Anda di halaman 1dari 10

NAMA : TASYA SHAFIRA MUSTHOFA

NIM : 170602019
ETIKA BISNIS ISLAM

Question I

1.. Apakah etika sama dengan moral dan norma?

Jawab :

Beda, namun ketiganya memiliki definisi yang hampir sama

Secara terminologi, Etika disebut sebagai ilmu tentang baik dan buruk atau kata lainnya ialah
teori tentang nilai. Dalam Islam teori nilai mengenal lima kategori baik-buruk, yaitu baik
sekali, baik, netral, buruk dan buruk sekali.

Sedangkan menurut (Shaffer, 1979) Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang
mengatur prilaku individu dalam hubunganya dengan masyarakat. Moral merupakan tindakan
manusia yang bercorak khusus yang didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan
buruk.

Sedangkan, Norma adalah suatu sistem aturan hidup yang bersumber pada kesepakatan
kesepakatan yang  diciptakan oleh dan dalam komunitas pada wilayah tertentu.

\
Question II

Coba Jabarkan dan jelaskan teori-teori etika barat berikut:


1.Teleological
a.Utilitarianism
b.teori keadilan distribusi
2. Deontologi
a.Teori keutamaan (virtue ethics)
b.hukum abadi (eternal law)
3.Hybrid Theories
a. personal libertarianism
b.ethical egoism
c.Existentialism
d.Relativism
e.teori hak

Jawab :
NAMA : TASYA SHAFIRA MUSTHOFA
NIM : 170602019
ETIKA BISNIS ISLAM

1. Teori Teleological

Istilah teleologi berasal dari Bahasa Yunani, “telos”, yang berarti tujuan. Teori ini
menyatakan bahwa baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung pada tujuan yang
dicapainya. Suatu perbuatan yang memang bermaksud baik, tetapi tidak menghasilkan
sesuatu yang bermakna, menurut aliran ini tidak pantas disebut baik (Bertens 2000: 67).
Berlaku jujur, bijaksana, komited pada janji, ikhlas, menghormati orang yang lebih tua,
adalah baik, karena hasil dari perbuatan tersebut adalah baik. Bukan karena sifat-sifat interen
dari perbuatan tersebut.

a. Utilitarianisme

Aliran utilitarianisme dicetuskan oleh filosof Inggris, yakni Jeremy Bentham (1748-
1832) dan John Stuart Mill (1806-1873). Kata “utility” bermakna “berguna” atau
“kegunaan”. Menurut teori ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat pada
masyarakat secara keseluruhan atau banyak orang, dan bukan pada satu atau dua orang saja.
Kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah, the greatest happiness of
the greatest number, yakni kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar.

b. Teori keadilan distribusi

Inti dari teori ini adalah “perbuatan disebut etis bila menjunjung keadilan distribusi
barang dan jasa” yang berdasar pada konsep “fairness”. Konsep yang dikemukakan oleh John
Rawls, filosof kontemporer dari Harvard, memiliki nilai dasar keadilan. Disini, suatu
perbuatan adalah etika bila berakibat pemerataan/kesamaan kesejahteraan dan beban.
Sehingga konsep ini berfokus kepada metode distribusinya. Distribusi sesuai bagiannya,
kebutuhannya, usahanya, sumbangan sosialnya dan merit (jasa)-nya, dengan ukuran hasil
yang dapat meningkatkan kerja sama dalam/antar anggota masyarakat. Walaupun berfokus
pada keadilan dan pemerataan, pendekatan ini pun memiliki permasalahan dalam
penerapannya. Mayoritas kita mengetahui posisi terhadap hasil keputusan. Menguntungkan
atau merugikan.

2. Teori Deontologi

Istilah deontologi berasal dari perkataan Yunani, “deon”, yang berarti, “kewajiban” atau
“sesuatu yang diwajibkan”. Tokoh teori deontologi adalah Immanuel Kant (1724-1804).
Dalam teori ini yang menjadi dasar baik dan buruknya suatu perilaku itu adalah kewajiban.
Suatu perbuatan itu baik, dan karena itu kita wajib melakukannya. Sementara perbuatan itu
buruk, maka dilarang bagi kita. Teori ini menegaskan baik atau buruknya suatu perilaku itu
tidak dinilai berdasarkan dampak yang ditimbulkannya, tetapi kewajiban.
NAMA : TASYA SHAFIRA MUSTHOFA
NIM : 170602019
ETIKA BISNIS ISLAM

a. Teori Keutamaan (Virtue Ethics)

Dasar dari teori ini adalah “apa yang paling baik bagi manusia untuk hidup”. Dasar
teori ini adalah tidak menyoroti perbuatan manusia semata, namun seluruh manusia sebagai
pelaku moral. Memandang sikap dan akhlak seseorang; adil, jujur, murah hati, dll sebagai
keseluruhan. Pendekatan ini menggunakan dasar pemikiran Aristoteles (384-322 SM) tentang
kebajikan/kesalehan, dimana manusia sebagai mahluk politik tak dapat lepas dari
polis/komunitasnya. Contoh nilai- nilai keutamaan disini antara lain: Kebijaksanaan,
Keadilan, Rendah hati, Kerja Keras, Hidup yang baik yaitu Hidup Berkeutamaan, Konteks
Komuniter, bisnis: Kejujuran, Fairness, Kepercayaaan, dan Keuletan.

b. Hukum Abadi (Eternal Law)

Dasar dari teori ini adalah bahwa perbuatan etis harus didasarkan ajaran kitab suci dan
alam, namun permasalahan timbul karena kemudian agama menganjurkan meninggalkan
keduniawian dengan meditasi (kegiatan spiritual saja) untuk menjadi orang sempurna.

3. Hybrid Theories
a. Personal Libertarianism

Teori ini dikembangkan oleh Robert Nozick, dimana perbuatan etikal diukur bukan dengan
keadilan distribusi kekayaan namun dengan keadilan/kesamaan kesempatan bagi semua
terhadap pilihan-pilihan yang ada untuk kemakmuran mereka. Teori ini dipercaya bahwa
moralitas akan tumbuh subur dari maksimalisasi kebebasan individu. Teori ini bersifat
deontologi karena melindungi hak kebebasan individu, namun bersifat teleologi pula, karena
juga melihat hasil, yaitu apakah telah dibatasi atau tidak.

b. Ethical Egoism

Teori ini membahas tentang maksimalisasi kepentingan individu dilakukan sesuai keinginan
individu yang bersangkutan. Kepentingan bukan harus barang/kekayaan, bisa pula ketenaran,
keluarga bahagia, pekerjaan yang baik atau apapun yang dianggap penting oleh pengambil
keputusan. Teori ini mengalami pengembangan yang disebut Enlightened Ethical Egoism,
dimana berfokus pada kepentingan individu terhadap perspektif masyarakat/kemanusiaan
secara keseluruhan. Seseorang bisa memiliki kepentingan untuk

c. Existentialism

Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Jean-Paul Sartre. Menurutnya standar prilaku
tidak dapat dirasionalisasikan. Tidak ada perbuatan yang benar-benar salah atau benar-benar
benar atau sebaliknya. Setiap orang dapat memilih prinsip etika yang disukai kerena manusia
adalah apa yang ia inginkan dirinya menjadi.
NAMA : TASYA SHAFIRA MUSTHOFA
NIM : 170602019
ETIKA BISNIS ISLAM

Menurut interpretasinya, eksistensi mendahului esensi. Awalnya manusia dahulu yang ada
kemudian baru ia menentukan siapa dia atau esensi dirinya. Setiap orang adalah mahluk
bebas. Pertanggung jawaban moral berada pada setiap individu dengan caranya sendiri-
sendiri.

d. Relativism

Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relatif. Jawaban etika tergantung
situasinya. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa tidak ada kriteria universal untuk
menentukanperbuatan etis. Setiap individu menggunakan kriterianya sendiri-sendiri dan
berbeda setiap negara/budaya. Masalah yang timbul dalam praktiknya adalah self- centered
(egois), fokus pada diri manusia individu mengabaikan interaksi dengan pihak luar sistem
dan pembuat keputusan tidak berfikir panjang, semua tergantung kriterianya sendiri.

e. Teori Hak (Right)

Teori ini cenderung paling banyak digunakan dan populer untuk masa modern. Nilai
dasar yang dianut adalah Liberty (kebebasan). Perbuatan etis harus berdasarkan hak individu
terhadap kebebasan memilih. Setiap individu memiliki hak moral yang tidak dapat ditawar.
Dalam praktiknya ditemui masalah karena seseorang biasanya meminta haknya didahulukan,
atau batasan hak sering tidak jelas (peraturan sering mengorbankan minoritas).

Question III

Bagaimana teori etika barat dilihat dari sudut Islam? coba jabarkan pendapatmu?

Jawab :

Menurut Islam, konsep etika barat sangat berbeda dari konsep etika dalam Islam, tentunya
konsep etika dalam islam lah yang lebih unggul dan baik untuk diterapkan dalam tatanan
kehidupan masyarakat. Dalam konsep etika barat, mengenai modal diperoleh darimana saja
tidak mementingkan halal atau tidak, sedangkan dalam Islam, modal harus diperoleh dengan
cara yang halal. seorang muslim harus yakin antara kesatuan hidup dan kesatuan
kemanusiaan, Maka dari itu tidak boleh melakukan tindakan pemisahan antara kehidupan
dunia dan agama seperti yang terjadi di kebanyakan Negara di Eropa dan Amerika. Bagi
seorang muslim, tidak dibenarkan mendahulukan kepentingan ekonomi semisal keuntungan
bisnis di atas pemeliharaan nilai dan keutamaan yang diajarkan agamanya.

Dikehidupan dulu dan sekarang, banyak didapati sistem ekonomi yang lebih mendahulukan
upaya-upaya ekonomi dengan mengabaikan etika dan berbagai konsekuensi transendental. Itu
NAMA : TASYA SHAFIRA MUSTHOFA
NIM : 170602019
ETIKA BISNIS ISLAM

berarti bahwa sistem tersebut mementingkan tuntutan strategi bisnis daripada tuntutan moral
yang mendorong pelakunya untuk berbuat yang merugikan orang lain. Islam sangat melarang
tindakan yang dapat merugikan masyarakat, maka dari itu Islam ada untuk memperbaiki
sistem tatanan etika yang ada menjadi lebih baik lagi dan tentunya dijalankan sesuai dengan
prinsip prinsip agama Islam.

Question IV

Coba jelaskan Prinsip dasar/Basic Tenets dalam Islam berikut ini dan sertakan ayat atau
hadistnya yang sesuai dengan pembahasan.

1.Bagaimana konsep kepemilikan dan kekayaan di dalam Islam

2. Bagaimana konsep distribusi Kekayaan didalam Islam (Singgung ghanimah, Kharaj,


Jizyah, Rikaz, Dhawa-i, Usyur)

3. Bagaimana Konsep Kerja dan Bisnis dalam Islam

4. Bagaimana konsep karakter kerja bisnis yang Halal didalam Islam (singgung 5
karakter moral: free interest system, sistem bagi hasil, joint venture, lembaga
intermediary, tidak berlebihan menggunakan sumber daya dan karakter lainnya seperti:
menghindari gharah, maysir, dll)

Jawab :

1. Menurut Islam, kepemilikan adalah hukum syara’ yang berlaku pada (fisik barang)
atau hanya manfaat saja. Izin Allah SWT kepada seseorang untuk memiliki harta
kekayaan juga berarti memberi hak kepada pemiliknya untuk memanfaatkan dan
mengelolanya sesuai dengan keinginannya selama memenuhi ketentuan-ketentuan
syariah. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa Allah adalah pemilik mutlak
segala sesuatu di dunia ini.
Manusia di ciptakan sebagai khalifah di muka bumi, Allah menciptakan segala
sesuatu itu untuk diberikan dan dimanfaatkan dengan sebaik baiknya kepada manusia
sebagai sarana menjalankan perannya sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi.
Melalui sebab-sebab tertentu yang ditetapkan Allah sebagaimana yang telah
dijelaskan dimuka bumi, setiap manusia diizinkan untuk memiliki dan menikmati
kekayaan yang berada dalam penguasaannya, mengembangkan atau memindah
tangankan kepada orang lain baik jalan transaksi ekonomi maupun tidak.

Dalil Al-Quran Q.S. An-Nur ayat 33, Allah SWT. Berfirman yang artinya :

“....Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-
Nya kepadamu....” (QS. An-Nur: 33).
NAMA : TASYA SHAFIRA MUSTHOFA
NIM : 170602019
ETIKA BISNIS ISLAM

2. Ajaran agama Islam didasarkan atas asas keadilan dan kebebasan. Islam menghendaki
agar harta benar-benar terdistribusi dengan adil dan merata.
Seperti yang dijelaskan didalam Alquran surah Al-Hasyr ayat 7, yang artinya :

“Harta rampasan (fai') dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang
berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu
jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan
Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.”

Ayat ini menerangkan bahwa harta fai' yang berasal dari orang kafir, seperti harta-
harta Bani Quraidhah, Bani Nadhir, penduduk Fadak dan Khaibar, kemudian diserahkan
Allah kepada Rasul-Nya, dan digunakan untuk kepentingan umum, tidak dibagi-bagikan
kepada tentara kaum Muslimin. Kemudian diterangkan pembagian harta fai itu untuk Allah,
Rasulullah, kerabat-kerabat Rasulullah dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib, anak-anak
yatim yang fakir, orang-orang miskin yang memerlukan pertolongan, dan orang-orang yang
kehabisan uang belanja dalam perjalanan.

Ayat tersebut juga menegaskan bahwa harta harus beredar di masyarakat tidak boleh
ditumpuk dan dikuasai oleh sekelompok orang orang kaya saja, harta harus berfungsi sebagai
penolong sesama sehingga dapat dinikmati oleh semua masyarakat dengan tetap mengakui
hak kepemilikan dan Islam sangat melarang tindaan monopoli dan menimbun barang disaat
masyarakat membutuhkan barang tersebut. Semua orang mempunyai hak yang sama, tidak
ada diskriminasi dan kedudukan kita sebagai seorang muslim sama di mata Allah SWT .

Menurut Sayyid Quthub, Islam adalah keadilan kemanusiaan yang meliputi seluruh
segi dan dasar kehidupan manusia. Keadilan ini bukan semata-mata keadilan ekonomi saja,
tetapi menyangkut pemikiran, kesadaran, dan sikap, nilai spiritual dan moral. Pada setiap
kepemilikan seseorang terdapat hak-hak sosial, misalnya dalam harta yang dimiliki terdapat
kewajiban zakat, infak dan sedekah. Adanya kaya dan miskin merupakan kenyataan sosial
yang tidak dapat dipungkiri. Ajaran Islam mengajarkan penataan hubungan harmonis antara
sesama manusia berdasarkan prinsip keadilan sosial sehingga antara keduanya tidak terdapat
kesenjangan yang terlalu jauh sehingga dapat menimbulkan konflik sosial.keadilan adalah
milik Allah untuk semua orang. Semua harta yang ada didunia ini hanyalah titipan sementara,
bisa saja sewaktu-waktu Allah SWT. Dapat menarik kembali harta yang telah dititipkan-Nya
kepada kita.
NAMA : TASYA SHAFIRA MUSTHOFA
NIM : 170602019
ETIKA BISNIS ISLAM

3.
a. Konsep bisnis dalam Islam

menurut pandangan Islam mempunyai visi masa depan yang tidak semata-mata
mecari keuntungan sesaat, melainkan mencari keuntungan yang hakiki, baik dan berakibat
baik pula bagi kesudahannya.

Dasarnya adalah QS. At-Taubah : 111 yang artinya adalah

“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka
membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan
Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.”

Dan juga pada, Q.S Al-Baqarah ayat 275, yang artinya :


“Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba” (Al Baqarah : 275).

Maka dari itu, Islam memberikan beberapa aturan atau prinsip (syariat) yang harus
ditaati umatnya ketika menjalankan bisnis. Beberapa prinsip yang harus dijalankan dalam
praktik bisnis Islam, diantaranya adalah: Pertama halal, Allah SWT telah memerintahkan
kepada umatnya untuk mencari rezeki yang halal. Kedua, Baik (Thayyib) yaitu sesuatu yang
baik dan dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga mitra bisnis
dan masyarakat luas. Ketiga, kejujuran. Agar tidak merugikan mitra transaksi atau pelanggan,
maka bisnis menurut Islam mengutamakan kejujuran dalam setiap transaksi bisnis maupun
kehidupan sehari hari. Keempat, bersaing secara sehat. Pesaing dapat dijalankan asalkan
untuk sarana berprestasi secara fair dan sehat (fastabiqul khairat) dan mencari berkah Allah
SWT menciptakan kita dalam keberagamannya, baik etnis, budaya, ekologi dan sebagainya.

b. Konsep kerja dalam Islam

Islam menganjurkan umatnya untuk mencari rezeki dengan bekerja, karena bekerja
adalah upaya latihan kesabaran, ketekunan, keterampilan, kejujuran, ketaatan, menguatkan
tubuh, mempertinggi nilai perorangan serta masyarakat dan memperkuat ummat. Dalil
tentang anjuran untuk bekerja, terdapat pada Q.S Al-Jumuah ayat 10, yang artinya :

“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-sebanyaknya supaya kamu beruntung.” (QS. Al-
Jum’ah: 10).7

Bersamaan dengan anjuran untuk kerja dan usaha serta menggali sebab-sebab yang
mendatangkan rizki, Islam juga melarang umatnya meminta-minta. Sebab Islam memandang
NAMA : TASYA SHAFIRA MUSTHOFA
NIM : 170602019
ETIKA BISNIS ISLAM

bahwa perbuatan meminta-minta itu bukanlahcara untuk mendapatkan rizki. Dan adapula
termasuk jenis jenis pekerjaan yang dilarang di dalam Islam menurut Yusuf Qardhwi, ialah
pekerjaaan yang kotor. Kerja yang kotor adalah kerja yang mengandung unsur kezhaliman
dan merampas hak orang lain tanpa prosedur yang benar. Seperti mencuri, penipuan,
mengurangi takaran timbangan, menimbun di saat orang membutuhkan dan lain sebagainya.
kemudian memperoleh sesuatu yang tidak diimbangi dengan kerja atau kerja keras yang
setimpal, misalnya seperti riba, termasuk undian dan lainnya.

4. Konsep kerja bisnis yang halal dalam Islam

Dalam melakukan setiap pekerjaan, dalam Islam aspek etika merupakan hal yang
harus selalu diperhatikan. Seperti mendapatkan pekerjaan yang halal dan baik, pekerjaan
yang juga berguna bagi masyarakat, bekerja dengan telaten (rajin), didasari iman dan taqwa,
sikap baik budi, jujur dan amanah, kuat, kesesuaian upah, tidak menipu, tidak merampas,
tidak mengabaikan sesuatu, ahli dan profesional, serta tidak melakukan pekerjaan yang
bertentangan dengan hukum Allah atau syariat Islam (al-Quran dan Hadits). Kerja
mempunyai etika yang harus selalu diikutsertakan didalamnya, oleh karena kerja merupakan
bukti adanya iman dan parameter bagi pahala dan siksa.

Menurut Islam hendaknya para pekerja dapat meningkatkan tujuan akhirat dari
pekerjaan yang mereka lakukan dalam arti bukan sekedar memperoleh upah dan imbalan
karena tujuan utama kerja adalah demi memperoleh keridhaan Allah SWT sekaligus
berkhidmat kepada umat. Etika bekerja yang disertai dengan ketakwaan ini merupakan
tuntunan Islam. Islam membukakan pintu kerja bagi setiap muslim agar dapat memilih
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, pengalaman, pilihannya. Islam tidak membatasi
sesuai perkerjaan secara khusus kepada seseorang, kecuali demi kemaslahatan masyarakat.

Menurut Masudul Alam Choudhory, ada 5 karakter yang dapat mencirikan dimensi
etis pada aktivitas ekonomik (halalan toyiban) dalam Islam. Kelima karakter tersebut
diasumsikan dari kelima sistem moral Islam sebagai berikut:

a) free-interest system. Dalam perspektif para sarjana muslim kontemporer infrastruktur


perekonomian Islam harus berdiri diatas perekonomian tanpa bunga. Oleh sebab itu,
transaksi yang dijalankan kerja dan bisnis(kontrak/akad) mengacu kepada
konsepkonsep fiqh muamalah yang sudah di-convergence dengan sistem ekonomi dan
keuangan modern. Substansi dari pelarangan riba adalah untuk mengantisipasi adanya
tindakan-tindakan eksploitatif terhadap mereka yang lebih lemah/kecil dalam
mekanisme kerja dan bisnis.
b) sistem bagi hasil. Islam mencanangkan hubungan antara pihak-pihak yang
bertransaksi dalam hubungan partnership. Hubungan antara kreditor dan debitor
diminimalisir dalam transaksi keuangan, dan walaupun dilaksanakan, biasanya
transaksi yang dijalankan akan diarahkan kepada aktivitas kreatif (qardul hasal).
Keuntungan dalam sistem bagi hasil dipresentasekan (nisbah bagi hasil) dan
NAMA : TASYA SHAFIRA MUSTHOFA
NIM : 170602019
ETIKA BISNIS ISLAM

keuntungan yang didapat. Konsep ini tidak mengenal pre determined fix income
(kepastian keuntungan di muka), dengan alasan ketidaketahuan manusia akan
keuntungan yag bakal didapat dimasa yang akan datang.
c) joint venture. Skema kerja dan bisnis dalam bentuk penyertaan modal (partnership).
Investasi diarahkan kepada equity base fund ketimbang debt base fund.
d) lembaga intermediary yang berkaitan dengan aktivitas karitatif (charity program),
keberkahan dalam bisnis dan kedermawanan. Ini adalah bentuk dari institusi
penengeah antara sector surplus dan deficit, antara dunia dan akhirat.

Islam melarang praktek pekerjaan atau bisnis yang haram, seperti :

1. Maysir adalah perpindahan melalui permainan seperti taruhan uang pada permainan
kartu, pertandingan sepak bola, pacuan kuda dan semua jenis taruhan yang mirip
dengan itu.
2. Gharar adalah sesuatu yang tidak jelas dan tidak dapat dijamin atau dipastikan
kewujudannya secara matematis dan rasional baik itu menyangkut barang (bentuk detail
barang) , harga, waktu pembayaran uang atau penyerahan barang .
3. Riba adalah

Bagian terakhir dari pembahasan kali ini ialah tabel kejelasan dan penjelasan tentang
karakter bisnis islami yang disandingkan serta dibandingkan dengan karakter bisnis non-
islami secara umum, SILAHKAN DIISI.

Islami Ruang Lingkup Non Islami


Akidah Asas Sekularisme
nilai nilai transdental dunia- Motivasi Nilai nilai material
akhirat
Profit&benefit , Orientrasi Profit, pertumbuhan dan
pertumbuhan, keberkahan keberlangsungan.
dan keberlangsungan
Tinggi, bisnis adalah bagian Etos Kerja Tinggi, bisnis adalah bagian
dari ibadah. dari kebutuhan duniawi.
Maju & produktif, Sikap Mental Maju, produktif, konsumtif,
konsekuensi keimanan, dan dan kosekuensi aktualisasi
manifestasi kemusliman. diri.
Cakap dan ahli dibidangnya, Keahlian Cakap dan ahli diibidangnya,
kosekuensi dari kewajiban kosekuensi dari motivasi
seorang muslim. reward dan punishment.
Terpercaya dan bertanggung Amanah Tergantung kemauan
jawab, tidak bersikap curang. individu, tujuan
menghalalkan berbagai cara.
Halal dan jelas. Modal Halal dan haram.
Islam Ruang Lingkup Non Islam
Sesuai dengan akad kerjanya. SDM Sesuai dengan akad kerjanya
atau sesuai keinginan pemilik
NAMA : TASYA SHAFIRA MUSTHOFA
NIM : 170602019
ETIKA BISNIS ISLAM

modal.
Halal. Sumber Daya Halal dan haram.
Visi dan misi organisasi Manajemen strategis Visi dan misi organisasi
terkait erat dengan misi ditetapkan berdasarkan pada
penciptaan manusia di dunia. epentingan material semata.
Jaminan halal bagi setiap Manajemen Operasional Tidak ada jaminan halal
pemasukan, dan pengeluaran. disetiap pemasukan dan
pengeluaran, dan
mengedepankan
produktivitas dalam koridor
manfaat.
Jaminan halal bagi setiap Manajemen Keuangan Tidak ada Jaminan halal bagi
pemasukan, dan pengeluaran setiap pemasukan, dan
pengeluaran
Pemasaran dalam koridor Manajemen Pemasaran Pemasaran menghalalkan
jaminan halal. dengan segala cara.
SDM profesional dan Manajemen SDM SDM profesional, SDM
berkepribadian Islam, SDM adalah faktor produksi dan
adalah pengelola bisnis dan bertanggung jawab atas diri
mempunyai tanggung jawab sendiri dan majikan.
terhadap diri sendiri dan
Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai