Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siapa yang tidak kenal dengan Pancasila dan Soekarno sebagai
penggalinya ? Pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertama kalinya Bung Karno
mengucapkan pidatonya didepan sidang rapat Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI ).
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar Negara, dan pemersatu
bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila
terhadap bangsa dan Negara Indonesia ? Kondisi ini dapat terjadi karena
perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti
keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya
serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Pancasila adalah bagian dari sejarah inti Negara Indonesia. Sehingga
tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai
sesuatu yang sakral yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur
dalamnya. Ada pula sebagian pihak yang sudah hampir tidak memperhatikan
lagi semua aturan – aturan yang dimiliki oleh Pancasila. Namun, di lain pihak
muncul orang – orang yang tidak sepihak atau menolak akan adanya Pancasila
sebagai dasar Negara Indonesia.
Sebagai dasar Negara Indonesia, tentu Pancasila ada yang
merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan
YME dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di
masa – masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan
kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa diantara tokoh perumus
Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat
bertahan dari gumcangan kisruh politik di negera ini, yaitu pertama ialah
karena secara intrinsik dalam pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa
yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi. Kedua, Pancasila
merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup paham –
2

paham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan paham lain yang positif
tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri.
Yang ketiga, karena sila – sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai – nilai dan
norma- norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.1
1.2 Rumusan Masalah
1. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2. Proses Kemerdekaan Indonesia.
3. Pentingnya Proklamasi Kemerdekaan.
4. Pancasila Sebagai Konstitusi Tertinggi.
5. Hubungan Proklamasi dan Pancasila dalam Batang Tubuh UUD 1945.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Pancasila.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Makna Proklamasi dan Pancasila
dalam Batang Tubuh UUD 1945.
3. Untuk mengetahui tahapan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
4. Untuk mengamalkan nilai – nilai proklamasi dan pancasila.
5. Untuk mengingatkan kita agar tidak pernah melupakan sejarah.

1
Lukman Surya Saputra, Pendidikan Kewarnegaraan, (Jakarta: Dindin Supratman, 2009), hlm. 2
3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
2.1.1 Pengertian Proklamasi
Proklamasi ialah suatu pengumuman kepada seluruh rakyat akan
adanya kemerdekaan. Pengumuman akan adanya kemerdekaan tersebut
sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada rakyat dari Negara yang
bersangkutan namun juga kepada rakyat yang ada di seluruh dunia dan
kepada semua bangsa yang ada di muka bumi ini.
Dengan Proklamasi Kemerdekaan, telah lahir sebuah Negara baru
yang memiliki kedudukan yang sama dengan Negara – Negara lain
yang telah ada sebelumnya. Proklamasi menjadi tonggak awal
munculnya Negara dengan tatanan kenegaraannya yang harus dihormati
Negara lain. Proklamasi Kemerdekaan bagi suatu bangsa juga dapat
merupakan puncak revolusi, tonggak sejarah perjuangan bangsa
Indonesia
2.1.2 Makna dan Nilai dari Proklamasi
Makna proklamasi kemerdekaan dapat dilihat dari segi :
a. Politik
Bahwa dengan proklamasi kemerdekaan menandakan bahwa
bangsa Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari belenggu
penjajahan.
b. Hukum
Bahwa dengan proklamasi kemerdekaan menandai
berakhirnya tertib hukum kolonial dan mulai berlakunya tertib
hukum nasional.
c. Tujuan
Bahwa dengan proklamasi kemerdekaan, merupakan
jembatan emas bagi bangsa Indonesia untuk dapat melaksanakan
pembangunan.
d. Perjuangan
4

Proklamasi mengandung makna sebagai titik puncak


(kulminasi) perjuangan bangsa Indonesia. Dengan proklamasi
merupakan pernyataan bangsa Indonesia  memberi tahu bangsa lain
bahwa saat itu bangsa Indonesia telah lepas dari belenggu
penjajahan.
Nilai – Nilai Yang Terkandung dari Proklamasi 17 Agustus 1945 :
a. Sebagai puncak politik yang panjang dalam membangun dan
menegaskaan bangsa dan negara yang merdeka. Hal ini
sekaligus merupakan titik awal perjuangan baru dalam
mempertahankan dan mengisi hasil perjuangan.
b. Proklamasi menandai lahirnya negara RI. Hal ini menjadi awal
berlakunya tertib  hukum nasional dan berakhirnya tertib
hukum kolonial.
c. Proklamasi merupakan titik tolak pelaksanaan amanat
penderitaan rakyat sekaligus titik awal sejarah pemerintahan
Indonesia.2
2.2 Tahap/Proses Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
2.2.1 Sidang BPUPKI I
Dalam sidang I BPUPKI, dibicarakan asas dan dasar negara
Indonesia merdeka. Usul tersebut kali pertama dikemukakan oleh
Mohammad Yamin pada 29 Mei 1945. Mohammad Yamin
mengusulkan lima asas dan dasar bagi Negara Indonesia merdeka
yang akan didirikan, antara lain sebagai berikut :
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan social
Setelah selesai berpidato, Mohammad Yamin menyampai kan
konsep asas dan dasar Negara Indonesia merdeka secara tertulis
kepada ketua sidang, yang berbeda dengan isi pidato sebelum nya.

2
Ibid, hlm: 52
5

Asas dan dasar Indonesia merdeka secara tertulis menurut Mohammad


Yamin adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan kebangsaan Indonesia
3. Rasa kemanusian yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Setelah Mohammad Yamin menyampaikan pendapatnya,
kemudian Soepomo menyampaikan pemikiran-nya mengenai asas dan
dasar Negara Indonesia merdeka. Gagasan Soepomo mengenai dasar
Negara Indonesia merdeka adalah sebagai berikut :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pendapatnya
mengenai asas dan dasar negara Indonesia merdeka yang isinya
sebagai berikut.
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ir. Soekarno dalam sidang itu pun menyampaikan bahwa kelima
dasar Negara tersebut dinamakan Panca Dharma. Kemudian, atas
saran seorang ahli bahasa Ir. Soekarno mengubahnya menjadi
Pancasila.
6

2.2.2 Jakarta Charter


Sebelum mengadakan sidang kedua, para tokoh membentuk
Panitia Kecil. Panitia Kecil atau Panitia Sembilan dibentuk untuk
menindaklanjuti siding yang belum mencapai simpulan.
Panitia Kecil bertugas merumuskan hasil sidang I dengan lebih
jelas. Sidang Panitia Kecil tersebut dilaksanakan di Gedung Jawa
Hokokai dan dihadiri oleh anggota BPUPKI lainnya sehingga jumlah
peserta rapat sebanyak 38 orang. Rapat Panitia Kecil berhasil memu
tus kan ke putusan sebagai berikut.
1. Menggolongkan usul-usul yang masuk.
2. Usul prosedur yang harus dilakukan, yaitu prosedur agar lekas
tercapai Indonesia merdeka.
3. Menyusun usul rencana pembukaan hukum dasar yang disebut
Piagam Jakarta oleh Mohamad Yamin.3
2.2.3 Sidang BPUPKI II
Sidang II BPUPKI membahas penyusunan Rencana Pembukaan
Undang-Undang Dasar, Rencana Undang - Undang Dasar, serta
rencana lain yang berhubungan dengan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Dalam rapat pada 11 Juli 1945, dibentuk Panitia Perancang
Undang - Undang Dasar. Dalam rapat yang dilaksanakan selama tujuh
hari, dihasilkan rancangan Undang-Undang Dasar Indonesia merdeka.
Setelah sidang kedua, pada 7 Agutus 1945, BPUPKI dibubarkan dan
sebagai gantinya dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada 9 Agustus 1945. Ketua PPKI ialah Ir. Soekarno
dan wakilnya ialah Drs. Mohammad Hatta Pergolakan yang terjadi
dalam Perang Asia Timur Raya semakin membuat Jepang
tersudutkan.
2.2.4 Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok merupakan peristiwa penculikan
yang dilakukan oleh para golongan pemuda pemuda antara lain
Soekarni, Wikana, dan Chaerul Soleh terhadap Soekarno dan Hatta.

3
Ibid, hlm. 44
7

Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk


kemudian didesak agar mempercepat dilaksanakanya proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia,sampai adanya kesepakatan antara
golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad
Soebardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan
dilaksanakan terutama setelah Jepang kalah dalam Perang Pasifik
peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB.
Peristiwa Rengasdengklok berawal ketika Marsekal terauci
selaku Panglima Angkatan Perang Jepang di kawasan Asia Tenggara
memanggil Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr. Radjiman
Widiodiningrat agar datang ke Dalath,Vietnam untuk mendapatkan
janji kemerdekaan. Dr. Radjiman Widiodiningrat turut dipanggil ke
Dalath dalam kepastiannya sebagai ketua BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaam Indonesia/Dokuritsu Junbi
Cosakai. Mereka bertolak ke Dalath tanggal 9 Agustus 1945
sedangkan pertemuan dengan Marsekal Terauci baru dilangsungkan
pada tanggal 12 Agustus 1945.
Sementara itu,berita penyerahan Jepang kepada Sekutu didengar
oleh Sutan Syahrir dan para pemuda yang termasuk orang orang
Menteng Raya 31 Jakarta antara lain Chaeril Saleh, Abu Bakar Lubis,
dan Wikana melalui radio Amerika Serikat. Berkait dengan hal
tersebut,Golongan muda mengadakan rapat disalah satu ruangan
Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan timur Jakarta.
Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan
keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa
kemerdekaan indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri,
tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Hubungan dan janji
kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan
pertemuan dengan Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta agar kelompok
pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
Bung Karno dan Bung Hatta yang baru pulang menghadap
Marsekal Terauci di Dalath Vietnam tanggal 15 Agustus 1945, pada
8

pukul 22.00 WIB didesak oleh kelompok pemuda yang dipimpin oleh
Wikana dan Darwis yang mewakili kelompok muda untuk segera
memproklamasikan negara Indonesia, tetapi Bung Karno dan Bung
Hatta(Golongan Tua)belum bersedia karena akan mencari kebenaran
resmi berita tersebut dan membicarakan pelaksanaan proklamasi
dalam rapat PPKI.
Perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda
tersebut menjadi penyebab terjadinya peristiwa Rengasdengklok. Para
pemuda pada pukul 04.00 tanggal 16 Agustus 1945 segera menculik
atau mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok ,
sebuah kota kecil yang terletak diutara karawang, Jawa Barat. Tokoh
tokoh pemuda yang menculik diantaranya Soekarni, Yusuf Kunto, dan
Syudanco Singgih. Tujuannya adalah untuk menjauhkan Bung Karno
dan Bung Hatta dari segala pengaruh jepang. Daerah Rengaadengklok
ini sudah dikuasai sepenuhnya oleh pasukan PETA yang dipimpin
oleh Syudanco Subeno.
2.2.5 Detik – detik Proklamasi
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor
Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan
Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan)
di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar
oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi
Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan
militerJepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut.
Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus
1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga
status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi
Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal
Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan
itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang
bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu.
Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan
9

menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau.


Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam
meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar
Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira
penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat
(Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah
Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh
Myoshiguna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi.
Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan
Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya.
Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta,
Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro
(Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshiyang setengah mabuk duduk dikursi
belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian
ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri
penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan
kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini
Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti.
Bung Hatta, Subardjo, B. M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik
tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa
kalangan klaim Nishijima masih di dengungkan. Setelah konsep
selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut
menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL
Jerman, milik Mayor(Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya
pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun
berhubung alasan keamanan dipindahkan kekediaman Soekarno, Jalan
Pegangsaan Timur 56.4

