Anda di halaman 1dari 50

1

KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat serta
Karunia-Nya kepada penyusun, sehingga makalah yang berjudul “Upaya Promosi dalam
Pelayanan Kebidanan Pada Bayi Usia 0-9 Bulan” dapat terselesaikan dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Promosi
Kesehatan, dimana sumber materi diambil dari internet dan beberapa buku yang relevan, guna
menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan dapat berguna bagi pembaca. Akhir kata
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Samarinda 28 Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
 
 
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1
1. Latar Belakang…………………………………………………………………………….…….2
2. Rumusan Masalah ……………………………………………..…………………..…….……...2
3. Tujuan …………………………………………………………………………………………..2
4. Manfaat………………………………………………………………………………………….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………3
1. Definisi Promosi Kesehatan …………………………………………………………................3
2. Jenis Promosi Kesehatan Pada BBL …………………………………………………………...4
3. Etiologi………………………………………………………….................................................9
4. Patofisiologi………………………………………………………….........................................9
5. Penatalaksanaan…………………………………………………………..................................10
BAB III PEMBAHAHASAN………………………………………………………………..….17
1. SAP…………………………………………………………………………………………....17
2. Leaflet…………………………………………………………………………………………44
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………...............................45
1. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………45
2. Saran …………………………………………………………………………………………..45
DAFTAR PUSTAKA…………………..………………………………………………………..46

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang

Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang memungkinkan individu
untuk meningkatkan kontrol dan mengembangkan kesehatan mereka.Promosi kesehatan (Pender,
1996) adalah pemberian motivasi untuk meningkatkan kesehatan individu dan mewujudkan
potensi kesehatan individu. Sedangkan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang
diadakan di Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam
Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap
kesehatan diri mereka sendiri. Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.

DEPARTEMEN  Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401


bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data bersumber
dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI).
Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian bayi baru lahir
(neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian bayi
(AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang
waktu 0-12 hari pascakelahirannya. Perawatan bayi baru lahir merupakan hal penting yang harus
di perhatikan oleh seorang ibu karena masa ini merupakan “GOLDEN PERIOD” yang akan
sangat berpengaruh pada perkembangan selanjutnya. Angka Kematian Bayi adalah jumlah
penduduk yang meninggal

Menrut Dinas Kesehatan kota Samarinda sebelum mencapai usia 1 tahun yang
dinyatakan dalam 1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan
kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Pada tahun 2015 jumlah kematian
bayi yang terjadi di kota Samarinda sebanyak 53 dari 8.514 kelahiran hidup, sehingga didapatkan
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 3 per 1.000 kelahiran hidup. Angka lahir mati pada tahun
2015 mengalami peningkatan secara signifikan. Angka lahir mati pada tahun 2011 sebesar 2,5.
Pada tahun 2012 naik menjadi 3,8. Angka lahir mati tahun 2013 mengalami penurunan menjadi
2,9. Pada tahun 2014 menurun menjadi 0,7. Sedangkan angka lahir mati tahun 2015 naik menjadi
1,5.

1
DEPKES kota Samarinda Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa
indicator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita.
Pelayanan kesehatan bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal empat kali, yaitu pada usia 29 hari – 2
bulan, usia 3 – 5 bulan, usia 6 – 8 bulan dan usia 9 – 12 bulan sesuai standar di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut , maka tugas tenaga kesehatan khususnya bidan
adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang perawatan bayi baru lahir yang baik
dan benar. Salah satunya yaitu dengan memberikan penyuluhan secara langsung. Dengan hal
tersebut diharapkan para Ibu mampu merawat bayi mereka secara mandiri dengan tepat sehingga
kesehatan dan kesejahteraan bayi baru lahir dapat terpenuhi.

2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Promosi Kesehatan?
2. Apa saja jenis Promosi Kesehatan pada BBL?
3.Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian Promosi Kesehatan dan Untuk mengetahui jenis-jenis Promosi
Kesehatan pada BBL.
4.Manfaat
1.Bagi Pasien atau Masyarakat
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mencegah ( AKI )
2.Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai informasi tambahan bagi Bidan atau petugas kesehatan tentang pentingnya
pendidikan promosi kesehatan pada bayi.
3.Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu kebidanan khususnya
promosi kesehatan.
4.Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pendidikan tentang promosi kesehatan
kepada masyarakat serta pengalaman dalam mempersiapkan, melaksanakan penulisan makalah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
1. Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang memungkinkan individu
untuk meningkatkan kontrol dan mengembangkan kesehatan mereka.Promosi kesehatan (Pender,
1996) adalah pemberian motivasi untuk meningkatkan kesehatan individu dan mewujudkan
potensi kesehatan individu. Sedangkan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang
diadakan di Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam
Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap
kesehatan diri mereka sendiri. Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.

Promosi kesehatan menggunakan pendekatan pada klien sebagai pusat dalam pemberian
pelayanan dan membantu mereka untuk membuat pilihan dan keputusan.
Istilah “promosi kesehatan” merupakan suatu payung dan digunakan untuk menggambarkan
suatu rentang aktivitas yang mencakup pendidikan kesehatan dan pencegahan penyakit (Gillies).

Ada tiga tingkatan dari pendidikan kesehatan menurut Gillies:

1. Primary Health education, tujuannya tidak hanya mencegah perubahan kesehatan tetapi juga
meningkatkan kualitas kesehatan, dengan demikian kualitas hidup, nutrisi, kontrasepsi dan
hubungan seksual secara aman, dan pencegahan kecelakaan dengan menggunakan
2. Secondary health education, tujuannya adalah untuk membantu individu dengan masalah
kesehatan yang reversible untuk menyesuaikan dengan gaya hidupnya, contohnya berhenti
merokok,merubah kebiasaan makan dan olahraga.
3. Tertiary health education, tujuannya untuk membantu individu yang sakit dan tidak sembuh
total sehingga mereka dapat melewati hidup dengan sesuai kemampuan yang dimiliki. Promosi
kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan), preventif (pencegahan),
kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang
komprehensif.

3
2. Jenis-jenis Promosi Kesehatan yang dapat dilakukan pada BBL
2.1 Dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan
dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum
terjadi.

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya.
2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :

a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat
melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan.
Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal
mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.

b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin,
bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.
Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum
menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak
diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
c. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering
bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan,
isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon
oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas
dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.

4
Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :

1. Posisi berbaring miring


Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.

2. Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan pada/
sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi
ini dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk di kursi.

3. Posisi ibu tidur telentang


Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan
oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu.

Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara lain:

1. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu


2. Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara
3. Areola tidak akan tampak jelas
4. Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya
5. Bayi terlihat senang dan tenang
6. Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya
4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam
penuh.

Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi :

a. Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa terjadwal
(nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.

b. Aspek fisiologis

5
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Sehingga bayi mendapat
nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan
membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu,
berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan atau
dapat digunakan sebagai KB alami.

c. Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant
mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan
tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi
kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif,
merupakan kepuasan tersendiri.

d. Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat
dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat
dibutuhkan oleh ibu.

e. Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk
rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu
buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.

f. Aspek Medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat
melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat
segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar.

5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin


Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan
keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2
jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.

6
6. Memberikan kolustrum dan ASI saja
ASI dan kolustrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI
sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan
prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan
bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.

7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”


Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi bingung puting dan menolak
menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari puting
susu ibu dengan botol jauh berbeda.

2.2 Mempromosikan Vaksinasi


Imunisasi adalah usaha memberikan kekbalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke
dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tetentu. Vaksin
adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukkan zat anti yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan ataupun peroral.

Tujuan Imunisasi adalah agar terbentuknya kekebalan tubuh dari penyakit tertentu. kekebalan
tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

1. Terdapat tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi


2. Potensi anti gen yang disuntikan.
3. Waktu antara pemberian imunisasi

Imunisasi yang dapat diberikan pada BBL, yaitu :


 Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah penyakit TBC yang berat, imunisasi ini merupakan
vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberiannya 1 kali
pada umur 0-11 bulan namun pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Cara
pemberiannya melalui intradermal dengan dosis 0,05 cc. Efek sampingnya dapat terjadi ulkus
pada daerah suntikan dan dapat terjadi Limfadenitis regional dan reaksi panas.

7
 Hepatitis B
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Vaksin ini mengandung
HbsAG dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian 3x. waktu pemberian umur 0-11 bulan dengan
interval 4 minggu. Cara pemberian intramuscular dengan dosis 0,5 cc.

 Imunisasi polio
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat
menyebabkan kemlumpuhan pada anak kandungan vaksinnya virus yang dilemahkan frekuensi
pemberian 4x waktunya pada umur 0-11 bulan dengan interval 4 minggu cara pemberian melalui
oral.

Di Negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana yang
telah ditentukan oleh WHO yaitu BCG, DPT, Campak, polio dan ditambah lagi dengan imunisasi
hepatitis B.

2.3 Perawatan Tali Pusat


Langkah-langkah perawatan pusat bayi adalah :

1. Bersihkan area pusar dengan bola kapas lembut yang telah dicelupkan air matang. Lakukan
dengan lembut, tidak perlu menggosok atau mendorong pusar. Kemudian keringkan dengan
handuk lembut.
2. Ganti pembalut pusar bayi dengan kain kasa baru. Tidak perlu panik melihat tetesan darah
yang kemudian menghitam, terutama di minggu pertamanya. Pada saat ini, pusar bayi yang
baru lahir biasanya masih tampak seperti luka.
3. Kenakan popok dengan cara melipat bagian atasnya menjauhi pusar untuk menghindari
rembesan urin mengenai pusar.
Beberapa hal yang perlu diingat saat merawat pusar bayi, antara lain :

1. Jaga kebersihan area pusar dan sekitarnya, serta upayakan selalu dalam keadaan kering.
2. Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
3. Agar tali pusar lebih cepat lepas, gunakan kain kasa pada bagian pusar yang terus dibalut
sehingga mendapat udara cukup.
4. Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin.
5. Agar praktis, kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang longgar

8
6. Ini dilakukan 1-2 kali sehari.
 
3.Etiologi
 Penyebab utama kematian neonatal adalah asfiksia, komplikasi pada bayi berat lahir
rendah (BBLR), tetanus neonatorum dan trauma kelahiran serta akibat kelainan kongenital yang
sebetulnya sebagian besar dari kematian tersebut dapat dicegah melalui pemeliharaan kesehatan
ibu selama masa kehamilan penolong persalinan yang aman dan bersih, serta penanganan yang
adekuat terhadap bayi baru lahir terutama yang berisiko tinggi (Depkes RI, 1994b).

Beberapa faktor penyebab kematian pada bayi:


a) Faktor biologis ibu, yang meliputi umur ibu dan paritas
b) Faktor pelayanan kesehatan, yaitu penolong persalinan
c) Faktor Bayi, yang meliputi berat bayi lahir dan kondisi nafas bayi

4.Patofisiologi   

Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi
mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi
(O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya
sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup,
mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar
rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran
untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem
pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta
menggunakan glukosa.
Perubahan Sistem Pernafasan.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
a.       Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak.
b.      Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang
merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis (Varney, 551-552).

9
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan
pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a.  Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b.  Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke
jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi
2 perubahan besar :
a.       Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b.      Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.

Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan
meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.

5. Penatalakasaan

1.    Penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah
lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita.
Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam. Proses
Inisiasi Menyusu Dini :
a.    Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan di dada si ibu tanpa
membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit. Ternyata suhu badan ibu yang
habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan
si ibu jadi naik 2 derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Jadi
Tuhan sudah mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan kehidupan
barunya. Setelah diletakkan di dada si ibu, biasanya si bayi hanya akan diam selama 20-30
menit, dan ternyata hal ini terjadi karena si bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma
melahirkan.
b.    Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi akan mulai bergerak-
gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna
karena ternyata kaki si bayi itu pasti hanya akan menginjak-injak perut ibunya di atas rahim.

10
Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung
dari si bayi.
c.    Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan mencium tangannya,
ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan juga ternyata wilayah sekitar
puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi
membantu untuk mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati
puting ibu. Ketika sudah mendekati puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat dada si ibu.
Ternyata jilatan ini berfungsi untuk membersihkan dada si ibu dari bakteri-bakteri jahat dan
begitu masuk ke tubuh si bayi akan diubah menjadi bakteri yang baik dalam tubuhnya. Lamanya
kegiatan ini juga tergantung dari si bayi karena hanya si bayi yang tahu seberapa banyak dia
harus membersihkan dada si ibu.
d.    Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang bertujuan untuk kegiatan
ini juga tergantung dari si bayi itu.
e.    Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu.
Proses Inisiasi Menyusu Dini pada Partus Spontan adalah sebagai berikut:
a.    Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
b.    Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi  atau tidak menggunakan obat
kimiawi
c.    Bayi lahir segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya tanpa
menghilangkan vernix mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
d.    Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat
diberi topi
e.    Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
f.     Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
g.    Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu dan bayi bersentuhan sampai
setidaknya 1 jam.
h.    Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting
tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit atau
1 jam lagi.
i.      Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal,
bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K.

11
j.      Rawat gabung bayi, ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24
jam.
k.    Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis, tidak diberi dot
atau empeng.
Proses Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Caesar adalah sebagai berikut:
a.    Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar operasi atau dikamar pemulihan.
b.    Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk DINILAI, dikeringkan secepatnya terutama
kepala tanpa menghilangkan vernix ; kecuali tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi,
talipusat diikat.
c.    Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada
ibu kemudian mencium ibu.
d.    Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit
serong/melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi topi.
e.    Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari
puting sendiri.
f.     Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama satu jam, bila menyusu
awal selesai sebelum 1 jam; tetap kontak kulit ibu-bayi selama setidaknya 1 jam.
g.    Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dg mendekatkan bayi ke puting tapi
tidak memasukkan puting ke mulut bayi. bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu,
beri tambahan waktu melekat padadada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.
h.    Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat didadanya dan
dipeluk erat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan dari meja operasi ke ruang pulih (RR) dengan
bayi tetap didadanya.
i.      Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi, diusulkan untuk mendampingi ibu dan
mendoakan anaknya saat di kamar pulih.
j.      Rawat gabung: ibu-bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot
atau empeng.
Inisiasi Menyusu Dini Pada Gemelli:
a.    Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
b.    Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa
menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.

12
c.    Bila bayi tidak memerlukan resusitasi. Bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat
diberi topi.
d.    Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
e.    Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk
bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru.
Keduanya ditutupi baju ayah.
f.     Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa
menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
g.    Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua ditengkurapkan di dada-perut ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Letakkan kembali bayi pertama didada ibu
berdampingan dengan saudaranya, Ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi – bayi dapat diberi
topi.
h.    Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu-bayi bersentuhan sampai setidaknya
1 jam.
i.      Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi
jangan memasukkan puting ke mulut bayi. beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi kulit melekat
pada kulit
j.      Rawat gabung bayi: Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24
jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis, tidak
diberi dot atau empeng (Haspari RW, 2009)
2.    Penatalaksanaan Pemberian Vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup
tinggi, sekitar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru
lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan
bayi resiko tinggi diberi Vitamin K perenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.
Pelaksanaan Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
a.    Cara Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
1.    Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
2.    Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi dalam sediaan
ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.
3.    Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah masukkan vitamin K1 ke dalam semprit
sekali pakai steril 1 ml, kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian

13
anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.Vitamin
K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu
1-2 jam.
4.    Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara yang sama.
5.    Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan pada kunjungan
neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
b.    Persiapan Melakukan Suntikan Intra Muskular
1.    Letakan bayi dengan posisi punggung di bawah.
2.    Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan suntikan intramuskular
(IM). Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih dipilih karena resiko kecil
terinjeksi secara IV atau mengenai tulang femur dan jejas pada nervus skiatikus). Muskulus
deltoideus (Mengandung sedikit lemak atau jaringan subkutan sehingga memudahkan
penyuntikan). Area ini digunakan hanya untuk pemberian imunisasi bukan untuk pemberian obat
lain.
c.    Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular
1.    Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan identifikasi suntikan vitamin K1 di
paha kiri dan suntikan imunisasi HB0 di paha kanan.
2.    Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah direndam dalam larutan
antiseptik dan biarkan mengering.
3.    Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.
4.    Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya.
5.    Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk.
6.    Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit.
7.    Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak menusuk dalam
vena. Bila dijumpai darah, cabut jarum tanpa menyuntikkan obat, Pasang jarum steril yang baru
ke semprit, Pilih tempat penyuntikkan yang lain, Ulangi prosedur diatas. Bila tidak dijumpai
darah, suntikan obat dengan tekanan kuat dalam waktu 3-6 detik.
8.    Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan dengan bola kasa steril
kering.
9.    Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi.
d.    Cara Pemberian dan Dosis Vitamin K
Untuk pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir adalah dengan cara suntikan. Untuk lokasi
yang jauh dari rumah sakit atau bidan pun tetap harus diberikan suntikan vitamin K agar

14
mengurangi angka kematian pada bayi dan kecatatan. Untuk itu vitamin K suntik dosis 10 mg/1
ml. Diberikan biasanya setelah 1 jam setelah melahirkan. Cara pemberiannya yaitu disediakan 1
injeksi suntik baru, dengan ukuran 1 ml dan masukkan dosis 1 mg vitamin K1. Kemudian
disinfeksi dilakukan dengan alkohol 75% seperlunya.Suntikan diberikan pada paha kiri bayi
secara intra muskular. Kemudian tanda vital bayi di periksa untuk mengetahui adanya efek
akibat pemberian vitamin K1 ini setelah 1 jam pemberian obat. Perlu diperhatikan cara
pemberian ini mintalah dokter atau bidan yang melakukannya.
Dengan demikian, pentingnya pemberian vitamin K pada bayi sudah anda ketahui.Untuk itu
jagalah ibu hamil serta masa persalinan dan bayi serta balita anda untuk tumbuh kembang sehat
serta terhindar dari berbagai macam jenis kecatatan fisik maupun mental serta jauh dari
penyakit.Artikel ini dimaksudkan agar semakin banyak yang paham bahwa makanan sehat
bervitamin penting bahkan sejak bayi (Wahyuni S, 2011)
3.    Penatalaksanaan Pemberian HB0
Pemberian imunisasi Hepatitis B ini untuk mencegah infeksi Hepatitis  B di berikan
pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan uniject) di suntik, IM dipaha kanan dan
selanjutnya di berikan ulangan sesuai imunisasi dasar lengkap.
Cara pemberian imunisasi hepatitis b dengan uniject. Imunisasi Hepatitis B diberikan
dengan uniject. Uniject adalah alat suntik (semprit dan jarum) sekali pakai yang sudah diisi
vaksin dengan dosis yang tepat dari pabriknya. Cara pemberian imunisasi Hepatitis B adalah
sebagai berikut :
1.    Buka kotak wadah Uniject dan periksa:
2.    Label jenis vaksin untuk memastikan bahwa Uniject tersebut memang berisi vaksin Hepatitis B
3.    Tanggal kedaluwarsa
4.    Warna pada tanda pemantau paparan panas (VVM = vaccine vial monitor) yang tertera atau
menempel pada pembungkus
5.    Uniject (aluminium foil).
6.    Selama VVM tetap berwarna putih atau lebih terang dari warna dalam lingkaran rujukan, maka
vaksin Hepatitis B dalam Uniject masih layak dipakai.

15
7.    Bila warna VVM sudah SAMA atau LEBIH TUA dari warna lingkaran rujukan, maka vaksin
dalam Uniject tersebut sudah tidak layak pakai.
8.    Buka kantong aluminium/plastik dan keluarkan Uniject.
9.    Pegang Uniject pada bagian leher dan bagian tutup jarum. Aktifkan Uniject dengan cara
mendorong tutup jarum ke arah leher dengan tekanan dan gerakan cepat.
10. Saat Uniject diaktifkan akan terasa hambatan dan rasa menembus lapisan.
11. Buka tutup jarum.
12. Selanjutnya tetap pegang Uniject pada bagian leher dan tusukkan jarum pada pertengahan paha
bayi secara intra muskular (IM). Tidak perlu dilakukan aspirasi.
13. Pijat reservoir dengan kuat untuk menyuntikkan vaksin Hepatitis B. Jangan memasang kembali
tutup jarum.
14. Buang Uniject yang telah dipakai tersebut kedalam wadah alat suntik bekas yang telah tersedia
(safety box) (Widyawati, 2014)

 
 
 
 
 

16
BAB III
PEMBAHASAN

A. SAP

1.Perawatan Tali Pusat


Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

PENDAHULUAN

Menurut Who Health Organization (WHO) proporsi kematian bayi baru lahir di dunia


sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematian bayi baru lahir pertahun dan 1,4 juta
kematian pada bayi baru lahir pada bulan pertama di Asia tenggara. Hanya sedikit negara di Asia
Tenggara yang mempunyai sistem registrasi kelahiran yang baik sehingga tidak diperoleh data
yang akurat tentang jumlah kematian bayi baru lahir atau pun kematian pada bulan pertama.
Dalam Kenyataannya, penurunan angka kematian bayi baru lahir di setiap negara di Asia
Tenggara masih sangat lambat. Perkiraan kematian yang terjadi karena tetanus adalah sekitar
550.000 lebih dari 50 % kematian yang terjadi di Afrika dan Asia Tenggara disebabkan karena
Infeksi pada tali pusat pada umumnya menjadi tempat masuk utama bakteri, terutama apabila
diberikan sesuatu yang tidak steril (Sarwono, 2008).
Merawat tali pusat juga penting untuk mencegah tetanus neonatorum, yang dapat
menyebabkan kematian. Tubuh bayi yang baru lahir belum cukup kuat menangkal kuman infeksi.
Karena itu, tali pusat harus dalam keadaan bersih dan tetap kering sampai tali pusat mengering,
menyusut, dan lepas dari pusat bayi (Iis Sinsin, 2008).
Tetanus pada bayi yang baru lahir disebabkan kuman Clostridium tetani. Biasanya terjadi
pada bayi berusia kurang satu bulan akibat pemotongan tali pusat tidak bersih. Selain itu, tetanus
dapat disebabkan tali pusat yang diberi macam-macam ramuan. Ibu yang tidak mendapat suntikan
tetanus toksoid lengkap sewaktu hamil akan membuat ibu dan bayi berisiko terserang kuman
tetanus (Iis Sinsin, 2008).
Sehingga penulis menyusun makalah satuan acara penyuluhan (SAP) dengan tema
Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir (BBL).

SATUAN ACARA PENYULUHAN

17
(SAP)

Topik                 : Perawatan Bayi Baru Lahir


Subtopik            : Perawatan Tali Pusat Sehari – hari
Sasaran              : Ibu Hamil
Jumlah sasaran : 10 orang
Hari/tanggal       : 28 mei 2018
Waktu                : 30 menit
Tempat               : Di Puskesmas Sidomulyo
A.    TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat mengertidan
memahami tentang perawatan tali pusat sehari – hari  yang baik dan benar.
B.  Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan peserta \dapat mengeti dan
mampu menjelaskan kembali tentang perawatan tali pusat bayi \baru lahir yang baik dan benar.

C.     MATERI
Terlampir

D.    MEDIA
1.      Materi SAP
2.      Leaplet

E.     METODE
Ceramah Tanya jawab

F.      KEGIATAN PENYULUHAN

N Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu


o
1. Pembukaan -     Mengucapkan salam -  Menjawab salam
(5 menit) -     Menyampaikan tujuan -  Mendengarkan

18
2. Inti -Memberikan pengetahuan tentang -Mendengarkan
(15  menit) perawatan tali pusat pada bayi baru -Memperhatikan
lahir yang baik dan benar - menceritakan
-Memeragakan dan melatih teknik pengalamannya dan
perawatan tali pusat yang baik dan berdiskusi dengan
benar mahasiswa
-Menggali pengalaman peserta (penyuluh
setelah dilakukan tindakan.  

3 Penutup -  Tanya jawab - Megajukan


. (10 menit) -  Evaluasi pertanyaan,
-  Menyimpulkan hasil penyuluhan - Menjawab
-  Menutup penyuluhan denganSalam - Menjawab salam

G.    EVALUASI
Metode Evaluasi    : Diskusi dan Tanya Jawab
Jumlah soal           : 4  soal
Jenis pertanyaan    :
1)      Apa yang di maksud dengan perawatan tali pusat ?
2)      Apa Tujuan dari perawatan tali pusat ?
3)      Apa yang akan terjadi jika perawtan tali pusat kurang baik ?
4)      Bagaimana Cara Perawatan Tali Pusat yang benar ?

19
PERAWATAN TALI PUSAT
1.      Pengertian Tali pusat
Tali pusat atau dalam istilah medis dikenal dengan funiculus umbilikalis merupakan
sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Tali pusat merentang dari
umbilicus (pusar) janin ke permukaan plasenta dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-
55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm, tali pusat dianggap berukuran pendek, jika panjang
normal kurang dari 40 cm. Tali pusat merupakan jembatan penghubung antara plasenta dan janin.
Jadi tali pusat tidak hanya mencakup fungsi pernapasan saja, tapi seluruh aktivitas yang ada di
plasenta yakni menyalurkan zat-zat yang dibutuhkan oleh janin, baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, serta berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan
sisa yang tidak dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida. Lalu, akan
dikembalikan ke peredaran darah ibu yang kemudian dieksresikan dari tubuh ibu (Riksani, 2012).
Tali pusat adalah jaringan unik yang terdiri dari dua arteri dan satu vena yang tertutup
oleh jaringan pengikat mukoid yang dikenal sebagai Wharton’s jelly, yang ditutup oleh satu
lapisan tipis membrane mukosa (kelanjutan dari amnion). Selama hamil, plasenta menyediakan
semua nutrient untuk pertumbuhan dan menghilangkan produk sisa secara terus-menerus melalui
tali pusat. Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras dan berubah warnanya
menjadi hitam (suatu proses yang disebut gangren kering). Proses ini dibantu oleh paparan udara.
Pembuluh umbilical tetap berfungsi selama beberapa hari, setelah resiko infeksi masih tetap
tinggi sampai tali pusat terpisah (Trotter, 2010)
Tali pusat terdiri dari bagian maternal (desidua basalis) dan bagian janin (vili
korionik). Permukaan maternal lebih memerah dan terbagi menjadi beberapa
bagian (kotiledon). Permukaan fetal ditutupi dengan membran amniotik dan merupakan membran
yang halus serta berwarna kelabu dengan tonjolan pembuluh darah sehingga tali pusat tidak
hanya sebagai penyalur sumber makanan dan sebagai penyaring bagi janin (Sarwono, 2010)
Jadi kesimpulnnya Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan.  Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9
bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin.  Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini
sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.

2.      Pengertian Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru lahir sejak
dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering dengan tujuan untuk mencegah infeksi

20
pada tali pusat bayi dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat (Sodikin,
2009).
Perawatan tali pusat merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat
pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat bayi, alat
dan bahan yang digunakan hanya kassa steril, air dan sabun. (Hidayat, 2009).
Perawatan tali pusat adalah upaya untuk mencegah infeksi tali pusat dengan tindakan
sederhana yakni tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, selalu mencuci
tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun, dan tidak membubuhkan apapun pada sekitar
daerah tali pusat (Sodikin,2012)
Jadi kesimpulannya perawatan tali pusat merupakan suatu tindakan perawatan pada tali pusat
bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput, dengan tujuan untuk
mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan
tali pusat/ puput tali pusat.

3.      Tujuan perawatan tali pusat


Tujuan dari perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009) ada empat, yaitu:
a. Mencegah terjadinya infeksi.
b. Mempercepat proses pengeringan tali pusat.
c. Mempercepat terlepasnya tali pusat.
d. Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.

4.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009),
yaitu :
a.   Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena dapat menyebabkan
iritasi sekitar daerah tali pusat.
b.  Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan bersih
c.  Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan menyebabkan tali pusat
menjadi lembab.
d.  Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali
pusat.
e. Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat
f.  Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau mengeluarkan nanah
atau darah dan berbau segera hubungi petugas kesehatan.
    

21
5.      Waktu Perawatan Tali Pusat Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat menurut
Sodikin (2009), yaitu :
a. Sehabis mandi pagi atau sore.
b. Sewaktu-waktu bila balutan tali pusat basah oleh air kencing atau kotoran bayi.
c. Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.

6.      Hal-hal yang akan terjadi jika perawatan tali pusat kurang baik
Menurut Sodikin (2012), Perawatan tali pusat tidak steril akan mengakibatkan beberapa
gangguan kesehatan pada bayi, diantaranya tetanus neonatorum dan omfalitis. Untuk mencegah
hal tersebut ibu di tekankan untuk mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi tali pusat bayi
mereka yang dapat disebabkan karena spora Clostridium tetani dan bakteri stapilokokus,
streptokokus, atau bakteri gram negatife.  tanda dan gejala infeksi tali pusat pada bayi yaitu bayi
tiba-tiba panas dan tidak mau menetek atau tidak dapat menyusu karena trismus (sebelumnya
bayi menyusu seperti biasa), adanya mulut yang mencucu seperti mulut ikan (karpermond),
mudah dan sering kejang disertai sianosis, suhu meningkat, kuduk kaku, sampai opistotonus.
Kurangnya perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan tetanus bayi, yang
ditandai dengan :
1) Tali pusat berwarna merah, basah, dan kotor, yang kemungkinan tapi pusat bernanah.
2) Kesulitan menyusui
3) Mulut tidak bisa dibuka
4) Kejang-kejang bila disentuh, kena sinar atau mendengar suara keras
5) Kadang demam (Iis Sinsin, 2008).

7. Cara Perawatan Tali Pusat


Menurut rekomendasi WHO, untuk perawatan sehari-hari tali pusat cukup dengan membersihkan
tali pusat dengan air dan sabun. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Dore membuktikan
adanya perbedaan perawatan antara perawatan tali pusat yang menggunakan alkohol pembesih
dan dibalut kain steril. Ia menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan cara alami lebih
cepat dalam waktu pengeringan dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan
alkohol. Penelitian lainnya yang dilakukan Kurniawati menyimpulkan bahwa perawatan tali pusat
dengan menggunakan prinsip udara terbuka (tidak menutup tali pusat menggunakan
kassa/pembalut), waktu yang dibutuhkan untuk mengering lebih cepat dibandingkan perawatan
tali pusat dengan menggunakan Air Susu Ibu (ASI).

22
Menurut Surat edaran tentang panduan ini, pertama kali dipublikasikan pada tahun 2004
dan sesuai dengan nasihat terbaru berdasarkan bukti yang ada (Trotter,2008b) memberitahukan
perawatan tali pusat dengan menjagalah area sekitar tali pusat agar tetap bersih dan kering. Cara
terbaik untuk melakukannya adalah dengan membiarkan daerah ini dan tidak memberikan apapun
setelah mandi pertama kali dalam air bersih biasa, tepuk-tepuk agar kering dengan handuk bersih.
Lipat kembali popok, pada setiap kali ganti, sampai tali pusat lepas (Trotter, 2010).
Kesimpulannya Menurut saya, perawatan tali pusat yang baik yaitu tali pusat harus tetap
bersih dan kering ditutup dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun, dan juga perlu diperhatikan
adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan tali pusat, berbau dan bernanah, serta suhu tubuh
bayi meningkat.

Penatalaksanaan perawatan tali pusat (Panduan APN, 2010)


Peralatan Yang Dibutuhkan: 
1.2 Air DTT, hangat, (a) untuk membasahi dan menyabuni, (b) untuk membilas 
2.Washlap kering dan basah 
3.Sabun bayi 
4.Kassa steril 
5.1 set pakaian bayi

Prosedur Perawatan Tali Pusat: 


1.Cuci tangan. 
2.Dekatkan alat. 
3.Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju, bedong yang sudah digelar. 
4.Buka bedong bayi. 
5.Lepas bungkus tali pusat. 
6.Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka sampai kaki/ atas ke bawah. 
7.Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih. 
8.Bersihkan tali pusat, dengan cara:
a.Pegang bagian ujung
b. Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang
c. Disabuni pada bagian batang dan pangkal
d. Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang
e. Keringkan sisa air dengan kassa steril
f. Tali pusat tidak dibungkus. 

23
9.  Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan di pinggir. Keuntungan :
Tali pusatnya tidak lembab, jik0a pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian
popok dulu. 
10.  Bereskan alat dan cuci tangan
2. Imunisai

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan           : Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi


Sub Pokok Bahasan    : 1. Pengertian Imunisasi
                                      2. Penyebab Tujuan dan Manfaat Imunisasi
                                      3. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
  4. Jenis dan Jadwal Pemberian Imunisasi
                                      5. Akibat Jika Anak Tidak Diimunisasi
Sasaran                        : Ibu Balita
Hari / Tanggal             : 28 mei 2018
Tempat                        : Puskesmas Sidomulyo

A.    Tujuan
1.      Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 20 menit, diharapkan keluarga mengerti dan
memahami tentang imunisasi.
2.      Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang imunisasi, diharapkan keluarga dapat :
·         Menjelaskan pengertian imunisasi
·         Menjelaskan manfaat imunisasi
·         Menyebutkan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
·         Menjelaskan jenis dan jadwal pemberian imunisasi
·         Menjelaskan akibat jika anak tidak diimunisasi
·         Membawa anak untuk imunisasi

B.     Sasaran
Ibu Balita yang datang ke Posyandu Kampung Durian 

24
C.    Metode
Metode yang digunakan adalah:
1.      Ceramah
2.      Tanya Jawab

D.    Waktu dan Tempat Penyuluhan


1.      Hari/ Tgl             :  28 mei 2018
2.      Waktu                :  10. 00 WIB – selesai
3.      Tempat               :  Puskesmas Sidomulyo

E.     Media Penyuluhan
1.      Leaflet
F.     Pelaksanaan Kegiatan

No KEGIAAN PENYULUH PESERTA WAKTU


1 Pembukaan 1.      Memberi salam 1.      Menjawab salam 3 menit
2.      Menjelaskan tujuan 2.     Mendengarkan
dan memperhatikan
2 Kegiatan inti 1.      Menjelaskan 1.     Mendengarkan 15 menit
pengertian imunisasi dan memperhatikan
2.      Menjelaskan 2.     Mendengarkan
manfaat imunisasi dan memperhatikan
3.      Menyebutkan 3.     Mendengarkan
penyakit yang dapat dan memperhatikan
dicegah dengan imunisasi 4.     Mendengarkan
4.      Menjelaskan jenis dan memperhatikan
dan jadwal pemberian 5.     Mendengarkan
imunisasi dan memperhatikan
5.      Menjelaskan akibat 6.      Bertanya dan
jika anak tidak diimunisasi menjawab pertanyaaan
6.      Tanya jawab

25
3 Penutup 1.      Menutup penyuluhan 1.      Mendengarkan 7 menit
dan menyimpulkan dan memperhatikan
2.      Memberi salam 2.       Menjawab salam
penutup

G.    Evaluasi
·         Sebutkan pengertian imunisasi!
·         Sebutkan tujuan dan manfaat imunisasi!
·         Sebutkan jenis-jenis imunisasi!
·         Sebutkan jadwal pemberian imunisasi!

MATERI PENYULUHAN KESEHATAN


IMUNISASI

A.    Defenisi Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk mempertahankan kekebalan tubuh dengan memasukkan vaksin
ke dalam tubuh agar terlindungi dari penyakit infeksi tertentu.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan atau masuknya bibit penyakit yang telah dilemahkan/
dimatikan agar tubuh terlindungi dari penyakit tertentu.
Vaksin adalah bibit penyakit yang telah dilemahkan/ dimatikan yang diberikan saat imunisasi,
yang menyebabkan anak memproduksi antibodi (zat kekebalan tubuh), bukan menimbulkan
penyakit.

B.     Tujuan Imunisasi
      Tujuan imunisasi adalah untuk:
1.      Menurunkan angka kematian
2.      Menurunkan angka kesakitan dan kecacatan
3.     Imunisasi mencegah timbulnya jenis penyakit tertentu pada anak. Namun bila anak terserang
juga penyakit tersebut maka anak tidak akan sakit lebih parah. Dan mencegah terjadinya
kecacatan seperti pada penyakit poliomyelitis.
4.      Mengendalikan wabah

26
C.    Sasaran Imunisasi

Sasaran imunisasi untuk anak-anak adalah:


1.     Semua anak di bawah usia 1 tahun
2.     Anak-anak lain yang belum mendapat imunisasi lengkap
3.     Anak usia sekolah (imunisasi booster/ ulangan)

D.    Tempat Pelaksanaan Imunisasi

Imunisasi bisa didapatkan di:


1.      Puskesmas
2.      Posyandu
3.      Rumah sakit atau rumah bersalin
4.      Klinik/ praktek dokter atau tenaga medis

E.     Penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi

1. Polio (Poliomyelitis)

Polio disebabkan oleh virus. Penyakit ini sangat mudah menular melalui air liur. Tanda-
tanda awalnya adalah anak demam, batuk dan menjadi rewel. Dua hari kemudian leher menjadi
kaku, sakit kepala dan kaki terasa kaku. Pada hari berikutnya salah satu kaki atau lengan menjadi
lemas dan lumpuh.Walaupun dapat sembuh tetap akan cacat seumur hidup. Kelumpuhan juga
dapat terjadi pada otot pernafasan sehingga anak sulit bernafas. Polio tidak dapat diobati, namun
dapat dicegah dengan imunisasi.

2. TBC (Tuberculosis)

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan sangat menular melalui
pernafasan. Menyebabkan TBC miliare pada paru, arthritis TBC pada tulang, meningitis atau
radang pada selaput otak dan dapat menyerang seluruh organ lain pada tubuh manusia. Anak
dapat menderita cacat atau terjadi kematian.

3. Campak (Measles/ Morbili/ Rubella)

27
Penyakit ini sering mewabah. Penyebabnya adalah virus Morbili. Menyerang selaput
lendir dan kulit. Ciri-cirinya adalah demam 3 – 5 hari, disertai batuk dan pilek. Kemudian timbul
kemerahan dimulai dari belakang telinga, menjalar ke leher, muka, dahi, dada dan ke seluruh
tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit ini adalah Enchepalitis (radang otak) dan
Bronchopneumonia (radang paru).
4. Diphteri
Penyakit yang sangat menular, disebabkan oleh Corynebacterium Dyphteriae. Menyerang daerah
mukosa, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
·         Demam tinggi, pada hari ke-5 anak terlihat sakit berat
·         Leher menjadi besar dan terlihat seperti leher lembu (bullneck)
·         Tonsil atau amandel membesar diselaputi lapisan warna abu-abu yang bila disentuh mudah
berdarah, dan bisa menutup saluran nafas sehingga suara anak hilang dan sesak nafas bahkan
dapat terjadi kematian.
Selama berkembang, kuman juga menghasilkan racun yang sangat berbahaya yang akan
menyerang jantung (terjadi Endocarditis Dyphterica), sehingga pada hari ke-14 anak dapat mati
mendadak.

5. Pertusis (batuk rejan/ batuk 100 hari)

Penyakit batuk yang disebabkan Bordetella Pertusis, yang menyerang anak-anak selama
kira-kira 100 hari. Diawali dengan batuk dan pilek yang berlangsung sekitar 7 – 14 hari kemudian
diikuti dengan batuk yang sangat khas. Satu kali tarikan nafas diikuti 10 – 20 kali batuk beruntun
kemudian muntah. Jika tidak diobati penyakit ini dapat mengakibatkan radang paru-paru
sehingga anak batuk darah, dapat juga terjadi kerusakan otak, sehingga anak kejang, pingsan,
bahkan terjadi kematian.

6. Tetanus

Tetanus disebabkan oleh Clostridium Tetani yang dapat bertahan hidup bertahun-tahun di
tanah yang lembab, pada tubuh dan kotoran hewan. Penyakit ini menyerang semua usia dengan
gejala kejang pada otot muka, mulut terkunci, leher, tulang belakang dan punggung kaku, perut
kram dan keras seperti papan, serta anggota gerak kejang. Pada bayi baru lahir (5 – 28 hari)
mendadak tidak mau menyusu lagi karena mulutnya kaku.

7. Hepatitis B

28
Ciri-ciri penyakit ini adalah mual muntah, dan kadang warna kuning pada kulit. Penyakit ini
berlangsung secara menahun dan akan mengakibatkan kanker hati di kemudian hari.

F.     Jenis imunisasi

Imunisasi dasar yang diharuskan di Indonesia ada 5 jenis, yaitu:


1. Imunisasi Polio
·         Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Poliomyelitis
·         Diberikan dengan cara diteteskan di mulut
Efek samping:
Imunisasi polio hampir tidak mempunyai efek samping, namun kadang anak bisa juga menderita
diare setelah imunisasi polio.

2. Imunisasi BCG (Bacillius Calmitte Guerine)

·         Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit TBC (Tuberculosis)


·         Diberikan melalui penyuntikan pada daerah lengan atas
Efek samping:
1 minggu setelah imunisasi akan terjadi kemerahan dan pembengkakan kecil pada daerah
suntikan, menimbulkan bekas dan kadang-kadang bernanah seperti bisul kecil, namun dapat
sembuh sendiri.
Jarang dijumpai efek samping lain akibat imunisasi BCG, namun dapat juga terjadi
pembengkakan pada kelenjar getah bening yang akan sembuh sendiri pada daerah ketiak atau
leher.

3. Imunisasi Campak
·         Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Campak
·         Diberikan melalui penyuntikan pada daerah lengan atas
Efek samping:
Imunisasi campak dapat menyebabkan diare, rash (kemerahan dan gatal), dan conjunctivitis
(radang selaput mata). Anak juga mungkin akan demam setelah 4 – 10 hari penyuntikan. Berikan
obat penurun panas selama anak panas.

29
4. Imunisasi DPT  (Diphteri, Pertusis, Tetanus)

·         Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Diphteri, Pertusis dan Tetanus


·         Diberikan melalui penyuntikan pada daerah paha atas
Efek samping:
Kebanyakan anak akan demam setelah mendapat imunisasi DPT. Namun panas tubuh akan turun
dalam 1 – 2 hari. Akan terjadi kemerahan dan bengkak pada daerah suntikan. Keadaan ini tidak
berbahaya dan akan sembuh dengan sendirinya. Jika demam tinggi, berikan obat penurun panas
yang diberikan oleh petugas kesehatan.

5. Imunisasi Hepatitis B
·         Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B
·         Diberikan melalui penyuntikan di paha atau di lengan atas
Efek samping:
Setelah pemakaian 10 tahun belakangan ini, tidak dilaporkan adanya efek samping yang berarti

G.    Jadwal Pemberian Imunisasi

Jadwal imunisasi pada bayi dan balita ada dua jenis didasarkan pada dimana bayi dilahirkan yaitu
bayi lahir dirumah dan lahir di rumah sakit/klinik.

Bayi yang lahir dirumah sakit


USIA JENIS IMUNISASI
0 bulan Hepatitis B I Polio I BCG
2 bulan Hepatitis B II Polio II DPT I
3 bulan - Polio III DPT II
4 bulan - Polio IV DPT III
9 bulan Hepatitis B III - Campak

Bayi yang lahir dirumah

USIA JENIS IMUNISASI


2 bulan BCG Polio I DPT I
3 bulan Hepatitis B I Polio II DPT II
4 bulan Hepatitis B II Polio III DPT III

30
9 bulan Hepatitis B III Polio IV Campak

H.    Imunisasi Boster

Imunisasi boster adalah imunisasi ulangan yang bisa diberikan kepada anak diatas usia 1 tahun.
Jenis imunisasi boster sama dengan imunisasi wajib/ utama kecuali DPT hanya DT saja. Yang
membedakan dengan imunisasi wajib/ utama hanya waktu pemberiannya.
Imunisasi campak diulang saat kelas 1 SD.
Imunisasi polio diulang pada usia diatas 1 tahun sampai batas 5 tahun.
Imunisasi DT  (Diphteri dan Tetanus) dan BCG perlu diulang:
1.      Saat anak berusia 5 tahun (masuk SD) dan saat usia 10 tahun (tamat SD)
2.      Untuk BCG, bila tes tuberculin negatif (tidak ada kekebalan terhadap TBC)

Apabila anak belum pernah mendapat imunisasi sedangkan sudah lewat jadwalnya maka anak
tetap diberikan imunisasi seperti imunisasi dasar/ utama tetapi DPT hanya DT saja dan untuk
BCG dan hepatitis B harus di test terlebih dahulu.

I.       Perhatian Khusus

Imunisasi TIDAK BOLEH diberikan pada anak bila: anak menderita sakit kulit yang lama, telah
terkena TBC atau sedang demam tinggi, sedang diare, kejang atau sakit parah.

3. Teknik Menyusui

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


TEKHNIK MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR

PENDAHULUAN

31
Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu sekaligus memberikan
manfaat yang tidak terhingga pada anak (Yuliarti, 2009).
Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat
pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum sampai menangis bayi sudah bisa memberikan
tanda-tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau tangan
di mulut.
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktor-faktor
seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi, praktik-praktik rumah sakit yang
merugikan seperti pemberian air dan suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya perawatan
tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat luas
(Maribeth Hasselquist, 2006).
Sehingga penulis menyusun makalah satuan acara penyuluhan dengan tema Tekhnik
Menyusui yang Baik dan benar, agar ibu menyusui mampu menerapkan tekhnik menyusui yang
baik dan benar pada bayi umur 0-2 tahun.

SAP
(Satuan Acara Penyuluhan)

Pokok bahasan            : Post Natal Care (PNC)


Sub pokok bahasan     : Tekhnik menyusui yang baik dan benar
Hari/Tanggal               : Senin /28 mei 2018
Waktu                          : 30 menit
Tempat                        : Puskesmas Sidomulyo
Sasaran                        : Ibu Menyusui

A.    Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta mengerti tentang cara menyusui yang baik dan benar

B.     Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang:
1.      Pengertian tekhnik menyusui yang benar
2.      Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
3.      Persiapan memperlancar pengeluaran ASI

32
4.      Langkah-langkah menyusui yang benar
5.      Cara pengamatan tekhnik menyusui yang benar.
6.      Lama dan frekuensi menyusui

C.    Materi
1.      Pengertian tekhnik menyusui yang benar
2.      Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
3.      Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
4.      Langkah-langkah menyusui yang benar
5.      Cara pengamatan tekhnik menyusui yang benar.
6.      Lama dan frekuensi menyusui

D.    Metode
Ceramah dan Tanya jawab

E.     Media
1.      Leaflet
2.      Satuan Acara Pembelajaran (SAP)

F.     Kegiatan penyuluhan
No Tahap/waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
1.                    Pembukaan :3 -Memberi salam -Menjawab salam
menit pembuka -Memperhatikan
-Memperkenalkan diri -Memperhatikan
-Menjelaskan pokok - Memperhatikan
bahasan  dam
tujuan  penyuluhan
- Membagi leaflet
2.                    Pelaksanaan : -Menjelaskan -Memperhatikan
20  menit pengertian tekhnik -Memperhatikan
menyusui yang benar -Memperhatikan
-Menjelaskan posisi -Memperhatikan
dan perlekatan -Memperhatikan
menyusui yang benar -Memperhatikan
- Menjelaskan

33
persiapan
memperlancar
pengeluaran ASI
-Menjelaskan langkah-
langkah menyusui
yang benar
-Menjelaskan cara
pengamatan tekhnik
menyusui yang benar.
-Lama dan frekuensi
menyusui
3.                    Evaluasi  : Menanyakan kepada Menjawab
5 menit peserta tentang materi pertanyaan
yang telah diberikan.
4.                    Terminasi : -Mengucapkan -Mendengarkan
2 menit terimakasih atas peran
serta dan peserta
- Mengucapkan salam
penutup - Menjawab salam

G.    Evaluasi
1.      Jelaskan cara menyusui yang baik dan benar?
2.      Jelaskan posisi bagaimana cara menyusui bayi kemabar yang baik dan benar?
3.      Sebutkan langkah-langkah menyusui yang baik damn benar?

H.    Hasil
1.      Ibu bisa menjelaskan tekhnik cara menyusui yang baik dan benar.
2.      Ibu bisa menjelaskan dan memperagakan bagaimananya caranya menyusui bayi kembar
dengan baik dan benar.
3.      Ibu mampu menyebutkan langkah-langkah menyusui yang baik dan benar.

Materi Penyuluhan
“Tekhnik  Menyusui yang Baik dan Benar”

34
A.      Pengertian Tekhnik Menyusui yang benar
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan
posisi ibu dan bayi dengan benar  (Saminem,2009)
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan
posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2010,)
Tekhnik menyusui yang benar adalah kegiatan yang menyenangkan bagi ibu
sekaligus memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak dengan cara yang benar (Yuliarti,
2010).
Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu dan memperkuat refleks
menghisap bayi.
Jadi, Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan posisi ibu
yang benar, sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.

B.       Posisi dan perlekatan menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah
dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

35
Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi
diletakkan disamping kepala ibu dengan  posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan

36
dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI
yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala
bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak (Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011)

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

37
Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh 

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan


C.      Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
Persiapan  mempelancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
1.      Membersihkan putting susu dengan air atau minyak , sehingga epital yang lepas tidak
menumpuk.
2.      Putting susu di tarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3.      Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu.

38
D.      Langkah –langkah menyusui yang benar
1.      Cuci tangan  dengan air bersih  dan menggunakan sabun.
2.      Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .
3.      Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu.  jangan hanya leher dan
bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan hadapkan bayi kedada ibu, sehingga hidung
bayi berhadapan dengan putting susu,  biarkan bibir bayi menyentuh putting susu ibu dan tunggu
sampai terbuka lebar .
4.      Segera dekatkan bayi kepayudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak
dibawah puting susu. Cara meletakan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada
payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bayi  membuka lebar.
5.      Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu kesebelah kanan sampai bayi
merasa kenyang.
6.      Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan lap bersih
yang telah direndam dengan air hangat.
7.      Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.
8.      Bila kedua payudara masih ada sisa ASI tahan puting susu dengan kain supaya ASI berhenti
keluar.

 Gambar 9. Cara meletakan bayi

39
 Gambar 10. Cara memegang payudara 

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi

 Gambar 12. Perlekatan benar

40
 Gambar 13. Perlekatan salah

E.       Cara Pengamatan Tekhik Menyusui yang benar


Menyusui dengan tekhnik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
asi tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi  produksi ASI selanjut nya atau bayi
enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-
tanda sebagai berikut:
1.      Bayi tampak tenang.
2.      Badan bayi menempel pada perut ibu.
3.      Mulut bayi terbuka lebar.
4.      Dagu bayi menemel pada payudar ibu.
5.      Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih banyak yang masuk.
6.      Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
7.      Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin  aerola ( tidak hanya putting saja),lingkar aerola
atas terlihat lebih banyak bila dibandingkan dengan lingkar aerola bawah.
8.      Lidah bayi  menopang putting dan aerola bagian bawah .
9.      Bibir bawah bayi melengkung keluar.
10.  Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
11.  Puting susu tidak terasa nyeri.
12.  Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
13.  Kepala bayi agak menengadah.
14.  Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai dengan berhenti sesaat.

41
F.     Lama dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakukan disetiyap bayi membutuhkan karena bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan
karena penyebab lain (BAK, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak
memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan  produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal dan
sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang  bekerja
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari
akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan ukuran kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai
payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai
dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan
kutang (bra) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat. 
(Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011).

42
LAMPIRAN-LAMPIRAN

2. Leaflet

43
BAB IV
PENUTUP
 
 
1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu; Promosi kesehatan
adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Upaya
promosi kesehatan merupakan tanggung jawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan
semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan perlu
didukung oleh semua pihak yang berkepentingan.

Beberapa peran bidan dalam promosi kesehatan pada bayi diantaranya :

1.Dalam Pemberian ASI

44
2.Mempromosikan vaksinasi
3.Perawatan tali pusat

2. Saran
Perlu disadari bahwa upaya promosi kesehatan dalam praktek kebidanan merupakan
tanggungjawab kita bersama. Kesamaan pengertian, efektifitas kerjasama dan sinergi antara
aparat kesehatan pusat, provinsi, kabupaten/kota dan semua pihak dari semua komponen bangsa
adalah sangat penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan sasaran promosi kesehatan dalam
praktek kebidanan secara nasional. Semuanya itu adalah dalam rangka menuju Indonesia Sehat,
yaitu Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku dan budaya sehat, dalam lingkungan
yang bersih dan kondusif dan mempunyai akses untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu,sehingga dapat hidup sejahtera dan produktif.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 11-17)

Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (bab 8, hlm: 1-4)

Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum. (hlm: 18-21)

Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 10-15)

Alimul, Aziz Hidayat (2005), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Surabaya: Salemba Medica

Supartini, Y. (2002). “Buku Ajar: Konsep Dasar Keperawatan Anak”. Jakarta: EGC

45
Saccharin, R.M. (1996). “Prinsip Dasar Keperawatan Pediatrik”. Edisi 2. Jakarta: EGC

Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Salemba
Medika: Jakarta

http://warungbidan.blogspot.co.id/2016/05/satuan-acara-penyuluhan-sap-perawatan_1.html

www.depkes.go.id/resources/download/.../6472_Kaltim_Kota_Samarinda_2016.pdf

46

Anda mungkin juga menyukai