BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Provinsi Aceh mempunyai luas 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai lahan terluas yang mencapai
2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha, sedangkan lahan industri
mempunyai luas terkecil yaitu 3.928 ha, Selain memiliki batas wilayah tersebut Aceh juga
memiliki banyak pulau mencapai 119 Pulau dengan 5 Gunung, dan juga Aceh memiliki 73 Aliaran
Sungai Utama yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat wisata, pertanian, dan juga
perekonomian.
B. Kota Sabang
Kota Sabang terletak di antara 95° 13' 12" dan 95° 22’36" BT dan 05° 46' 28" dan 05° 54' 28"
LU yang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia (dan merupakan titik 0 kilometer Negara
Kesatuan Repulblik Indonesia) yang berbatasan langsung dengan Malaysia, Thailand dan India.
Batas-batas wilayah Kota Sabang :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Andaman,
• Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Andaman, dan
• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka
Untuk lebih jelasnya Letak Administrasi Kota Sabang dapat dilihat pada Lampiran Gambar-3.2
berikut ini.
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Kota Sabang terdiri dari lima (5) buah pulau, yakni Pulau Weh seluas 121.989,56 Ha, Pulau Klah
seluas 18,69 Ha, Pulau Rubiah seluas 35,79 Ha, Pulau Seulako seluas 5,5 ha dan Pulau Rondo
6,57 ha dan gugusan pulau-pulau batu di Pante Utara.
Lampiran Gambar-3.1 Peta Administrasi Provinsi Aceh
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Pulau Weh merupakan satu-satunya pulau yang dijadikan pemukiman, sedangkan Pulau Rondo
merupakan salah satu pulau terluar yang berjarak + 15,6 km dari Pulau Weh. Secara
administratif, Kota Sabang terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sukajaya seluas
60,82 km2 (50,20%) dan Kecamatan Sukakarya 61,31 Km 2 (49,80%) serta terbagi 18 Gampong
(desa) dan 7 mukim. Luas keseluruhan daratan Kota Sabang adalah 122,13 km 2.
Tabel-3.1
Luas Administrasi Kota Sabang
Persentase
No Kecamatan Gampong Luas (ha)
Luas
1 Paya 1.444,64 11,8
2 Keunekai 568,96 4,7
3 Beurawang 469,32 3,8
4 Jaboi 490,14 4
5 Balohan 772,41 6,3
Sukajaya
6 C ot Abeuk 357,18 2,9
7 C ot Ba'u 531,09 4,3
8 Anoi Itam 1.018,89 8,3
9 Ujong Kareung 122,6 1
10 Ie Meule 306,89 2,5
Total 6.082,12
1 Iboih 2.731,16 22,4
2 Batee Shoek 1.129,51 9,3
3 Paya Seunara 564,23 4,6
4 Krueng Raya 959,27 7,9
Sukakarya
5 Aneuk Laot 449,67 3,7
6 Kota Timur 157,11 1,3
7 Kota Barat 88,86 0,7
8 Kota Atas 52,04 0,4
Total 6.131,85
Luas Total 12.213,97
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
zona patahan aktif yang meliputi : Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh
Tenggara, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, dan Aceh Selatan.
B. Kota Sabang
Pulau Weh merupakan sebuah pulau karang yang proses terjadinya melalui pengangkatan dari
permukaan laut. Sekitar 2600 ha terumbu karang yang terdapat di Pulau Weh (terutama di
sekitar Pulau Rubiah) telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh oleh Menteri
Kehutanan (SK No. 928/KPTS/UM/1982 tanggal 22 Desember 1982). Topografi Kota Sabang
sangat bervarisasi yang didominasi oleh pergunungan, yakni sekitar 48,17 % dari luas kawasan
keseluruhan, meliputi dataran 1,01 %, Landai 5,02 %, dataran bergelombang 31,70 %, curam
14,10 % dan berada pada ketinggian 28 m di atas permukaan air laut (dpl). Ditinjau dari
kemiringan lerengnya di daerah Pulau Weh bagian barat dan di tengah bagian timur merupakan
daerah yang berbukit dan bergelombang dengan kemiringan lebih dari 15%. Kawasan yang datar
relatif terbatas, yaitu hanya di sekitar pantai, bandara Maimun Saleh dan gampong Paya Seunara.
Tata guna lahan eksisting yang ada di Kota Sabang masih didominasi oleh kawasan hutan yang
sebagian besar tersebar di bagian tengah, selatan, dan barat Pulau Weh. Dominasi tidak terlepas
dari penetapan kawasan hutan seluas 6.743,35 ha. Untuk lebih jelasnya Peta Penggunaan Lahan
Kota Sabang dapat dilihat pada Lampiran Gambar-3.3 berikut ini.
Tabel-3.2
Jenis Tutupan Lahan Kota Sabang
Luas Luas
Kegiatan Tutupan Lahan Kegiatan Tutupan Lahan
(Ha) (Ha)
Bandar Udara 84.50 Permukiman 436.27
Daerah Terbangun 9.02 Perkantoran Pemerintah 14.83
Danau 41.15 Pertanian pangan lahan basah 26.98
Hutan 6.814,78 Pertanian pangan lahan kering 243.73
Instalasi khusus/militer 22.40 Peternakan kawasan perikanan 24.80
Instalasi pembangkit energi listrik 0.19 Pusat kegiatan kebudayaan skala wiayah 0.04
Jalan 104.82 Pusat perbelanjaan 1.13
Kawasan lindung keagamaan 2.67 Rawa 26.75
Kawasan pantai berhutan bakau 26.49 Ruang terbuka hijau kota 918.92
Kawasan pengolahan ikan 0.09 Sungai 2.20
Kebun 3.184.66 Taman Kota 1.23
Minyak 1.23 Taman pemakaman umum 0.95
Pantai berpasir 18.32 Tanah terbuka 175.31
Pelabuhan 12.22
Hasil Analisa tahun 2015
Sumber : Bappeda Kota Sabang, 2019.
Kota Sabang pada umumnya beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Musim kemarau berkisar antara bulan Maret – Juni, sedangkan musim peng-
hujan berkisar antara bulan Agustus - Februari, dengan curah hujan rata – rata per tahun 194,70
mm. hujan minimum yang terjadi sebesar 75 mm/tahun terjadi pada bulan Maret dan
maksimum sebesar 510,7 mm/tahun yang terjadi pada bulan November. Secara geografis Kota
Sabang terletak di garis khatulistiwa, sehingga wilayah ini tergolong beriklim tropis, suhu udara
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
rata-rata berkisar antara 27,09°C. Pada tahun 2018, suhu udara pada periode tersebut Maret –
Mei memang relatif lebih tinggi dibandingkan September sampai Januari, sedangkan tekanan
udara berkisar 1007,9 mbar – 1010,1 mbar dan kelembaban udara berkisar 65%– 86%.
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Tabel-3.3
Kondisi Klimatologi Kota Sabang
Klimatologi
Bul an Curah Hujan Suhu Udara Tekanan Kelembaban
Hari Hujan 0
(mm) C Udara (mlb) Udara (%)
Januari 142,5 8 25,7 1011,8 82
Februari 87,6 5 26 1010,4 81
Maret 75 4 27 1010,4 81
April 112 11 27,3 1010,4 80
Mei 78 11 27,8 1009,5 80
Juni 69,3 10 29 1008,3 70
Juli 33,1 10 29 1009,4 65
Agustus 133,5 10 27,3 1010,3 65
September 141,1 15 26,8 1010,8 80
Oktober 466,5 21 26,2 1010,7 86
November 510,7 17 26,6 1010,3 84
Desember 483,1 20 26,4 1010,4 85
1. Sabang
2. Banda Aceh
3. Kabupaten Aceh Besar
4. Kabupaten Pidie
II ZONA UTARA - TIMUR 20.670,3 35,67 2.634.527 2.680,29
1. Kabupaten Pidie Jaya
2. Kabupaten Bireuen
3. Kota Lhokseuawe
4. Kabupaten Aceh Utara
5. Kabupaten Aceh Tengah 4.318,39 7,45 204.273 47
6. Kabupaten Bener Meriah 1.454,09 2,51 142.526 98
7. Kabupaten Aceh Timur 6.286,01 10,85 419.594 67
8. Kota Langsa 262,41 0,45 171.574 654
9. Kabupaten Aceh Tamiang 1.956,72 3,38 287.007 147
III ZONA BARAT 10.104,7 17,4 452.629 140,3
1. Kabupaten Aceh Jaya 3.813,0 6,58 89.618 24
2. Kabupaten Aceh Barat 2.928,0 5,05 201.682 69
3. Kabupaten Nagan Raya 3.363,7 5,80 161.329 48
IV ZONA TENGGARA - SELATAN 20.910,7 36,1 966.711 379,1
1. Kabupaten Aceh Barat Daya 1.490,6 2,57 145.726 98
2. Kabupaten Aceh Selatan 3.841,6 6,63 231.893 60
3. Kabupaten Simeulue 2.051,5 3,54 91.372 45
4. Kabupaten Gayo Lues 5.719,6 9,87 91.024 16
5. Kabupaten Aceh Tenggara 4.231,4 7,30 208.481 49
6. Kota Subulusalam 1.391,0 2,40 78.725 57
7. Kabupaten Aceh Singkil 2.185,0 3,77 119.490 55
TOTAL PROVINSI AC EH 57.956,00 100,00 5.189.466 7.935,65
B. Kota Sabang
Secara umum penduduk pesisir Kota Sabang memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan
potensi dan kondisi sumber daya pesisir dan lautan. Ketergantungan yang dimaksud lebih
cenderung kepada sektor pariwisata dibandingkan sektor perikanan. Pada tahun 2018 jumlah
penduduk Kota Sabang sebanyak 33.978 jiwa, mengalami pertumbuhan sebesar 1,06%
dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah penduduk tahun 2017 berjumlah 33.622 jiwa naik dari
tahun 2015 yang berjumlah 30.653 jiwa. Laju Pertumbuhan penduduk di kecamatan Sukajaya
sebesar 1,02%, lebih rendah dibandingkan Kec. Sukakarya yaitu 1,10 %
Tabel-3.5
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Sabang
Tahun 2018
Jumlah
Kepadatan
No Kecamatan Desa/Gampong Penduduk
(jiwa/km)
(Jiwa)
1 Paya 548 38
2 Keunekai 819 144
3 Beurawang 396 83
4 Jaboi 684 132
5 Balohan 2.821 363
Sukajaya
6 C ot Abeuk 543 152
7 C ot Ba'u 5.914 1.114
8 Anoi Itam 761 65
9 Ujong Kareung 828 676
10 Ie Meule 3.841 1.252
Sub Total 17.155
1 Iboih 1.053 4
2 Batee Shoek 1.191 10
3 Paya Seunara 2.453 44
4 Krueng Raya 1.507 16
Sukakarya
5 Aneuk Laot 1.169 24
6 Kota Timur 2.197 140
7 Kota Barat 3.193 360
8 Kota Atas 4.060 780
Sub Total 16.823 III - 29
Total 33.978 Jiwa
Kawasan Bandara
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
B. Kota Sabang
Realisasi Pendapatan Asli Daerah di Kota Sabang pada tahun 2018 adalah sebesar 115,74 milyar
rupiah, total realisasi pendapatan asli daerah tersebut terdiri dari beberapa jenis penerimaan
yaitu Hasil Pajak Daerah sebesar 56,55 milyar, Hasil Retribusi Daerah sebesar 7,97 milyar, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar 2,13 milyar, Hasil Pengelolaan Zakat,
Infak, dan Shadaqah sebesar 14,83 milyar, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
sebesar 37,15 milyar rupiah. Untuk realisasi Pengeluaran Daerah Kota Sabang tahun 2018
dikategorikan berdasarkan jenis pengeluaran Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung
dengan nominal sebesar 1,34 trilyun rupiah. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Sabang
mengalami peningkatan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016. Nlai PDRB Atas Dasar
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Harga Berlaku Kota Sabang pada tahun 2015 adalah sebesar 998,22 milyar rupiah dan
mengalami peningkatan menjadi 932,15 milyar rupiah pada tahun 2013. Kemudian, nilai PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku Kota Sabang tahun 2014 dan 2018 masing-masing adalah sebesar
991,65 milyar rupiah hingga mencapai nilai sebesar 1,38 trilyun rupiah pada tahun 2018.
Tabel-3.8
PDRB atas dasar Harga Berlaku Kota Sabang,
Tahun 2014-2018 Tanpa Migas, (Juta Rupiah)
PDRB seri 2010 atas Dasar Harga Berlaku
Lapangan Usahan
2014 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 73.580,00 78.471,00 83.500,30 87.084,10 92.025,61
1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 50.500,50 53.905,30 57.258,70 59.224,80 62.378,57
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 893,10 929,30 983,10 1.020,90 1.069,03
3. Perikanan 22.186,30 23.636,30 25.258,50 26.838,40 28.578,01
B. Pertambangan dan Penggalian 11.075,40 11.654,00 12.218,70 11.238,00 11.433,90
C. Industri Pengolahan 25.980,70 27.828,10 29.299,50 32.546,20 35.182,31
D. Pengadaan Listrik dan Gas 2.180,70 2.384,40 1.910,10 2.063,00 2.089,09
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur 1.474,90 1.617,70 1.844,20 2.136,00 2.390,76
F. Konstruksi 293.674,80 319.967,10 348.705,80 387.929,00 427.030,53
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 147.798,90 159.502,10 172.545,20 196.139,00 214.386,57
H. Transportasi dan Pergudangan 37.479,80 41.965,30 43.499,60 47.367,50 50.895,87
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 30.413,70 33.220,80 38.026,30 46.129,00 52.322,99
J. Informasi dan Komunikasi 19.576,60 20.725,70 21.921,60 23.298,00 24.664,05
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 24.942,50 26.668,30 28.725,30 31.101,00 33.375,49
L. Real Estat 39.190,80 41.065,40 43.100,40 46.562,00 49.266,60
M,N. Jasa Perusahaan 2.944,20 3.086,00 3.191,40 3.232,00 3.339,50
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 163.042,00 174.622,60 192.906,90 208.410,40 224.645,11
P. Jasa Pendidikan 39.282,00 42.081,40 44.679,40 49.324,30 52.940,75
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 63.083,60 68.003,00 72.191,40 76.912,00 82.093,16
R,S,T,U Jasa lainnya 15.928,40 16.755,50 18.612,20 21.101,00 22.926,16
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 991.648,80 1.069.618,20 1.156.878,20 1.272.572,40 1.381.008,44
PDRB Atas Dasar Harga Konstan juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun selama periode
2014-2018. Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Sabang pada tahun 2014 adalah sebesar
875,12 milyar rupiah dan mengalami peningkatan menjadi 912,98 milyar rupiah pada tahun
2015. Kemudian, nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Sabang tahun 2016, 2017, dan 2018
secara berturut-turut adalah sebesar 957,23 milyar rupiah, 1.015 dan 1.065 milyar rupiah.
Peningkatan nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Sabang lebih kecil dari pada nilai PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku karena pada nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan tidak lagi
dipengaruhi oleh faktor harga.
Tabel-3.9
PDRB atas dasar Harga Konstan Kota Sabang
Tahun 2014-2018, Tanpa Migas (Juta Rupiah)
PDRB seri 2010 atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 64.232,67 66.175,47 68.326,22 70.525,40 72.675,81
1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 44.564,18 45.839,83 47.068,72 48.483,60 49.836,29
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 758,62 763,93 768,74 791,80 801,14
3. Perikanan 18.909,87 19.571,71 20.488,77 21.250,00 22.038,38
B. Pertambangan dan Penggalian 10.142,59 10.428,61 10.738,34 9.980,00 10.009,94
C. Industri Pengolahan 22.592,86 23.360,44 24.034,57 25.087,40 26.013,13
D. Pengadaan Listrik dan Gas 2.286,09 2.429,74 1.941,21 2.002,20 1.974,57
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur 1.229,10 1.282,09 1.354,84 1.438,00 2.871,08
F. Konstruksi 251.573,77 265.158,75 279.357,89 299.220,70 317.024,33
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 133.123,54 138.254,33 144.439,09 155.704,00 163.504,77
H. Transportasi dan Pergudangan 31.511,73 35.438,69 36.352,22 38.159,40 40.273,43
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 26.647,37 27.995,02 30.196,25 33.345,00 35.735,84
J. Informasi dan Komunikasi 18.674,41 19.531,57 20.549,49 21.700,30 22.798,34
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 20.507,01 21.193,44 22.106,21 23.160,00 24.028,50
L. Real Estat 35.412,62 36.312,10 37.319,02 39.177,40 40.415,41
M,N. Jasa Perusahaan 2.719,48 2.771,15 2.826,91 2.830,60 2.871,08
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 145.349,35 149.608,09 159.487,60 167.781,00 174.559,35
P. Jasa Pendidikan 36.989,59 38.336,02 39.671,98 41.600,20 43.230,93
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 57.507,21 59.646,48 62.155,50 65.879,80 68.791,69
III - 29
R,S,T,U Jasa lainnya 14.619,32 15.065,21 16.381,25 17.834,00 18.855,89
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 875.118,71 912.987,20 957.238,60 1.015.425,20 1.065.634,066
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Sektor perhubungan memiliki peranan yang sangat besar terhadap kelancaran pembangunan
suatu daerah. Akses yang mudah, cepat, dan murah akan memperlancar perputaran roda
perekonomian, dengan demikian potensi perekonomian khususnya hasil perikanan, perkebunan,
pertanian, kehutanan dan perindustrian yang ada di daerah ini dapat dengan segera dipasarkan.
Dalam pengembangan sistem transportasi di wilayah Aceh, dikelompokkan ke dalam beberapa
zona kerja (Otoritas Transportasi) berdasarkan letak geografis dan rencana pengembangan
kawasan strategis Aceh, dengan pengelolaan sebagai berikut :
a) Zona Pusat, terdiri atas Kota Sabang, Kab. Aceh Besar, Kabupaten Pidie serta Kota Banda
Aceh;
b) Zona Utara - Timur, terdiri atas Kab. Pidie Jaya, Kab. Bireun, Kota Lhoksumawe, Kab. Aceh
Tengah, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh Timur, Kota Langsa serta Kab. Aceh Tamiang;
c) Zona Barat, terdiri atas Kab. Aceh Barat, Kab. Nagan Raya serta Kab. Aceh Jaya;dan
d) Zona Tenggara-Selatan, terdiri atas Kab. Aceh Besar, Kab. Aceh Barat Daya, Kab. Simerlue,
Kab. Gayo Lues, Kab. Aceh Tenggara, Kota Subullussalam serta Kab. Singkil.
Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya untuk
transportasi darat. Untuk mendukung transportasi darat, pemerintah telah membangun jalan
sepanjang 13.841,07 km jalan kabupaten/kota, 1.570,51 km jalan provinsi dan 1.803,37 km
jalan nasional. Pada tahun 2015, panjang jalan kabupaten/kota di seluruh Provinsi Aceh adalah
13.841,07 km dimana 3.165,44 km diantaranya berada dalam kondisi baik, dan 5.681,06 km
dalam kondisi sedang dan selebihnya sebesar 4.994,57 km dalam kondisi rusak. Sementara itu
bila dilihat dari jenis permukaaannya, maka dari total panjang jalan kabupaten/kota, 6.203,57 km
beraspal, 4.837,42 km berpermukaan kerikil dan selebihnya sepanjang 2.800,08 km masih
berpermukaan tanah. Sebagai konsekuensinya dalam upaya mencapai tujuan tersebut maka
pemerintah daerah Provinsi Aceh dari tahun ke tahun berusaha untuk meningkatkan
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
pengembangan prasarana jalan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk lebih jelasnya
kondisi Peta Jaringan Jalan Nasional Provinsi Aceh dapat dilihat pada Lampiran Gambar-3.4
berikut ini
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
1. Transportasi Darat
Dalam rencana sistem transportasi darat telah ditetapkan sebagai kawasan primer yaitu
pusat pelayanan dan jasa dengan pusat kegiatan di Pusat Kota Sabang, kawasan
sekunder yaitu di pusat wisata dengan pusat kegiatan Iboih (Teupin Layeu dan Gapang)
dan pusat industri dengan pusat kegiatan di Balohan, serta kawasan tersier yaitu pusat
perumahan dengan pusat kegiatan di Cot Abeuk, Paya Keuneukai, dan Anoe Itam. Pusat-
pusat aktivitas tersebut akan dihubungkan dengan jaringan jalan utama.
Tabel-3.10
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Utama di Kota Sabang
Row
Panjang Klasifikasi Fungsi Status
Nama Ruas Jalan (Right of
(km) Jalan Jalan
Way)
Jalur Utama
a. Km Nol–Pusat Kota Sabang 28,93 Kolektor Primer (K1) Nasional 15 - 20 m
b. Balohan – Pusat Kota Saba 15,262 Kolektor Primer (K1) Nasional 15 - 20 m
c. Teuku Umar 0,243 Kolektor Primer (K1) Nasional 10 - 15 m
d. Diponegoro 0,725 Kolektor Primer (K1) Nasional 10 - 15 m
e. AM Ibrahim 0,689 Kolektor Primer (K1) Nasional 10 - 15 m
f. Perdagangan 0,641 Kolektor Primer (K1) Nasional 10 - 15 m
g. Yos Sudarso 2,009 Kolektor Primer (K1) Nasional 10 - 15 m
Jalan Lingkar Selatan
a. Balohan- Keuneukai 11,5 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
b. Keuneukai - Lh Angen 13,5 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
c. Aneuk Laot - Balohan 6,26 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
Jalan Lingkar Utara
a. Balohan - Anoe Itam - Ie Meulee 13,8 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
b. Tapak Gajah - Sabang 1,5 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
Jalur Alternatif
a. Balohan - Aneuk Laot 7 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
b. Sp. Cot Ba’U Al-Mujaddid - Sp Tapak Gajah 5 Kolektor Sekunder Kota 10 - 15 m
Jalur Penghubung
a. Cot Damar - Keuneukai 8,8 Kolektor Primer (K2) Provinsi 10 - 15 m
Jalan Baru
Pria Laot – Ujung 4 Kolektor Sekunder Kota 10 - 15 m
Sekundo Ujong Murong - Gapang 3 Kolektor Sekunder Provinsi 10 - 15 m
Cot Mancang– Bay Pass 0,9 Kolektor Sekunder Provinsi 15 - 20 m
Tanjakan Semen-Lhok Batee 2 Kolektor Sekunder Provinsi 15 - 20 m
Jaringan jalan utama yang direncanakan akan membentuk suatu jalan lingkar luar di Kota
Sabang khususnya di Pulau Weh, yang terdiri dari simpul –simpul Ruas Pusat kota - Anoe
Itam - Balohan - Paya Keuneukai - Ujung Gua Sarang Ujung Putroe - Ujung Ba’U - Iboih -
Gapang - Cot Damar - Pusat Kota Sabang. Selain jalan lingkar sebagai jalan utama, saat
ini jalan menuju pusat aktifitas gampong dan jalan antar gampong di Kota Sabang sudah
terbangun dengan baik dan perlu peningkatan kualitas jalan dan pemeliharaan rutin
termasuk jalan menuju Bandara Maimun Saleh. Untuk pengembangan jalan tersebut
dilihat dari klasifikasi fungsi jalannya untuk potongan melintang kolektor primer K1, K2
dan sekunder dikembangkan menjadi daerah milik jalan/ROW (Right of Way) sebesar 15-
20 m, dengan 1 jalur yang berlawanan arah, lebar perkerasan 9 meter. Pada sisi kiri –
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
kanan jalan dikembangkan daerah peruntukan vegetasi jalan selebar 1,5 meter, jaringan
drainase 1 meter, trotoar (pedestrian) 1,5 meter, dan garis sempadan bangunan pada
jalan kolektor primer 10 meter dan kolektor sekunder 5 meter.
2. Transportasi Laut
Pengembangan sistem transportasi laut diarahkan pada penyediaan jasa pelabuhan yang
handal sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal baik untuk pelayaran
penumpang maupun barang sehingga dapat mendukung fungsi Sabang sebagai Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang menempatkan peran Pelabuhan
Internasional Hub Sabang sebagai Pelabuhan Utama. Pelabuhan ini merupakan prasarana
pendukung transportasi laut bagi Kota Sabang. Keberadaan Pelabuhan Sabang menjadi
kebutuhan mutlak dan sentral dalam melayani jalur domestik, juga melayani jalur
regional dan internasional. Selain itu Sabang juga diarahkan untuk menjadi salah satu
tujuan dalam jalur pelayaran domestik sehingga mampu menangkap pasar nasional untuk
output produksinya baik pada sektor perdagangan, perindustrian, maupun pariwisata.
Jalur pelayaran yang direncanakan dapat terealisasi dengan upaya pengembangan Kota
Sabang. Pelabuhan Internasional Hub Sabang melayani jalur regional dan internasional
(RTRW Kota Sabang 2012 -2032) :
- Jalur Regional meliputi : Sabang – Malahayati, Sabang – Meulaboh – Singkil Sibolga,
Sabang – Simeulue, Sabang – Lhokseumawe – Beulawan, dan sabang – Batam, dan
Sabang – Seluruh Pelabuhan Regional Indonesia.
- Jalur International meliputi : Sabang – Singapore, Sabang – Belanda, Sabang –
Thailand, Sabang - India, dan Sabang seluruh Pelabuhan International
3. Transportasi Udara
Bandara Maimun Saleh merupakan Bandara Pengumpan yang mendukung PKW dan PKSN
Sabang, sebagai inlet ke Kota Sabang, bandara ini dimanfaatkan untuk mendorong
aktivitas wisata ke Sabang, sehingga dapat menjadi salah satu tujuan dalam jalur
penerbangan komersil dan internasional. Jalur penerbangan Bandara Maimun Saleh
direncanakan akan melayani penerbangan domestik dan internasional. Jalur ini dapat
menghubungkan antara Sabang dengan Kota Banda Aceh dan Medan serta negara lain.
Lokasi bandara ini merupakan pengembangan dari bandara yang lama yang saat ini
dikelola TNI AU dengan panjang runway 1.850 meter. Ruang udara di sekitar bandar
udara Maimun Saleh yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan kurang lebih seluas
108,5 Ha meliputi wilayah Cot Ba’U dan sekitarnya, yang melayani jalur (RTRW Kota
Sabang 2012 -2032) :
- Penerbangan Nasional Meliputi : Sabang – Sultan Iskandar Muda, Sabang – Malikul
Saleh, Sabang – Cut Nyak Dhin, Sabang – Lasikin, Sabang – Rambele dan Sabang –
Kuala Namu.
- Penerbangan International Meliputi : Sabang – Penang dan Sabang – Langkawi.
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Untuk Untuk lebihnya Peta Jaringan Transportasi Kota Sabang dilihat pada Lampiran
Gambar-3.5, berikut ini.
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
b) Pengembangan struktur ruang untuk peningkatan akses dari dan ke luar wilayah Aceh,
baik dalam lingkup nasional maupun internasional meliputi:
- Mengembangkan Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Aceh Utara, Lhokseumawe,
Takengon, Langsa, Meulaboh, Blangpidie dan Singkil sebagai pintu gerbang utama
Pulau Sumatera, dalam hubungan ekonomi, kebudayaan, pendidikan, pariwisata,
transportasi, ITC (Information Technology Center) dan Aceh digital;
- Mengembangkan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Banda Aceh
Darussalam serta Kawasan Sabang, sehingga dapat berperan sebagai pintu gerbang
utama Pulau Sumatera dalam hubungan ekonomi secara internasional; dan
- Meningkatkan kapasitas dan intensitas pusat-pusat kegiatan yang mewadahi
aktivitas perdagangan, jasa, industri dan pariwisata berskala regional, nasional dan
internasional dengan melengkapi sarana dan prasarana pendukung
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
- Meningkatkan jaringan energi listrik secara optimal dan menjamin pasokan energi
untuk sektor sektor strategis serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik;
- Mendorong peningkatan sistem jaringan telekomunikasi dan informatika yang lebih
efektif untuk peningkatan daya saing Aceh dan yang dapat menjangkau seluruh
wilayah Aceh;
- Mengembangkan jaringan prasarana untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi
bencana
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
- Membatasi perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
- Menerapkan pengembangan berbasis mitigasi bencana pada kawasan budidaya
rawan bencana;
- Mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat terutama untuk
fungsi komersial/bernilai ekonomi tinggi guna penghematan ruang dan penyediaan
ruang terbuka; dan
- Mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk
meningkatkan dan/atau mempertahankan pelayanan prasarana dan sarana kawasan
perkotaan serta mengoptimalkan fungsi kawasan Gampong atau nama lain di
sekitarnya.
Dalam kebijakan dan arahan peraturan zonasi kawasan perikanan darat meliputi:
- pemanfaatan ruang mempertimbangkan karakteristik teknis, biologi, ekologi dan daya
dukung lingkungan;
- pelestarian jenis ikan endemik Aceh;
- pengembangan jenis ikan dari luar daerah dibawah izin dan pengawasan yang ketat dari
pemerintah;
- pemanfaatan ruang perairan untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau;
- pengendalian secara ketat terhadap aktivitas yang berpotensi menurunkan kualitas
lingkungan dan sumber daya ikan;
- pemanfaatan ruang secara terbatas untuk permukiman nelayan/petambak dengan
kepadatan rendah yang didukung oleh prasarana dan fasilitas penunjangnya; dan
- pelarangan kegiatan yang dapat merubah alih fungsi ekosistem bakau, vegetasi pantai
dan tempat perkembangan biota laut.
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
c) Kawasan industri besar memiliki luas lebih kurang 724,13 hektar di Gampong Balohan,
Gampong Jaboi dan Gampong Anoe Itam yang meliputi :
- rencana pengembangan kawasan industri untuk mendukung kawasan pelabuhan
bebas Sabang maupun pelabuhan Balohan seluas lebih kurang Gampong 189,95
hektar;
- rencana pengembangan industri untuk meningkatkan ekspor komoditas unggulan
Kota di Gampong Anoe Itam seluas lebih kurang 462,75 hektar;
- kawasan industri Gampong Jaboi seluas lebih kurang 61,94 hektar; dan
- rencana industri perikanan yaitu berupa kawasan potensi perikanan tangkap yang
didukung prasarana dengan luas lebih kurang 9,49 hektar yang terdiri atas:
kawasan industri perikanan yang terletak di Gampong Paya Seunara di Gampong
Aneuk Laot; dan
prasarana perikanan berupa Pangkalan Pendaratan Ikan yang terdapat di
Gampong Krueng Raya, Gampong Paya Seunara, Gampong Ie Meulee dan
Gampong Jaboi.
Kawasan perikanan berupa perikanan tangkap meliputi area Wilayah Laut
Kewenangan (WLK) Kota seluas lebih kurang 74.736,2 hektar
d) Kawasan kebandarudaraan yaitu Bandar udara Maimun Saleh sebagai bandar udara
umum yang berfungsi sebagai bandar udara pengumpan dengan status penggunaan
internasional di Gampong Cot Ba’U Kecamatan Sukajaya, ruang udara untuk penerbangan
meliputi :
- ruang udara diatas bandar udara yang digunakan langsung untuk kegiatan bandar
udara;
- ruang udara disekitar bandar udara yang digunakan untuk operasi penerbangan dan
penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan meliputi:
kawasan pendekatan dan lepas landas;
kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
kawasan di bawah permukaan horizontal;
kawasan di bawah permukaan horizontal luar;
kawasan di bawah permukaan kerucut;
kawasan di bawah permukaan transisi;
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Untuk lebih jelasnya Peta Struktur dan Pola Ruang Kota Sabang dapat dilihat pada Lampiran
Gambar-3.6 dan 3.7 berikut ini.
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Strategi pengembangan ekonomi kelautan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dilakukan dengan :
a) mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi di Selat
Malaka dengan memperhatikan ekosistem laut dan jalur pelayaran internasional;
b) mengembangkan perikanan tangkap dan budi daya sesuai potensi lestari;
c) mengembangkan potensi wisata bahari;
d) mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa pariwisata serta jasa kepelabuhanan;
e) mengembangkan kerja sama antarnegara dalam pengembangan destinasi pariwisata.
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Pusat pelayanan penyangga merupakan pusat kegiatan penyangga pusat pelayanan utama
dan/atau pintu gerbang dalam peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta
keterkaitan antarpusat pelayanan di Kawasan Perbatasan Negara. PKN Banda Aceh dan Kota Sigli
ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Penyangga memiliki fungsi sebagai:
a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
c. pusat pemerintahan;
d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
e. pusat perdagangan dan jasa skala internasional;
f. pusat pengembangan minapolitan dan agropolitan;
g. pusat kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan;
h. pusat kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan;
i. pusat promosi pariwisata dan komoditas unggulan berbasis potensi lokal;
j. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang;
k. pusat pelayanan transportasi laut nasional; dan/atau
l. pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional.
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Pusat pelayanan pintu gerbang merupakan pusat kegiatan terdepan dalam peningkatan
pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta kegiatan lintas batas di Kawasan Perbatasan
Negara. Pusat pelayanan pintu gerbang Lam Reh dan Kota Langsa memiliki fungsi sebagai:
a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
d. pusat perdagangan dan jasa skala internasional;
e. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang;
f. pusat promosi pariwisata dan komoditas unggulan berbasis potensi lokal; dan/atau
g. pusat pelayanan transportasi laut internasional dan nasional.
Dalam peraturan juga disebutkan bahwa bandar udara yang ditetapkan untuk melaksanakan
fungsi bandar udara untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban anus lalu lintas
pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, keselamatan penerbangan, tempat perpindahan
intra dan antar moda serta mendorong perekonomian di Kawasan Perbatasan Negara.
Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer meliputi Bandar Udara Kuala Namu di
Kecamatan Pantai Labu pada Kabupaten Deli Serdang. Bandar udara pengumpan terdiri atas:
a) Bandar Udara Maimun Saleh di Kecamatan Sukajaya pada Kota Sabang; dan
b) Bandar Udara Malikul Saleh di Kecamatan Muara Batu pada Kabupaten Aceh Utara.
Ruang udara untuk penerbangan ditetapkan untuk kegiatan operasi penerbangan guna menjamin
keselamatan penerbangan di Kawasan Perbatasan Negara dan Kawasan Pendukung. Ruang udara
untuk penerbangan terdiri atas:
a) ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar
udara;
b) ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan; dan
ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan yang dimanfaatkan bersama
untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
Untuk lebih jelasnya Peta Struktur dan Pola Ruang Kawasan Perbatasan Negera dapat dilihat pada
Lampiran Gambar-3.8 dan 3.9 berikut ini.
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
III - 29
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
III - 29