Anda di halaman 1dari 30

Studi Kelayakan Pengembangan Bandara

Maimun Saleh Sabang


Sebagai Terminal Cargo Perikanan

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 WILAYAH ADMINISTRASI


3.1.1 Letak Wilayah Administratif
A. Provinsi Aceh
Provinsi Aceh terletak antara 010 58' 37,2" - 060 04' 33,6" LU dan 94 0 57' 57,6" - 980 17' 13,2" BT
dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan laut. Pada tahun 2013 Provinsi Aceh
dibagi menjadi 18 Kabupaten dan 5 kota, terdiri dari 289 kecamatan, 778 mukim dan 6.493
gampong/desa, batas-batas wilayah Provinsi Aceh :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Untuk lebih jelasnya Letak Administrasi Provinsi Aceh dapat dilihat pada Lampiran Gambar-3.1
berikut ini.

Provinsi Aceh mempunyai luas 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai lahan terluas yang mencapai
2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha, sedangkan lahan industri
mempunyai luas terkecil yaitu 3.928 ha, Selain memiliki batas wilayah tersebut Aceh juga
memiliki banyak pulau mencapai 119 Pulau dengan 5 Gunung, dan juga Aceh memiliki 73 Aliaran
Sungai Utama yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat wisata, pertanian, dan juga
perekonomian.

B. Kota Sabang
Kota Sabang terletak di antara 95° 13' 12" dan 95° 22’36" BT dan 05° 46' 28" dan 05° 54' 28"
LU yang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia (dan merupakan titik 0 kilometer Negara
Kesatuan Repulblik Indonesia) yang berbatasan langsung dengan Malaysia, Thailand dan India.
Batas-batas wilayah Kota Sabang :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Andaman,
• Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Andaman, dan
• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka
Untuk lebih jelasnya Letak Administrasi Kota Sabang dapat dilihat pada Lampiran Gambar-3.2
berikut ini.

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Kota Sabang terdiri dari lima (5) buah pulau, yakni Pulau Weh seluas 121.989,56 Ha, Pulau Klah
seluas 18,69 Ha, Pulau Rubiah seluas 35,79 Ha, Pulau Seulako seluas 5,5 ha dan Pulau Rondo
6,57 ha dan gugusan pulau-pulau batu di Pante Utara.
Lampiran Gambar-3.1 Peta Administrasi Provinsi Aceh

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Gambar-3.2 Peta Administrasi Kota Sabang

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Pulau Weh merupakan satu-satunya pulau yang dijadikan pemukiman, sedangkan Pulau Rondo
merupakan salah satu pulau terluar yang berjarak + 15,6 km dari Pulau Weh. Secara
administratif, Kota Sabang terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sukajaya seluas
60,82 km2 (50,20%) dan Kecamatan Sukakarya 61,31 Km 2 (49,80%) serta terbagi 18 Gampong
(desa) dan 7 mukim. Luas keseluruhan daratan Kota Sabang adalah 122,13 km 2.
Tabel-3.1
Luas Administrasi Kota Sabang
Persentase
No Kecamatan Gampong Luas (ha)
Luas
1 Paya 1.444,64 11,8
2 Keunekai 568,96 4,7
3 Beurawang 469,32 3,8
4 Jaboi 490,14 4
5 Balohan 772,41 6,3
Sukajaya
6 C ot Abeuk 357,18 2,9
7 C ot Ba'u 531,09 4,3
8 Anoi Itam 1.018,89 8,3
9 Ujong Kareung 122,6 1
10 Ie Meule 306,89 2,5
Total 6.082,12
1 Iboih 2.731,16 22,4
2 Batee Shoek 1.129,51 9,3
3 Paya Seunara 564,23 4,6
4 Krueng Raya 959,27 7,9
Sukakarya
5 Aneuk Laot 449,67 3,7
6 Kota Timur 157,11 1,3
7 Kota Barat 88,86 0,7
8 Kota Atas 52,04 0,4
Total 6.131,85
Luas Total 12.213,97

Sumber : Bappeda Kota Sabang, 2019

3.1.2 Kondisi Fisik dan Klimatologi


A. Provinsi Aceh
Provinsi Aceh memiliki topografi datar hingga bergunung, wilayah dengan topografi daerah datar
dan landai sekitar 32 persen dari luas wilayah, sedangkan berbukit hingga bergunung mencapai
sekitar 68 persen dari luas wilayah. Daerah dengan topografi bergunung terdapat di bagian
tengah Provinsi Aceh yang merupakan gugusan pegunungan bukit barisan, daerah dengan
topografi berbukit dan landai terdapat di bagian utara dan timur. Selain itu, topografi datar (0–
2%) tersebar di sepanjang pantai barat – selatan dan pantai utara – timur sebesar 24,83 % dari
total wilayah. Kemiringan landai (2–15%) tersebar di antara pegunungan Seulawah dengan
Sungai Krueng Aceh, pada bagian pantai barat – selatan dan pantai utara – timur sebesar
11,29% dari total wilayah, agak curam (15–40%) sebesar 25,82% dan sangat curam (>40%)
yang merupakan punggung Pegunungan Seulawah, Gunung Leuser, dan bahu dari sungai sebesar
38,06% dari total wilayah. Provinsi Aceh berada di jalur pertemuan lempeng Asia dan Australia,
serta berada di bagian ujung patahan besar Sumatera yang membelah Pulau Sumatera dari Aceh
sampai Selat Sunda yang disebut Patahan Semangko. Wilayah Aceh bagian tengah merupakan

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

zona patahan aktif yang meliputi : Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh
Tenggara, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, dan Aceh Selatan.

B. Kota Sabang
Pulau Weh merupakan sebuah pulau karang yang proses terjadinya melalui pengangkatan dari
permukaan laut. Sekitar 2600 ha terumbu karang yang terdapat di Pulau Weh (terutama di
sekitar Pulau Rubiah) telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh oleh Menteri
Kehutanan (SK No. 928/KPTS/UM/1982 tanggal 22 Desember 1982). Topografi Kota Sabang
sangat bervarisasi yang didominasi oleh pergunungan, yakni sekitar 48,17 % dari luas kawasan
keseluruhan, meliputi dataran 1,01 %, Landai 5,02 %, dataran bergelombang 31,70 %, curam
14,10 % dan berada pada ketinggian  28 m di atas permukaan air laut (dpl). Ditinjau dari
kemiringan lerengnya di daerah Pulau Weh bagian barat dan di tengah bagian timur merupakan
daerah yang berbukit dan bergelombang dengan kemiringan lebih dari 15%. Kawasan yang datar
relatif terbatas, yaitu hanya di sekitar pantai, bandara Maimun Saleh dan gampong Paya Seunara.
Tata guna lahan eksisting yang ada di Kota Sabang masih didominasi oleh kawasan hutan yang
sebagian besar tersebar di bagian tengah, selatan, dan barat Pulau Weh. Dominasi tidak terlepas
dari penetapan kawasan hutan seluas 6.743,35 ha. Untuk lebih jelasnya Peta Penggunaan Lahan
Kota Sabang dapat dilihat pada Lampiran Gambar-3.3 berikut ini.

Tabel-3.2
Jenis Tutupan Lahan Kota Sabang

Luas Luas
Kegiatan Tutupan Lahan Kegiatan Tutupan Lahan
(Ha) (Ha)
Bandar Udara 84.50 Permukiman 436.27
Daerah Terbangun 9.02 Perkantoran Pemerintah 14.83
Danau 41.15 Pertanian pangan lahan basah 26.98
Hutan 6.814,78 Pertanian pangan lahan kering 243.73
Instalasi khusus/militer 22.40 Peternakan kawasan perikanan 24.80
Instalasi pembangkit energi listrik 0.19 Pusat kegiatan kebudayaan skala wiayah 0.04
Jalan 104.82 Pusat perbelanjaan 1.13
Kawasan lindung keagamaan 2.67 Rawa 26.75
Kawasan pantai berhutan bakau 26.49 Ruang terbuka hijau kota 918.92
Kawasan pengolahan ikan 0.09 Sungai 2.20
Kebun 3.184.66 Taman Kota 1.23
Minyak 1.23 Taman pemakaman umum 0.95
Pantai berpasir 18.32 Tanah terbuka 175.31
Pelabuhan 12.22
Hasil Analisa tahun 2015
Sumber : Bappeda Kota Sabang, 2019.

Kota Sabang pada umumnya beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Musim kemarau berkisar antara bulan Maret – Juni, sedangkan musim peng-
hujan berkisar antara bulan Agustus - Februari, dengan curah hujan rata – rata per tahun 194,70
mm. hujan minimum yang terjadi sebesar 75 mm/tahun terjadi pada bulan Maret dan
maksimum sebesar 510,7 mm/tahun yang terjadi pada bulan November. Secara geografis Kota
Sabang terletak di garis khatulistiwa, sehingga wilayah ini tergolong beriklim tropis, suhu udara

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

rata-rata berkisar antara 27,09°C. Pada tahun 2018, suhu udara pada periode tersebut Maret –
Mei memang relatif lebih tinggi dibandingkan September sampai Januari, sedangkan tekanan
udara berkisar 1007,9 mbar – 1010,1 mbar dan kelembaban udara berkisar 65%– 86%.

Lampiran Gambar-3.3 Peta Penggunaan Lahan Eisting Kota Sabang

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Tabel-3.3
Kondisi Klimatologi Kota Sabang

Klimatologi
Bul an Curah Hujan Suhu Udara Tekanan Kelembaban
Hari Hujan 0
(mm) C Udara (mlb) Udara (%)
Januari 142,5 8 25,7 1011,8 82
Februari 87,6 5 26 1010,4 81
Maret 75 4 27 1010,4 81
April 112 11 27,3 1010,4 80
Mei 78 11 27,8 1009,5 80
Juni 69,3 10 29 1008,3 70
Juli 33,1 10 29 1009,4 65
Agustus 133,5 10 27,3 1010,3 65
September 141,1 15 26,8 1010,8 80
Oktober 466,5 21 26,2 1010,7 86
November 510,7 17 26,6 1010,3 84
Desember 483,1 20 26,4 1010,4 85

Sumber : BMKG Bandara Maimun Saleh, 2019

3.1.3 Kondisi Kependudukan


A. Provinsi Aceh
Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, penduduk merupakan faktor yang sangat
dominan, karena penduduk tidak saja menjadi pelaksana tetapi juga menjadi sasaran dari
pembangunan itu sendiri. Selain itu penduduk juga merupakan salah satu komponen penting
dalam perencanaan pembangunan terutama dalam perencanaan seperti : pendidikan, kesehatan,
sosial, pembangunan infrastruktur dan lain sebagainya. Jumlah penduduk Provinsi Aceh setiap
tahunnya terus bertambah, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,83 %. Pada tahun
2018 jumlah penduduk berjumlah 5.189.466 jiwa, jumlah penduduk terbesar yaitu di zona utara-
timur sebesar 2.634.527 jiwa dengan tingkat kepadatan peduduk sebesar 1.099 km2/jiwa terjadi
di Kota Lhokseumawe, diikuti zona pusat yang merupakan hinterland bandara sebesar 1.135.599
jiwa dengan kepadatan penduduk 4.236 km2/jiwa di Kota Banda Aceh dan terakhir zona
tenggara-selatan sebesar 966.711 jiwa dengan kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Selatan
sebesar 231.893 km2/jiwa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-3.4
Tabel-3.4
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun 2018
Luas Pesentase Jumlah Kepadatan
No ZONA/WILAYAH Wilayah Luas Penduduk Penduduk
(Km2) Wilayah (jiwa) (km2/jiwa)
I ZONA PUSAT (Hinterland Bandara.) 6.270,3 10,82 1.135.599 4.735,88
1. Sabang 153,00 0,26 33.978 222
2. Banda Aceh 61,36 0,11 259.913 4.236
3. Kabupaten Aceh Besar 2.969,00 5,12 409.109 138
4. Kabupaten Pidie 3.086,95 5,33 432.599 140
II ZONA UTARA - TIMUR 20.670,3 35,67 2.634.527 2.680,29
1. Kabupaten Pidie Jaya 1.073,60 1,85 154.795 144
2. Kabupaten Bireuen 1.901,20 3,28 453.224 238
3. Kota Lhokseuawe 181,06 0,31 198.980 1.099
4. Kabupaten Aceh Utara 3.236,86 5,59 602.554 186
5. Kabupaten Aceh Tengah 4.318,39 7,45 204.273 47
6. Kabupaten Bener Meriah 1.454,09 2,51 142.526 98
7. Kabupaten Aceh Timur 6.286,01 10,85 419.594 67
8. Kota Langsa 262,41 0,45 171.574 654
III - 29
9. Kabupaten Aceh Tamiang 1.956,72 3,38 287.007 147
III ZONA BARAT 10.104,7 17,4 452.629 140,3
1. Kabupaten Aceh Jaya 3.813,0 6,58 89.618 24
2. Kabupaten Aceh Barat 2.928,0 5,05 201.682 69
3. Kabupaten Nagan Raya 3.363,7 5,80 161.329 48
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

1. Sabang
2. Banda Aceh
3. Kabupaten Aceh Besar
4. Kabupaten Pidie
II ZONA UTARA - TIMUR 20.670,3 35,67 2.634.527 2.680,29
1. Kabupaten Pidie Jaya
2. Kabupaten Bireuen
3. Kota Lhokseuawe
4. Kabupaten Aceh Utara
5. Kabupaten Aceh Tengah 4.318,39 7,45 204.273 47
6. Kabupaten Bener Meriah 1.454,09 2,51 142.526 98
7. Kabupaten Aceh Timur 6.286,01 10,85 419.594 67
8. Kota Langsa 262,41 0,45 171.574 654
9. Kabupaten Aceh Tamiang 1.956,72 3,38 287.007 147
III ZONA BARAT 10.104,7 17,4 452.629 140,3
1. Kabupaten Aceh Jaya 3.813,0 6,58 89.618 24
2. Kabupaten Aceh Barat 2.928,0 5,05 201.682 69
3. Kabupaten Nagan Raya 3.363,7 5,80 161.329 48
IV ZONA TENGGARA - SELATAN 20.910,7 36,1 966.711 379,1
1. Kabupaten Aceh Barat Daya 1.490,6 2,57 145.726 98
2. Kabupaten Aceh Selatan 3.841,6 6,63 231.893 60
3. Kabupaten Simeulue 2.051,5 3,54 91.372 45
4. Kabupaten Gayo Lues 5.719,6 9,87 91.024 16
5. Kabupaten Aceh Tenggara 4.231,4 7,30 208.481 49
6. Kota Subulusalam 1.391,0 2,40 78.725 57
7. Kabupaten Aceh Singkil 2.185,0 3,77 119.490 55
TOTAL PROVINSI AC EH 57.956,00 100,00 5.189.466 7.935,65

Sumber : BPS Provinsi Aceh, 2019

B. Kota Sabang
Secara umum penduduk pesisir Kota Sabang memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan
potensi dan kondisi sumber daya pesisir dan lautan. Ketergantungan yang dimaksud lebih
cenderung kepada sektor pariwisata dibandingkan sektor perikanan. Pada tahun 2018 jumlah
penduduk Kota Sabang sebanyak 33.978 jiwa, mengalami pertumbuhan sebesar 1,06%
dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah penduduk tahun 2017 berjumlah 33.622 jiwa naik dari
tahun 2015 yang berjumlah 30.653 jiwa. Laju Pertumbuhan penduduk di kecamatan Sukajaya
sebesar 1,02%, lebih rendah dibandingkan Kec. Sukakarya yaitu 1,10 %
Tabel-3.5
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Sabang
Tahun 2018
Jumlah
Kepadatan
No Kecamatan Desa/Gampong Penduduk
(jiwa/km)
(Jiwa)
1 Paya 548 38
2 Keunekai 819 144
3 Beurawang 396 83
4 Jaboi 684 132
5 Balohan 2.821 363
Sukajaya
6 C ot Abeuk 543 152
7 C ot Ba'u 5.914 1.114
8 Anoi Itam 761 65
9 Ujong Kareung 828 676
10 Ie Meule 3.841 1.252
Sub Total 17.155
1 Iboih 1.053 4
2 Batee Shoek 1.191 10
3 Paya Seunara 2.453 44
4 Krueng Raya 1.507 16
Sukakarya
5 Aneuk Laot 1.169 24
6 Kota Timur 2.197 140
7 Kota Barat 3.193 360
8 Kota Atas 4.060 780
Sub Total 16.823 III - 29
Total 33.978 Jiwa
Kawasan Bandara
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Sumber : BPS, Kota Sabang, 2019

3.1.4 Kondisi Perekonomian


A. Provinsi Aceh
Kondisi perekonomian Provinsi Aceh semakin membaik selama tiga tahun terakhir, prakiraan
ekonomi Aceh tanpa memperhitungkan migas mencapai pertumbuhan positif dan terus menguat.
Meski masih di bawah capaian angka pertumbuhan nasional pada tahun 2018 yang mencapai
5,99 persen, ekonomi Aceh tanpa migas telah tumbuh hingga mencapai 5,36 persen. Secara
bersamaan, kinerja ekonomi Aceh dengan migas juga menunjukkan pertumbuhan yang optimis
selama tahun 2014-2018 yaitu dari 4,84 persen pada tahun 2014, lalu naik menjadi 5,14 persen
pada tahun 2015 dan berlanjut sampai tahun 2018 hingga mencapai sebesar 4,78 persen. Nilai
PDRB ADHB Provinsi Aceh menurut lapangan usaha dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.
Rata-rata selama periode tahun 2014-2018, kenaikan PDRB ADHB terjadi sebesar Rp.5,81 triliun
per tahunnya. Di Aceh, PDRB dihitung dengan dua jenis, yaitu PDRB dengan migas dan PDRB
tanpa migas. PDRB ADHB Aceh dengan migas tahun 2016 adalah sebesar Rp.146,48 triliun, atau
meningkat Rp.9,18 triliun dibandingkan dengan nilai tahun 2016. Peningkatan ini merupakan
yang paling tinggi selama lima tahun terakhir, sementara itu PDRB ADHB Aceh tanpa migas tahun
2017 terhitung sebesar Rp.141,73 triliun rupiah atau meningkat Rp.8,66 triliun dari nilai tahun
2016. Peningkatan dari tahun ke tahun pada PDRB tanpa migas memang lebih tinggi daripada
PDRB dengan migas selama tahun 2014-2017. PDRB tanpa migas naik rata-rata Rp.8,54 triliun
per tahun.
Tabel-3.6
PDRB atas dasar Harga Berlaku Kab/Kota Provinsi
Aceh 2014-2018 Tanpa Migas (Juta Rupiah)

No ZONA/WILAYAH 2014 2015 2016 2017 2018

I ZONA PUSAT (Hinterland Pel.) 31.397.634,20 33.753.418,09 36.426.863,02 38.901.575,59 41.830.698,23


1. Sabang 991.648,85 1.070.078,24 1.158.445,21 1.272.572,45 1.379.699,03
2. Banda Aceh 13.501.602,92 14.494.454,49 15.813.962,43 16.808.137,39 18.075.983,13
3. Kabupaten Aceh Besar 9.649.744,25 10.327.333,03 10.964.893,83 11.633.280,32 12.441.316,45
4. Kabupaten Pidie 7.254.638,18 7.861.552,33 8.489.561,55 9.187.585,44 9.933.699,61
II ZONA UTARA - TIMUR 54.770.097,19 59.068.200,03 62.658.518,38 66.305.868,35 71.586.290,20
1. Kabupaten Pidie Jaya 2.388.521,46 2.598.425,06 2.770.495,07 3.013.084,37 3.253.038,34
2. Kabupaten Bireuen 9.392.310,29 10.069.345,27 10.725.724,92 11.408.491,68 12.317.033,41
3. Kota Lhokseuawe 5.786.148,62 6.270.951,28 6.473.133,44 6.718.841,15 7.253.911,67
4. Kabupaten Aceh Utara 12.813.572,73 13.780.516,07 14.397.258,99 15.000.134,93 16.194.705,52
5. Kabupaten Aceh Tengah 5.462.534,54 5.875.116,69 6.306.835,39 6.722.133,77 7.257.466,51
6. Kabupaten Bener Meriah 3.312.193,99 3.550.279,47 3.802.333,70 3.998.307,28 4.316.721,77
7. Kabupaten Aceh Timur 7.124.581,26 7.742.495,15 8.294.615,13 8.838.379,04 9.542.243,89
8. Kota Langsa 3.561.909,88 3.874.626,07 4.222.198,50 4.543.077,43 4.904.875,96
9. Kabupaten Aceh Tamiang 4.928.324,41 5.306.444,96 5.665.923,24 6.063.418,71 6.546.293,14
III ZONA BARAT 12.764.584,90 13.584.551,13 14.461.093,19 15.792.349,24 17.050.009,66
1. Kabupaten Aceh Jaya 1.838.874,31 1.980.786,49 2.117.416,47 2.277.848,95 2.459.250,74
2. Kabupaten Aceh Barat 5.468.952,96 5.828.350,37 6.184.227,83 6.943.063,79 7.495.990,81
3. Kabupaten Nagan Raya 5.456.757,63 5.775.414,27 6.159.448,90 6.571.436,50 7.094.768,12
IV ZONA TENGGARA - SELATAN 16.361.677,76 17.590.192,69 19.021.126,36 20.540.712,11 22.176.519,44
1. Kabupaten Aceh Barat Daya 2.780.124,00 2.968.353,76 3.174.813,01 3.394.668,45 3.665.010,76
2. Kabupaten Aceh Selatan 3.929.686,41 4.227.300,36 4.553.857,69 4.855.505,68 5.242.185,15
3. Kabupaten Simeulue 1.516.867,28 1.640.120,63 1.772.573,67 1.896.938,43 2.048.005,53
4. Kabupaten Gayo Lues 1.934.145,22 2.075.749,53 2.250.040,08 2.438.949,40 2.633.180,80
5. Kabupaten Aceh Tenggara 3.313.778,27 3.567.141,81 3.885.184,62 4.265.263,07 4.604.937,20 III - 29
6. Kota Subulusalam 1.200.969,91 1.295.111,24 1.404.014,98 1.540.182,23 1.662.838,22
7. Kabupaten Aceh Singkil 1.686.106,67 1.816.415,36 1.980.642,32 2.149.204,85 2.320.361,77
115.293.994,04 124.080.817,22 132.614.004,56 141.076.459,16 150.351.646,41
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Sumber : BPS Provinsi Aceh, 2018


Nilai PDRB ADHK Aceh dengan migas tahun 2018 adalah sebesar Rp. 121,26 triliun atau
meningkat sebesar Rp.5.12 triliun dari tahun 2016. Sama halnya dengan penghitungan tanpa
migas, PDRB ADHK Aceh juga meningkat dari Rp.111,12 triliun (tahun 2016) mejadi Rp.115,68
triliun (tahun 2017). Rata-rata kenaikan per tahun sejak 2014-2017, PDRB ADHK dengan migas
naik sebesar Rp.2,30 triliun, sedangkan tanpa migas naik sebesar Rp.4,25 triliun
Tabel-3.7
PDRB atas dasar Harga Konstan Kab/Kota Provinsi
Aceh 2014-2018 Tanpa Migas (Juta Rupiah)

ZONA/WILAYAH 2014 2015 2016 2017 2018

ZONA PUSAT (Hinterland Pel.) 26.348.654,70 27.468.683,04 28.745.266,59 30.193.103,24 31.317.066,46


1. Sabang 841.005,66 875.118,71 912.987,20 957.293,60 1.015.425,21
2. Banda Aceh 11.597.228,47 12.118.527,34 12.724.949,07 13.529.409,89 13.940.316,46
3. Kabupaten Aceh Besar 7.863.467,38 8.184.457,80 8.513.244,89 8.854.439,61 9.208.377,42
4. Kabupaten Pidie 6.046.953,19 6.290.579,19 6.594.085,42 6.851.960,14 7.152.947,37
ZONA UTARA - TIMUR 59.737.313,66 59.199.229,74 56.077.804,38 57.002.089,52 59.038.710,36
1. Kabupaten Pidie Jaya 2.005.778,79 2.078.513,20 2.179.210,93 2.259.852,90 2.390.844,34
2. Kabupaten Bireuen 7.999.503,72 8.171.310,73 8.481.897,32 8.827.935,88 9.189.319,54
3. Kota Lhokseuawe 8.878.224,43 8.222.328,38 6.550.149,96 6.460.408,23 6.593.492,16
4. Kabupaten Aceh Utara 17.836.613,02 17.195.546,12 15.184.776,41 15.193.713,01 15.603.528,83
5. Kabupaten Aceh Tengah 4.584.208,51 4.770.082,47 4.972.052,37 5.199.833,33 5.412.026,38
6. Kabupaten Bener Meriah 2.804.613,17 2.929.388,50 3.070.581,95 3.207.521,50 3.337.614,70
7. Kabupaten Aceh Timur 7.761.221,13 7.721.422,49 7.259.933,93 7.185.794,70 7.481.990,07
8. Kota Langsa 2.981.532,24 3.107.821,08 3.244.671,74 3.391.389,66 3.542.885,01
9. Kabupaten Aceh Tamiang 4.885.618,65 5.002.816,77 5.134.529,77 5.275.640,30 5.487.009,34
ZONA BARAT 11.396.940,55 11.787.980,57 12.292.556,84 12.730.784,05 13.731.238,79
1. Kabupaten Aceh Jaya 1.590.573,31 1.649.326,33 1.710.445,53 1.778.301,91 1.854.246,47
2. Kabupaten Aceh Barat 4.773.668,84 4.933.842,67 5.160.040,88 5.310.703,14 6.009.220,83
3. Kabupaten Nagan Raya 5.032.698,40 5.204.811,58 5.422.070,43 5.641.779,01 5.867.771,48
ZONA TENGGARA - SELATAN 13.622.257,02 14.119.652,07 14.680.488,70 15.340.614,20 16.025.615,02
1. Kabupaten Aceh Barat Daya 2.401.899,42 2.428.320,02 2.509.313,89 2.623.750,51 2.740.778,26
2. Kabupaten Aceh Selatan 3.281.364,18 3.429.428,66 3.574.591,99 3.740.292,79 3.887.220,20
3. Kabupaten Simeulue 1.235.543,09 1.289.096,20 1.344.658,95 1.405.844,49 1.467.178,72
4. Kabupaten Gayo Lues 1.590.759,84 1.652.368,85 1.717.272,62 1.786.368,56 1.876.130,60
5. Kabupaten Aceh Tenggara 2.704.181,31 2.807.992,31 2.921.131,03 3.051.879,93 3.199.062,08
6. Kota Subulusalam 1.033.527,95 1.086.364,85 1.134.378,60 1.191.823,71 1.253.318,67
7. Kabupaten Aceh Singkil 1.374.981,24 1.426.081,18 1.479.141,62 1.540.654,21 1.601.926,49
113.490.359,26 112.665.532,27 116.374.299,89 121.240.978,72 126.824.491,42

Sumber : BPS Provinsi Aceh, 2019

B. Kota Sabang
Realisasi Pendapatan Asli Daerah di Kota Sabang pada tahun 2018 adalah sebesar 115,74 milyar
rupiah, total realisasi pendapatan asli daerah tersebut terdiri dari beberapa jenis penerimaan
yaitu Hasil Pajak Daerah sebesar 56,55 milyar, Hasil Retribusi Daerah sebesar 7,97 milyar, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar 2,13 milyar, Hasil Pengelolaan Zakat,
Infak, dan Shadaqah sebesar 14,83 milyar, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
sebesar 37,15 milyar rupiah. Untuk realisasi Pengeluaran Daerah Kota Sabang tahun 2018
dikategorikan berdasarkan jenis pengeluaran Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung
dengan nominal sebesar 1,34 trilyun rupiah. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Sabang
mengalami peningkatan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016. Nlai PDRB Atas Dasar

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Harga Berlaku Kota Sabang pada tahun 2015 adalah sebesar 998,22 milyar rupiah dan
mengalami peningkatan menjadi 932,15 milyar rupiah pada tahun 2013. Kemudian, nilai PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku Kota Sabang tahun 2014 dan 2018 masing-masing adalah sebesar
991,65 milyar rupiah hingga mencapai nilai sebesar 1,38 trilyun rupiah pada tahun 2018.
Tabel-3.8
PDRB atas dasar Harga Berlaku Kota Sabang,
Tahun 2014-2018 Tanpa Migas, (Juta Rupiah)
PDRB seri 2010 atas Dasar Harga Berlaku
Lapangan Usahan
2014 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 73.580,00 78.471,00 83.500,30 87.084,10 92.025,61
1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 50.500,50 53.905,30 57.258,70 59.224,80 62.378,57
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 893,10 929,30 983,10 1.020,90 1.069,03
3. Perikanan 22.186,30 23.636,30 25.258,50 26.838,40 28.578,01
B. Pertambangan dan Penggalian 11.075,40 11.654,00 12.218,70 11.238,00 11.433,90
C. Industri Pengolahan 25.980,70 27.828,10 29.299,50 32.546,20 35.182,31
D. Pengadaan Listrik dan Gas 2.180,70 2.384,40 1.910,10 2.063,00 2.089,09
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur 1.474,90 1.617,70 1.844,20 2.136,00 2.390,76
F. Konstruksi 293.674,80 319.967,10 348.705,80 387.929,00 427.030,53
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 147.798,90 159.502,10 172.545,20 196.139,00 214.386,57
H. Transportasi dan Pergudangan 37.479,80 41.965,30 43.499,60 47.367,50 50.895,87
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 30.413,70 33.220,80 38.026,30 46.129,00 52.322,99
J. Informasi dan Komunikasi 19.576,60 20.725,70 21.921,60 23.298,00 24.664,05
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 24.942,50 26.668,30 28.725,30 31.101,00 33.375,49
L. Real Estat 39.190,80 41.065,40 43.100,40 46.562,00 49.266,60
M,N. Jasa Perusahaan 2.944,20 3.086,00 3.191,40 3.232,00 3.339,50
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 163.042,00 174.622,60 192.906,90 208.410,40 224.645,11
P. Jasa Pendidikan 39.282,00 42.081,40 44.679,40 49.324,30 52.940,75
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 63.083,60 68.003,00 72.191,40 76.912,00 82.093,16
R,S,T,U Jasa lainnya 15.928,40 16.755,50 18.612,20 21.101,00 22.926,16
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 991.648,80 1.069.618,20 1.156.878,20 1.272.572,40 1.381.008,44

Sumber : BPS Kota Sabang, 2019

PDRB Atas Dasar Harga Konstan juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun selama periode
2014-2018. Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Sabang pada tahun 2014 adalah sebesar
875,12 milyar rupiah dan mengalami peningkatan menjadi 912,98 milyar rupiah pada tahun
2015. Kemudian, nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Sabang tahun 2016, 2017, dan 2018
secara berturut-turut adalah sebesar 957,23 milyar rupiah, 1.015 dan 1.065 milyar rupiah.
Peningkatan nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Sabang lebih kecil dari pada nilai PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku karena pada nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan tidak lagi
dipengaruhi oleh faktor harga.
Tabel-3.9
PDRB atas dasar Harga Konstan Kota Sabang
Tahun 2014-2018, Tanpa Migas (Juta Rupiah)
PDRB seri 2010 atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 64.232,67 66.175,47 68.326,22 70.525,40 72.675,81
1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 44.564,18 45.839,83 47.068,72 48.483,60 49.836,29
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 758,62 763,93 768,74 791,80 801,14
3. Perikanan 18.909,87 19.571,71 20.488,77 21.250,00 22.038,38
B. Pertambangan dan Penggalian 10.142,59 10.428,61 10.738,34 9.980,00 10.009,94
C. Industri Pengolahan 22.592,86 23.360,44 24.034,57 25.087,40 26.013,13
D. Pengadaan Listrik dan Gas 2.286,09 2.429,74 1.941,21 2.002,20 1.974,57
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur 1.229,10 1.282,09 1.354,84 1.438,00 2.871,08
F. Konstruksi 251.573,77 265.158,75 279.357,89 299.220,70 317.024,33
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 133.123,54 138.254,33 144.439,09 155.704,00 163.504,77
H. Transportasi dan Pergudangan 31.511,73 35.438,69 36.352,22 38.159,40 40.273,43
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 26.647,37 27.995,02 30.196,25 33.345,00 35.735,84
J. Informasi dan Komunikasi 18.674,41 19.531,57 20.549,49 21.700,30 22.798,34
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 20.507,01 21.193,44 22.106,21 23.160,00 24.028,50
L. Real Estat 35.412,62 36.312,10 37.319,02 39.177,40 40.415,41
M,N. Jasa Perusahaan 2.719,48 2.771,15 2.826,91 2.830,60 2.871,08
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 145.349,35 149.608,09 159.487,60 167.781,00 174.559,35
P. Jasa Pendidikan 36.989,59 38.336,02 39.671,98 41.600,20 43.230,93
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 57.507,21 59.646,48 62.155,50 65.879,80 68.791,69
III - 29
R,S,T,U Jasa lainnya 14.619,32 15.065,21 16.381,25 17.834,00 18.855,89
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 875.118,71 912.987,20 957.238,60 1.015.425,20 1.065.634,066
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Sumber : BPS Kota Sabang, 2018


3.2 KONDISI JARINGAN TRANSPORTASI
Sesuai dengan RTRW Nasional dan RTRW Aceh, beberapa kabupaten/kota telah ditetapkan
sebagai wilayah pengembangan strategis, namun pengembangan wilayah ini masih belum
terlaksana seperti yang diharapkan. Sehingga masih terlihat ketimpangan pembangunan antar
wilayah kabupaten/kota. Demikian juga dengan posisi strategis Aceh yang berbatasan langsung
dengan beberapa negara tetangga dan didukung dengan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh dan aturan pelaksanaannya dengan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2010
tentang Kerjasama Pemerintah Aceh dengan Lembaga/Badan di Luar Negeri pada hakikatnya
menjadi peluang untuk melakukan kerjasama dalam berbagai bidang yang mendukung
pembangunan Aceh, akan tetapi peluang ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Sektor perhubungan memiliki peranan yang sangat besar terhadap kelancaran pembangunan
suatu daerah. Akses yang mudah, cepat, dan murah akan memperlancar perputaran roda
perekonomian, dengan demikian potensi perekonomian khususnya hasil perikanan, perkebunan,
pertanian, kehutanan dan perindustrian yang ada di daerah ini dapat dengan segera dipasarkan.
Dalam pengembangan sistem transportasi di wilayah Aceh, dikelompokkan ke dalam beberapa
zona kerja (Otoritas Transportasi) berdasarkan letak geografis dan rencana pengembangan
kawasan strategis Aceh, dengan pengelolaan sebagai berikut :

a) Zona Pusat, terdiri atas Kota Sabang, Kab. Aceh Besar, Kabupaten Pidie serta Kota Banda
Aceh;
b) Zona Utara - Timur, terdiri atas Kab. Pidie Jaya, Kab. Bireun, Kota Lhoksumawe, Kab. Aceh
Tengah, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh Timur, Kota Langsa serta Kab. Aceh Tamiang;
c) Zona Barat, terdiri atas Kab. Aceh Barat, Kab. Nagan Raya serta Kab. Aceh Jaya;dan
d) Zona Tenggara-Selatan, terdiri atas Kab. Aceh Besar, Kab. Aceh Barat Daya, Kab. Simerlue,
Kab. Gayo Lues, Kab. Aceh Tenggara, Kota Subullussalam serta Kab. Singkil.

Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya untuk
transportasi darat. Untuk mendukung transportasi darat, pemerintah telah membangun jalan
sepanjang 13.841,07 km jalan kabupaten/kota, 1.570,51 km jalan provinsi dan 1.803,37 km
jalan nasional. Pada tahun 2015, panjang jalan kabupaten/kota di seluruh Provinsi Aceh adalah
13.841,07 km dimana 3.165,44 km diantaranya berada dalam kondisi baik, dan 5.681,06 km
dalam kondisi sedang dan selebihnya sebesar 4.994,57 km dalam kondisi rusak. Sementara itu
bila dilihat dari jenis permukaaannya, maka dari total panjang jalan kabupaten/kota, 6.203,57 km
beraspal, 4.837,42 km berpermukaan kerikil dan selebihnya sepanjang 2.800,08 km masih
berpermukaan tanah. Sebagai konsekuensinya dalam upaya mencapai tujuan tersebut maka
pemerintah daerah Provinsi Aceh dari tahun ke tahun berusaha untuk meningkatkan

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

pengembangan prasarana jalan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk lebih jelasnya
kondisi Peta Jaringan Jalan Nasional Provinsi Aceh dapat dilihat pada Lampiran Gambar-3.4
berikut ini

Lampiran Gambar 3.4 Peta Jaringan Jalan Nasional Provinsi Aceh

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

1. Transportasi Darat
Dalam rencana sistem transportasi darat telah ditetapkan sebagai kawasan primer yaitu
pusat pelayanan dan jasa dengan pusat kegiatan di Pusat Kota Sabang, kawasan
sekunder yaitu di pusat wisata dengan pusat kegiatan Iboih (Teupin Layeu dan Gapang)
dan pusat industri dengan pusat kegiatan di Balohan, serta kawasan tersier yaitu pusat
perumahan dengan pusat kegiatan di Cot Abeuk, Paya Keuneukai, dan Anoe Itam. Pusat-
pusat aktivitas tersebut akan dihubungkan dengan jaringan jalan utama.
Tabel-3.10
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Utama di Kota Sabang
Row
Panjang Klasifikasi Fungsi Status
Nama Ruas Jalan (Right of
(km) Jalan Jalan
Way)
Jalur Utama
a. Km Nol–Pusat Kota Sabang 28,93 Kolektor Primer (K1) Nasional 15 - 20 m
b. Balohan – Pusat Kota Saba 15,262 Kolektor Primer (K1) Nasional 15 - 20 m
c. Teuku Umar 0,243 Kolektor Primer (K1) Nasional 10 - 15 m
d. Diponegoro 0,725 Kolektor Primer (K1) Nasional 10 - 15 m
e. AM Ibrahim 0,689 Kolektor Primer (K1) Nasional 10 - 15 m
f. Perdagangan 0,641 Kolektor Primer (K1) Nasional 10 - 15 m
g. Yos Sudarso 2,009 Kolektor Primer (K1) Nasional 10 - 15 m
Jalan Lingkar Selatan
a. Balohan- Keuneukai 11,5 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
b. Keuneukai - Lh Angen 13,5 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
c. Aneuk Laot - Balohan 6,26 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
Jalan Lingkar Utara
a. Balohan - Anoe Itam - Ie Meulee 13,8 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
b. Tapak Gajah - Sabang 1,5 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
Jalur Alternatif
a. Balohan - Aneuk Laot 7 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
b. Sp. Cot Ba’U Al-Mujaddid - Sp Tapak Gajah 5 Kolektor Sekunder Kota 10 - 15 m
Jalur Penghubung
a. Cot Damar - Keuneukai 8,8 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
Jalan Baru
Pria Laot – Ujung 4 Kolektor Sekunder Kota 10 - 15 m
Sekundo Ujong Murong - Gapang 3 Kolektor Sekunder Provinsi 10 - 15 m
Cot Mancang– Bay Pass 0,9 Kolektor Sekunder Provinsi 15 - 20 m
Tanjakan Semen-Lhok Batee 2 Kolektor Sekunder Provinsi 15 - 20 m

Sumber : Bappeda Kota Sabang, 2019

Jaringan jalan utama yang direncanakan akan membentuk suatu jalan lingkar luar di Kota
Sabang khususnya di Pulau Weh, yang terdiri dari simpul –simpul Ruas Pusat kota - Anoe
Itam - Balohan - Paya Keuneukai - Ujung Gua Sarang Ujung Putroe - Ujung Ba’U - Iboih -
Gapang - Cot Damar - Pusat Kota Sabang. Selain jalan lingkar sebagai jalan utama, saat
ini jalan menuju pusat aktifitas gampong dan jalan antar gampong di Kota Sabang sudah
terbangun dengan baik dan perlu peningkatan kualitas jalan dan pemeliharaan rutin
termasuk jalan menuju Bandara Maimun Saleh. Untuk pengembangan jalan tersebut
dilihat dari klasifikasi fungsi jalannya untuk potongan melintang kolektor primer K1, K2
dan sekunder dikembangkan menjadi daerah milik jalan/ROW (Right of Way) sebesar 15-
20 m, dengan 1 jalur yang berlawanan arah, lebar perkerasan 9 meter. Pada sisi kiri –

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

kanan jalan dikembangkan daerah peruntukan vegetasi jalan selebar 1,5 meter, jaringan
drainase 1 meter, trotoar (pedestrian) 1,5 meter, dan garis sempadan bangunan pada
jalan kolektor primer 10 meter dan kolektor sekunder 5 meter.

2. Transportasi Laut
Pengembangan sistem transportasi laut diarahkan pada penyediaan jasa pelabuhan yang
handal sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal baik untuk pelayaran
penumpang maupun barang sehingga dapat mendukung fungsi Sabang sebagai Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang menempatkan peran Pelabuhan
Internasional Hub Sabang sebagai Pelabuhan Utama. Pelabuhan ini merupakan prasarana
pendukung transportasi laut bagi Kota Sabang. Keberadaan Pelabuhan Sabang menjadi
kebutuhan mutlak dan sentral dalam melayani jalur domestik, juga melayani jalur
regional dan internasional. Selain itu Sabang juga diarahkan untuk menjadi salah satu
tujuan dalam jalur pelayaran domestik sehingga mampu menangkap pasar nasional untuk
output produksinya baik pada sektor perdagangan, perindustrian, maupun pariwisata.
Jalur pelayaran yang direncanakan dapat terealisasi dengan upaya pengembangan Kota
Sabang. Pelabuhan Internasional Hub Sabang melayani jalur regional dan internasional
(RTRW Kota Sabang 2012 -2032) :
- Jalur Regional meliputi : Sabang – Malahayati, Sabang – Meulaboh – Singkil Sibolga,
Sabang – Simeulue, Sabang – Lhokseumawe – Beulawan, dan sabang – Batam, dan
Sabang – Seluruh Pelabuhan Regional Indonesia.
- Jalur International meliputi : Sabang – Singapore, Sabang – Belanda, Sabang –
Thailand, Sabang - India, dan Sabang seluruh Pelabuhan International

3. Transportasi Udara
Bandara Maimun Saleh merupakan Bandara Pengumpan yang mendukung PKW dan PKSN
Sabang, sebagai inlet ke Kota Sabang, bandara ini dimanfaatkan untuk mendorong
aktivitas wisata ke Sabang, sehingga dapat menjadi salah satu tujuan dalam jalur
penerbangan komersil dan internasional. Jalur penerbangan Bandara Maimun Saleh
direncanakan akan melayani penerbangan domestik dan internasional. Jalur ini dapat
menghubungkan antara Sabang dengan Kota Banda Aceh dan Medan serta negara lain.
Lokasi bandara ini merupakan pengembangan dari bandara yang lama yang saat ini
dikelola TNI AU dengan panjang runway 1.850 meter. Ruang udara di sekitar bandar
udara Maimun Saleh yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan kurang lebih seluas
108,5 Ha meliputi wilayah Cot Ba’U dan sekitarnya, yang melayani jalur (RTRW Kota
Sabang 2012 -2032) :
- Penerbangan Nasional Meliputi : Sabang – Sultan Iskandar Muda, Sabang – Malikul
Saleh, Sabang – Cut Nyak Dhin, Sabang – Lasikin, Sabang – Rambele dan Sabang –
Kuala Namu.
- Penerbangan International Meliputi : Sabang – Penang dan Sabang – Langkawi.

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Untuk Untuk lebihnya Peta Jaringan Transportasi Kota Sabang dilihat pada Lampiran
Gambar-3.5, berikut ini.

Lampiran Gambar 3.5 Peta Jaringan Transportasi Kota Sabang

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

3.3 RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH


3.3.1 Wilayah Provinsi Aceh
Kebijakan dan strategi dalam penataan ruang berdasarkan Qanun No. 19 Tahun 2013 tentang
Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) Provinsi Aceh Tahun 2013 – 2033, yaitu :

1) Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang


a) Pengembangan struktur ruang untuk peningkatan fungsi dan akses pelayanan pada pusat
kegiatan, mencakup :
- mengembangkan dan meningkatkan fasilitas dan/atau sarana pelayanan pusat
kegiatan;
- mengembangkan fungsi kegiatan baru pada pusat kegiatan yang dapat
meningkatkan kualitas
- pelayanannya dalam rangka mendorong pertumbuhan wilayah yang dilayaninya;
- menjaga dan meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan; dan
- mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya

b) Pengembangan struktur ruang untuk peningkatan akses dari dan ke luar wilayah Aceh,
baik dalam lingkup nasional maupun internasional meliputi:
- Mengembangkan Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Aceh Utara, Lhokseumawe,
Takengon, Langsa, Meulaboh, Blangpidie dan Singkil sebagai pintu gerbang utama
Pulau Sumatera, dalam hubungan ekonomi, kebudayaan, pendidikan, pariwisata,
transportasi, ITC (Information Technology Center) dan Aceh digital;
- Mengembangkan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Banda Aceh
Darussalam serta Kawasan Sabang, sehingga dapat berperan sebagai pintu gerbang
utama Pulau Sumatera dalam hubungan ekonomi secara internasional; dan
- Meningkatkan kapasitas dan intensitas pusat-pusat kegiatan yang mewadahi
aktivitas perdagangan, jasa, industri dan pariwisata berskala regional, nasional dan
internasional dengan melengkapi sarana dan prasarana pendukung

c) Pengembangan struktur ruang untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan


jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi dan informatika, pengelolaan
sumber daya air dan air minum, serta mitigasi dan adaptasi bencana di seluruh wilayah
Aceh meliputi:
- Meningkatkan jaringan prasarana transportasi terpadu (darat, laut, dan udara) yang
berskala regional, nasional dan Internasional;

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

- Meningkatkan jaringan energi listrik secara optimal dan menjamin pasokan energi
untuk sektor sektor strategis serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik;
- Mendorong peningkatan sistem jaringan telekomunikasi dan informatika yang lebih
efektif untuk peningkatan daya saing Aceh dan yang dapat menjangkau seluruh
wilayah Aceh;
- Mengembangkan jaringan prasarana untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi
bencana

2) Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang


a) Pengembangan kawasan lindung untuk pencegahan dampak negatif kegiataan/manusia
yang dapat menimbulkan kerusakan kawasan lindung, meliputi:
- Mengelola sumber daya alam tidak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya
secara bijaksana;
- Mengelola sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan
ketersediaannya;
- Mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berada dalam kawasan lindung yang tidak
sesuai dengan fungsi perlindungannya.
- Membatasi pengembangan kegiatan budidaya di kawasan rawan bencana;
- Meningkatkan peranan masyarakat termasuk kearifan lokal dan hukum adat dalam
pengelolaan kawasan lindung; dan
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan lindung

b) Pengembangan kawasan budidaya untuk peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar


kegiatan budidaya, meliputi:
- Mengembangkan kawasan budidaya unggulan beserta sarana dan prasarana
pendukungnya sesuai dengan standar yang berlaku secara sinergis untuk
mendorong pengembangan ekonomi;
- Mewujudkan pengembangan kawasan pembangunan dan pelayanan terpadu yang
multi fungsi (mixed use) dalam satu kawasan dan antar kawasan;
- Mengembangkan kawasan budidaya pertanian pangan terpadu untuk mendukung
ketahanan pangan;
- Mengembangkan wilayah perbatasan, daerah terpencil, wilayah pesisir, pulau-pulau
kecil dan pulau-pulau terdepan yang potensial dengan pendekatan gugus pulau,
untuk meningkatkan daya saing; dan
- Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai
ekonomi tinggi di wilayah laut kewenangan Aceh.

c) Pengembangan kawasan budidaya untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya


agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

- Membatasi perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
- Menerapkan pengembangan berbasis mitigasi bencana pada kawasan budidaya
rawan bencana;
- Mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat terutama untuk
fungsi komersial/bernilai ekonomi tinggi guna penghematan ruang dan penyediaan
ruang terbuka; dan
- Mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk
meningkatkan dan/atau mempertahankan pelayanan prasarana dan sarana kawasan
perkotaan serta mengoptimalkan fungsi kawasan Gampong atau nama lain di
sekitarnya.

Tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan, ditetapkan berdasarkan


ketentuan yang berlaku secara nasional maupun internasional, terdiri atas:
a. Bandar udara umum berdasarkan penggunaannya terdiri atas:
- Bandar Udara Internasional yaitu Bandar Udara Sultan Iskandar Muda – Aceh Besar,
Maimun Saleh - Sabang dan Malikussaleh – Aceh Utara.
- Bandar udara domestik adalah bandar udara umum harus dilengkapi dengan sarana
dan prasarana pendukung yang disesuaikan dengan kapasitas penggunaan, rencana
pengembangan dan prioritas penanganan bencana.
b. Bandar udara khusus dikembangkan untuk menunjang pengembangan kegiatan tertentu
dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan di bidang kebandarudaraan.

Dalam kebijakan dan arahan peraturan zonasi kawasan perikanan darat meliputi:
- pemanfaatan ruang mempertimbangkan karakteristik teknis, biologi, ekologi dan daya
dukung lingkungan;
- pelestarian jenis ikan endemik Aceh;
- pengembangan jenis ikan dari luar daerah dibawah izin dan pengawasan yang ketat dari
pemerintah;
- pemanfaatan ruang perairan untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau;
- pengendalian secara ketat terhadap aktivitas yang berpotensi menurunkan kualitas
lingkungan dan sumber daya ikan;
- pemanfaatan ruang secara terbatas untuk permukiman nelayan/petambak dengan
kepadatan rendah yang didukung oleh prasarana dan fasilitas penunjangnya; dan
- pelarangan kegiatan yang dapat merubah alih fungsi ekosistem bakau, vegetasi pantai
dan tempat perkembangan biota laut.

Sedangkan arahan peraturan zonasi kawasan perikanan laut meliputi:


- pemanfaatan ruang mempertimbangkan karakteristik teknis, biologi, ekologi dan daya
dukung lingkungan;

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

- pengendalian secara ketat terhadap aktivitas yang berpotensi menurunkan kualitas


lingkungan dan sumber daya ikan;
- pelarangan alat tangkap yang berpotensi merusak lingkungan dan menurunkan sumber
daya ikan;
- pengaturan perizinan kapal penangkapan ikan, wilayah tangkapan ikan, jenis alat tangkap
dan rumpon; dan
- mengoptimalkan peranserta masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumber
daya laut.
3.3.2 Kota Sabang
Arahan dan Kebijakan Qanun No. 6 Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sabang Tahun 2012 –
2032, yaitu :

1) Kebijakan dan Strategi Strukur Ruang


Penataan ruang wilayah Kota bertujuan untuk mewujudkan Kota yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan serta menjamin keterpaduan pengembangan Kota sebagai
Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas.

a) Kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Sabang, meliputi:


- pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan yang diarahkan pada harmonisasi
perkembangan kegiatan dan pelayanan yang berjenjang, skala internasional, wilayah
kota, sub wilayah kota dan skala lingkungan wilayah kota sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW), Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN) untuk mendukung investasi Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas;
- pemantapan kawasan lindung untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan;
- pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang
produktif;
- pengendalian pemanfaatan ruang yang optimal; dan
- pemantapan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan.
-
b) Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang dalam pengembangan Sistem
Pusat Pelayanan yang diarahkan pada pada harmonisasi perkembangan kegiatan dan
pelayanan yang berjenjang, skala internasional, wilayah kota, sub wilayah kota dan skala
lingkungan wilayah kota sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Kawasan Strategis
Nasional (KSN) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) untuk mendukung investasi
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas meliputi:
- menetapkan dan mengembangkan pusat pelayanan utama Kota;
- menetapkan dan mengembangkan bagian wilayah Kota menjadi 3 (tiga) subpusat
pelayanan kota dan 3 (tiga) pusat lingkungan;
- menghubungkan antar subpusat kota dan masingmasing subpusat kota dengan pusat
kota melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola pergerakan merata.

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

- mengembangkan dan mengoptimalkan sistem jaringan transportasi secara terpadu


antara transportasi darat, laut, dan udara;
- mengembangkan sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan;
- mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi;
- pengembangan sistem jaringan sumber daya air/sistem jaringan prasarana air baku;
- mengembangkan sistem jaringan infrastruktur perkotaan yang meliputi sistem air
limbah, persampahan, drainase, pejalan kaki; dan
- menyiapkan dan mengoptimalkan jalur evakuasi bencana.
c) Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan pemantapan kawasan lindung untuk
menjamin pembangunan yang berkelanjutan meliputi:
- mempertahankan dan meningkatkan nilai konservasi pada kawasan lindung;
- merehabilitasi kawasan lindung yang telah berubah fungsi;
- meningkatkan peran masyarakat dalam kelestarian kawasan lindung;
- menyediakan ruang terbuka hijau untuk kepentingan masyarakat;dan
- menyediakan sarana dan prasarana untuk pemantapan kawasan lindung.

d) Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan dalam pengembangan kawasan


budidaya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang produktif meliputi:
- mengembangkan kawasan budidaya yang memiliki peluang ekonomi tinggi;
- menetapkan dan mengembangkan kawasan budidaya dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan; dan
- menyediakan ruang untuk sektor informal untuk mendukung usaha industri rumah
tangga/kecil.

e) Strategi untuk mewujudkan kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:


- mengatur, menata dan mengendalikan pengembangan kawasan budidaya agar
sesuai peruntukan;
- mengendalikan perkembangan kawasan terbangun pada wilayah yang
berkepadatan tinggi; dan
- membangun kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam
menciptakan ruang Kota yang nyaman.

2) Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Wilayah


a) Kawasan hutan lindung seluas 3.405,35 hektar meliputi:
- Kecamatan Sukajaya seluas lebih kurang 1.609,35 hektar, terdapat di Gampong
Anoe Itam, Gampong Balohan, Gampong Cot Abeuk, Gampong Beurawang, Gampong
Cot Ba’U, Gampong Jaboi, Gampong Keuneukai, Gampong Paya, dan Gampong
Ujoeng Kareung;
- Kecamatan Sukakarya seluas lebih kurang 1.796,00 hektar, terdapat di Gampong
Aneuk Laot, Gampong Batee Shok, Gampong Iboih, Gampong Krueng Raya,
Gampong Kuta Timu, Gampong Paya Seunara.

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

b) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya berupa kawasan


resapan air seluas lebih kurang 1.591,34 hektar meliputi:
- Kecamatan Sukajaya seluas lebih kurang 733,33 hektar meliputi Gampong Balohan,
Gampong Beurawang, Gampong Cot Ba’U, Gampong Jaboi, Gampong Keuneukai dan
Gampong Paya, dan
- Kecamatan Sukakarya seluas lebih kurang 858,01 hektar meliputi Gampong Aneuk
Laot, Gampong Batee Shok, Gampong Iboih, Gampong Krueng Raya, Gampong Kuta
Timu, dan Gampong Paya Seunara.

c) Kawasan industri besar memiliki luas lebih kurang 724,13 hektar di Gampong Balohan,
Gampong Jaboi dan Gampong Anoe Itam yang meliputi :
- rencana pengembangan kawasan industri untuk mendukung kawasan pelabuhan
bebas Sabang maupun pelabuhan Balohan seluas lebih kurang Gampong 189,95
hektar;
- rencana pengembangan industri untuk meningkatkan ekspor komoditas unggulan
Kota di Gampong Anoe Itam seluas lebih kurang 462,75 hektar;
- kawasan industri Gampong Jaboi seluas lebih kurang 61,94 hektar; dan
- rencana industri perikanan yaitu berupa kawasan potensi perikanan tangkap yang
didukung prasarana dengan luas lebih kurang 9,49 hektar yang terdiri atas:
 kawasan industri perikanan yang terletak di Gampong Paya Seunara di Gampong
Aneuk Laot; dan
 prasarana perikanan berupa Pangkalan Pendaratan Ikan yang terdapat di
Gampong Krueng Raya, Gampong Paya Seunara, Gampong Ie Meulee dan
Gampong Jaboi.
 Kawasan perikanan berupa perikanan tangkap meliputi area Wilayah Laut
Kewenangan (WLK) Kota seluas lebih kurang 74.736,2 hektar
d) Kawasan kebandarudaraan yaitu Bandar udara Maimun Saleh sebagai bandar udara
umum yang berfungsi sebagai bandar udara pengumpan dengan status penggunaan
internasional di Gampong Cot Ba’U Kecamatan Sukajaya, ruang udara untuk penerbangan
meliputi :
- ruang udara diatas bandar udara yang digunakan langsung untuk kegiatan bandar
udara;
- ruang udara disekitar bandar udara yang digunakan untuk operasi penerbangan dan
penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan meliputi:
 kawasan pendekatan dan lepas landas;
 kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
 kawasan di bawah permukaan horizontal;
 kawasan di bawah permukaan horizontal luar;
 kawasan di bawah permukaan kerucut;
 kawasan di bawah permukaan transisi;

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

 kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi udara.


 ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan; dan
 ruang udara diatur lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara.

Untuk lebih jelasnya Peta Struktur dan Pola Ruang Kota Sabang dapat dilihat pada Lampiran
Gambar-3.6 dan 3.7 berikut ini.

Lampiran Gambar 3.6 Peta Struktur Ruang Provinsi Aceh

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Lampiran Gambar 3.7 Peta Pola Ruang Kota Sabang

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

3.4 RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA


Dalam Peraturan Presiden No. 49 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan
Negara, menyebutkan bahwa RTRKPN berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan Perbatasan
Negara dan Kawasan Pendukung. Kawasan Perbatasan Negara di laut meliputi: kecamatan yang
meliputi Kecamatan Sukakarya dan Kecamatan Sukajaya di Kota Sabang;
Salah satu kebijakan untuk mewujudkan Kawasan Budi Daya yang mandiri dan berdaya saing:
- pengembangan kawasan pertanian untuk kemandirian pangan bagi Masyarakat di
Kawasan Perbatasan Negara;
- pengembangan ekonomi kelautan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;
- pengembangan kegiatan perkebunan dan hutan produksi yang berdaya saing tinggi;
- pengembangan kawasan industri minyak, gas, energi, dan petrokimia serta kawasan
industri manufaktur dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup;
- pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas sistem pusat
pelayanan, keterkaitan antarpusat pelayanan, mendukung sentra ekonomi, serta
mendukung fungsi
- pertahanan dan keamanan negara; dan
- pengembangan prasarana energi, telekomunikasi, dan sumber daya air untuk mendukung
pusat pelayanan dan Kawasan Budi Daya.

Strategi pengembangan ekonomi kelautan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dilakukan dengan :
a) mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi di Selat
Malaka dengan memperhatikan ekosistem laut dan jalur pelayaran internasional;
b) mengembangkan perikanan tangkap dan budi daya sesuai potensi lestari;
c) mengembangkan potensi wisata bahari;
d) mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa pariwisata serta jasa kepelabuhanan;
e) mengembangkan kerja sama antarnegara dalam pengembangan destinasi pariwisata.

Strategi pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas sistem pusat


pelayanan, keterkaitan antarpusat pelayanan, mendukung sentra ekonomi, serta mendukung
fungsi pertahanan dan keamanan negara dilakukan dengan:
a) mengembangkan jaringan jalan yang terpadu dengan pelabuhan / dermaga dan / atau
bandar udara;

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

b) mengembangkan jaringan jalur kereta api untuk meningkatkan aksesibilitas pusat


permukiman perbatasan;
c) mengembangkan sarana dan prasarana transportasi penyeberangan yang dapat
meningkatkan keterkaitan antarwilayah dan membuka keterisolasian wilayah; dan
d) mengembangkan pelabuhan dan bandar udara untuk melayani perdagangan ekspor
dan/atau antarpulau.
Pusat pelayanan utama merupakan pusat kegiatan utama dan terdepan dalam peningkatan
pelayanan pertahanan dan keamanan negara, pelayanan lintas batas, serta pendorong
pengembangan Kawasan Perbatasan Negara. PKSN Sabang ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan
Utama memiliki fungsi sebagai:
a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
c. pusat pemerintahan;
d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
e. pusat perdagangan dan jasa skala internasional;
f. pusat kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan;
g. pusat kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan;
h. pusat promosi pariwisata dan komoditas unggulan berbasis potensi lokal;
i. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang;
j. pusat pelayanan transportasi laut internasional dan nasional; dan
k. pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional.

Pusat pelayanan penyangga merupakan pusat kegiatan penyangga pusat pelayanan utama
dan/atau pintu gerbang dalam peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta
keterkaitan antarpusat pelayanan di Kawasan Perbatasan Negara. PKN Banda Aceh dan Kota Sigli
ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Penyangga memiliki fungsi sebagai:
a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
c. pusat pemerintahan;
d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
e. pusat perdagangan dan jasa skala internasional;
f. pusat pengembangan minapolitan dan agropolitan;
g. pusat kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan;
h. pusat kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan;
i. pusat promosi pariwisata dan komoditas unggulan berbasis potensi lokal;
j. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang;
k. pusat pelayanan transportasi laut nasional; dan/atau
l. pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional.

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Pusat pelayanan pintu gerbang merupakan pusat kegiatan terdepan dalam peningkatan
pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta kegiatan lintas batas di Kawasan Perbatasan
Negara. Pusat pelayanan pintu gerbang Lam Reh dan Kota Langsa memiliki fungsi sebagai:
a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
d. pusat perdagangan dan jasa skala internasional;
e. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang;
f. pusat promosi pariwisata dan komoditas unggulan berbasis potensi lokal; dan/atau
g. pusat pelayanan transportasi laut internasional dan nasional.

Dalam peraturan juga disebutkan bahwa bandar udara yang ditetapkan untuk melaksanakan
fungsi bandar udara untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban anus lalu lintas
pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, keselamatan penerbangan, tempat perpindahan
intra dan antar moda serta mendorong perekonomian di Kawasan Perbatasan Negara.

Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer meliputi Bandar Udara Kuala Namu di
Kecamatan Pantai Labu pada Kabupaten Deli Serdang. Bandar udara pengumpan terdiri atas:
a) Bandar Udara Maimun Saleh di Kecamatan Sukajaya pada Kota Sabang; dan
b) Bandar Udara Malikul Saleh di Kecamatan Muara Batu pada Kabupaten Aceh Utara.
Ruang udara untuk penerbangan ditetapkan untuk kegiatan operasi penerbangan guna menjamin
keselamatan penerbangan di Kawasan Perbatasan Negara dan Kawasan Pendukung. Ruang udara
untuk penerbangan terdiri atas:
a) ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar
udara;
b) ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan; dan
ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan yang dimanfaatkan bersama
untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.

Untuk lebih jelasnya Peta Struktur dan Pola Ruang Kawasan Perbatasan Negera dapat dilihat pada
Lampiran Gambar-3.8 dan 3.9 berikut ini.

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Lampiran Gambar 3.8 Peta Rencana Struktur Strategis Nasional

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

Lampiran Gambar 3.9 Peta Rencana Struktur Strategis Nasional

III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

III - 29

Anda mungkin juga menyukai