2.2.6 Sidang PPKI I

4
Sugeng Priyanto, Pendidikan Kewarnegaraan, (Jakarta : Anang Priyanto, 2008), hlm. 26
10

Pada pelaksanaanya sebelum menggelar sidang PPKI pertama


Ir.Soekarno menambahkan 9 anggota PPKI baru yang sebagian terdiri
dari golongan muda, yaitu Sukarni, Chairul Saleh, dan Wikana.
Namun ketiga golongan muda tersebut kurang berkenan, mereka
masih menganggap bahwa PPKI merupakan badan yang di bentuk
oleh  Jepang. Oleh sebab itu,  Ir.Soekarno hanya mengumumkan 6
orang sebagai anggota baru PPKI yaitu  Ki Hajar Dewantara, Mr.
Kasman Singodimejo,  Wiranata Kusumah, Sayuti Melik, Mr. Iwa
Kusumantri dan Mr. Ahmad Subarjo.
Hasil Sidang Pertama PPKI 18 Agustus 1945
1. Pengesahan UUD 1945
Sidang PPKI pertama dilaksanakan di sebuah Gedung Cuo
Sangi In di Jalan Pejambon. Pada rapat ini Soekarno-Hatta
meminta sejumlah tokoh untuk merevisi
ulang kembali piagam Jakarta, khusunya pada kalimat
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” . Hal tersebut memicu rasa keberatan bagi
pemeluk agama lain ( selain agama Islam). Akhirnya setelah
melakukan perundingan yang dilakukan kurang lebih selama 15
menit yang dipimpin oleh Bung Hatta semua tokoh mencapai
kesepakatan untuk merubahnyamenjadi “ Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
2. Penetapan Ir.Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai
Wakil Presiden .
Penetapan Soekarno-Hatta sebagai presiden dan wakil
presiden diusulkan oleh Otto Iskandardinata secara aklamasi.
3. Pembentukan Komite Nasional
Bertujuan untuk membantu tugas presiden dan wakil
presiden dalam aparatur pemerintahannya.5
2.2.7 Sidang PPKI II

5
Aa Nurdiaman, Pendidikan Kewarnegaraan, (Jakarta : Betty Susilawati,2009), hlm. 33
11

Setelah sebelumnya PPKI melakukan sidang pertamanya pada


tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melakukan sidang keduanya pada
tanggal 19 Agustus 1945.
Pada sidang ke dua ini terdapat 3 hal yang dibahas serta
dihasilkan pada akhir persidangan. Untuk lebih jelasnya simak yang
dibawah ini. Hasil Sidang PPKI Kedua Tanggal 19 Agustus 1945:
1. Dibaginya wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi meliputi
wilayah Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda
Kecil, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Setiap provinsi dipimpin oleh seorang Gubernur yang segaligus
telah ditetapkan juga pada sidang kedua ini.
2. Pembentukan Komite Nasional (daerah).
Bertujuan membantu tugas seorang kepala daerah atau gubernur
serta mengawasi kerja seorang kepala daerah atau gubernur.
3. Menetapkan 12 Kementrian Kabinet Dalam Lingkungan
Pemerintahan.
Pada sidang PPKI yang Kedua ini juga telah disepakati
pembentukan 12 kementrian.
Setelah menentukan pembentukan ke-12 kementrian rapat
dilanjutkan dengan kembali membahas masalah kebangsaan. Sebagai
Berikut :
1. Panitia kecil yang dipimpin oleh Otto Iskandardinata
memasukan urusan kepolisian kedalam Departemen Dalam
Negeri.
2. Presiden Ir.Soekarno menunjuk Otto Iskandardinata, Abdul
Kadir, dan Kasman Singodimejo untuk mempersiapkan
pembentukan tentara kebangsaan dan kepolisian negara.6

2.2.8 Sidang PPKI III

6
Dasim Budimansyah, Pendidikan Kewarnegaraan, (Jakarta : Mia Siti Aminah, 2009), hlm. 67
12

PPKI kembali mengadakan rapat ketiganya pada tanggal


22Agustus 1945 dengan hasil sebagai berikut. Hasil Sidang PPKI
Ketiga Tanggal 22 Agustus 1945 :
Pada sidang yang ketiga ini PPKI memiliki agenda utama yaitu
membicarakan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Partai
Nasional Indonesia (PNI).
1. Pembentukan Komite Nasional
Pada tanggal 29 Agustus 1945 137 orang anggota KNIP
secara resmi dilantik di Gedung Kesenian Pasar Baru, Jakarta.
KNIP terdiri dari golongan muda dan masyarakat dari berbagai
daerah serta anggota PPKI sebagai intinya. Dalam sidang pertama
KNIP berhasil menunjuk Kasman singodimejo sebagai ketua dan
M. Sutarjo sebagai wakil ketua pertama, Latuharhary sebagai
wakil ketua kedua, dan Adam malik sebagai wakil ketua ketiga.
2. Pembentukan PNI
PNI diketuai oleh Ir.Soekarno. Pembentukan PNI pada
awalnya ditujukan sebagai satu-satunya partai diIndonesia dengan
tujuan yang seperti disebutkan dalam risalah sidang PPKU yaitu
mewujudkan negara Republik Indonesia yang berdaulat, adil, dan
makmur berdasarkan kedaulatan rakyat. Namun dalam
perkembangannya muncul maklumat pada tanggal 31 Agustus
1945 yang berisikan penundaan segala kegiatan yang dilakukan
PNI yang akhirnya dilimpahkan kepada KNIP. Sejak saat itu
gagasan yang hanya ada satu partai di Indonesia tidak pernah lagi
dimunculkan.
3. Pembentukan BKR ( Badan Keamanan Rakyat)
PPKI memutuskan beberapa hal sehubungan dengan
dibentuknya BKR sebagai berikut :
1. Pembubaran Peta di wilayah Jawa dan Bali serta Laskar
Rakyat yang berada di Sumatra.
2. Pemberhentian anggota heiho.
13

3. Pembentukan tentara kebangsaan Indonesia harus dilakukan


segera demi kedaulatan negara Republik Indonesia.
4. Penolakan rencana pembelaan yang direncanakan BPUPKI
yang dinilai dapat memicu politik peperangan karena
Indonesia sendiri menjalankan politik perdamaian.7
2.3 Pentingnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 merupakan kalimat
sakti yang memberikan dorongan semangat perjuangan bagi rakyat Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan merupakan sebuah pernyataan yang memberi tahu
kepada bangsa Indonesia sendiri dan kepada dunia luar, bahwa saat ini bangsa
Indonesia telah merdeka dan lepas dari penjajahan. Kepada bangsa lain,
diumumkan bahwa bangsa Indonesia telah menjadi bangsa merdeka yang
tidak boleh diganggu gugat.
Seperti kamu ketahui bahwa kalimat dalam teks Proklamasi sangat
singkat, hanya terdiri atas dua alinea. Teks Proklamasi mudah dipahami. Teks
proklamasi dibuat dalam suasana genting. Namun hal ini menunjukkan
kelebihan dan ketajaman para pembuat naskah Proklamasi waktu itu. Alinea
pertama mengandung makna kemerdekaan bangsa Indonesia telah dinyatakan
dan di umum kan kepada dunia.
Dalam alinea kedua terkandung maksud bahwa pe mindahan kekuasaan
pemerintahan dan kekuasaan dalam bidang senjata harus dilaksanakan secara
hati-hati dan penuh perhitungan agar tidak terjadi per tumpahan darah secara
besar-besaran.Proklamasi kemerdekaan bagi suatu bangsa memiliki makna
yang dapat ditelaah dari berbagai segi, seperti politik, hukum, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.8
2.4 Pancasila Sebagai Konstitusi Tertinggi
Pancasila adalah landasan dan pandangan hidup Negara Indonesia.
Dalam tinjauan yuridis konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara
mempunyai kedudukan sebagai norma obyektif dan norma tertinggi di dalam
negara serta sebagai sumber dari segala sumber hukum dan sumber tertib
hukum negara RI hal ini sesuai dengan Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 jo
7
Slamet Santosa, Pendidikan Kewarnegaraan, (Jakarta : Sumarni, 2009), hlm. 53
8
Ibid, hlm: 35.
14

Tap MPR No. V/MPR/1973 jo Tap MPR No. IX/MPR/1978, selanjutnya


dipertegas lagi mengenai kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
berdasarkan Tap. MPR No. XVII/MPR/1998 yang kemudian dicabut dengan
Tap. MPR RI No. II/MPR/2000.
Hubungan atau keterkaitan dasar negara dengan konstitusi suatu negara
nampak pada gagasan dasar, cita-cita, dan tujuan negara yang tertuang dalam
Pembukaan atau Mukadimah Undang-Undang Dasar suatu negara. Dari dasar
negara inilah kehidupan negara yang dituangkan dalam bentuk peraturan
perundang-undangan diatur dan diwujudkan. Salah satu perwujudan dalam
mengatur dan menyelenggarakan kehidupan ketatanegaraan suatu negara
adalah dalam bentuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
2.5 Hubungan Proklamasi dan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia 17 Agustus 1945 telah
melahirkan negara RI. Untuk melengkapi alat-alat negara sebagai negara
yang merdeka, maka PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 mengesahkan UUD
1945.
Presiden Soekarno mengemukakan bahwa UUD 1945, khususnya
mengenai pembukaannya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
proklamasi. UUD 1945 beserta pembukaannya adalah merupakan kandungan
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Dengan memperhatikan keseluruhan isi yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 dapat ditemukan letak dan sifat hubungan antara
proklasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan pembukaan UUD 1945.
Hubungan itu adalah sebagai berikut :
a. UUD 1945 dibuat untuk melaksanakan proklamasi 17 Agustus 1945
b. Pembukaan UUD 1945 merupakan pernyataan yang lebih rinci dari
proklamasi 17 Agustus 1945
c. Bagian pertama proklamasi memperoleh penjelasan, penegasan dan
pertanggung jawabannya pada bagian pertama sampai ketiga
pembukaan UUD 1945.Bagian kedua proklamasi memperoleh
penegasan dan penjelasan pada bagian keempat pembukaan UUD 1945
yaitu :
15

1. Tujuan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia.


2. Hal UUD yang akan disusun sebagai landasan pembentukan
pemerintah Negara.
3. Hal bentuk negara yang berkedaulatan rakyat.
4. Hal atas kerohanian  ( filsafat ) negara Indonesia.9

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa proklamasi ialah suatu
pengumuman kepada seluruh rakyat akan adanya kemerdekaan. Pengumuman
akan adanya kemerdekaan tersebut sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada
rakyat dari Negara yang bersangkutan namun juga kepada rakyat yang ada di
seluruh dunia dan kepada semua bangsa yang ada di muka bumi ini. Proses
proklamasi ada 8 :
1. Sidang BPUPKI I
2. Jakarta Charter
3. Sidang BPUPKI II
4. Peristiwa Rengasdengklok
5. Detik – detik Proklamasi
6. Sidang PPKI I
7. Sidang PPKI II
8. Sidang PPKI III

9
Ibid, hlm: 37.
16

Kemudian pancasila itu adalah landasan dan pandangan hidup Negara


Indonesia. Perumusan pancasila yang dirumuskan oleh 3 orang : Mr. Moh.
Yamin, Prof. Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Dalam batang tubuh UUD 1945
dijelaskan bahwa terbentuknya pancasila tidak lepas dari Proklamasi
kemerdekaan Indonesia.Oleh karena itu kita sebagai generasi bangsa
Indonesia wajib mengamalkan nilai dan norma yang berlaku pada proklamasi
dan pancasila yang terdapat dalam batang tubuh UUD 1945
3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini kita dapat mengamalkan nilai –
nilai dari Makna Proklamasi dan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945. Serta kita tidak akan melupakan dan selalu mengingat sejarah
tentang baik itu Proklamasi maupun Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Surya, Lukman. 2009. Pendidikan Kewarnegaraan . Jakarta : Setia Purna Inves.

Priyanto, Sugeng. 2008. Pendidikan Kewarnegaraan. Jakarta : Depdiknas

Nurdiaman, Aa. 2009. Pendidikan Kewarnegaraan. Jakarta : Pribumi Mekar

Budimansyah, Dasim. 2009. Pendidikan Kewarnegaraan. Jakarta : Epsilon Group

Santosa, Slamet. 2009. Pendidikan Kewarnegaraan. Jakarta : Acarya Media


Utama

https://yuanfachrulamanda.wordpress.com/2012/04/19/lahirnya-pancasila/

https://lasonearth.wordpress.com/makalah/makalah-pancasila-pancasila-vs-agama/

Jurnal :
17

Sadiman, “Peningkatan Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia” dalam
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/11110, diakses
1 April 2013
Albahra, “Kemerdekaan Sesungguhnya” dalam http://jurnal.ilearning.me/?
p=58, diakses 15 Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai