Anda di halaman 1dari 4

Studi Kelayakan Pengembangan Bandara

Maimun Saleh Sabang


Sebagai Terminal Cargo Perikanan

BAB VIII
PENUTUP

8.1 KESIMPULAN
1. Dalam Peraturan Menteri Perhubungan No.39 Tahun 2019 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional menjelaskan bahwa Bandara Maimun Saleh Kota Sabang
merupakan Bandara Internasional Pengumpul Skala Tersier yang mempunyai luas lahan
± 18 Ha dan runway lenght 1850 x 30 yang termasuk sebagai Pusat Kawasan Strategis
Nasional (PKSN), kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar dan destinasi wisata
nasional. Hal ini menjadikan Bandara Maimun Saleh perlu dikembangkan sebagai pintu
gerbang perekonomian dan mendukung perkembangan ekonomi wilayah sesuai dengan
tata ruang daratan dan tata ruang laut.
2. Komoditas produksi perikanan tangkap belum memberikan konstribusi yang signifikan
terhadap Produk Domestik Bruto di Kota Sabang hanya sebesar 2,07%-2,18% dalam
kurun waktu lima tahun terakhir, hal ini jauh berbeda sektor lainnya, seperti konstruksi
32% dan perdagangan 15,52%.
3. Dari sudut pandang dimensi inter-regional, kerjasama ekonomi regional (AFTA, IMT-GT),
liberalisasi perdagangan di kawasan ASEAN, Asia Pasific (APEC) dan WTO sudah menjadi
tuntutan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Bentuk kerjasama ekonomi regional akan
memberikan peluang untuk memposisikan Sabang sebagai “prime mover” pertumbuhan
perekonomian wilayah sekitarnya. IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth
Triangle) merupakan salah satu kerjasama sub-regional yang dibentuk sejak 1993 yang
dijalin oleh Aceh dengan negara bagian dan provinsi lain di Malaysia dan Thailand.
Kerjasama sub-regional ini dibangun untuk memfasilitasi dan mempromosikan
perdagangan serta investasi terhadap wilayah sasaran negara anggota. Bagian tersebut
termasuk dalam bidang trade and investment, agriculture and agroindustry, transport
linkages, human resource development, labor mobility dan halal products and services
(IMT GT, 2007) yang bertujuan untuk meng-akselerasikan pertumbuhan ekonomi yang
dipimpin oleh sektor swasta di wilayah IMT-GT.
4. Hasil produksi perikanan ekspor luar negeri, khususnya ke Malasyia lebih mendominasi
jenis ikan Tuna, Tongko dan Cakalang (TTC), jika diperkirakan untuk 5-10 tahun
mendatang dari kondisi existing (skenario pesimis) hanya sebesar 383 ton – 816
ton/tahun belum layak untuk ditindak lanjuti dengan mempertimbangkan kapasitas
pesawat cargo dan potensi demand.
5. Untuk skenario moderat 1.866 ton – 4.091 ton/tahun masih layak untuk ditindaklanjuti
dengan trip pelayanan 1 trip/hari dengan menggunakan pesawat ATR 72-600 dari
singapore. Kelayakan skenario moderat dapat terealisasi jika armada penangkapan lebih
besar 30 GT dengan kapasitas 6-10 ton (TTC) berjumlah 4 Unit, berfungsinya SKPT 100
ton sebelum proses pengiriman.

VIII - 2
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

6. Hasil produksi ikan (baik budidaya maupun perikanan laut) ini dipandang belum optimal
didalam pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di Kota Sabang. Oleh
karena itu, potensi perikanan budidaya dan kelautan ini harus dikembangkan dengan
optimal dan terpadu dimasa mendatang sehingga peluang Kota Sabang untuk menjadi
salah satu kota pengekspor komoditi ikan segar ke luar daerah, nasional, dan manca
negara melalui pelabuhan dan bandara dapat terwujud.
7. Konektivitas transportasi untuk mendorong peningkatan perdagangan antar negara di
IMT-GT di perbaharui melalui implementasi blueprint tahun 2017-2021 sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi wilayah maka usulan pembukaan rute penerbangan
Phuket/Krabi (Thailand) ke Sabang dan rute penerbangan Langkawi (Malaysia) ke
Sabang patut mendapat perhatian khusus. Bahkan program yang pernah dituangkan
dalam blueprint tahun 2012-2016 sampai saat ini belum berjalan, yaitu konektivitas
transportasi laut rute Ranong-Phuket-Sabang/Malahayati dan rute Krueng Geukuh-
Penang/Port Klang

8.2 SARAN
1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional seharusnya juga memasukkan pertimbangan terhadap tata
ruang laut untuk bandar udara yang mendukung pengembangan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Hirarkhie terhadap prasarana bandar udara dan pengembangan
jaringan kargo udara semestinya juga mendapat perhatian dalam penyusunan Tatanan
Kebandarudaraan Nasional.
2. Pengembangan produksi perikanan tangkap di Kota Sabang dapat dijadikan prioritas
untuk meningkatkan perekonomian, untuk mencapai sasaran yang diinginkan dengan
memberikan konstribusi ekonomi perikanan terhadap PDRB sebesar 4,5%/tahun dengan
asumsi pertumbuhan moderat terhadap Tuna Tongkol dan Cakalang yang merupakan
kualitas ekspor, maka rencana terminal cargo perikanan dapat dilanjutkan apabila
dilakukan revitalisasi armada kapal > 30 GT dan alat tangkap serta kebutuhan
penambahan nelayan termasuk berfungsinya SKPT sebagai sarana pendukung kegiatan
ekspor.
3. Adanya kemungkinan kombinasi kegiatan perikanan dengan serta sektor pertanian dan
peternakan selain dari kegiatan pariwisata perlu diperlukan kajian lebih lanjut terhadap
potensi wilayah Kota Sabang sebagai penguatan peran bandara sebagai terminal cargo.
4. Dengan membaiknya ekonomi perikanan di Kota Sabang yang merupakan kunci utama
keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, maka diperlukan peran aktif dan kerjasama yang
baik dari para pelaku usaha, nelayan, pembudidaya ikan, pemerintah, tokoh adat
(Panglima Laot) dan tokoh masyarakat lainnya dalam menjaga dan melestarikan
ekonomi perikanan.

VIII - 2
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan

VIII - 2
4
TEAM WORK

Anda mungkin juga menyukai