibuat oleh lembaga negara, tapi oleh warga masyarakat sendiri dan
tidak memiliki kodifikasi.
2. Ter Haar :
Budaya hukum orang Belanda adalah budaya hukum tertulis, legisme. Hukum adat
timbul apabila ada reaksi dari masyarakat. Hukum adat adalah seluruh atau segenap
adat istiadat yang menjelma dalam keputusan-keputusan kepala adat, fungsionalis
adat, atau dari warga masyarakat sendiri, dan keputusan ini harus bersifat spontan.
Ia menganggap adat istiadat belum tentu hukum adat, tetapi hukum adat sudah pasti
adat istiadat. Jika tidak ada keputusan, hanya akan menjadi adat istiadat saja, karena
tidak memiliki sanksi yang kuat.

Adat —> Reaksi —> Keputusan —> Sanksi Hukum —> Hukum Adat
(Teori Keputusan/Beslissingensleer)
Keputusan ini bersifat spontan
karena didasarkan pada nilai-
nilai yang berlaku di
masyarakat. Kalau sudah
melalui keputusan itu, maka
sudah bisa dikatakan sebagai
hukum adat. Apabila nilai-
nilai dalam masyarakat
berubah maka hukumnya pun
berubah.!
Ter Haar menganggap adat
istiadat belum tentu hukum
adat, tetapi hukum adat
sudah pasti adat istiadat. !
Apabila tidak ada keputusan,
hanya menjadi adat istiadat
saja, karena tidak
memiliki sanksi yang kuat.
Tidak semua adat istiadat
adalah hukum adat, tapi
seluruh hukum adat adalah
adat istiadat. Demi kepastian
hukum, harus ada
dikotomi yang jelas antara
hukum adat dan adat istiadat.!
Adat —> Reaksi —>
Keputusan —> Sanksi
Hukum —> Hukum Adat!
Teori ini dkenal sebagai Teori
Keputusan/Beslissingensleer.!
Banyak yang tidak menyetujui
pendapat Ter Haar, karena
kita tidak mengenal
hukum adat, hanya adat.
Tidak ada dikotomi antara
adat dengan hukum adat.
“Hukum” itu sendiri bahkan
bukan bahasa kit Keputusan ini bersifat spontan karena didasarkan
pada nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Kalau sudah melalui keputusan itu, maka sudah bisa dikatakan
sebagai hukum adat. Apabila nilai-nilai dalam masyarakat berubah maka hukumnya pun berubah.!Ter Haar
menganggap adat istiadat belum tentu hukum adat, tetapi hukum adat sudah pasti adat istiadat. !Apabila tidak
ada keputusan, hanya menjadi adat istiadat saja, karena tidak memiliki sanksi yang kuat. Tidak semua adat
istiadat adalah hukum adat, tapi seluruh hukum adat adalah adat istiadat. Demi kepastian hukum, harus ada
dikotomi yang jelas antara hukum adat dan adat istiadat.!Adat —> Reaksi —> Keputusan —> Sanksi Hukum —>
Hukum Adat!Teori ini dkenal sebagai Teori Keputusan/Beslissingensleer.!Banyak yang tidak menyetujui
pendapat Ter Haar, karena kita tidak mengenal hukum adat, hanya adat. Tidak ada dikotomi antara adat
dengan hukum adat. “Hukum” itu sendiri bahkan bukan bahasa kita.

 Dasar perundang-undangan (Wettelijke Grondslag):


Pasal 131 ayat (2) ub b I.S. (Indische Staatsregeling) sebagai peraturan perundangan yang
berlaku untuk pelaksanaan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Jadi dasar Perundang-undangan
berlakunya Hukum Adat berasal dari zaman Kolonial Belanda dan masih tetap berlaku hingga
saat ini (Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 19 Tahun 1964) adalah ketentuan diatas.
Karena menurut UUD 1945 maupun UUDS 1950 yang pernah berlaku, masih belum adanya
dibuat suatu peraturan.
Dalam Pasal 131 ayat (2) sub b I.S. disebutkan bahwa bagi golongan hukum penduduk
Indonesia asli ( pribumi ) dan Golongan penduduk Timur Asing berlaku Hukum Adat mereka.
Namun jika diperlukan untuk keadaan sosial maka hukum adat yang dapat ditentukan bagi
mereka: Hukum Eropa; Hukum Eropa yang diubah: Hukum bagi beberapa golongan bersama-
sama; Hukum Baru: Hukum yang dimana gabungan antara Hukum Adat dan Hukum Eropa. 
Selain pasal 131, Indische Staatregeling juga memuat suatu ketentuan perundang-undangan
mengenai berlakunya Hukum Adat yaitu Pasal 134 ayat (2) I.S. yang mengatakan bahwa:
“Dalam hal timbul perkara Hukum Perdata antara orang- orang Muslim dan Hukum Adat mereka
meminta penyelesai- annya, maka penyelesaian pertama perkara tersebut diselenggarakan oleh
Hakim Agama, kecuali jika Ordonasi telah telah menetapkan lain.” 

 Proses Terbentuknya Hukum Adat:


1. Sosiologis :
 Interaksi antar manusia;
 Timbul Pengalaman/Pengamatan (Baik/Buruk);
 Adanya pola berpikir;
 Timbulnya sikap menjadi sebuah perilaku yang menjadi kebiasaan;
 Kebiasaan yang berulang-ulang menimbulkan norma.

2. Yuridis :
 Melalui cara, menjadi sebuah kebiasaan;
 Adanya tata kelakuan menjadi sebuah adat istiadat.

 Objek Hukum Adat:

Objek yang ada dalam Hukum Adat adalah Norma Hukum Adat yang berisi tentang hak dan
kewajiban dari subjek hukum adat. Hak merupakan kewenangan yang diberikan oleh hukum
untuk mempunyai dan menikmati objek hak ( benda-benda berwujud dan benda tidak
berwujud).

Masyarakat adat sebagai subjek hukum adat memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan
hukum adat. Disini, hak dan kewajiban yang sebagai objek dari hukum adat menjamin hak dan
kewajiban masyarakat untuk melakukan adat sesuai dengan tradisi adat istiadatnya.

 Subjek Hukum Adat:


Subjek dari hukum adat yaitu manusia yang mana bisa personal/pribadi, maupun masyarakat
adat (kumpulan dari pribadi-pribadi).

1. Masyarakat Hukum Adat.

Hukum Adat Indonesia, senantiasa tumbuh dari suatu kebutuhan hidup yang nyata, cara hidup
dan pandangan hidup yang keseluruhan- nya merupakan kebudayaan masyarakat tempat Hukum
Adat itu berlaku. Hukum Adat itu adalah suatu segi kebudayaan Indonesia, adalah pancaran dari
jiwa dan struktur masyarakat Indonesia. F.D Hollman Menyimpulkan adanya 4 (empat) sifat
umum Hukum Adat Indonesia yang hendaknya di pandang juga sebagai suatu kesatuan. Keempat
corak tersebut adalah : 

 Religio Magis / Magic Religius 

 Komunal / Commune trak 

 Kontan / Contant 

 Konkrit / Visuil 

2. Manusia (Personal/Pribadi)
Personal/Pribadi sudah memiliki hak dan kewajiban dalam sebagai subjek hukum adat.
Ada beberapa macam hak disini yaitu:
1. Hak Asasi = hak yang sudah diberikan sejak lahir.
2. Hak Hukum = Hak yang diberikan oleh Hukum (Adat )
 Hak Personal = Hak Milik
 Hak Komunal = Hak Pakai = Masyarakat (society)
 Hak Kolektif = Komunitas = Masyarakat Hukum Adat.

Macam-macam kewajiban:

1. Kewajiban sebagai personal


2. Kewajiban sebagai anggota masyarakat
 Anggota masyarakat = Kewajiban Komunal.
 Anggota komunitas = Kewajiban Kolektif.

 Metode Hukum Adat:

Hukum adat menggunakan metode yang harus dipahami. Karena hukum adat bersifat holistik
atau, antara norma-norma dalam masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain. (tidak
seperti Hukum Eropa). Hukum adat merupakan bagian dari sebuah kultur/budaya dalam
perdaban manusia, maka hal itu tidak dapat dipisahkan. Hukum adat juga merupakan bagian
dari kehidupan sosial masyarakat, yang mana juga terdapat produk interaksi masyarakat
sehingga tidak dapat dipisahkan antara dengan sosial/budaya masyarakat pendukungnya.

Metode yang digunakan lainnya adalah pencarian. Masyarakat sebagai subjek, merupakan
sumber utama dalam hukum adat yang mana masyarakat adalah pendukung utama. Menurut
Volkgeeist, Hukum tidak dibuat tetapi ia hidup dan berkembang di dalam masyarakat.

Daftar Pustaka.

Nugroho, Sigit Sapto. 2016. Pengantar Hukum Adat Indonesia. Solo: Pustaka Istizam.
Rato, Dominikus. 2015. Hukum Adat Kontemporer. Surabaya: LaksBang Justitia Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai