Anda di halaman 1dari 14

Akar-akar Kanan daripada Nasionalisme Indonesia:

Nasionalisme Jawa dalam konteks kesejarahannya


Farabi Fakih
Staf Pengajar Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Abstrak
This papers explores the thoughts of Javanese nationalists during the early phase of Indonesian
nationalism. It will specifically look into the ideas of Tjipto Mangoenkoesoemo and Noto Soeroto as
prototypes of new nationalist sentiments that grew during a period of intense revolutionary fervor,
marked by the rise of marxism and fascism throughout the world. By looking at these factors, it
wants to situate the global roots of Indonesian nationalism and contextualize Indonesian nationalist
history within the global development of the early twentieth century.

Kata kunci: Nasionalisme Jawa, Pergerakan Nasional, Marxisme, Irasionalisme.

Pendahuluan abad ke-20 dan ketertarikannya pada ide-ide


irasional menyebabkan adanya paralel yang
Ini adalah artikel eksploratif mengenai akar-
kuat dengan gerakan-gerakan fasis yang
akar daripada nasionalisme Indonesia. Artikel
berkembang diberbagai tempat lain didunia.
ini berkembang dari ide yang diajukan oleh
Cara kita memahami sejarah dari
penulis pada karangan tesis MPhil-nya di
perkembangan nasionalisme di Indonesia akan
Universitas Leiden, yang sebagian sudah
diperkaya jika kita dapat menempatkannya
diterbitkan dalam jurnal BKI terbitan KITLV.
dalam konteks menguatnya dua tipe model
Tesis yang diajukan adalah bahwa akar-
hubungan negara dan bangsa yang berkembang
akar daripada nasionalisme Jawa itu dapat
pada awal abad ke-20. Artikel ini akan
ditemukan sebagai akibat daripada interaksi
membahas tiga pendekatan yang muncul dalam
Barat dengan Jawa sepanjang abad ke-
kalangan ningrat Jawa sebagai akibat daripada
19 dan produksi pengetahuan Barat yang
modernitas. Pertama, kemunculan pendekatan
menghantam legitimasi daripada kerangka
irasional yang didorong oleh ningrat konservatif
produksi pengetahuan Jawa. Yang menarik
macam Soetatmo Soerioekoesoemo. Kedua,
adalah bahwa akar-akar daripada nasionalisme
reaksi terhadap konservatisme ini lewat
Indonesia ditemukan bukan pada spektrum
pendekatan revolusioner lewat pengimporan
yang biasa ditempatkan: di-spektrum politik
analisis Marxis, seperti yang terjadi lewat
kiri, melainkan bahwa ia berkembang pada
kritikan Tjipto Mangoenkoesoemo. Dan
spektrum politik kanan. Spektrum kanan
terakhir, kita akan mengeksplorasi ide-
Indonesia, yang pertama kali berkembang
ide utama Noto Soeroto, sebagai anti-tesis
dalam bentuk nasionalisme Jawa, tetap
daripada ide-ide non-koperasi yang menguat
mempunyai cengkraman yang kuat dalam
di Indonesia.
nasionalisme Indonesia sekarang ini. Ada
usaha penerapan ide-idenya dizaman Orde Nasionalisme Indonesia itu berkembang
Baru. Akarnya yang berkembang diawal pada zaman ketika nasionalisme itu menguat

Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014


38 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

diseantero dunia. Mengikuti tren yang sama, kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan politik.
terjadi dorongan yang kuat pada spektrum Sementara reaksi pra-modern itu didasarkan
‘kanan’ dan ‘kiri’, i.e. yang sama-sama atas dorongan-dorongan tradisional atau
revolusioner (Griffin, 2007: 91-95, Roberts, 2010: irasional yang ephemeral dengan organisasi
183-201). Jika kita dapat menempatkannya yang sederhana dan rapuh (Blumberger, 1931).
dalam kondisi perkembangan ini, maka kita Tapi organisasi modern itu bereaksi
dapat menempatkan sejarah perkembangan terhadap modernitas yang sama. Modernitas
nasional Indonesia dalam konteks globalnya. dapat diartikan disini sebagai sebuah cara
Tahun-tahun 1918-1940 adalah masa penguatan pandang yang bertumpu pada rasionalitas, ilmu
spektrum kiri dan kanan yang diwakili oleh pengetahuan Barat, logika Barat dan berakar
Komunisme dan Fasisme. Griffin menyebutkan dari filsafat-filsafat yang berkembang di Barat
rapatnya akar-akar totalitarianisme Fasisme pada masa Pencerahan. Oleh karenanya,
dan Komunisme di Eropa (Griffin, 2007: pandangan modern ini seringkali terikat pula
63). Ekplorasi dari nasionalisme Indonesia dengan ide-ide yang mengangkat individu
harus mempertimbangkan aspek ini sebagai sebagai agen utama dunia.Sebagai sebuah
bagian dari sejarah global. Jika kita dapat program politik, Pencerahan yang berkembang
memahami dan memaklumi akar-akar beragam di abad ke-18 Barat itu menghasilkan dua
nasionalisme kita, maka sebagai bangsa reaksi besar terhadap ‘feodalisme’ ancien regime
kita dapat pula mengembangkan jiwa kritis yang berkuasa.Pertama adalah reaksi yang
dan rasa takut, takjub dan hormat terhadap berkembang di Inggeris dan menghasilkan apa
ideologi kebangsaan agar tidak digunakan yang disebut Liberal Klasik. Dalam pandangan
untuk tujuan-tujuan yang merugikan bangsa ini, feodalisme dapat dibatasi dengan
sendiri pula. Sebagai bagian daripada reaksi mengangkat hak individual dan membatasi
modernitas, kita harus mencoba mencari akar- peranan negara. Kedua adalah reaksi yang
akar kebangsaan itu pada puncak daripada berkembang dalam Revolusi Perancis yang
zaman modern dan liberal Eropa: pada abad menginginkan peran serta negara yang lebih
ke-19. besar sebagai pendorong perubahan-perubahan
progresif dalam masyarakat.Ini adalah akar
Produksi Pengetahuan Barat dan dari sosialisme yang menempatkan negara
Modernitas: Jawa Palsu? ataupun komunitas sebagai lembaga yang
dapat mengangkat harkat dan martabat
Pergolakan masyarakat di Indonesia pada
manusia (Outram, 2013: 1-9).
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 itu
Pada abad ke-19, liberalisme klasik
berkembang pesat. Petrus Blumbergen
mengalami masa kejayaan. Ide-ide utamanya:
menghitung beberapa reaksi ‘pra-modern’
hak asasi manusia, perdagangan bebas,
yang muncul: Ratu Adil, Saminisme serta
pembatasan negara menjadi night watchman
serangkaian revivalisme relijius yang berakar
state, tercapai diberagam tempat. Tetapi hal
pada permasalahan yang diakibatkan oleh
tersebut tidak terjadi di Hindia Belanda. Ide-
masuknya dunia modern ke-dalam lingkungan
ide liberal pertama kali diajukan oleh Reformis
terpencil dalam masyarakat Indonesia.
macam Dirk van Hogendorp ketika Belanda
Blumberger membagi hal itu dengan reaksi
dibawah Republik Bataafsche yang terpengaruh
yang modern dan terorganisir. Dalam hal
dengan ide-ide revolusi Perancis. Ketika Jawa
ini, reaksi organisasi modern tersebut adalah
dibawah Inggeris, Thomas Stanford Raffles
rasional dan fokus pada beragam kegiatan
berusaha memperkenalkan serangkaian
yang bertujuan mengangkat harkat dan
reformasi liberal yang bertujuan mengangkat
martabat anggotanya, serta mengembangkan
Farabi Fakih
Akar-akar Kanan daripada Nasionalisme Indonesia: Nasionalisme Jawa dalam konteks kesejarahannya 39

petani Jawa sebagai individu modern dengan lalu dengan karya seni dan budaya seperti
memberikan mereka hak milik atas tanah dan candi-candi megah ataupun literatur yang tua.
memonetisasi hubungan mereka dengan negara Tujuan utama Raffles adalah menunjukkan
dan masyarakat lewat pajak tanah. Reformasi orang Jawa sebagai ras yang penuh potensi
liberal awal abad ke-19 itu gagal dan van den dan yang bisa berkontribusi pada tingkat
Bosch lalu memperkenalkan serangkaian individual. Raffles adalah penganut ide-ide
aturan kepemilikan tanah dan kewajiban liberal Adam Smith dan percaya bahwa
kepada negara yang bersifat konservatif dan ketika diberi-tanggung jawab, ras Jawa akan
memperkuat struktur feodal Jawa. Walaupun dapat berperan serta dalam persehubungan
sistem tersebut dihentikan pada akhir abad bangsa-bangsa. Tapi dalam proses ini, Raffles
ke-19 dengan, akhirnya, berjayanya liberal mengangkat Jawa diatas beragam ras-ras di
klasik di Hindia Belanda, tapi struktur feodal Hindia Belanda lainnya (Raffles, 1815: 23-
pemerintahan pribumi malah diperkuat (lihat: 24; Raffles, 1965: 57). Dengan menempatkan
Furnivall, 2010). kehebatan Jawa, ia menempatkan ras dan
Pada saat ketika konservatisme politik budaya Jawa sebagai yang terpenting dan
menguat, ekspansi daripada produksi tertinggi di kepulauan Indonesia. Ini juga
pengetahuan Barat itu menggerus legitimasi terlihat pada diskusi mengenai beragam ras/
kekuasaan struktur feodal Jawa.Ilmu seperti etnis/budaya di Hindia yang diangkat oleh
etnologi ataupun linguistik berkembang pesat salah seorang ilmuan Belanda terkemuka,
dibawah arahan ilmuan-ilmuan Barat yang P.J. Veth.Dalam magnum opusnya, ras Jawa
bekerja di beragam lembaga pengetahuan yang ditempatkan dalam skala vertikal yang
muncul di Jawa. Penemuan akankeluarga tertinggi diantara ras-ras lain di Indonesia
bahasa merangsang pembentukan gambaran (Veth, 1907: 35-38, 56, 74, 216).Penempatan
global akan struktur rasial manusia dan, pada Jawa ini punya beragam maksud.Posisi ini
saat bersamaan, memberi posisi tiap-tiap akan diambil alih oleh sebagian ningrat Jawa
ras pada skala vertikal yang menandakan sebagai pembenaran daripada penguasaan
kecanggihan ataupun keprimitivan tiap ras. mereka terhadap pemerintahan pribumi.
Penemuan keluarga bahasa Indo-Eropa oleh Buat Raffles gambaran ini adalah untuk
Sir William Jones pada akhir abad ke 18 meyakinkan pentingnya mendorong orang Jawa
mengarah pada penemuan daripada ras Arya agar maju dan mandiri sesuai dengan ide-ide
atau ras kulit putih oleh Max Muller di Jerman liberal. Pada pertengahan abad ke-19, banyak
pada tahun 1840an. Indo-Eropa menempatkan daripada ide-ide didorong oleh kebutuhan
India sebagai salah satu pucuk daripada ras untuk membenarkan berjalannya feodalisme
Arya dan bahasa Sansekerta sebagai salah satu Jawa di Indonesia sebagai pendukung
pucuk dari bahasa dunia, setara dengan Yunani daripada struktur ketata-negaraan Hindia
dan Latin. (Edgerton, 1946: 230-239, Tull, 1991: Belanda, tetapi pada saat yang bersamaan,
27-58, Muller, 1888: 120, Ballantyne, 2002: 22- penjunjungan tinggi kebudayaan Jawa asli,
23, Errington, 2008: 84). yaitu Jawa adiluhung, digunakan sebagai cara
Naiknya India sebagai salah satu untuk mengkontraskan dengan kebudayaan
pucuk peradaban ras Arya menyebabkan populer Jawa sekarang yang didasari atas
sesuatu yang menarik pada Jawa. Jawa Islam. Jawa Adiluhung adalah Jawa tua yang
menempatkan posisi yang skizofrenik dalam Hindu-Buddha.Sementara Jawa sekarang
wacana pengetahuan kolonial.Thomas Stanford adalah Jawa lemah yang korup.Korupsi Jawa
Raffles dalam magnum opusnya, The History of diakibatkan karena berpindahnya Jawa dari
Java, menunjuk pada kejayaan Jawa dimasa Hindu-Buddha atau koneksi subordinatnya
40 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

kepada sebuah dunia India kepada peradaban ilmu pengetahuan Barat itu amat dashyat.
Islam dan hubungannya dengan dunia Semitik. Pada akhir abad ke-19, ningrat-ningrat Jawa
Pada sekitar 100 tahun terakhir kekuasaannya yang berkeinginan mempertahankan posisi
di Hindia Belanda, rasa takut akan hancurnya mereka sebagai punggawa koloni Hindia
proyek kolonial akibat dari serangan Jawa yang Belanda mulai mengirimkan anak-anak
didorong oleh fanatisisme Islam menghantui mereka ke sekolah Belanda.Banyak diantara
pemerintah dan masyarakat kulit putih atau mereka yang mengganti pandangan-dunia
Indo yang kecil itu. (world-view) mereka dengan menyesuaikan
Pada saat yang lain, dunia etnografi pada pandangan-dunia Barat yang lebih
Belanda mencibir posisi orang Jawa. Mereka superior.Ranggawarsita menjadi pujangga
digambarkan sebagai orang indolen atau kraton terakhir Jawa. Lebih menakjubkan
pemalas, yang tidak rasional dan penuh dengan lagi, cucu daripada golongan elit Jawa ini
takhayul, yang tidak mampu mengontrol nafsu pada akhirnya akan menolak kebudayaan
baik seksual ataupun lainnya.Pendekatan Jawa sehingga dalam transisi menuju negara
rasial yang semakin mencengkram wacana merdeka dan budaya nasional, budaya feodal
hubungan antar-manusia dalam masyarakat Jawa tersisihkan.
kolonial menyebabkan tergerusnya posisi orang Sementara itu penemuan sejarah kejayaan
Jawa atau kulit sawo matang dalam pergaulan masa lampau Jawa lewat ditemukannya
antar-manusia ataupun dengan negara.Rasa karya-karya lama macam Negarakrtagama
takut akan verindlandschendikalangan Indo menguatkan pelemahan Jawa sebagai akibat
diwujudkan dengan perasaan takut yang daripada Islamisasi serta memperkuat ide-ide
dalam akan hal seperti warna kulit, aksen bahwa Jawa butuh bimbingan orang-orang
bahasa Belanda yang baik dan tampilan luar Arya, yang dahulu kala diberikan oleh orang-
lainnya. Pandangan negatif akan masyarakat orang India lewat ‘kolonisasi’ mereka terhadap
dan manusia Jawa itu seringkali menyebabkan kepulauan Indonesia. Ide ini digunakan oleh
kritikan terhadap ilmuan-ilmuan Belanda beberapa orang Belanda untuk menyokong
dimana sanjungan terhadap budaya Jawa argumen bahwa keberadaan orang Belanda
dilihat sebagai suatu verinlandschen tersendiri di Indonesia sama dengan keberadaan orang
dari ilmu pengetahuan Barat di Indonesia India pada masa kejayaan Jawa dahulu kala.
(Buskens & Kommers, 2007: 358). Sejarah dan pengetahuan Jawa digunakan oleh
Ekspansi produksi pengetahuan Barat membenarkan keberadaan orang Belanda dan
khususnya pada akhir abad ke-19 mulai kolonisasi Jawa dan Indonesia.
menggerus produksi pengetahuan lokal.Brandes
menyangsikan kebenaran daripada babad Reaksi terhadap Hilangnya Adiluhung:
Jawa.Karena tercampurnya diskursus sejarah Irasionalisme
dengan mitologi orang Jawa, keseluruhan
Ekspansi daripada pendidikan di Indonesia
daripada korpus sejarah Jawa diragukan.Inti-
semenjak akhir abad ke-19 lebih banyak
inti dari peradaban Jawa itu diragukan ke-
mempengaruhi aristokrat Indonesia beserta
asliannya.Budaya Adiluhung Jawa dijadikan
anaknya, khususnya aristokrat Jawa.
hanya kopian daripada budaya India yang
Walaupun ada banyak protes sosial/ekonomi/
berakar daripada ras Indo-Eropa atau Arya.
politik terhadap keadaan kolonial di Jawa
Cerita utama peradaban Jawa; Ramayana
semenjak awal abad ke-19, protes tersebut
dan Mahabharata, merupakan impor dari
diekspresikan dalam bentuk tradisional macam
India. Serangan terhadap kesahihan akar-akar
gerakan-gerakan mileniaris atau ekspresi
budaya Jawa ini lewat ‘rasionalitas’ dan ‘logika’
tradisional akan ide-ide yang sama muncul
Farabi Fakih
Akar-akar Kanan daripada Nasionalisme Indonesia: Nasionalisme Jawa dalam konteks kesejarahannya 41

di Eropa macam gerakan Samin (King, 1973: akhir abad ke-19 macam Jerman dan Italia,
457-481). Dalam pantheon sejarah kebangkitan ada keinginan untuk menciptakan mitos-mitos
kebangsaan, Boedi Oetomo diangkat sebagai nasional baru.Pencarian terhadap ur-Jerman
titik awal daripada kebangkitan bangsa ataupun ur-Italia itu berlangsung bersamaan
Indonesia pada tahun 1908. Tetapi Boedi dengan naiknya imperialisme akhir abad
Oetomo adalah organisasi ningrat yang ke-19.Ekspresi pencarian kejayaan masa
banyak berisi anggota Pamongpradja beserta lalu kebangsaan itu bersifat romantis dan
anak-anak mereka. Lebih penting lagi, Boedi merupakan anti-tesis daripada rasionalitas
Oetomo adalah gerakan kebudayaan yang pencerahan.Bahkan, ada perayaan terhadap
mencoba menjawab permasalahan paling sifat irasional sebagai ekspresi kebebasan
pelik yang dihadapi oleh orang-orang Jawa daripada pengekangan cara-pandang
pada masa itu: eksistensi dan legitimasi pencerahan yang tidak dapat memberi makna
budaya Jawa dari serangan rasionalitas ilmu bagi kehidupan manusia kebanyakan (Lerner
pengetahuan Barat. Sepanjang dekade-dekade et.al, 1988: 809-844)
awal kebangkitan bangsa, serangkaian kongres Dalam kondisi inilah ningrat Jawa bangkit
kebudayaan diselenggarakan oleh Boedi untuk menjawab anomie yang ditimbulkan
Oetomo atau organisasi kebudayaan Jawa oleh produksi pengetahuan Barat. Rasa
lain guna menjawab tantangan modernisasi pesimis yang mendalam pada abad ke-19
masyarakat dan kebudayaan Jawa tanpa oleh kalangan ningrat Jawa itu digambarkan
harus menghilangkan akar-akar daripada dalam puisi terakhir Ranggawarsita. Tetapi
kebudayaan tersebut. Pada pandangan lebih pada abad ke-20, orang-orang Jawa yang
lebar lagi, pertanyaan mengenai bagaimana terbaratkan dan fasih berbicara dan berbahasa
menghadapi modernitas dan modernisasi ini Belanda dan bahasa Eropa lainnya, mulai
adalah masalah pelik yang dihadapi semua mendapatkan jawaban yang lain terhadap
umat manusia pada zaman ini. anomie itu. Mereka menemukan irasionalitas
Permasalahan akan penggerusan ‘mitos’ sebagai jawaban; khususnya dalam gerakan
yang disediakan oleh kepercayaan tradisional Teosofi.Nyonya Blavatski yang berasal dari
itu adalah fenomena global. Analisis rasional Rusia adalah penemu dari gerakan ini. Dalam
lewat ilmu pengetahuan menghancurkan serangkaian kitab yang diproduksinya,
fondasi pandangan-dunia yang dianggap tidak Blavatski menggambarkan sebuah dunia berisi
rasional.Hal itu termasuk pula pandangan- mahluk-mahluk yang berasal dari planet lain
dunia Kristen di Barat sendiri.Naiknya ras yang mengawasi manusia. Sebuah mitos baru
dan keluarga bahasa beriringan dengan diciptakan guna membangun pandangan-dunia
menguatnya sentimen-sentimen nasionalis, baru yang berbeda. Lebih penting lagi, Teosofi
salah satu ekspresinya terungkap lewat punya ketertarikan luar biasa terhadap Asia,
imperialisme akhir abad ke-19. Di Indonesia, khususnya filsafat dan budaya moralnya yang
gerakan imperial ini menyebabkan munculnya dianggapnya merupakan akar dari peradaban
Pax Neerlandica dan ‘selesainya’ kolonisasi yang telah hilang dalam peradaban Barat yang
kepulauan-kepulauan di Nusantara dibawah materialis dan rasional.
Gubernur van Heutz. Nasionalisme dan Kalangan Teosofi, seperti Henry Steel
romantisisme ras yang terbentuk pada abad Olcott dan Annie Bessant hijrah ke India dan
ke-19 merupakan bagian daripada usaha beragam negara Asia lainnya dalam usahanya
penolakan proyek pencerahan yang rasional menemukan akar-akar spiritual Timur guna
dan modern.Umat diganti dengan bangsa.Di melengkapi kekosongan Barat.Di India,
beberapa negara yang baru tercipta menjelang mereka berperan penting dalam kemunculan
42 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

nasionalisme Hindu. Pemitosan kebangsaan penentu satu-satunya kebenaran. Ia membela


Hindu merupakan salah satu akar penting babad Jawa, sebagai contoh, sebagai sebuah
daripada nasionalisme India.Di Indonesia, cara pengetahuan yang berbeda dengan
Teosofi muncul sejak tahun 1883 di Pekalongan yang lazim dilakukan di Barat dan bahwa
dan pada awalnya didorong oleh orang Eropa ada batasan kemampuan pembacaan Barat
ataupun Indo. Ningrat Jawa, kalangan Tionghoa terhadap budaya Jawa itu sendiri. Menurut
dan orang-orang Buddha akan juga terdorong Soetatmo ada kemampuan membaca yang tidak
untuk berpartisipasi aktif, termasuk banyak berdasar pada rasionalitas tetapi berdasar
dikalangan nasionalis Jawa, macam Soetatmo pada spiritualitas, sesuatu yang sulit dipahami
Soerioekoesoemo, Tjipto Mangoenkoesoemo oleh orang Barat rasional (Soeriokoesoemo,
dan lain-lain. Gerakan itu dianggap sebagai 1921: 11-14).
kunci oleh banyak kalangan nasionalis Lewat klaim spiritualitas Timur, ningrat
Jawa dalam usaha melewati modernitas Jawa dapat mengambil alih kembali sejarah
dan modernisasi tanpa harus kehilangan Jawa itu sendiri.Barat yang bobrok sebagai
akar-akar kebudayaan Jawa itu sendiri (de akibat dari materialisme dan rasionalitas
Tollenaere, 1996: 100-110). Penempatan Asia tidak mungkin menjadi pewaris daripada
sebagai akar dari spiritualisme tua merupakan spiritualitas Hindu-Buddha yang berakar
sebuah fenomena yang akan terus berlanjut di dari India.Spiritualitas Timur itu masih
Barat. Pasca Perang-Dunia ke-II, usaha untuk hidup dikalangan masyarakat Jawa dan oleh
mencari Timur yang asli dan spiritual itu akan karenanya kebesaran daripada Majapahit dapat
menjelma menjadi hippie-trail, sebuah tradisi direklaim kembali.Daripada membenarkan
pilgrimage yang dilakukan ribuan orang Barat kolonialisme, cara pandang ini membenarkan
ke India, tetapi juga negara-negara lain seperti persehubungan yang berlanjut dengan Jawa
Indonesia (khususnya Bali) dalam usaha tetapi dengan posisi yang dibalik. Sekarang
mereka mencari spiritualitas. Proses ini akan Baratlah, sebagai peradaban yang muda dan
mengimpor serangkaian budaya baru di Barat belum matang, yang mencari dari Jawa butir-
seperti guru-guru spiritual dari India ataupun butir kaidah dan pemahaman peradaban tua.
praktek macam Yoga atau Tantri. (Vickers, Persehubungan kolonial menjadi sesuatu yang
1989; Hitchcock & Putra, 2007: 25-38). jauh bersifat adil. Daripada rasa malu dan
Van Hinlopen-Labberton, salah satu anomie, Jawa dapat bangkit kembali sebagai
pendorong teosofi dikalangan ningrat Jawa, partner dalam persehubungan Hindia Belanda
aktif menulis dan menganalisis budaya yang menyegarkan.
pra-modern Jawa sebagai ekspresi untuk Pendekatan kebudayaan inilah yang
menciptakan nasionalisme baru (de Tollenaere, menjadi akar daripada nasionalisme Jawa.
1996: 30). Tulisannya berusaha merekonsiliasi Nasionalisme Jawa ini bersifat konservatif.Ia
keadaan Islam Jawa dengan Teosofi (Hinloopen- tidak berusaha untuk mendorong perubahan,
Labberton, 1909: 3-14).Berbeda dengan tulisan melainkan mempertahankan keadaan.
kalangan ilmuan Belanda yang berusaha Ada kesepatakan bahwa bangsa Jawa itu
menunjukkan peluruhan peradaban Indo- lemah dalam hal kemampuan teknik dan
Eropa di Jawa sebagai akibat dari Islamisasi, sehingga membutuhkan bantuan daripada
Teosofi menjanjikan perdamaian antara kedua bangsa Belanda.Kartini meminta Belanda
itu.Soetatmo, merujuk pada kenyataan bahwa untuk membantu bangsa Jawa bangkit dari
banyak kalangan orang Eropa terpelajar keterpurukan (Kartini, 1976: 19-36). Sebagai
yang setuju dan tertarik dengan Teosofi, sebuah proyek penciptaan mitos, ia adalah
menolak ilmu pengetahuan Barat sebagai hasil kerja sama dengan banyak kalangan
Farabi Fakih
Akar-akar Kanan daripada Nasionalisme Indonesia: Nasionalisme Jawa dalam konteks kesejarahannya 43

dari Belanda/Indo sendiri. Diberbagai kongres Sjahrir ataupun Hatta mungkin saja punya
kebudayaan, orang seperti van Hinlopen antipati terhadap gerakan Komunis yang
Laberton aktif menulis dan berdiskusi dengan seringkali tunduk pada keinginan Moskwa,
ningrat-ningrat Jawa. De Kat Angelino, dalam tetapi sebagai sebuah pendekatan ilmiah,
magnum opusnya Colonial Policy, merujuk Marxisme merupakan sesuatu cara pandang
pada proyek kolonial sebagai penyatuan dari yang menyegarkan dan memberikan analisis
spiritualitas Timur dengan kemampuan teknik baru yang menyokong pandangan nasionalis
Barat, sebuah pernyataan yang mendukung yang revolusioner dan progresif daripada
bentuk pembagian kekuasaan yang selama ini pendekatan ilmu pengetahuan Barat abad
terjadi di Hindia Belanda (De Kat Angelino, ke-19 yang berakar daripada rasionalitas
1931). pencerahan dan liberalisme klasik (Elson,
Adalah akar konservatif dan feodal inilah 2008: ).
dimana nasionalisme Jawa bertumpu. Akar Tjipto Mangoenkoesoemo berada di
konservatisme itu tetap menjadi bagian sentral generasi paling awal dalam kebangkitan
dalam pemahaman kita akan kebangsaan nasional. Lahir di tahun 1886, Tjipto seangkatan
Indonesia. Penempatan kejayaan kebudayaan dengan Soetatmo dan ikut berpartisipasi dalam
Hindu-Buddha berbarengan dengan pendirian Boedi Oetomo (Scherer, 1975: 106-
penempatan ikon-ikon utama kebudayaan 107). Tjipto Mangoenkoesoemo memiliki posisi
Jawa dan menjadi bagian erat dalam cara yang unik: sebagai nasionalis awal, ia tertarik
kita memahami kebangsaan Indonesia diabad dengan pandangan-pandangan nasionalis
ke-20. Ur-Indonesia yang menjadi fondasi Jawa, tetapi lalu melihat bahwa pendekatan
dari nasionalisme, khususnya nasionalisme irasional itu bukan merupakan jawaban
yang diusung oleh Orde Baru, tetap menjadi terhadap ambruknya legitimasi cara pandang
bagian dari pandangan kolektif kebangsaan tradisional Jawa. Irasionalitas itu menutup
Indonesia, walaupun ada kritikan bahwa diskusi dengan rasionalitas Barat. Cara
pendekatan ini merupakan pengejawantahan Soetatmo menjawab serangan Barat adalah
daripada imperialisme Jawa. Disisi lain, dengan menutup telinga dan mengangkat
pada masa pasca Orde Baru, ada usaha- spiritualisme sebagai jawabannya. Tjipto
usaha dari kalangan Islam untuk mencoba ingin tetap berdiskusi dengan rasionalitas
mendekonstruksi ur-nasionalisme Jawa Barat dan bahkan menghantam serangan itu
Indonesia lewat usaha meng-Islam-kan zaman dengan serangan yang rasional pula. Disinilah
kejayaan pra-modern Indonesia. Tidak dapat manfaat daripada Marxisme dan serangkaian
dipungkiri betapa sentralnya, bahkan sampai alat analisis yang ditawarkannya.
sekarang, mitos ur-Jawa/Indonesia ini. Terlihat bahwa cara pandang Tjipto
berubah seiring dengan perkembangan
Marxisme sebagai Obat Terhadap kemampuan analitis Marxisnya.Tjipto
Irasionalisme Jawa: Tjipto muda seringkali berargumentasi dengan
Mangoenkoesoemo menggunakan wacana yang digunakan oleh
rasionalitas Barat abad ke-19. Tapi seringkali
Marxisme memberikan kemampuan untuk
ia menemukan bahwa dengan menggunakan
menganalisis yang dianggap lebih efektif
wacana, terma dan logika yang digunakan
dibandingkan dengan irasionalisme yang
oleh orang Belanda sendiri ia membenarkan
ditawarkan oleh Teosofi, khususnya oleh
serangkaian prasangka yang telah dibangun
banyak kalangan nasionalis Indonesia. Praktis
Belanda guna menempatkan diri mereka
semua nasionalis terkemuka Indonesia paham
atau bahkan menganut Marxisme. Soekarno,
44 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

sebagai penguasa sah daripada Indonesia. terletak di suprastruktur logika ekonomi yang
(contoh dalam Tjipto, 1913 & Tjipto, 1922). menaungi peradaban ataupun masyarakatnya.
Lewat Marxisme-lah sudut pandang ini Pembahasan Tjipto mengenai gerakan
dapat dibalikkan. Analisis kelas digunakan Samin memberi ide akan perbedaan cara
oleh Tjipto untuk menghantam ide utama analisis ini. Blumbergen menempatkan
akan masa lalu kejayaan Jawa sendiri. gerakan Samin, seperti kebanyakan analisis
Majapahit digambarkannya sebagai sebuah kolonial lainnya, sebagai ekspresi pra-modern
masyarakat sakit dimana tradisi kasta Hindu (atau pra-organisasi modern). Menurut Tjipto,
membenarkan terjadinya penindasan antar reaksi Samin adalah reaksi modern yang setara
warga berdasarkan kelas. (Tjipto, 1926/1927: dengan gerakan Komunisme di Rusia dan Barat
20) Oleh karenanya, kedatangan Islam yang lainnya. Akar-akar insentif yang menggerakan
egaliter merupakan sesuatu yang disambut orang-orang Samin untuk menolak hak
oleh rakyat yang tidak sudi dizalimi oleh kelas milik individual dan pemajakan oleh negara
penguasa. Dengan cara ini, Tjipto membalikkan itu merupakan ekspresi modern yang
logika utama yang telah dibangun selama diejawantahkan sebagai akibat dari kesamaan
ini: bahwa Islam membawa pemiskinan dan kondisi struktural atau historis mateiralis yang
penurunan peradaban yang luhung yang dihadapi orang-orang dipedesaan Jawa yang
dibawa oleh orang Indo-Eropa. Sebaliknya, pada dasarnya sama dengan yang dihadapi
Islam diangkat sebagai sebuah gerakan dipedesaan Eropa(Tjipto, 1918: 12-24). Dengan
reformis dan progresif. India ditempatkan cara ini kondisi Jawa/Indonesia itu disamakan
dalam posisi yang tidak bagus: daripada dengan kondisi Eropa. Perbedaan paling
mewakili kejayaan peradaban masa lalu, penting dibandingkan dengan pendekatan
ia merupakan bukti kegagalan daripada Soetatmo dan kalangan nasionalis Jawa adalah
kalangan Arya untuk dapat melepaskan sifatnya yang revolusioner ataupun progresif.
diri dari sudut pandang yang rasis ataupun Jika Soetatmo yang konservatif menginginkan
pengekangan antar-kelas (Tjipto, 1928: 4). kelanjutan daripada proyek kolonial walaupun
Ini adalah keberhasilan luar biasa yang akan dengan perubahan perhubungan antara
digunakan oleh beragam nasionalis Indonesia kalangan Jawa dengan Eropa, yang diinginkan
untuk menghantam wacana utama kolonial. oleh Tjipto dan nasionalis Indonesia lainnya
Marxisme dapat menggoyang akar-akar adalah perubahan pada tingkat paling
daripada rasionalitas ilmu pengetahuan Barat mendasar. Banyak diantara kaum nasionalis
abad ke-19. Lewat analisis historis-materialis, menempatkan akar daripada permasalahan
Tjipto dapat membebaskan orang Indonesia terletak pada kapitalisme itu sendiri dan bahwa
dari kungkungan value-judgement etnografis kolonialisme dan imperialisme merupakan
yang telah dipasang oleh orang Belanda sebagai pengejawantahan daripada logika kapitalis.
bagian inheren daripada ras Jawa/Indonesia. Pendekatan Marxis, beserta analisis
Pandangan ras diganti oleh kelas dan, sama yang dilakukan oleh banyak kalangan Marxis
pentingnya, cara pandang sejarah diubah ataupun Sosialis pada awal abad ke-20 telah
daripada sesuatu yang menganggap bahwa memberikan banyak sumbangsih terhadap
keberhasilan dan kegagalan bangsa-bangsa itu cara nasionalis nonkoperatif kita memahami
terkait dengan vitalitas inheren dalam tiap-tiap cara kerja dunia. Orang-orang seperti V.I.
ras ataupun bangsa yang berbeda-beda kepada Lenin, Rosa Luxembourg dan RudolfHilferding
sebuah pandangan yang menganggap bahwa memberikan gambaran yang menghubungkan
semua manusia itu pada dasarnya sama dan kapitalisme dan liberalisme klasik dengan
bahwa akar-akar daripada perubahan sejarah imperialisme, kolonialisme, rasisme dan
Farabi Fakih
Akar-akar Kanan daripada Nasionalisme Indonesia: Nasionalisme Jawa dalam konteks kesejarahannya 45

fasisme. Membaca karangan Sjahrir ataupun yang lebih setara tetapi tetap sama. Sama
Sukarno pada tahun-tahun 1930an memberikan dengan Soetatmo, ia pada dasarnya konservatif
pandangan yang amat berbeda daripada dan tidak menginginkan perubahan-perubahan
pandangan yang ditawarkan oleh nasionalisme yang bersifat revolusioner. Bergabung dengan
Jawa. Daripada perasaan gugup ataupun gerakan yang bernama Rijkseenheid, Noto
resah akan runtuhnya mitos tradisonal adalah bagian dari sekelompok orang-
Jawa, yang ada adalah pandangan progresif orang konservatif baik Indonesia, Belanda
dan revolusioner yang melihat masa depan ataupun Indo yang berkeinginan untuk
secara optimis. Daripada terkungkung dalam menyesuaikan hubungan Indonesia-Belanda
pandangan yang melihat orang Jawa sebagai dalam satu kerangka hubungan budaya dan
ras indolen yang kurang pandai, pandangan ketatanegaraan. (Koning, 1968; Nieuwhuis-
Sosialis itu telah membebaskan manusia Djajadiningrat, 1993: 41-75).
non-Barat sebagai agen perubahan.Oleh Pada awalnya ia aktif dalam Perhimpunan
karenanya, pertentangan antara Noto Soeroto Indonesia, tetapi seiring dengan semakin
dengan kalangan nasionalis nonkoperatif itu menguatnya ‘radikal nasionalis’ didalam
begitu menarik.Pertama, karena Noto Soeroto organisasi itu, pandangannya semakin tidak
adalah kalangan minoritas dibandingkan sesuai dengan mayoritas anggota. Ia dianggap
dengan kalangan nasionalis nonkoperatif itu. oleh beberapa orang sebagai pembenci-pribumi
Sebagai pengemban dari konservatisme Jawa, (inlander hater) dan bahkan dituduh sebagai
pandangan Noto Soeroto dianggap pro-kolonial diperguna oleh penghasut Belanda yang
dan berbahaya.Sebagai pengemban nasionalis ingin menimbulkan perpecahan dikalangan
Jawa, Noto Soeroto punya posisi unik. nasionalis (Soeroto, 1927: 139, 150).Noto
Soeroto dikeluarkan dari PI pada tahun 1924.
Nasionalisme Jawa dimasa Non- Perpisahannya dengan PI dianggapnya sebagai
kooperasi: Noto Soeroto sebuah keputusan ideologis (Soeroto, 1925:
187).Ia menganggap bahwa nasionalisme
Seperti Soewardi Soerjaningrat atau Soetatmo
adalah sesuatu yang secara inheren berbahaya
Soerioekoesoemo, Noto Soeroto adalah
karena akar-akarnya yang berdasarkan pada
seniman Jawa sekaligus pemikir.Lahir di
ras.Menurutnya, nasionalisme Barat yang
tahun 1888 sebagai anak dari Paku Alam
diambil alih mentah-mentah oleh kalangan
V. Setelah menamatkan HBS, Noto Soeroto
sebangsanya di PI merupakan sesuatu yang
meninggalkan Hindia pada tahun 1910 guna
secara inheren berbeda dan tidak cocok dengan
menempuh studi hukum di Leiden, Belanda.
sifat bangsa Indonesia.Nasionalisme yang
Disanaia mendirikan organisasi bernama
diimpor itu bersifat terlalu materialis dan
Oedaya yang aktif dalam mempertunjukkan
teknis(Soeroto, 1925: 222-223).Ia mengandung
kesenian Hindia, khususnya Jawa. Oedaya
didalamnya benih-benih yang berpotensi
juga menerbitkan majalah yang banyak
menyebabkan kehancuran dirinya sendiri
menuturkan ide-ide utama Noto beserta
dan manusia sekelilingnya.Ia menganggap
grupnya.Noto Soeroto adalah seorang penari
bahwa jika dipaksakan, nasionalisme akan
profesional dan keaktifannya dalam kesenian
menyebabkan terjadinya kekerasan (Soeroto,
merupakan bagian daripada usahanya untuk
1925: 223). Apa yang ingin didorong oleh Noto,
menjembatani jurang antara masyarakat Jawa/
seperti Soetatmo, adalah kebangkitan dan
Hindia dengan Belanda. Noto Soeroto adalah
kelahiran kembali kebudayaan. Kebudayaan
penerus daripada politik nasionalisme Jawa
yang ingin diangkat adalah kebudayaan
yang menganggap bahwa hubungan Indonesia-
Adiluhung Jawa, sebuah proyek reklamasi dari
Belanda harus dipertahankan dalam kondisi
46 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

ilmu pengetahuan Barat. Budaya Adiluhung ini kapitalisme internasional merupakan sesuatu
ditargetkan sebagai dasar atau akar daripada yang menjadi akar daripada permasalahan
mitos kebangsaan baru (Soeroto, 1921). yang menyebabkan kolonialisme dan rasisme.
Walaupun relatif populer dikalangan Disinilah letak perbedaan terbesar antara
seniman, khususnya mereka yang aktif dalam Noto Soeroto dan nasionalis Indonesia
grup Oedaya, Noto Soeroto tidak berhasil lainnya. Menurut Noto Soeroto, segala macam
mendapatkan banyak dukungan dikalangan perubahan yang berdasarkan pada pandangan
orang Indonesia. Pada tahun 1930, ia balik ke materialis punya potensi yang berbahaya.
Hindia, meninggalkan isteri berkebangsaan Menurutnya, daripada penghancuran dari
Belandanya beserta anaknya. Di Hindia, ia feodalisme, Indonesia seharusnya merayakan
kesulitan mendapatkan pekerjaan yang tetap feodalisme (Soeroto, 1928: 45). Ia menganggap
dan bagus. Sebagai pemikir, ia terisolasi dan bahwa demokrasi dan pelebaran partisipasi
kesepian di Hindia. Ide-idenya tidak banyak merupakan sesuatu yang secara inheren
mendapatkan perhatian baik dari kalangan berbahaya dan menimbulkan akses bagi
orang Belanda ataupun orang Indonesia. kaum demagog dan orang-orang yang punya
Menguatnya radikalisme dikalangan nasionalis niat buruk lainnya untuk berkuasa. Tak
Indonesia diiringi dengan menguatnya dapat dipungkiri bahwa perkembangan yang
nasionalisme ataupun rasisme dikalangan terjadi di Jerman dan beragam negara Eropa
orang-orang Belanda dan Indo. Vaderlansche lainnya membuatnya ketakutan akan potensi
Club dan FSB mendapatkan pendukung kuat di munculnya kaum fasis ketika demokrasi dan
Hindia Belanda, sementara itu represi daripada partisipasi terhadap politik diperkenalkan.
Gubernur Jenderal pasca pemberontakan Sebaliknya Noto Soeroto menganggap bahwa
Komunis tahun 1926 menyebabkan terjadinya apa yang sebaiknya dikembangkan oleh
penangkapan nasionalis non-koperatif pada Indonesia adalah pemunculan kembali dari
tahun 1934. Usaha-usaha untuk menjembatani apa yang disebutnya sebagai Aristo-Demokrasi:
keterputusan kedua masyarakat itu ditahun- sebuah demokrasi dimana pemilihan dibuat
tahun 1930an menjadi usaha yang semakin berjenjang dan yang dipilih dibatasi oleh
berat (Nieuwenhuis-Djajadiningrat, 1993: orang-orang yang menurutnya sesuai untuk
41-75). memimpin dari segi kebudayaan (Soeroto,
1931). Politik diganti oleh budaya dan batasan-
Disini terlihat bahwa selain konservatif,
batasan pemimpin dicari dalam local genious
Noto Soeroto pada dasarnya adalah seorang
budaya Adiluhung. Praktisnya, ia mengingkan
yang anti-ekstrem, baik kanan maupun kiri
penerusan daripada feodalisme Jawa dan
(Soeroto, 1928). Ini bukan hal yang unik.
pendidikan yang lebih dalam terhadap budaya
Hampir semua pemimpin nasionalis Indonesia,
Adiluhung oleh kalangan pemimpin politik dan
baik Sjahrir, Sukarno, Hatta dan banyak
masyarakat.
lainnya, tampak tidak suka akan ekstremitas
Komunis ataupun Fasis. Sebagian besar dari Noto juga berbeda dalam pandangannya
mereka menganut ideologi tengah yang mirip terhadap kapitalisme. Menurutnya, orang
dengan ideologi Sosial Demokrasi. Mereka Indonesia mempunyai batasan kemampuan
‘revolusioner’ dalam artian bahwa akar-akar teknik dan salah satu cara terbaik untuk
daripada permasalahan dunia seringkali menangani keterbatasan ini adalah lewat
didistilasi dari pandangan-pandangan persehubungan dengan orang Belanda seperti
sosialis yang melihat kapitalisme murni yang selama ini telah terjadi. Menurutnya,
sebagai masalah. Dalam pandangan Marxis kapitalisme bukan merupakan sesuatu yang
itu, hubungan antara struktur feodal dan secara inheren buruk dan merupakan salah satu
Farabi Fakih
Akar-akar Kanan daripada Nasionalisme Indonesia: Nasionalisme Jawa dalam konteks kesejarahannya 47

cara untuk dapat mensejahterakan masyarakat. nasionalisme ini menunjukkan betapa


Disini terlihat bahwa walaupun setuju dengan kompleks dan multi-polar-nya kemunculan
liberalisme klasik dan keberadaan kapitalisme kesadaran kebangsaan. Lebih-lebih, ia juga
internasional, Noto membedakan peran-serta menunjukkan beragam akar-akar yang ada
orang Indonesia dengan Belanda (dan Tionghoa dalam proses pembentukkan nasionalisme
dan ras lainnya). Ia menekankan perbedaan Indonesia. Sumbangsih nasionalisme Jawa
kebudayaan sebagai akar daripada perbedaan dalam nasionalisme Indonesia bukan saja
peran kerja. Dalam pandangan ini, orang harus diakui, tetapi juga mengharuskan kita
Indonesia yang spiritual membutuhkan bangsa- untuk mereka ulang batasan dan akar-akar
bangsa lain yang lebih kuat dalam bidang daripada nasionalisme yang kita pahami
material dan teknik guna mencapai tujuan selama ini.Termasuk pula adanya akar-akar
bersama dalam mewujudkan kemakmuran kiri, kanan maupun konservatif yang hidup
masyarakat. Pada analisis akhir, ia adalah dalam nasionalisme Indonesia sekarang.
seorang pro-kolonial. Hal ini terlihat dalam
tulisan-tulisan akhirnya yang diterbitkan
Nasionalisme Indonesia: Beragam
dalam majalah Udaya yang terbit pada tahun tetapi dimana Individu?
1949-1950. Noto Soeroto dipenjara pada zaman
Jepang. Kesehatannya menurun sepanjang Tidak dapat dipungkiri bahwa nasionalisme
tahun 1940an. Ia meninggal dunia pada tahun Jawa merupakan salah satu aliran yang
1951 dalam keadaan miskin dan terlupakan. berkembang paling awal dalam sejarah nasional
Tulisan-tulisannya Noto menunjukkan Indonesia.Walaupun bersifat konservatif dan
betapa konsistennya pandangannya setelah mendukung feodalisme, akar ide nasionalisme
berakhirnya kolonialisme sekalipun. Ia Jawa itu tetap bertahan lama. Ide utama yang
menginginkan agar posisi keistimewaan diutarakan oleh Noto Soeroto akan Aristo-
daripada Kasunanan Surakarta dipertahankan. Demokrasi yang membayangkan penguasaan
Ia mengingatkan akan bahaya daripada kalangan ningrat atas masyarakat yang patuh
nasionalisme khususnya kekerasan terhadap mirip dengan diskusi pada zaman Demokrasi
minoritas Belanda, Indo dan Tionghoa. Ia Terpimpin dan Orde Baru akan posisi rakyat
menginginkan tetap berlanjutnya hubungan dan elit. Elit disini mungkin diganti dari
Indonesia-Belanda dalam beragam bentuk. ningrat menjati ahli, tetapi kebanyakan ahli-
Dan ia tetap menganggap bahwa nasionalisme ahli itu adalah keturunan keluarga ningrat
Indonesia merdeka harus menggunakan yang dahulu. Hal lain adalah kepercayaan
budaya-budaya Adiluhung Indonesia. Ide- yang dalam bahwa persehubungan antara
ide Adiluhung budaya Jawa didorong pula bangsa Timur dan Barat lewat semacam
oleh nasionalis macam Ki Hajar Dewantoro pembagian fungsi kerja merupakan sesuatu
(Soewardi Soerjaningrat) ataupun Soekarno. yang dilanjutkan, walaupun tidak dalam
Noto Soeroto adalah bagian ekstrim daripada kerangka kerja kolonialisme. Konservatisme
nasionalisme Jawa yang tetap hidup dalam dari ide-ide persehubungan masyarakat
nasionalisme Indonesia yang lebih besar dengan negara dimasa Orde Baru tampaknya
(Fakih, 2012: 420-444). amat kuat akarnya dengan ide-ide yang
dibahas dalam nasionalisme Jawa.
Walaupun diposisikan diluar daripada
tokoh nasionalis Indonesia, Noto Soeroto Betapa pentingnya Marxisme dan
adalah prototip satu jenis nasionalis dan Sosialisme sebagai sebuah pendekatan
nasionalisme yang muncul di Indonesia pada dan alat analisis dalam menghancurkan
awal abad ke-20. Sifat terbuka dan eksploratif hegemoni wacana kolonial ilmu pengetahuan
Barat juga merupakan sesuatu yang
48 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

esensial dalam memberi amunisi terhadap Elson, Robert,The Idea of Indonesia: a history,
gerakan nasionalisme Indonesia. Dalam Cambridge: Cambridge University Press:
semua gerakan dan ide yang dibahas diatas, Cambridge. 2008.
semangat menciptakan ulang masyarakat baru Errington, Joseph. Linguistics in a colonial world:
adalah pendorong utama, bahkan dikalangan A story of language, meaning, and power.
konservatif sekalipun. Yang tampak hilang Oxford: Blackwell, 2008.
dalam pembahasan semua tokoh diatas Farabi Fakih, “Conservative Corporatism:
adalah posisi dari individu. Semua ide yang nationalist thoughts of aristocrats. The
diangkat mengasumsikan bahwa setiap ideas of Soetatmo Soeriokoesoemo and
anggota dari bangsa Indonesia atau ras Jawa Noto Soeroto”, Bijdragen tot Land, Taal en
atau masyarakat Hindia Belanda setuju Volkenkunde, 168(4), 2012, h. 420-444.
akan perubahan revolusioner yang ingin Furnivall, J. S. Netherlands India: A study of
diejawantahkan. Kuatnya analisis Marxis plural economy. Cambridge: Cambridge
yang menghubungkan liberalisme dengan University Press. 1944.
kapitalisme dan kolonialisme menghilangkan Griffin, Roger. Modernism and Fascism: The
kesempatan pembicaraan akan posisi dan hak Sense of a Beginning under Mussolini and
individu. Sjahrir kemungkinan merupakan Hitler. Houndmills: Macmillan. 2004.
salah satu atau bahkan satu-satunya nasionalis Hitchcock, Michael & Nyoman Dharma
yang mengangkat akan bahaya terhadap Putra,Tourism, Development and Terrorism
individu dari revolusi nasionalis yang ingin in Bali. Aldershot: Ashgate. 2007.
diwujudkan. Ini mungkin merupakan akibat
Kartini,Door Duisternis tot Licht: gedachten
daripada periode berkembangnya nasionalisme
over en voor het Javaansche volk,
Indonesia. Diantara tahun 1908-1940an adalah
Amsterdam:Nabrink. 1976.
masa ketika liberalisme klasik, demokrasi dan
de Kat Angelino, A.D.A., Colonial Policy, The
perdagangan bebas diganti dengan ide akan
Hague:Martinus Nijhoff. 1931.
ras/kelas, otoritarianisme dan perekonomian
Koning, Roelie H.,Een gast in de Nederlandse
nasional. Tidak dapat dipungkiri betapa
letterkunde, disertasi di Universiteit
kuatnya ide-ide Fasis ataupun Marxis masuk
vanAmsterdam, 1968.
dalam pandangan-pandangan kebangsaan kita.
Pada saat yang bersamaan, amat menarik pula King, Victor T. Some observation of the Samin
untuk melihat betapa lemahnya ide-ide liberal Movement in North-Central Java.Suggestions
for the theoretical analysis of dynamic
dalam nasionalisme Indonesia.
social unrest.Bijdragen tot Taal, Land en
Volkenkunde, 129(4), 1973, h. 457-481.
Daftar Pustaka
Lerner, Robert E. et.al.Western Civilization.
Blumberger, Petrus, J. T. De nationalistische Eleventh Edition. New York: W.W. Norton.
beweging in Nederlandsch Indie. Haarlem: 1988.
Tjeenk Willink. 1931. Müller, F. M., Biographies of Words and the Home
Buskens, L., & Kommers, J. Dutch colonial of the Aryas. Longmans, Green. 1988.
anthropology in Indonesia.Asian Journal of Noto Soeroto, Rabindranath Tagore. Een
Social Science, 35(3), 2007,h. 352-369. biographisch schets, Amsterdam: W. Versluys.
Edgerton, F. “Sir William Jones: 1746-1794”, 1921.
Journal of the American Oriental Society, Noto Soeroto, “Kleurschakeeringen uit Oedaya,
66(3), 1946, h. 230-239. Adhi Poestaka: The Hague, 1925. Noto
Soeroto, “Nederland en Indonesie. Rede op
den stamdag van het AlgemeenNederlandsch
Farabi Fakih
Akar-akar Kanan daripada Nasionalisme Indonesia: Nasionalisme Jawa dalam konteks kesejarahannya 49

Verbond den 27 Maart 1925”, Oedaya, no 23, Outram, Dorinda, The Enlightenment. Third
1925a. Edition, Cambridge: Cambridge University
Noto Soeroto, De hoofdredacteur van “Oedaya” Press. 2013.
geroyeerd als lid van de “Indonesische Raffles, T. S.,The History of Java. London: John
Vereeniging” wegens anti-Indonesische Murray. 1830.
gezindheid” in Oedaya, No. 20, 1925b. Roberts, D. D.,“Fascism, Marxism, and the
Noto Soeroto, “Nederland en Indonesie” in question of modern revolution”, European
Oedaya, no. 24, 1925c. Journal of Political Theory, 9(2), 2010, h.
Noto Soeroto, “Idealisme in rassentoenadering. 183-201.
Toespraak gehouden bij de oprichting van de Soetatmo Soeriokoesoemo, Sabdo Pandito Ratoe. Het
Utrechtsche afdeeling van het “Nederlandsch- recht is van den wijze. Weltevreden: Indonesische
Indonesisch Verbond, op 24 Maart 1927”, drukkerij. 1920.
Oedaya, No. 48, 1927a. Tjipto Mangoenkoesoemo, Iets Over den Javaan,
Noto Soeroto, Door rasbewustzijn naar Semarang:s.n. 1913.

rassenverbroedering. Tespraak gehouden bij Tjipto Mangoenkoesoemo, Saminisme. Een rapport,
de oprichting van de Rotterdamsche afdeeling Semarang:Benjamins. 1918.
van het “Nederlandsch Indonesisch Verbond”
Tjipto Mangonekoesoemo, De wajang. Prae-advies,
op den 18den Mei 1927”, Oedaya, No. 51,
Semarang: Nationaal Indiërs Congres: Semarang.
1927b.
1922.
Noto Soeroto, “De ziel van den Inlander”, Oedaya,
Tjipto Mangoenkoesoemo, Het Communism in Indonesia,
No. 50, 1927c.
Bandung: Indonesia Moeda. 1926/1927.
Noto Soeroto,“Mijn “vooze demagogie””, Oedaya,
deTollenaere, Herman O.A., The politics of divine
No. 54, 1927d.
wisdom. Theosophy and labour and women’s
Noto Soeroto, “Zonderlinge Strijdmethode”, in movement in Indonesia and South Asia, 1873-
Oedaya, No. 55, 1927e. 1947.Disertasi PhD di Universiteit Nijmegen.
Noto Soeroto, Open brief aan mijn landgenooten,” 1996.
in Oedaya, No, 56, 1928a. Tull, H. W.“F. Max Müller and AB Keith:”
Noto Soeroto, “Het Javaansche volk en het Twaddle”, the” Stupid” Myth, and the Disease
rassenprobleem in Indonesie”, in Oedaya, No. of Indology”.Numen, 6(1), 1991, h. 27-58.
62 & 63, 1928b. Veth, P. J.,Java, Geographisch, Ethnologisch,
Noto Soeroto, Nederland-Indonesie. Rijkseenheid Historisch, Haarlem: Erven F. Bohn. 1882.
of dominion-status? The Hague: Nederlandsch- Vickers, Adrian,Bali. A Paradise Created.
Indonesisch Verbond. 1931. Singapore: Periplus. 1986.

Anda mungkin juga menyukai