3) Faktor langsung
a) Pola konsumsi
Kejadian anemia sering dihubungkan dengan pola konsumsi yang rendah
kandungan zat besinya serta makanan yang dapat memperlancar dan
menghambat absorbsi zat besi
b) Infeksi
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu
umumnya adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan
terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya
eritrosit. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat
mengakibatkan anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan
anemia
c) Pendarahan
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi
dan pendarahan akut bahkan keduanya saling berinteraksi. Pendarahan
menyebabkan banyak unsur besi yang hilang sehinggga dapat berakibat
pada anemia
d) Status KEK (Kekurangan Energi Kronis)
Anemia lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dengan Kurang Energi
Kronis (LLA< 23,5 cm) dibandingkan dengan ibu hamil yang bergizi baik.
Hal tersebut mungkin terkait dengan efek negatif kekurangan energi protein
dan kekurangan nutrisi mikronutrien lainnya dalam gangguan
bioavailabilitas dan penyimpanan zat besi dan nutrisi hematopoietik lainnya
(asam folat dan vitamin B12) (Ani Seri, Luh, 2014)
b.Tanda dan gejala anemia defisiensi besi pada ibu hamil
Pada umumnya telah disepakati bahwa tanda-tanda anemia akan jelas apabila kadar
hemoglobin (Hb) <7gr/dl. Gejala anemia dapat berupa kepala pusing, palpitasi,
berkunang-kunang, pucat, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem
neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia, kurang nafsu makan, menurunnya
kebugaran tubuh, gangguan penyembuhan luka, dan pembesaran kelenjar limpa
(Irianto, K, 2014).
c. Macam-macam anemia
1) Anemia defisiensi besi
Anemia gizi besi (AGB) adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain di dalam tubuh
terganggu. Defisiensi zat besi terjadi saat jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak
dapat mencukupi kebutuhan tubuh. Secara umum, ada tiga penyebab AGB
yaitu kekurangan intake zat besi dari makanan (ikan, daging, hati, dan sayuran
hijau tua), meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi yaitu pada masa
pertumbuhan dan kehamilan, asupan pada penderita penyakit menahun, serta
meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh karena perdarahan, cacingan,
dan menstruasi (Irianto,K, 2014 ).
f. Klasifikasi anemia
WHO mengklasifikasikan anemia sebagai berikut :
1) anemia ringan ketika kadar Hb adalah 10-10,9 g / dl
2) anemia sedang dengan kadar Hb 7-7,9 g / dl dan
3) anemia berat bila kadar Hb adalah <7 g / dl [15].
7) Hematologi
Leokositoisis, yang meningkatan jumlah sel darah yang putih hingga 15.000 selama
proses persalinan, tetap meningkat untuk sepasang hari pertama postpartum. Jumlah sel
darah putih dapat menjadi lebih meningkat hingga 25.000 atau 30.000 tanpa mengalami
patologis jika wanita mengalami proses persalinan diperlama. Meskipun demikian,
berbagai tipe infeksi mungkin dapat dikesampingkan dalam temuan tersebut. Jumlah
normal kehilangan darah dalam persalinan pervaginam 500 ml, seksio secaria 1000 ml,
histerektomi secaria 1500 ml. Total darah yang hilang hingga akhir masa postpartum
sebanyak 1500 ml, yaitu 200-500 ml pada saat persalinan, 500-800 ml pada minggu
pertama postpartum ±500 ml pada saat puerperium selanjutnya. Total volume darah
kembali normal setelah 3 minggu postpartum. Jumlah hemoglobin normal akan kembali
pada 4-6 minggu postpartum. (Sukma F, dkk, 2017).
5) Minum kapsul Vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI. (Sulistyawati, 2013)
Pola makan ibu nifas sebagian besar tidak seimbang, yakni 65 orang (100%) makan
nasi dengan lauk jenis nabati, tanpa sayur 37 orang(56,9%) dan makan tanpa lauk hewani
ada 49 orang (75,4%). Alasan yang disampaikan oleh ibu nifas adalah 53 orang (81,5%)
demi kesehatan ibunya, yang didasarkan kepercayaan masyarakat bahwa ibu menyusui
tidak boleh makan makanan tertentu atau harus melakukan pantangan agar dapat lebih
mempercepat penyembuhan luka setelah melahirkan. Sedang 12 orang (18,5%) tidak
melakukan pantangan makan dengan alasan demi kesehatan anak atau masih tetap makan
dengan lauk hewani 14 orang (2l,5%), dan kadang-kadang juga makan sayur ada 28 orang
(43,1%). Ibu nifas yang tidak pernah makan lauk hewani maka semuanya juga tidak pemah
makan sayur. Demikian juga semua ibu yang mempunyai pantangan makan seperti makan
lauk hewati, harus garingan, maka juga berpantang terhadap aktifitas tertentu seperti tidak
bolah berdiri didepan pintu, lari bila melihat ada orang meninggal lewat, mandi pada jam
tertentu dan tidak boleh mengerjakan sesuatu yang menurut budaya dianggap tidak baik
(Marliandiani, 2015).
b. Ambulasi Dini
Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan-jalan ringan
sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien dari jam demi jam sampai
hitungan hari. Kegiatan ini dilakukan secara berangsur-angsur frekuensi dan intensitas
aktivitasnya sampai pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendampingan sehingga
tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi (Sulistyawati, 2013).
c. Eliminasi
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil.
Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan
kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Dalam 24 jam pertama post partum,
pasien juga sudah harus dapat buang air besar karena semakin lama feses tertahan dalam
usus maka akan semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar. Feses yang
tertahan dalam usus semakin lama akan semaki mengeras karena cairan yang
terkandung dalam feses akan selalu terserap oleh usus. (Sulistyawati, 2013)
d. Senam Nifas
Selama masa nifas ibu butuh senam khusus untuk ibu nifas karena memiliki banyak
manfaat antara lain mengencangkan otot paha, mengencangkan paha dan betis,
mengencangkan otot panggul serta mengecilkan perut. Setiap gerakan senam harus
dilakukan dengan benar dan diawali oleh pemanasan terlebih dahulu dan diakhiri
dengan pendinginan (Depkes, 2015).
e. Mandi
Begitu mampu, pasien boleh mandi siram, duduk berendam atau mandi di dalam
bak. Air tidak akan naik ke dalam vagina jika pasien duduk dalam bak mandi .
f. Seksual
Hubungan seksual sebaiknya tidak dimulai dulu sampai luka episiotomy atau
laserasi sembuh (umumnya 4 minggu). Pembicaraan postpartum merupakan kesempatan
bagi klien untuk menyampaikan keinginannya mengenai reproduksi di masa mendatang
dan bagi dokter untuk membantu (jika perlu) mengenai masalah kontrasepsi.
C. PERTUMBUHAN JANIN PADA TRIMESTER I, II, DAN III
1. Pertumbuhan Janin
Kehidupan janin di dalam rahim ibu (intrauterus) dibagi menjadi tiga fase
pertumbuhan yaitu fase germinal, embrional dan fetus (janin) :
a. Fase Germinal
Berlangsung pada waktu 10 -14 hari setelah pembuahan. Zigot (hasil pembuahan)
berkembang cepat 72 jam setelah pembuahan, membelah diri menjadi 32 sel dan
sehari kemudian sudah 72 sel. Pembelahan ini berlangsung terus sampai menjadi 800
milyar sel atau lebih, dan dari sinilah manusia tumbuh berkembang.
Dalam fase germinal ini terbentuklah saluran yang menempel pada uterus yang
dicapai selama 3-4 hari yang kemudian berubah bentuk menjadi “blastocyst“ yang
terapung bebas dalam uterus selama satu atau dua hari. Beberapa sel sekitar
pinggiran blastocyst membentuk piringan embrionik (embryonic disk) merupakan
massa sel yang tebal dan dari sinilah bayi akan tumbuh. Massa ini mengalami
deferensiasi menjadi tiga lapisan, bagian atas yaitu ektoderm, bagian bawah
endoderm dan lapisan tengah mesoderm.
1) Ektoderm : Lapisan ini nantinya akan membentuk lapisan kulit luar, kuku,
rambut gigi, organ perasa dan system syaraf termasuk otak dan sumsum tulang
belakang.
2) Endoderm : Lapisan bagian bawah ini akan membentuk system pencernaan, hati,
pancreas, kelenjar ludah, system pernafasan.
3) Mesoderm : Lapisan tengah (mesoderm) merupakan lapisan yang akan
berkembang dan berdeferensiasi menjadi lapisan kulit bagian dalam, urat daging,
kerangka, sistem ekskresi dan system sirkulasi.
Bagian lain dari blastocyst tumbuh menjadi plasenta, tali pusat dan kantong empedu.
Pada masa ini pula yaitu pada usia embrio 4 minggu, embrio mengeluarkan hormone yang
menyebabkan berhentinya siklus haid ibu. . (Cunningham, F .Gary., et al, 2013)
2. Fase Embrional
Berkembang mulai pada 2 – 8 minggu setelah pembuahan. Selama fase ini system
pernafasan, pencernaan, system syaraf dan tubuh tumbuh dan berkembang cepat. Pada
periode pertumbuhan embrional ini sangatlah peka terhadap pengaruh lingkungannya.
Keadaan tidak normal atau cacat pada waktu lahir dapat terjadi karena adanya gangguan
pada masa kandungan tiga bulan pertama.
Selama periode pertumbuhan embrio terjadi pembelahan sel, dan relatif lebih cepat
dari periode lainnya. Pertumbuhan embrio yang cepat tersebut menunjukkan kebutuhan
oksigen dan zat gizi tinggi untuk setiap unit massa embrio. Hal ini menyebabkan embrio
sensitif terhadap perubahan suplai gizi dan oksigen. Pada saat ketersediaan oksigen
menurun atau kekurangan zat gizi tertentu dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan
yang permanen. (Cunningham, F .Gary., et al, 2013)
3. Fase Fetus (Janin)
Berkembang delapan minggu setelah pembuahan. Sel tulang pertama mulai tumbuh
dan embrio menjadi janin. Dari periode ini sampai saat kelahiran bentuk tubuh makin
sempurna, bagian-bagian tubuh tumbuh dengan laju yang berbeda-beda dan janin
sendiri tumbuh memanjang sampai kira-kira 20 kalinya.
Selama janin tumbuh dan berkembang, total cairan tubuh menurun dari 92 menjadi
72 persen. Perubahan ini diikuti oleh peningkatan protein dan lemak terutama selama
dua bulan terkahir kehamilan, dimana peningkatan protein lebih banyak dari pada
lemak. Selain itu pada janin terjadi pula pertambahan yang nyata pada natrium, kalsium
dan besi. Natrium terutama terdapat dalam cairan ekstraseluler dan dalam tulang,
sedang kalium terdapat dalam cairan intraseluler berkaitan dengan massa sel.
Kegiatan janin selama dalam kandungan selain menghisap zat gizi dan bernafas,
janin juga bergerak aktif seperti menyepak, berputar, melengkung dan menggenggam.
Selain itu janin mampu melakukan respon terhadap rangsangan suara atau getaran. Janin
juga peka terhadap kondisi kejiwaan ibunya, misalnya ibu yang mengandung merasa
takut, sedih atau cemas maka janin akan melakukan gerakan-gerakan yang lebih cepat.
Demikian pula apabila si ibu kelelahan. Respon tersebut diduga karena adanya
perubahan sekresi kelenjar yang terjadi dalam tubuh ibunya. (Cunningham, F .Gary., et
al, 2013)
Pertumbuhan dan perkembangan janin dapat dibagi berdasarkan trimester :
1. Trimester pertama (< 16 minggu)
Pada Trimester 1 ini Usia Kehamilan < 16 minggu, merupakan Masayang kritis,
hamper Sebagian besar keguguran terjadi, dan Pada trimester pertama atau tiga bulan
pertama masa kehamilan merupakan masa dimana system organ prenatal dibentuk dan
mulai berfungsi. Pada minggu ke 3 sel-sel mulai membentuk organ-organ spesifik dan
bagian-bagian tubuh. Minggu ke 13, jantung telah lengkap dibentuk dan mulai berdenyut,
sebagian besar organ telah dibentuk, dan janin mulai dapat bergerak . Bagi wanita hamil
tentu saja masa trimester pertama ini merupakan masa penyesuaiannya baik secara fisik
maupun emosi dengan segala perubahan yang terjadi dalam rahimnya. Pada trimester
pertama ini ibu sering mengalami mual atau, ingin muntah, tidak selera makan yang
sering dikenal dengan “morning sickness”, yang dapat menyebabkan berkurangnya intik
makanan ibu . Pertumbuhan Janin minggu ke 4‐8 yaitu terjadi pembenukan awal embrio,
Semua organ tubuh lainnya sudah terbentuk, Muncul tulang wajah, mata, jari
kaki dan tangan, dan Pada faseini juga kantung ketuban sudah terbentuk. Pertumbuhan
janin minggu ke 8‐12, pada minggu tersebut terlihat Bentuk kepalanya sudah membesar,
Dapat menampung otak yang berkembang pesat. Memiliki dagu, hidung dan kelopak
mata yang jelas, Dapat melakukan aktifitas seperti menendang dengan lembut.
Defisiensi gizi dan pengaruh-pengaruh lain yang membahayakan janin seperti
penggunaan obat, vitamin A dosisi tinggi, radiasi atautrauma dapat merusak atau
menghambat perkembangan janin selanjutnya. Sebagain besar keguguran terjadi pada
masa ini, bahkan sekitar sepertiga dari kejadian keguguran terjadi karena wanita tidak
menyadari bahwa dia sedang benar-benar hamil. Masa trimester pertama merupakan
masa yang kritis, sehingga harus dihindari hal-hal yang memungkinkan kegagalan
pertumbuhan dan perkembanganjanin (Muflihah, Siti, dkk, 2014)
2. Trimester kedua
Pada Trimester kedua ini atau yaitu 3 bulan kedua kehamilan yang mana dimulai
dari Usia Kehamilan 16 ‐28 mggu, mulai Gerakan janin sudah dirasakan ibu. Pada awal
trimester kedua, berat janin sudah sekitar 100 g. Gerakan-gerakan janin sudah mulai
dapat dirasakan ibu. Pertumbuhan janin minggu ke16‐20 minggu, Tangan, jari, kaki dan
jari kaki sudah terbentuk, janin sudah dapat mendengar dan mulai terbentuk gusi, dan
tulang rahang. Organ-organ tersebut terus tumbuh menjadi bentuk yang sempurna, dan
pada saat ini denyut jantung janin sudah dapat dideteksi dengan stetoskop. Bentuk tubuh
janin saat ini sudah menyerupai bayi . Pada minggu ke 20‐24 Alat kelamin mulai
terbentuk, cuping hidung terbuka dan melakukan gerakan pernafasan dan juga Memiliki
waktu tertentu untuk tidur. Pada minggu ke 24‐28, Lemak sudah mulai menumpuk,
Kelopak matanya terbuka dan otaknya mulai aktif, Sudah bisa mendengar suara dari
Dalam dan luar (Muflihah, Siti, dkk, 2014)
3. Trimester ketiga
Trimester ke 3 ini dimulai dari usia kehamilan 28 mg – 40 mggu. Yang mana
biasanya Bayi mulai menekan diafragma dan usu maka terjadi sesak dan konstipasi.
Memasuki trimester ketiga, berat janin sekitar 1-1,5 kg. Pada periode ini uterus semakin
membesar sampai berada di bawah tulang susu. Uterus menekan keatas kearah diafragma
dan tulang panggul. Hal ini sering membuat ibu hamil merasa jantung sesak dan kesulitan
pencernaan. Seringkali ibu juga mengalami varises pada pembuluh darah sekitar kaki,
wasir, dan lutut keram karena meningkatnya tekanan kepada perut, rendahnya laju darah
balik dari limbs, dan efek dari progesterone, yang menyebabkan kendurnya saluran darah.
Setelah usia kehamilan mencapai sekitar 28 –30 minggu, bayi yang lahir disebut prematur
(sebelum minggu ke 37 kehamilan), mempunyai kesempatan untuk hidup baik bila
dirawat dalam suatu perawatan “bayi baru lahir risiko tinggi”. Namun, mineral dan
cadangan lemak pada bayi tidak normal, yang seharusnya dibentu pada bulan terakhir
kehamilan. Masalah medis lain pada bayi prematur adalah masih belum mampu mengisap
dan menelan dengan baik, sehingga perawatan bayi ini sangat sulit (Muflihah, Siti, dkk,
2014)
REFERENSI
Ani Seri, Luh. 2014. Anemia Defisiensi Besi Masa Prahamil dan Hamil. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Aritonang. 2015. Gizi Ibu dan Anak. Yogyakarta : LeutikaPrio.
Irianto, Koes. 2014. Gizi Seimbang dalam kesehatan reproduksi. Bandung : Alfabet
Wati, Desi W ., dkk. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Defisiensi zat Besi pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Palmbang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Fatkhiyah, Natiqotul. 2018. Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil (Studi di Wilayah Kerja
Puskesmas Slawi Kab.Tegal). Indonesia Jurnal Kebidanan Vol.2 No.2 Hal:86-91.
Sukma F, dkk, . 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidana. Voln Pada Mas nifas. Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta