Anda di halaman 1dari 4

Nama : Atha Salsabila Syafi’i

Kelas : XI IIS 4

KELOMPOK MAYORITAS DAN MINORITAS


Minoritas ialah kelompok sosial yang tak menyusun mayoritas populasi total dari voting dominan secara
politis dari suatu kelompok masyarakat tertentu.

Minoritas dapat pula merujuk ke kelompok bawahan maupun marginal. Minoritas sosiologis tak perlu
bersifat numerik sebab dapat mencakup kelompok yang di bawah normal dengan memandang pada
kelompok dominan dalam hal status sosial, pendidikan,pekerjaan, kekayaan, dan kekuasaan politik.

Indonesia merupakan bangsa yang multietnis dimana bermacam suku bangsa, budaya, dan adat istiadat
berada dalam naungan bangsa yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika ini. Indonesia memiliki
suku bangsa yang mencapai 740 suku bangsa/etnis, dimana di Papua saja terdapat 270 suku. Selain suku,
Indonesia juga negara dengan bahasa daerah terbanyak di dunia yaitu 583 bahasa dan dialek dari 67
bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia.

Selain terdiri dari beragam suku dan budaya, Indonesia juga merupakan negara yang dihuni oleh
penduduk yang memeluk beragam agama pula. Tak kurang ada enam agama resmi yang diakui
pemerintah untuk dianut oleh warga negara Indonesia yakni Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan,
Hindu, Budha, dan terakhir Konghucu.

Hal tersebut belum termasuk mereka yang tidak memeluk agama samawi tetapi berkeyakinan dengan hal
– hal yang mereka anggap sebagai perwujudan dari Sang Maha Kuasa, seperti kepercayaan Parmalim dan
Pelbegu dipedalaman Sumatera Utara, atau kepercayaan suku Badui dipedalaman Banten, yang
kesemuanya juga dijamin keberadaanya oleh pemerintah sesuai isi pasal 29 ayat 2 Undang – Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. Namun ada hal yang ternyata masih menggangu
stabilitas dari cita-cita mulia bangsa Indonesia dalam menjunjung persatuan dan kesatuan bangsa yakni
minimnya nilai toleransi yang justru terjadi ditengah-tengah masyarakat Indonesia meskipun hak-hak
mereka kini semakin dijamin oleh hukum sehingga kebebasan mereka sebagai warga negara yang
memangku kedaulatan tertinggi negara benar-benar terimplementasi.

Hal ini terlihat dari bagaimana masyarakat kita kini masih mengalami sifat intoleransi antar sesamanya
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Konflik horizontal yang diakibatkan berbagai perbedaan
diantara masyarakat kita masih marak terjadi diera reformasi ini. Kemajemukan seolah menjadi musuh
dalam mengarungi kehidupan negara yang katanya menjunjung tinggi semangat pluralisme ini. Perbedaan
masih belum mampu diterima secara utuh oleh rakyat kita yang notabenenya terdiri dari beragam suku
bangsa, agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat. Hal ini terlihat dari banyaknya sengketa yang
mewarnai era reformasi dewasa ini yang diakibatkan oleh perbedaan yang ada ditengah-tengah
masyarakat kita. Mulai dari konflik agama yang belakangan mulai merebak ramai kepermukaan.
Ahmadiyah yang dianggap sebagai aliran sesat justru diparangi secara tidak manusiawi oleh sesama umat
islam yang menyatakan aliran tersebut harus dibubarkan. Atau konflik antara umat Islam dan umat
Kristen di Bogor mengenai keberadaan Gereja Kristen Indonesia Taman Yasmin yang membuat
hubungan antar umat beragama sempat memanas, pembantaian terhadap pemeluk aliran Ahmadiyah di
Cikesik Banten, hingga yang paling hangat adalah pembantaian terhadap pemeluk islam syiah di
Sampang Madura yang mengakibatkan dua orang meninggal dunia. Bukankah bangsa kita merupakan
bangsa yang gemar berdialog atau bermusyawarah dalam menyelesaikan berbagai silang pendapat atau
perbedaan yang ada sesuai isi butir keempat Pancasila. Lalu mengapa ketika ada golongan yang
merupakan sesama anak negeri ini namun memiliki keyakinan yang sedikit berbeda justru diperangi
secara brutal tanpa memandang kaidah-kaidah agama itu sendiri yang mengedepankan cinta kasih antara
sesama manusia dan kedamaian bagi pemeluknya.Satu hal yang naif dilakukan oleh orang-orang yang
mengaku beragama namun justru melakukan hal-hal yang jauh dari nilai-nilai agama dalam
mempertahankan kepercayaannya. Seharusnya mereka yang memiliki pemahaman bahwa aliran Islam
Syiah tersebut keliru, lebih bersikap dewasa dengan mengajak dialog para pengikut islam syiah dan
menghindari tindakan-tindakan yang sporadis yang justru menjauhkan mereka dari ajaran-ajaran agama.

Tokoh agama harusnya juga menggunakan peran mereka sebagai pentolan umat dalam mengambil
keputusan dengan cara menempatkan diri sebagai mediator dari kedua pihak yang berbeda pandangan
tersebut.  Bahkan hal yang paling ironis adalah manakala isu sara yang menyangkut kaum minoritas ini
merambat ke ranah politik dimana ada oknum yang merasa bahwa kelompok minoritas tidak pantas untuk
memimpin bangsa ini karena mereka hanya berjumlah segelintir. Sekali lagi ini menunjukan satu
ketidakdewasaan berfikir bangsa kita yang masih belum bisa menerima kehidupan yang penuh dengan
dinamika keberagaman baik itu suku, agama, maupun kepercayaan. Jika hal ini dibiarkan terus terjadi,
niscaya persatuan dan kesatuan bangsa akan mengalami satu kemunduran karena sudah tidak adanya lagi
sifat toleransi yang ditunjukan antar sesama umat beragama. Pemerintah yang menjadi wadah dari sistem
kenegaraan, seolah juga tidak mampu untuk melindungi hak-hak dasar setiap warga negaranya terutama
kaum minoritas yang mendapat perlakuan kasar dari kelompok mayoritas. Sikap diam pemerintah inilah
yang semakin lama semakin membuat kelompok minoritas seolah kehilangan haknya dalam menjalankan
kepercayaannya yang meskipun telah dilindungi oleh dasar konstitusi negara. Padahal selain telah
membuat banyak aturan tentang penegakan HAM, Indonesia juga merupakan negara yang kembali
terpilih sebagai salah satu anggota dewan HAM PBB. Namun tetap saja negara yang telah menjadikan
HAM sebagai salah satu orientasi mutlak dalam menjalankan kehidupan bernegaranya ini ternyata belum
mampu untuk mengaplikasikan segala bentuk jaminan akan kebebasan warga negaranya untuk
mendapatkan hak asasinya. Banyak peraturan yang membahas tentang penegakan HAM telah dibuat oleh
Indonesia sebagai instrumen baku untuk menjamin tegaknya hak-hak dasar setiap warga negara
Indonesia. Mulai dari Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-
Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Undang-Undang Nomor 11 tahun 2005 tentang
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang diratifikasi dari International Covenant On Economic, Social
And Cultural Rights atau Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya, dan
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2005 tentang Hak Sipil dan Politik yang juga merupakan hasil ratifikasi
dari International Covenant On Civil And Political Rights atau Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak
Sipil Dan Politik. Namun semua itu seolah hampa karena hingga kini hak-hak warga negara terutama
kaum minoritas masih saja kerap diabaikan oleh negara sehingga berbagai konflik yang mengakibatkan
kaum minoritas semakin terpinggirkan dan hampir tidak mendapat perlindungan hukum kembali marak
terjadi.***

Mayoritas dalam minoritas

maksud pernyataan tadi adalah dimana kaum minoritas mempunyai kekuasaan yang lebih besar
dibandingkan dengan kaum mayoritas.Digambarkan dalam tindakan penjajahan (expansion).Dimana
kaum minoritas yang lebih tangguh , lebih depresif , lebih expansif bisa untuk menundukan kaum
mayoritas yang masih terbelakang dalam hal ilmu , pemikiran , dan tindakan,

Mayoritas dalam mayoritas

maksud pernyataan tadi adalah dimana kaum mayoritas mempunyai kekuasaan absolut dimana kaum
minoritas tidak diperbolehkan untuk memprotes,menjatuhkan,menduduki jabatan dalam pemerintahan
ataupun strata sosial.Kaum mayoritas menjadi lebih depresif dan agresif dimana ada sedikit saja kaum
minoritas yang melakukan protes maka akan ditindak dengan hukum maksimum.

Kelompok-kelompok minoritas yang ada di Indonesia, baik minoritas dari segi etnis bangsanya secara
pisik maupun minoritas secara pycologis perlu direkonsiliasi bukan justeru direlokasi disuatu tempat yang
bisa  menjadikannya kedepan minoritas sepanjang masa.Bagi mereka kelompok minoritas yang akan
menempati sesuatu wilayah karena direlokasi,akan merasa dipinggirkan oleh mayoritas yang pada ujung-
ujungnya akan bisa mengancam keutuhan sesuatu bangsa dan negara Indoesia.

Kecuali jika mereka direlokasikan kesuatu tempat karena bencana alam ,yang sangat berbeda dampaknya 
dengan direlokasi karena disebabkan  konflik sosial dengan mayoritas.Jika mereka di tempatkan disuatu
wilayah karena bencana alam mereka tidak merasa terusir,akan tetapi jika mereka di relokasi karena
konflik sosial

Akan tetapi lebih baik bagi kelompok-kelompok minoritas tersebut di rekonsiliasikan yang kemungkinan
besar akan terjadi suatu”pembauran”dengan kelompok mayoritas secara perlahan-lahan akan makin padu
dan utuh.Memang hal ini membutuhkan waktu yang relatif lama prosesinya ,namun hasilnya jusJtru
sangat indah  yang harmoni.
Dampaknya sangat berbeda jika mereka yang minoritas direlokasikan kesuatu tempat ,  yang kelihatannya
memang harmoni dipermukaannya saja yang sebaliknya teerjadi dalam jiwa mereka. Mereka merasa
diusir oleh mayoritas karena perebedaannya,yang bisa saja menganggap sebagai tirani dari mayoritas
terhadap kelompok minoritas.

Dalam konteks ini pemerintah perlu sangat berhati-hati dalam mengambil kebijakan yang tepat guna,
untuk menata bangsa Indonesia yang memang  majemuk  dalam berbagai aspek kehidupannya,dan akan
menyusun kembali struktur manajemen sebuah  bangsa dan negara Indonesia secara utuh.

Hubungan suatu kelompok dengan kelompok lain, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hubungan antarkelompok terwujud karena adanya interaksi suatu kelompok dengan kelompok
lain.
2. Adanya kriteria persamaan jenis, ciri fisik, budaya, dan kepentingan menjadikan suatu kelompok
lebih solid dan terikat
3. Keterikatan seseorang terhadap aturan-aturan kelompok yang mereka ikuti menimbulkan suatu
pandangan dan sikap terhadap kelompok lain, yang mana aturan itu sendiri ada disebabkan oleh
konsep prasangka dan konsep stereotip
4. Adanya kelompok-kelompok yang memiliki aturan tertentu mengenai hubungan anggota sesama
kelompok maupun dengan luar kelompok membuat pola hubungan antarkelompok mengarah
kepada pola pluralisme dan melenceng dari arah pola integrasi
5. Stereotip suatu kelompok terhadap kelompok lain cenderung bersifat negatif.

1.Kelompok Mayoritas
Kelompok Mayoritas adalah jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu
patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu.

2.Kelompok Minoritas
Kelompok minoritas adalah kelompok individu yang tidak dominan dengan ciri khas bangsa, suku
bangsa, agama, atau bahasa tertentu yang berbeda dari mayoritas penduduk. Minoritas sebagai
“kelompok” yang dilihat jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk lainnya di negara
bersangkutan dalam posisi yang tidak dominan. Keanggotaannya memiliki karakteristikrtnis,
agama,maupun bahasa yang berbeda dengan populasi yang ditujukan pada melestarikan budaya, tradisi,
agama, dan bahasa. Kelompok sosial yang tak menyusun mayoritas populasi total dari voting dominan
secara politis dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Minoritas dapat pula merujuk ke kelompok
bawahan maupun marginal. Minoritas sosiologis tak perlu bersifat numerik sebab dapat mencakup
kelompok yang di bawah normal dengan memandang pada kelompok dominan dalam hal status sosial,
pendidikan, pekerjaan, kekayaan, dan kekuasaan politik. Istilah "kelompok minoritas" sering diterapkan
bersama dengan wacana hak asasi manusia dan hak kolektif yang mengemuka di abad ke-20.

•        Kedua kelompok ini termasuk ke dalam Kelompok Sosial

Bentuk Hubungan Sosial Berdasarkan Kelompok Mayoritas dan Minoritas

 Kinloch berpendapat bahwa mayoritas dengan minoritas dapat dibedakan berdasarkan jumlah anggota
dan kualitas SDM.

 1.Berdasarkan jumlah anggota


Hubungan sosial kelompok mayoritas berdasarkan jumlah anggota dapat didefinisikan sebagai suatu
kelompok besar yang memiliki kekuasaan dan kelompok tersebut memandang dirinya normal tetapi
dipandang tidak normal serta lebih rendah.

  2.Berdasarkan kualitas SDM.


Kinloch menjelaskan bahwa kelompok mayoritas dapat terdiri atas sejumlah besar orang lain.

Contoh : Kelompok kulit putih di Afrika Selatan merupakan kelopok mayoritas karena menguasai warga
berkulit hitam.

2. Masyarakat yang ada di daerah rumah berbentuk kelompok sosial yang berupa keluarga, rukun
tetangga/rukun warga. Yaitu termasuk ke dalam kelompok sosial paguyuban dimana ini merupakan
bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya memiliki hubungan batin yang kuat, bersifat
alamiah, serta bersifat kekal. Contohnya, hubungan yang terdapat dalam keluarga, kelompok kekerabatan
dan hubungan dalam tetangga pada masyarakat tradisional atau pada masyarakat pedesaan. Dan termasuk
juga ke dalam kategori paguyuban karena tempat tinggal yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-
orang yang berdekatan tempat tinggalnya sehingga dapat saling tolong menolong. Pola hubungannya
termasuk ke dalam Pluralisme yaitu suatu paham dimana suatu kelompok tidak boleh mendominasi
kelompok lain.

Anda mungkin juga menyukai