Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

MODUL 5

PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN GANGGUAN


KOMUNIKASI

Disusun Oleh ;

1. Rakhmat Hidayat (835133037)


2. Risky Amalia (835133005)
3. Fatmi Fitasari (835133162)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

POKJAR BANYUPUTIH

UPBJJ SEMARANG 2018


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami


perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya
mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko
sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau
intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak
berkebutuhan khusus atau anak luar biasa. Dalam memahami anak berkebutuhan
khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan adanya pemahaman mengenai
jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi
pada penderita.
Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan
mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya
bila dibandingkan dengan nak yang normal. Karakteristik spesifik anak
berkebutuhan khusus pada umumnya  berkaitan dengan tingkat perkembangan
fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri,
kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya. Adanya perbedaan
karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan
kemampuan khusus guru.
Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara
mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek.
Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar,
berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada
keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNARUNGU


Anak tunarungu merupakan salah satu klasifikasi dari anak yang
dikategorikan berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan dalam
pendengarannya sehingga memberikan dampak negative bagi perkembangnnya,
terutama dalam kemampuan berbicara dan berbahasa. Oleh karena itu perlu
mendapatkan layanan pendidikan khusus pada sekolah khusus, sekolah regular,
maupun pendidikan inklusi.

KEGIATAN BELAJAR 1
Definisi, klasifikasi, dan penyebab ketunarunguan

1. Definisi Tunarungu
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna yang artinya
kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia
tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.
2. Klasifikasi Tunarungu
Ketunarunguan dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu:
a. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran;
1) Tunarungu ringan (mild hearing loss), cirinya: anak mengalami kehilangan
pendengaran antara 27-40 dB. Mempunyai kesulitan mendengar bunyi yang
jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis, dan memerlukan terapi
bicara.
2) Tunarungu sedang (Moderate Hearing Loss), cirinya: anak mengalami
kehilangan pendengaran antara 41-55 dB, mengerti percakapan dari jarak 3-
5 feet secara face to face, membutuhkan alat bantu dengar.
3) Tunarungu agak berat (Moderately Severe Hearing Loss), cirinya, anak yang
mengalami kehilangan pendengaran 56-90 dB, hanya bisa mendengar suara
dari jarak dekat dengan menggunakan hearing pad.
4) Tunarungu berat(Severe Hearing Loss), cirinya: anak mengalami kehilangan
pendengaran antara 71-90 dB, ia hanya bisa mendengar suara keras dari
jarak dekat. Membutuhkan pendidikan khusus, alat bantu dengar, serta
latihan untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.
5) Tunarungu Berat Sekali (Profound Hearing Loss) cirinya: anak mengalami
kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB, mungkin sadar suara yang keras
tetapi melaluui getaranya dari pada pola suara. Banyak bergantung pada
penglihatan dari pada pendengaran untuk proses menerima informasi /
berkomunikasi.
b. Berdasarkan saat terjadinya, tunarungu diklasifikasikan menjadi 2, yaitu;
1) Ketunarunguan prabahasa (Prelingual deafness), yaitu kehilangan
pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa
berkembang.
2) Ketunarunguan pasca bahasa (post lingual deafness), yaitu kehilangan
pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan
bahasa berkembang.
c. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis. Ketunarunguan
dapat diklasifikasikan menjadi;
1) Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang disebabkan
oleh terjaidnya kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah yang
berfungsi sebagai alat konduksi getaran suara menuju telinga bagian dalam.
2) Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh
terjadinya kerusakan pada telnga dalam serta syaraf pendengaran (nervus
chochlearis)
3) Tunarungu tipe campuran, yaitu gabungan tipe konduktif dan sensorineural.
d. Berdasarkan etiologi / asal usulnya ketunarunguan dapat diklasifikasikan
menjadi;
1) Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetic.
2) Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor
nongenetik.

B. PENYEBAB TERJADINYA TUNARUNGU


1. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Konduktif
a. Kerusakan pada telinga luar dapat disebabkan karena tidak terbentuknya
lubang telinga bagian luar yang dibawa sejak lahir, terjadinya peradangan
pada lubang telinga luar.
b. Kerusakan yang terjadi pada telinga tengah dapat disebabkan oleh, Ruda
paksa / benturan keras karena terjatuh, terjadinya peradangan pada telinga
tengah, otosclerosis / pertumbuhan tulang pada kaki tulang stapes,
tympanisclerosis/ adanya lapisan kalsium pada gendang dengar, tidak
terbentuknya tulang pendengaran.
2. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Sensorineural
a. Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetik.
b. Penyebab ketunarunguan faktor non genetic, antara lain;
1) Rubella campak Jerman
2) Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak
3) Meningitis
4) Trauma akustik.
C. CARA PENCENGAHAN TERJADINYA TUNARUNGU
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
terjadinya tunarungu.
1. Upaya pada saat sebelum menikah (pranikah)
a. Menghindari pernikahan sedarah.
b. Melakukan pemeriksaan darah
c. Melakukan konseling genetika
2. Upaya pada saat hamil
a. Menjaga kesehatan dan memeriksakan kehamilan secara teratur kepada
dokter kandungan / bidan.
b. Mengonsumsi gizi yang seimbang
c. Tidak meminum obat sembarangan, karena dapat menyebabkan keracunan
pada janin
d. Melakukan imunisasi anti tetanus.
3. Upaya pada saat melahirkanya
a. Di upayakan saat melahirkan tidak menggunakan alat penyedot
b. Apabila ibu terkena virus gerpes simplex pada daerah vagina, maka
kelahiran harus melalui operasi Caesar.
4. Upaya pada saat setelah melahirkan
a. Melakukan imunisasi dasar serta rubella
b. Apabila anak mengalami sakit influenza harus segera ditangani.
c. Menjaga telinga dari kebisingan.
D. DEFINISI GANGGUAN KOMUNIKASI
Komunikasi berasal dari kata Latin, yaitu communication yang berarti sama.
Sama disin maksudnya adalah sama maknanya mengenai suatu hal. Dengan
demikian komunikasi merupakan suatu aktivitas penyampaian pikiran maupun
perasaan, antara individu kepada invidu atau indivisu kepada kelompok melalui
system symbol, yang dapat dimaknai bersama. Dalam proses komunikasi,
adakalanya tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga terjadi miskomunikasi.

E. KLASIFIKASI GANGGUAN KOMUNIKASI


1. Gangguan Bicara (speech disorder)
a. Gangguan artikulasi, adalah kesulitan dalam pembentukan bunyi-bunyi suku
kata, maupun kata-kata, sehingga ucapannya sulit dipahami. Ada beberapa
tipe gangguan artikulasi , yaitu substitusi,omisi,distorsi dan adisi.
b. Gangguan kelancaran disebut juga gangguan irama berbicara yang terdiri
dari dua jenis gangguan yaitu gagap dan cluttering.
c. Gangguan Suara, ditandai dengan adanya gangguan proses produksi suara
yang diakibatkan oleh sebab-sebab organic maupun fungsional.
d. Ganguan bicara yang di hubungkan dengan kelainan orofacial seperti
adanya kelainan lidah, celah bibir, celah langit-langit serta kelainan
pendengaran.
e. Gangguan bicara yang dihubungkan dengan kerudakan saraf.
2. Gangguan bahasa (language disorder)
a. Gangguan dalam bentuk bahasa (fonologi, morfologi dan sintaksis)
b. Gangguan isi bahasa (semantic)
c. Gannguan dalam fungsi bahas (pragmatic)
d. Aphasia.

F. PENYEBAB GANGGUAN KOMUNIKASI


Gangguan komunikasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya:
faktor kehilangan pendengaran, kelainan organ bicara, gangguan emosi,
keterlambatan perkembangan, mental retardasi, kerusakan otak, serta faktor
lingkungan.
Pencegahan terjadinya gangguan komunikasi sama seperti pencegahan
terjadinya berbagai kelainan pada anak,karena banyak gangguan komunikasi
merupakan danpak dari adanya kelainan tersebut. Disamping itu, orang tua harus
memonitor tumbuh kembang anak, melakukan intervensi dini terhadao kelainan
yang ditemukan, memberikan dukungan dengan banyak memberikan stimulasi
bunyi-bunyi bahasa serta menghindari menggunakan dwi bahasa pada awal masa
perkembangan bahasa.

KEGIATAN BELAJAR 2
Dampak Tunarungu dan Gangguan Komunikasi Bagi Perkembangan Anak

Ketunarunguan atau gangguan komunikasi membawa dampak bagi


perkembangan anak. Dampak tersebut mengakibatkan mereka memiliki
kecenderungan untuk memiliki sikap / kemampuan sebagaimana dijelaskan dibawah
ini

1. Dampak Tunarungu Bagi anak


a. Dampak Tunarungu Terhadap Perkembangan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbicara dan berbahasa diperoleh melalui proses peniruan
bunyi-bunyi bahasa. Dengan demikian anak tunarungu sejak lahir tidak
mendapatkan stimulasi bunyi-bunyi bahasa yang dapat ditiru sebagai awal
perkembangan bicara dan bahasa. Menurut Robert M. Smith dan John T.
Neiswork (1975) tahapan normal perkembangan bicara adalah sebagai
berikut:
1) Fase reflexive vocalization , yaitu 0-6 minggu
2) Fase babbling / vocal play, yaitu 6minggu-6bulan
3) Fase lalling, yaitu 6-9bulan
4) Fase echolalic, yaitu 9-12 bulan
5) Fase true speech, yaitu 12-18 bulan
b. Dampak Tunarunggu Terhadap Kemampuan Akademis
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik. Keterbatasan dalam
kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu
cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang
bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang nonverbal
dengan anak seusianya.
c. Dampak Tunarungu Terhadap Aspek Sosial-Emosional
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional diantaranya:
1) Pergaulan yang terbatas dengan sesama tunarungu sebagai akibat
dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
2) Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan
dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berfikir
dan perasaan orang lain.
3) Perasaan takut/khawatir terhadap lingkungan sekitar, yang
menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya
diri.
4) Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan.
5) Memiliki sifat polos.
6) Cepat marah dan mudah tersinggung sebagai akibat seringnya
mengalami kekecewaan.
d. Dampak Tunarungu terhadap Aspek Fisik dan Kesehatan
Pada sebagian tunarungu ada yang mengalami gangguan
keseimbangan sehingga cara berjalannya kaku dan agak membungkuk.
Gangguan tersebut timbul jika terjadi kerusakan pada organ
keseimbangan yang ada di telinga bagian dalam. Gerakan mata anak
tunarungu cenderung cepat karena ia ingin menangkap / mengetahui
keadaan sekitar.
Gerakan tangan sangat cepat dan lincah hal tersebut terlihat ketika ia
mengadakan komunikasi dengan bahasa isyarat. Pernafasan pendek
karena tidak terlatih melalui kegiatan berbicara.
Dalam aspek kesehatan pada umumnya Nampak sama dengan anak
normal yang lain, karena anak tunarungu dapat merawat diri sendiri.
Namun bagi anak tunarungu penting untuk memeriksakan telinganya
secara periodic supaya tidak memperberat kondisi ketunarunguannya.

2. DAMPAK GANGGUAN KOMUNIKASI BAGI ANAK


Ada beberapa dampak yang timbul oleh adanya gangguan komunikasi,
antara lain:
a. Hambatan dalam berinteraksi
b. Hambatan dalam pengembangan kemampuan akademik
KEGIATAN BELAJAR 3
Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan
Gangguan Komunikasi

Pada kegiatan Modul 2 sudah dijelaskan bahwa dampak dari tunarungi dalam
kehidupannya secara kompleks, baik sebagai individu maupun sebagai insan sosial.
Dalam kegiatan belajar 3 ini membahas bagaimana agar dapat memberikan layanan
pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang ada disekolah anda sesuai
dengan kebutuhan.

A. KEBUTUHAN KHUSUS ANAK TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN


GANGGUAN KOMUNIKASI
1. Kebutuhan Khusus Anak Tunarungu
Kemampuan berbahasa merupakan dasar untuk mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki anak.oleh karena itu, anak tunarungu
membutuhkan layanan untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya.
Melalui Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI). Layanan
BKPBI adalah layanan khusus yang merupakan suatu kesatuan antara
pembinaan komunikasi dan optimalisasi sisa pendengaran untuk
memersepsikan buni dan irama.
Berikut layanan dari BKPBI antara lain:
a. Layanan Bina Komunikasi (Pengembangan Kemampuan berbahasa dan
berbicara), meliputi:
1. Pengembangan kemampuan berbahasa, layanan ini
2. Layanan Bina Bicara, meliputi
- Latihan prabicara
- Latihan pernafasan
- Latihan pembentukan suarapembentukan fonem
- Penggemblengan, pembetulan
3. Layanan Membaca Ujaran, kemampuan membaca ujaran dapat dilatih
melalui membaca ujaran. Melalui latihan pramembaca ujaran meliputi
latihan meniru gerakan-gerakan yang besar terlebih dahulu seperti
gerakan tangan, kemudian gerakan yang kecil seperti meniru gerakan
lidah dan bibir.
4. Layanan Bina Persepsi dan Irama (BPBI), progarm latihan BPBI
sebagaimana dikemukakan oleh Depdiknas (2007) dan sadjaah, E &
Sukardja (1996:234-239) mencakup berbagai latihan sebagai berikut:
- Latihan Deteksi/Kesadaran terhadap bunyi
- Latihan mendeteksi Bunyi
- Latihan membedakan/Diskriminasi Bunyi
- Latihan membedakan Bunyi Latar Belakang dan Bunyi bahasa
2. Kebutuhan Khusus Anak dengan Gangguan Komunikasi, antara lain:
a. Kebutuhan anak dengan gangguan artikulasi.
b. Kebutuhan khusus anak yang gagap.
c. Kebutuhan khusus bagi anak yang mengalami keterlambatan dalam
komunikasi verbal.
d. Kebutuhan anak dengan gangguan komunikasi karena autis.

B. PROFIL PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK TUNARUNGU


1. Sistem Pendidikan bagi Anak Tunarungu
a. Sistem pendidikan segresi, tempat pendidikannya sistem pendidikan segresi
meliputi, Sekolah Khusus, Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Kelas
Jauh/kelas Kunjung.
b. Sistem Integresi.
c. Sistem Pendidikan inklusif.
2. Metode Komunikasi, meliputi
a. Metode oral-aural,
b. Metode manual (metode isyarat), meliputi :
1. Abjad Jari
2. Ungkapan Badaniah/Bahasa Tubuh
3. Bahasa Isyarat asli, dikelompokan menjadi 2 yaitu:
- bahasa Alamiah
- Bahasa Isyarat Konseptual
4. Bahasa isyarat Formal
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tunarungu
4. Strategi Pembelajaran, meliputi: Strategi Individualisasi, Kooperatif dan
Modifikasi Perilaku.
5. Media Pembelajaran, berupa media visual seperti gambar, grafis
(diagaram,bagan), realita/objek nyata dari suatu benda (mata uang,
tumbuhan), model/tiruan dari objek benda.
6. Fasilitas Pendukung
7. Penilaian (asessment) Prinsip yang harus diperhatikan yaitu:
berkesinambungan, Menyeluruh, obyektif dan adaptif, pedagogis.

C. PROFIL PENDIDIKAN ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI


LaBlance (Smith, J.D., 2006:214) mengemukakan tiga prinsip bagi guru kelas
dalam membatu siswa mengalami hambatan dalam berbahasa dan berbicara yaitu
sebagai berikut:
- Berikan suatu contoh yang baik
- Tingkatkan Self-esteem (harga diri) siswa
- Ciptakan lingkungan bicara yang baik

Menurut Smith Smith, J.D. (2006: 215-217) guru perlu mengadakan kerja
sama, yaitu sebagai berikut:

1. Kerja Sama dengan Tenaga Ahli (Profesional Collaboration)


2. Kerja Sama dengan Oang Tua (Collaboration with Parent)
3. Kerja Sama dengan Teman Sebaya (Peer Collaboration)
4. Intervensi Ganguan Artikulasi, meliputi pelaksanaan asesmen, analisis hasil
asesmen, pembuatan program intervensi, pelaksanaan program intervensi.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan

Anak tunarungu merupakan salah satu klasifikasi dari anak yang


dikategorikan berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan dalam
pendengarannya sehingga memberikan dampak negative bagi
perkembangnnya, terutama dalam kemampuan berbicara dan berbahasa. Oleh
karena itu perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus pada sekolah
khusus, sekolah regular, maupun pendidikan inklusi.
Strategi pembelajaran anak tunarungu pada dasarnya sama dengan
strategi pembelajaran anak normal, akan tetapi dalam pelaksanaannya harus
bersifat visual, artinya lebih banyak memanfaatkan indra penglihatan siswa
tunarungu. Sedangkan alat evaluasi dalam pembelajaran anak tunarungu
dibagi atas dua macam, yaitu alat evaluasi umum yang digunakan dalam
pembelajaran dikelas biasa dan alat evaluasi khusus yang digunakan dalam
pembelajaran di kelas khusus dan ruang bimbingan khusus.
Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung jenis
gangguan komunikasi dan hambatan lain yang dialami anak tersebut.
Gangguan komunikasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya:
faktor kehilangan pendengaran, kelainan organ bicara, gangguan emosi,
keterlambatan perkembangan, mental retardasi, kerusakan otak, serta faktor
lingkungan. Pencegahan terjadinya gangguan komunikasi sama seperti
pencegahan terjadinya berbagai kelainan pada anak,karena banyak gangguan
komunikasi merupakan danpak dari adanya kelainan tersebut. Disamping itu,
orang tua harus memonitor tumbuh kembang anak, melakukan intervensi dini
terhadao kelainan yang ditemukan, memberikan dukungan dengan banyak
memberikan stimulasi bunyi-bunyi bahasa serta menghindari menggunakan
dwi bahasa pada awal masa perkembangan bahasa.
Prosedur dalam layanan intevensi gangguan komunikasi meliputi
asesmen, menganalisis hasil asesmen, membuat program intervensi,
melaksanakan program intervensi, penilaian serta tindak lanjut.
b. Saran

1. Sebagai seorang guru seyogyannya mempunyai wawasan tentang


layananan pendidikan bagi anak tunarungu maupun anak dengan
gangguan komunikasi.
2. Hendaknya seorang guru yang baik harus memahami karakteristik dari masing-
masing peseta didiknya.
3. Seorang guru yang baik harus mampu memilih dan menggunakan metode
serta media yang tepat sesuai dengan karakter peserta didiknya. Sehingga
bisa memberikan pelayanan kebutuhan khusus yang sesuai dengan apa
yang siswa butuhkan. Baik itu siswa dengan gangguan tuna rungu
maupun pada siswa gangguan komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono . (1995). Strategi Belajar Mengajar dalam pendidikan


Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud Republik Indonesia.

Bunawan, Lanny. (1983). Psikologi Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi


Rama.

Efendy, O. (2006). Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Wardani, IGAK, dkk (2017). Pengantar Anak Berkebutuhan Khusus. Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai