Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi
pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan
ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai
kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan negara, karena
kebijakan tersebut menentukan kehidupan rakyat.1
Sudah semestinya, bahwa insan akademis sangatlah wajib
dan berhak ikut serta dalam suksesnya kehidupan berdemokrasi
dan berpolitik yang sehat demi terealisasinya tujuan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Semisal dalam bentuk mencegah
kebiasaan-kebiasaan buruk yang notabenenya telah terlanjur
dianggap baik oleh sebagian kalangan. Dengan runtuhnya rezim
orde baru Suharto yang otoriter pada 21 Mei 1998, Indonesia
bergerak menuju sistem politik yang demokratis yang dicirikan
dengan penyelenggaraan pemilihan umum yang relatif adil, dan
adanya ruang yang lebih terbuka bagi warga negara yang
memiliki pandangan politik yang berbeda.2
Pemilihan umum (pemilu) merupakan instrumen penting
dalam demokrasi yang menganut sistem perwakilan. Pemilu
berfungsi sebagai alat penyaring bagi “politikus-politikus” yang
akan mewakili dan membawa suara rakyat di dalam lembaga
perwakilan, mereka yang terpilih dianggap sebagai orang atau
kelompok yang mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk
bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar
melalui partai politik (parpol). Oleh sebab itu adanya partai
politik merupakan keharusan dalam kehidupan politik modern

1 Moh, Mahfud MD, Hukum Dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Yogyakarta: Penerbit Gama Media,
1999), hlm8.
2 Fuad Fachruddin, Agama Dan Pendidikan Demokrasi, (Jakarta: Penerbit Pustaka Alvabet,
2006), hlm. 54.
yang demokratis. Hal itu dimaksudkan untuk mengaktifkan dan
memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu, memberi
jalan kompromi bagi pendapat yang berlawanan, serta
menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara sah
dan damai.3
Pemilihan umum hampir tidak mungkin dilaksanakan tanpa
kehadiran partai-partai politik di tengah masyarakat. Keberadaan
partai juga merupakan salah satu wujud nyata pelaksanaan asas
kedaulatan rakyat. Sebab dengan partai-partai politik itulah
segala aspirasi rakyat yang kedaulatan berada di tangan rakyat,
maka, kekuasaan harus dibangun dari bawah.
Konsekuensinya, kepada rakyat harus diberikan kebebasan
untuk mendirikan partai-partai politik. Pasal 28 UUD 1945
dengan tegas menyatakan “Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan fikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dalam UU”. Maksudnya, disana
dinyatakan bahwa Pasal 28 ini serta pasal-pasal lain yang
mengenai penduduk dan warga negara hasrat Bangsa Indonesia
untuk membangun negara yang bersifat ber-prikemanusiaan.
Jadi yang diperlukan untuk memperinci ketentuan Pasal 28 ini
adalah sebuah Undang-Undang yang mengatur tentang
“Kebebasan Berserikat” warga negaranya. Bukan sebuah
Undang-Undang yang justru akan membatasi warga negaranya
untuk menyampaikan aspirasi suaranya.4
Dalam pelaksanaanya demokrasi selalu dikotori dengan
cara-cara yang tidak baik. Money politic kini tidak hanya terjadi
ditingkat pemerintahan pusat, tapi sudah sampai dipelosok
daerah yang jauh dari pusat pemerintahan. Sudah tidak asing
memang, bahkan pelakunya tidak lagi sembunyi-sembunyi tapi
3 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, cet ke-2 (Jakarta: Penerbit Rajawali Pres,
2009). Hlm. 60-61.

4 http://ardithaanggun.blogspot.com/2010/03/pasal-28-uud-1945.html. Akses Tanggal 13


Februari 2012
sudah berani terang-terangan. Baik lewat sumbangan sarana
prasarana, perbaikan jalan, renovasi sarana sosial, sampai
masing-masing individu menerima uang “panas”, dengan syarat
memberikan suaranya pada ajang pemilihan dan pemungutan
suara.5
Money politic merupakan bagian integral dari kehidupan
modern. Keberadaannya, sering dinistakan karena dalam banyak
hal melahirkan malapetaka kehidupan bersama. Disisi lain,
manusia modern mempraktekkannya atas dasar kesadaran dan
keyakinan filosifinya agar dapat memenangkan persaingan.
filosofi manusia modern mempunyai beberapa ciri. Diantaranya,
pertama, manusia modern hidup berdasarkan rasionalitas yang
tinggi. Kedua, kebutuhan manusia terfokus pada materi
kebendaan. Diantara materi kebendaan yang dipandang memiliki
nilai tertinggi adalah uang. money politic muncul karena adanya
hubungan mutualisme antara pelaku (partai, politisi, atau
perantara) dan korban (rakyat). Keduanya saling mendapatkan
keuntungan dengan mekanisme money politic. Bagi politisi,
money politic merupakan media instan yang dengan cara itu
suara konstituen dapat dibeli. Sebaliknya, bagi rakyat, money
politic ibarat bonus rutin di masa Pemilu yang lebih riil
dibandingkan dengan program-program yang dijanjikan.6
Sulit disangkal bahwa transisi menuju demokratisasi di
Indonesia dapat terhambat oleh yang mungkin pada awalnya
kurang diperhitungkan, seperti money politic. Apabila money
politic tidak dapat dicegah, akan berpotensi menempatkan
reformasi pada posisi deadlock, bahkan setback. Dan pada
akhirnya mereka yang punya uang saja yang akan memegang
kedaulatan dan mengontrol kekuasaan, jargon-jargon kedaulatan
rakyat akan tereliminasi pada tataran praksis. Tanpa mengurangi

5 http://politik.kompasiana.com/2012/03/08/money-politik-dua-sisi-mata-uangdemokrasi/Akses
Tanggal 27 April 2012.
6 http://pkntradisimoneypolitik. Akses Tanggal 25 Juni 2010
arti penting political financing bagi keberhasilan sebuah partai,
money politic bisa menyebabkan parpol menjadi sebuah
lembaga akumulasi modal. Partai menjadi sebuah “jembatan”
untuk mendapatkan akses politik dan kekuasaan, bukan institusi
yang mewadahi kepentingan masyarakat secara luas.7
Agama Islam diturunkan oleh Allah Swt melalui Nabi
Muhammad Saw, tidak hanya sebagai suatu sistem keprcayaan
dan peribadatan, akan tetapi juga sebagai suatu pedoman hidup
umat manusia yang sumbersumbernya terdapat dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang mencakup aspek-aspek aqidah, ibadah,
akhlak, tata cara atau etika dalam hidup bermasyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diberikan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan money politik dalam
pandangan islam?
2. Apa yang dimaksud dengan Risywah?
3. Apa hukum Risywah dalam pandangan islam?
4. Apa saja pembagian Risywah?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu money politik dalam pandangan islam
2. Untuk mengetahui apa itu risywah
7 Indra Ismawan, Money Politics: Pengaruh Uang Dalam Pemilu, Cet ke-1 (Yogyakarta: Penerbit
Media Presindo, 1999). hlm. 68.
3. Untuk mengetahui hukum risywah dalam islam
4. Untuk mengetahui pembagian risywah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MONEY POLITIK


Kata politik mengacu pada segala sesutu yang berkaitan
dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Money politik,
menurut wikipedia adalah suatu bentuk pemberian atau janji
menyuap seseorang baik agar orang itu tidak menjalankan
haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya
dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian bisa
dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang adalah
sebuah bentuk pelanggaran kampanye. Politik uang umumnya
dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik
menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan
dengan cara pemberian berbentuk uang, sembako antara lain
beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk
menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya
untuk partai yang bersangkutan.
Pada dasarnya agama Islam sangat sosialis tidak menekan
kepada memeluknya, akan tetapi dalam ajarannya
mencantumkan batasan-batasan yang memang bertujuan demi
ketentraman umat manusia itu sendiri. Secara garis besar Islam
sudah mengatur dan berusaha mewujudkan kondisi Islam yang
maslahah.
Dalam Islam sendiri, money politic itu sangat dilarang dan
perbuatannya termasuk dalam katagori risywah, sebagaimana
telah diketahui bahwasanya, Rasulullah Saw. Sudah menjelaskan
dalam hadisnya yang berbunyi :
8
ِ َ‫ش َي َوا ْل ُم ْرت‬
‫ش َي‬ ِ ‫سلَّ َم ال َّرا‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬
ُ ‫لَ َعنَ َر‬
“Rasulullah melaknat penyuap dan yang menerima suap” (HR Khamsah kecuali
an-Nasa’i dan dishahihkan oleh at-Tirmidzi).

Azumardi menjelaskan, bahwasnya suap (risywah), berarti


tidak hanya mencakup korupsi konvensional tetapi mencakup
juga korupsi lainnya, pencurian bahkan perampokan masuk di
dalamnya9
2.2 PENGERTIAN RISYWAH
Risywah menurut bahasa berarti: “pemberian yang
diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk
memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan
atau untuk mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan
8 Abi Abdillah-Syibani, Musnad Imam Ahmad Bin Muhammad Bin Hambal, (Beirut : Libanon,
t.t), 11: 349.
9 Az-zumardi Azra, Suap Menyuap: Agama Dan Pemberantasan Korupsi, Kompas, No. 122
Tahun ke-39 (Kamis 4 Oktober 2003), hlm. 42.
kehendaknya.” (al-Misbah al-Munir/al Fayumi, al-Muhalla/Ibnu
Hazm). Atau “pemberian yang diberikan kepada seseorang agar
mendapatkan kepentingan tertentu” (lisanul Arab, dan mu’jam
wasith).
Sedangkan menurut istilah risywah berarti: “pemberian
yang bertujuan membatalkan yang benar atau untuk
menguatkan dan memenangkan yang salah.” (At-Ta’rifat/aljurjani
148).
Menurut Ali Bin Abi Thalib, risywah adalah suatu pemberian
yang ditujukan kepada seseorang untuk membatalkan sesuatu
yang hak (benar) atau membenarkan yang batil. Risywah adalah
suatu pemberian yang tidak dilandasi oleh keinginan untuk
mendapatkan ridho Allah Swt. Sebaliknya ia merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan aturan-nya.
Dalam ajaran Islam risywah adalah sesuatu yang diberikan untuk
membatalkan sesuatu yang haq dan membenarkan sesuatu yang batil, tapi kondisi
politik yang berkembang saat ini, dipandang sebagian besar masyarakat sangat
sarat dengan permainan politik uang.10
Suap menyuap tidak hanya dilakukan rakyat kepada pejabat negara
(pegawai negeri) dan para penegak hukum, tetapi juga terjadi sebaliknya, pihak
penguasa atau calon penguasa tidak jarang melakukan sedekah politik (suap)
kepada tokoh-tokoh masyarakat dan rakyat agar memilihnya, mendukung
keputusan politik dan kebijakan-kebijakannya, baik pada saat pemilu untuk
memilih Gubernur, memilih anggota legislatif (DPR), memilih presiden, Bupati,
bahkan sampai pada tingkat pemilihan kepala desa (pilkades)

2.3 HUKUM RISYWAH DALAM PANDANGAN ISLAM


Dari definisi di atas ada dua sisi yang saling terkait dalam masalah
risywah; Ar-Rasyi (penyuap) dan Al-Murtasyi (penerima suap), yang dua-duanya
sama-sama diharamkan dalam Islam menurut kesepakatan para ulama, bahkan

10 http://www.scribd.com/doc/45505484/Pengertian-Risywah. Akses Tanggal 11


November 2012.
perbuatan tersebut dikategorikan dalam kelompok dosa besar. Sebagaimana yang
telah diisyaratkan beberapa nash Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyah berikut ini:

1. Firman Allah ta’ala:


‫اط ِل َوتُ ْدلُوا بِهَا إِلَى ْال ُح َّك ِام لِتَأْ ُكلُوا‬ ِ َ‫َواَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
َ ‫اس بِاإْل ِ ْث ِم َوأَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬ ِ َّ‫ال الن‬ ِ ‫فَ ِريقًا ِم ْن أَ ْم َو‬
”Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”
(QS Al Baqarah 188)

2. Firman Allah ta’ala:


ْ‫وك فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم أَ ْو أَ ْع ِرض‬
َ ‫ت ۚ فَإِ ْن َجا ُء‬
ِ ْ‫ون لِلسُّح‬ َ ُ‫ب أَ َّكال‬
ِ ‫ون لِ ْل َك ِذ‬َ ‫َس َّما ُع‬
‫ت فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم‬ َ ُّ‫ْرضْ َع ْنهُ ْم فَلَ ْن يَضُر‬
َ ‫وك َش ْيئًا ۖ َوإِ ْن َح َك ْم‬ ِ ‫َع ْنهُ ْم ۖ َوإِ ْن تُع‬
َ ‫ْط ۚ إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِط‬
‫ين‬ ِ ‫بِ ْالقِس‬
”Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak
memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk
meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau
berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak
akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan
perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil” (QS Al Maidah 42).

Imam al-Hasan dan Said bin Jubair menginterpretasikan ‘akkaaluna lissuhti’


dengan risywah. Jadi risywah (suap) identik dengan memakan barang yang
diharamkan oleh Allah SWT

3. Rasulullah SAW bersabda:


‫اش َي َوال ُْم ْرتَ ِش َي‬
ِ ‫الر‬
َّ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫لَعن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ََ
“Rasulullah melaknat penyuap dan yang menerima suap” (HR Khamsah kecuali
an-Nasa’i dan dishahihkan oleh at-Tirmidzi).
4. Nabi Muhammad SAW bersabda:
: ‫ ي ا رس ول اهلل وم ا الس حت؟ ق ال‬: ‫بالس حت فالن ار أولى ب ه» ق الوا‬
ّ ‫«ك ّل لحم نبت‬
»‫«الرشوة في الحكم‬
“Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram (as-suht) nerakalah yang
paling layak untuknya.” Mereka bertanya: “Ya Rasulullah, apa barang haram
(as-suht) yang dimaksud?”, “Suap dalam perkara hukum” (Al-Qurthubi 1/ 1708)
Ayat dan hadits di atas menjelaskan secara tegas tentang diharamkannya mencari
suap, menyuap dan menerima suap. Begitu juga menjadi mediator antara penyuap
dan yang disuap.
Berdasarkan definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa suatu
tindakan dinamakan risywah jika memenuhi unsur-unsur berikut:
1. Adanya athiyyah (pemberian)
2. Ada niat Istimalah (menarik simpati orang lain)

Tujuan Risywah:
1. Ibtholul haq (membatalkan yang haq)
2. Ihqaqul bathil (merealisasikan kebathilan)
3. Al mahsubiyah bighoiri haq (mencari keberpihakan yang
tidak dibenarkan)
4. Al hushul alal manafi’ (mendapatkan kepentingan yang
bukan menjadi haknya)
5. Al hukmu lahu (memenangkan perkaranya)

2.4 PEMBAGIAN RISYWAH


Pembagian Risywah Menurut Madzhab hanafi :
Risywah terkait dengan putusan hukum dan kekuasaan,
hukumnya haram bagi yang menyuap dan yang menerimanya.
Menyuap hakim untuk memenangkan perkara, hukumnya
haram bagi penyuap dan yang disuap. Menyuap agar
mendapatkan kedudukan/ perlakuan yang sama dihadapan
penguasa dengan tujuan mencegah kemudharatan dan meraih
kemaslahatan, hukumnya haram bagi yang disuap. Memberikan
harta (hadiah) kepada orang yang menolong dalam menegakkan
kebenaran dan mencegah kezhaliman dengan tanpa syarat
sebelumnya, hukumnya halal bagi keduanya.
Penerima Suap :
1. Penguasa dan Hakim
Ulama sepakat mengharamkan penguasa atau hakim
menerima suap atau hadiah. (Kasyful Qona’ 6/316, Nihayatul
Muhtaj 8/242, al-Qurtubi 2/340).
2. Mufti
Haram bagi seorang mufti menerima suap untuk
memberikan fatwa sesuai yang diinginkan mustafti (yang
meminta fatwa). (ar-Raudhah 11/111, Asnaa al-Mutahalib
4/284)
3. Saksi
Haram bagi saksi menerima suap apabila ia menerimanya
maka gugurlah kesaksiannya. (al-Muhadzaab 2/330, al-Mughni
9/40 dan 160).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perbuatan yang dianggap Kriteria money politic ialah
Pertama sengaja memberi uang atau materi lainnya kepada
pemilih. Kedua sengaja menjanjikan uang atau materi lainnya
kepada pemilih. dengan tujuan supaya tidak menggunakan hak
pilihnya;atau supaya memilih pasangan calon tertentu; atau
menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat
luaranya menjadi tidak sah.
risywah adalah pemberian yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain dengan maksud meluluskan sesuatu
perbuatan yang bathil atau membathilkan perbuatan yang haq,
dan itu diharamkan oleh syara’.
Dalam ajaran Islam risywah adalah sesuatu yang diberikan
untuk membatalkan sesuatu yang haq dan membenarkan
sesuatu yang batil, tapi kondisi politik yang berkembang saat ini,
dipandang sebagian besar masyarakat sangat sarat dengan
permainan politik uang
Hukum Risywah pada dasarnya adalah haram karena
termasuk perbuatan suap menyuap. (memakan harta orang lain)
Unsur-Unsur Risywah yaitu adanya athiyyah (pemberian)
dan Ada niat Istimalah (menarik simpati orang lain)
Tujuan Risywah yaitu : Ibtholul haq (membatalkan yang
haq), Ihqaqul bathil (merealisasikan kebathilan), Al mahsubiyah
bighoiri haq (mencari keberpihakan yang tidak dibenarkan), Al
hushul alal manafi’ (mendapatkan kepentingan yang bukan
menjadi haknya), Al hukmu lahu (memenangkan perkaranya)

3.2 SARAN
Money politic adalah perbuatan yang dilarang oleh agama
dan negara, sehingga perbuatan money politic tersebut wajib
untuk dihindari. Money politik adalah tanggung jawab bersama,
sehingga peran pemerintah dan masyarakat haruslah tertuju
kepada peraturan, undang-undang dan norma-norma yang telah
ditetapkan sebelumnya. Jadi kita jangan sampai terlibat dalam
perbuatan money politic karena merupakan perbuatan kejahatan
dan haram untu dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Mustofa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi Jilid 19,


Semarang : PT. Karya Toha Putra
Azra, Az-zumardi. 2003. Suap Menyuap: Agama Dan Pemberantasan Korupsi,
Kompas
Fachruddin, Fuad. 2006. Agama Dan Pendidikan Demokrasi, Jakarta: Pustaka
Alvabet,
Ismawan, Indra. 1999. Money Politics: Pengaruh Uang Dalam Pemilu, Cet ke-1
Yogyakarta: Penerbit Media Presindo
Mahfud, Moh, Md. 2009. Politik Hukum Di Indonesia, Jakarta: Rajawali pres.
Syibani, Abi Abdillah. Musnad Imam Ahmad Bin Muhammad Bin Hambal, Beirut
: Libanon.
http://www.ardithaanggun.blogspot.com/2010/03/pasal-28-uud-1945.html Akses
Tanggal 13 Februari 2012
http://www.politik.kompasiana.com/2012/03/08/money-politik-dua-sisi-mata-
uangdemokrasi Akses Tanggal 27 April 2012.
http://www.pkntradisimoneypolitik. Akses Tanggal 25 Juni 2010
http://www.scribd.com/doc/45505484/Pengertian-Risywah. Akses Tanggal 11
November 2012.
11
[1]Moh, Mahfud MD, Hukum Dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Yogyakarta: Penerbit Gama Media,
1999), hlm8.
12
[2]Fuad Fachruddin, Agama Dan Pendidikan Demokrasi, (Jakarta: Penerbit Pustaka Alvabet,
2006), hlm. 54.
13
[3]Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, cet ke-2 (Jakarta: Penerbit Rajawali Pres,
2009). Hlm. 60-61.
14
[4]http://ardithaanggun.blogspot.com/2010/03/pasal-28-uud-1945.html. Akses Tanggal 13
Februari 2012
15
[5]http://politik.kompasiana.com/2012/03/08/money-politik-dua-sisi-mata-
uangdemokrasi/Akses Tanggal 27 April 2012.
16
[6] http://pkntradisimoneypolitik. Akses Tanggal 25 Juni 2010
17
[7]Indra Ismawan, Money Politics: Pengaruh Uang Dalam Pemilu, Cet ke-1 (Yogyakarta:
Penerbit Media Presindo, 1999). hlm. 68.
18
[8]Abi Abdillah-Syibani, Musnad Imam Ahmad Bin Muhammad Bin Hambal, (Beirut :
Libanon, t.t), 11: 349.
19
[9]Az-zumardi Azra, Suap Menyuap: Agama Dan Pemberantasan Korupsi, Kompas, No. 122
Tahun ke-39 (Kamis 4 Oktober 2003), hlm. 42.
20
[10]http://www.scribd.com/doc/45505484/Pengertian-Risywah. Akses Tanggal 11
November 2012.

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Anda mungkin juga menyukai