Anda di halaman 1dari 9

TUGAS REMEDIAL

WAWASAN SOSIAL BUDAYA

MENCARI JURNAL TENTANG KEJADIAN STUNTING

DIBUAT OLEH

PUTRI ARIYANI NIM B0219335

KELAS B KEPERAWATAN 2019


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013 55


ISSN 1978 - 1059
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013, 8(1): 55—62

ANALISIS DETERMINAN DAN PENGARUH STUNTING TERHADAP


PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DI KUPANG DAN SUMBA TIMUR, NTT

(The Determinant Analysis and the Impact of Stunting for School Children School Performance in
Kupang and Sumba Timur, NTT)

Intje Picauly1 dan Sarci Magdalena Toy1

1
Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana,
Jl. Jenderal Soeharto. No. 72 Naikoten I, Kupang, NTT

ABSTRACT

The research was conducted to find out determinant factors that can cause the incidence of stunting and
how it may affect elementary school children performance. The research areas were selected based on
the difference access of nutrition information. Kabupaten Sumba Timur and Kota Kupang were selected as
research areas. Related primary data was taken covering anthropometric index namely body height for age
(HFA); weight for age (WFA), and weight for height (WFH), and academic school performances before and
after research treatment. Other data was collected by interview using questionnaires. Regression analysis
was used to know determinant factors that may bring about stunting. The results showed that determinant
factors of stunting were family income, mother’s nutrition knowledge, child care practices, the history
of infection, immunization, protein intake, and mother education. While, stunted elementary school
children had low academic performances. The higher level of stunting is the lower academic performance of
elementary school children.

Keywords: academic performances, determinant of Stunting, elementary school students

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting serta
dampaknya terhadap prestasi anak sekolah dasar. Penelitian dilakukan di Kota Kupang dan Kabupaten Sumba
Timur. Lokasi penelitian sengaja diambil dua wilayah yang berbeda jangkauan informasi tentang gizi dan
manfaatnya serta ketersediaan sarana prasarana yang dapat digunakan untuk pencapaian kondisi bebas
masalah gizi. Subjek yang dibutuhkan dalam penelitian ini masing-masing sebanyak 265 siswa di Kota Kupang
dan 274 di Kabupaten Sumba Timur. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer yang meliputi
data indeks antropometri (TB/U; BB/U; BB/TB) dan data hasil pengukuran nilai siswa. Selain itu data–data
lain dilengkapi dan diukur menggunakan instrumen kuesioner yang bersifat terstruktur. Analisis determinan
menggunakan jenis analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor determinan
stunting adalah faktor pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu, pola asuh ibu, riwayat infeksi penyakit,
riwayat imunisasi, asupan protein dan pendidikan ibu. Siswa yang stunting lebih banyak memiliki prestasi
belajar yang kurang, sementara siswa yang non stunting lebih banyak memiliki prestasi belajar yang baik.

Kata kunci: anak sekolah dasar, determinan stunting, prestasi belajar

Korespondensi: Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cen-
*

dana, Jl. Jenderal Soeharto. No. 72 Naikoten I, Kupang, NTT, Telp/Faks: (0380-821410); 081353801455. Email:
picaulyince@yahoo.co.id

56 JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013


Analisis Determinan, Stunting, dan Prestasi Belajar Anak

PENDAHULUAN tertinggi maka secara purposive sampling terpilih


dari masing-masing wilayah adalah Kecamatan Pa-
Stunting adalah bentuk dari proses pertum- sir Panjang, Kota Kupang dan Kecamatan Waingapu,
buhan anak yang terhambat. Sampai saat ini stunt- Kabupaten Sumba Timur.
ing merupakan salah satu masalah gizi yang perlu
mendapat perhatian. Prevalensi nasional untuk Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
kurang gizi kronis (stunting) berdasarkan hasil Riset Populasi dalam penelitian ini adalah semua
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 pada anak anak sekolah dasar yang bersekolah di wilayah Ke-
usia 6—12 tahun sebesar 35.6%, angka ini tergolong camatan Pasir Panjang berjumlah 1 250 siswa dan
tinggi untuk tingkatan kesehatan masyarakat. Se- Wilayah Kecamatan Waingapu berjumlah 1 356
mentara untuk tingkat nasional, provinsi Nusa Teng- siswa. Dengan mempertimbangkan jumlah populasi
gara Timur menempati urutan pertama prevalensi dan penentuan jumlah subjek menggunakan persa-
stunting tertinggi yakni sebesar 58.4%. Dengan de- maan dari Soekidjo Notoatmodjo (2005) dan Saryono
mikian, masalah gizi kronis (stunting) masih tetap (2009) maka jumlah subjek yang dibutuhkan dalam
tinggi di provinsi NTT. penelitian ini masing-masing sebanyak 265 siswa di
Sumba Timur dan Kota Kupang merupakan Kota Kupang dan 274 di Kabupaten Sumba Timur.
dua wilayah yang secara administrasi memiliki per-
bedaan yang nyata. Kota Kupang memiliki kelebih- Jenis dan Cara Pengumpulan Data
an dalam beberapa hal seperti memiliki sumber in- Data primer yang dikumpulkan adalah data
formasi, pusat pendidikan, dan keragaman pangan pendidikan dan pekerjaan orang tua, umur, data
jauh lebih baik dan lengkap dikarenakan wilayah tinggi badan siswa yang diukur dengan mengguna-
tersebut adalah ibu kota propinsi sedangkan Sumba kan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm; data ke-
Timur merupakan wilayah administrasi Kabupaten. ragaman pangan diperoleh melalui metode Food
Hasil Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi Frequency Questionnaires (FFQ); data riwayat in-
(PSG) diketahui bahwa persentase stunting di Kota feksi penyakit, status sosial ekonomi, pola asuh,
Kupang sebesar 63.3% dan Sumba Timur sebesar riwayat imunisasi, diperoleh melalui observasi dan
42.3%. Angka itu memberi gambaran bahwa lebih wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data
dari sepertiga anak di Kota Kupang dan Kabupaten prestasi belajar siswa didapatkan dari nilai rata-rata
Sumba Timur berperawakan pendek dibandingkan ulangan harian untuk mata pelajaran matematika
dengan tinggi badan yang seharusnya mereka capai (mewakili bidang IPA) dan mata pelajaran bahasa
pada usia tersebut. Indonesia (mewakili bidang IPS dan Bahasa) dengan
Rekomendasi dari berbagai hasil penelitian kriteria baik (7.0—10); cukup (5.5—6.9), dan kurang
sebelumnya menyimpulkan bahwa hambatan per- (<5.5). Data sekunder diperoleh dari Sekolah Dasar,
tumbuhan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Puskesmas dan Dinas Kesehatan di Wilayah Kota Ku-
Baker (2008) menambahkan bahwa faktor yang da- pang dan Sumba Timur.
pat berpengaruh adalah faktor lingkungan dan gene-
tik serta interaksi keduanya. Oleh karena itu untuk Pengolahan dan Analisis Data
menyusun langkah nyata dalam penanggulangan Menurut Riyanto (2012) analisis determinan
masalah gizi khusus pada kelompok balita dan anak kejadian stunting dilakukan dengan menggunakan
usia sekolah dasar diperlukan kajian tentang fak- uji statistik regresi logistik berganda pada tingkat
tor determinan dan dampak terjadinya masalah gizi kemaknaan 95% (α=0.05). Kemudian untuk menge-
tersebut terhadap kualitas sumberdaya manusia tahui pengaruh stunting terhadap prestasi belajar
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menggunakan uji statistik regresi linier sederhana
tertarik untuk melakukan penelitian dengan tu- pada tingkat kemaknaan 95% (α=0.05).
juan untuk menganalisis determinan dan pengaruh
stunting terhadap prestasi belajar anak sekolah di HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Kupang dan Sumba Timur, Propinsi Nusa Teng-
gara Timur. Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Subjek
Riyadi dkk (2006) dan Astari dkk (2006) me-
METODE ngatakan bahwa ciri rumah tangga anak stunted
adalah pendapatan dan pengeluaran untuk pangan
Desain, Tempat, dan Waktu yang rendah serta terdapatnya perbedaan yang
Jenis penelitian ini adalah survai analitik de- nyata (p<0.05) pada tingkat pendidikan orang tua
ngan menggunakan desain cross sectional. Penelitian antara kelompok anak stunting dan kelompok anak
ini berlangsung dari Bulan Maret—Desember 2012. normal. Kemudian Depkes RI (2008) menyimpulkan
Lokasi penelitian adalah Kota Kupang dan Kabupat- bahwa selain faktor kurangnya ketersediaan pa-
en Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. De- ngan, status gizi juga dapat dipengaruhi oleh faktor
ngan menggunakan data persentase kasus gizi buruk kondisi sosial ekonomi dan budaya keluarga. Dalam

JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013 57


Picauly & Toy

penelitian ini, indikator sosial ekonomi diukur mela- Tabel 2. Distribusi Subjek berdasarkan Asupan Gizi
lui indikator pendidikan, pendapatan, pengetahuan menurut Wilayah Penelitian
informal, dan status pekerjaan ibu keluarga.
Kota Kab. Sumba
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pene- Kupang Timur
Asupan Gizi
litian yang dilakukan oleh Nasikhah dan Margawati
n % n %
(2012) yang mengatakan bahwa tinggi badan orang
tua yang pendek, tingkat pendidikan orang tua yang Asupan Energi:
rendah, dan tingkat pendapatan orang tua yang Baik (>80%AKG) 205 77.36 222 81.02
rendah serta status ibu balita (bekerja dan tidak Kurang (<70—80%AKG) 60 22.64 52 18.98
bekerja) merupakan faktor risiko yang berpengaruh
Asupan Protein:
terhadap kejadian stunting. Sedangkan ditemukan
bahwa faktor pengetahuan gizi ibu subjek tidak Baik (>80%AKG) 78 29.43 95 34.67
menjadi faktor risiko stunting. Hal ini berarti bahwa Kurang (<70—80%AKG) 187 70.57 179 65.33
walaupun persentase ibu subjek yang mempunyai Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian
tingkat pengetahuan gizi baik namun tidak menja-
besar subjek memiliki asupan zat gizi protein dalam
min untuk bebas dari stunting.
kategori kurang (65—71%). Jika dihubungkan dengan
Tabel 1 menunjukkan bahwa latar belakang indikator pendapatan (Tabel 1) diketahui bahwa kon-
karakteristik sosial ekonomi keluarga subjek masih disi inilah yang memperburuk peluang terpenuhinya
cukup memuaskan walaupun dari segi tingkat penda- kebutuhan zat gizi dimaksud. Riyadi et al. (2006)
patan di Kabupaten Sumba Timur masih rendah. Hal mengatakan bahwa jenis dan jumlah pangan yang
ini disebabkan karena sebagian besar keluarga be- dikonsumsi kelompok anak normal lebih beragam
kerja di sektor swasta dan pertanian dengan jenis dan banyak dibanding kelompok anak yang stunting.
pendapatan harian, musiman, dan bahkan tidak Oleh karena itu, kontribusi protein terhadap AKG
menentu. Selain itu diduga bahwa tingginya tingkat pada kelompok anak normal lebih tinggi dibanding
pendidikan dan pengetahuan gizi ibu tidak didukung kelompok anak stunting.
oleh faktor sikap dan tindakan. Hal ini disebabkan
Tabel 3 menjelaskan bahwa masalah stunting
karena sebagian besar (>95%) ibu subjek lebih ba-
pada dua wilayah penelitian telah melebihi batas
nyak mengalokasikan waktu diluar rumah sehingga
ambang penerimaan derajat kesehatan masyarakat
cenderung mengabaikan pola asuh gizi yang tepat
(10%) yaitu sebesar 25—31.75%. Hal ini menanda-
pada anak. kan bahwa adanya permasalahan yang serius dalam
Tabel 1. Distribusi Subjek berdasarkan Karakteristik proses peningkatan kualitas sumberdaya manu-
Sosial Ekonomi Keluarga sia. Hasil penelitian Mahgoub et al. (2006) sejalan
Kota Kab. Sumba dengan hasil penelitian dari Lana et al. (2012) dan
Indikator Sosek Kupang Timur Kusumaningrum et al. (2013) yang menunjukkan
n % n % bahwa masalah kekurangan pangan serta masalah
gizi yang berkepanjangan dapat memengaruhi kua-
Pendapatan Keluarga:
litas Balita khususnya di Kabupaten Timor Tengah
Tinggi (≥Rp 800 000) 87 32.83 95 34.67 Selatan (TTS). Namun dengan upaya perbaikan de-
Rendah (<Rp 800 000) 178 67.17 179 65.33 ngan metode pendekatan Positive Deviance (PD) Pos
Pendidikan Ibu: Gizi yang lebih baik maka permasalah gizi dapat
Tinggi (≥9 tahun) 198 74.72 177 64.60
tertanggulangi.
Rendah (<9 tahun) 67 25.28 97 35.40 Tabel 3. Distribusi Subjek berdasarkan Kategori
Stunting dan Non Stunting menurut Wila-
Pengetahuan Gizi Ibu:
yah Penelitian
Baik (>80%) 205 77.36 222 81.02
Kota Kab. Sumba
Cukup (60—80%) 60 22.64 47 17.15 Kupang Timur
Status Gizi (TB/U)
Kurang (<60%) 0 00 5 1.83 n % n %
Status Pekerjaan Ibu: Stunting 68 25.66 87 31.75
Bekerja 262 98.87 262 95.62 Non stunting 197 74.34 187 68.25
Tidak Bekerja 3 1.13 12 4.38
Indikator Lainnya
Asupan dan Status Gizi Subjek Peran keluarga terutama ibu dalam mengasuh
Masa anak-anak adalah masa pertumbuhan, anak akan menentukan tumbuh kembang anak
untuk itu anak memerlukan asupan gizi yang cukup. (Husaini et al. 2000). Sawadogo et al. (2006)
Asupan gizi yang tepat bagi anak harus tepat dan menyatakan bahwa perilaku ibu dalam menyusui
seimbang. Gambaran asupan gizi subjek dapat dili- atau memberi makan, cara makan yang sehat,
hat pada Tabel 2. memberi makanan yang bergizi dan mengontrol
58 JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013
Analisis Determinan, Stunting, dan Prestasi Belajar Anak

besar porsi yang dihabiskan akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan kejadian
status gizi anak. Lebih lanjut Setiati (2006) stunting anak (p<0.05).
mengatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
pola asuh adalah pendidikan, pekerjaan, umur ditemukan dalam hasil penelitian Nubatonis et al.
dan tingkat pengetahuan ibu. Kenyataan tersebut (2012) yang menunjukkan bahwa pola pengasuhan
tidak berbeda dengan kasus pada wilayah Kota asuh lebih berat pada rendahnya pola hidup bersih
Kupang dan Kabupaten Sumba Timur (Tabel 4). dan sehat.
Namun berdasarkan hasil wawancara dengan subjek Hasil penelitian Nasikhah dan Margawati
diketahui bahwa dalam penerapan pola asuh masih (2012) juga menunjukkan bahwa faktor riwayat
terbatas pada aspek perilaku ibu dalam menyusui penyakit infeksi, frekuensi sakit diare dan jumlah
atau memberi makan, cara makan yang sehat, anggota keluarga tidak menjadi faktor risiko stunt-
memberi makanan yang bergizi dan mengontrol ing. Sehingga dapat diperkirakan bahwa ada atau
besar porsi yang dihabiskan. Hal ini disebabkan tidaknya kasus penyakit infeksi tidak berpengaruh
karena keterbatasan waktu yang disediakan di pada peluang terjadinya stunting. Kasus penyakit
rumah bersama anak. infeksi yang lebih sering diderita oleh subjek adalah
infeksi saluran pernapasan, demam berdarah, dan
Tabel 4. Distribusi Subjek berdasarkan Kategori
diare.
Stunting dan Non Stunting menurut Wila-
yah Penelitian
Analisis Determinan Stunting
Kota Kab. Sumba Analisis multivariat bertujuan untuk menentu-
Indikator Lainnya Kupang Timur kan variabel yang paling dominan dalam memenga-
n % n % ruhi kejadian stunting. Hasil analisis regresi logis-
Riwayat Infeksi Penyakit: tik sederhana menunjukkan bahwa semua variabel
Tidak ada 96 36.23 93 33.94 memiliki nilai p<0.25 kecuali variabel asupan energi
yang memiliki nilai p>0.25 (Tabel 5). Hal ini berarti
Ada 169 63.77 181 66.06
bahwa variabel pendapatan keluarga, pendidikan
Pola Asuh Ibu: ibu, pengetahuan gizi ibu, pekerjaan ibu, asupan
Baik (>80%) 76 28.68 89 32.48 protein, riwayat penyakit infeksi, pola asuh ibu, dan
Cukup (60—80%) 125 47.17 112 40.87 riwayat imunisasi berpengaruh signifikan terhadap
Kurang (<60%) 64 24.15 73 26.65 terjadinya stunting sedangkan variabel asupan e-
nergi tidak memengaruhi kejadian stunting.
Riwayat Imunisasi: 205 77.36 222 81.02
Hasil analisis lanjutan menunjukkan bahwa
Lengkap 105 39.62 99 36.13 variabel yang lebih berpengaruh terhadap kejadian
Belum lengkap 160 60.38 170 62.05 stunting pada anak adalah variabel pendapatan ke-
Tidak pernah 0 0.00 5 1.82 luarga dengan nilai Odds Ratio Adjusted tertinggi
yaitu 62.128. Model regresi logistik yang terbentuk
Hal yang sama juga ditekankan oleh Renyoet et dalam analisis ini adalah:
al. (2012) dalam hasil penelitiannya yang mengemu- logit (p)=-11.639 + 4.129X1 – 3.022X2 + 3.264X3 +
kan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara 3.623X4 + 1.926X6 + 2.332X7 + 2.827X8 +
perhatian/dukungan ibu terhadap anak dalam prak- 1.983X9
tek pemberian makanan, rangsangan psikososial, Melalui model ini dapat diketahui bahwa de-
kebersihan/hygiene dan sanitasi lingkungan dan terminan lain secara bersama-sama berpengaruh

Tabel 5. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda Sembilan Variabel yang Ber-
hubungan Bermakna dengan Kejadian Stunting
Variabel Independen B P OR (Adjusted) CI 95%
Pendapatan Keluarga (X1) 4.129 0.011 62.128 2.541 – 1.519E3
Pendidikan Ibu (X2) -3.022 0.009 0.049 0.005 – 0.466
Pengetahuan Gizi Ibu (X3) 3.264 0.032 26.152 1.324 – 516.753
Pekerjaan Ibu (X4) 3.623 0.017 37.445 1.891 – 741.531
Asupan Energi (X5) 1.587 0.208 4.888 0.413 – 57.879
Asupan Protein (X6) 1.926 0.044 6.863 1.056 – 44.606
Riwayat Infeksi (X7) 2.332 0.023 10.298 1.388 – 76.398
Pola Asuh Ibu (X8) 2.827 0.026 16.893 1.404 – 203.294
Riwayat Imunisasi (X9) 1.983 0.027 7.264 1.256 – 42.014

JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013 59


Picauly & Toy

terhadap kejadian stunting adalah pendapatan ke- maka semakin mudah dalam proses penyerapan atau
luarga, pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu, ibu adopsi informasi sehingga diharapkan akan tercipta
yang bekerja, asupan protein kurang, ada riwayat pola kebiasaan yang baik dan sehat.
infeksi penyakit, pola asuh ibu kurang, dan tidak Hasil analisis regresi logistik menunjukkan
ada riwayat imunisasi. bahwa ibu dengan pengetahuan gizi kurang/ren-
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan dah, memiliki peluang anaknya mengalami stunting
bahwa keluarga dengan tingkat pendapatan ren- dibandingkan ibu dengan pengetahuan gizi baik. Hal
dah memiliki peluang anaknya mengalami stunt- ini berarti bahwa jika pengetahuan gizi ibu kurang
ing sebesar 62.128 kali lebih besar dibandingkan maka akan diikuti dengan peningkatan kejadian
keluarga dengan tingkat pendapatan tinggi. Hal ini stunting sebesar 3.264 kali. Hal ini sesuai dengan
sesuai dengan hasil penelitian Riyadi et al. (2006), hasil penelitian Fikhar (2003) yang menyatakan ada
Zottareli et al. (2007), Salimar (2009), dan Aditianti hubungan yang bermakna antara tingkat pengeta-
(2010) yang menyatakan bahwa tingkat ekonomi huan dengan status gizi buruk dengan nilai OR sebe-
berpengaruh signifikan terhadap stunting pada bali- sar 3.428. Pengetahuan seorang ibu dibutuhkan da-
ta. Atau, status sosial ekonomi dapat mendetermi- lam perawatan anaknya, dalam hal pemberian dan
nasi kejadian stunting pada anak. penyediaan makanannya, sehingga seorang anak
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan tidak menderita kekurangan gizi.
bahwa ibu dengan tingkat pendidikan rendah memi- Hasil analisis regresi logistik menunjukkan
liki peluang anaknya mengalami stunting sebesar bahwa faktor asupan energi tidak mempunyai pe-
0.049 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan pen- ngaruh yang signifikan terhadap kejadian stunting
didikan tinggi. Hal ini berarti bahwa jika pendidik- (p>0.05). Hal ini disebabkan karena sebagian besar
an ibu tinggi maka akan diikuti dengan penurunan (lebih dari 70%) anak pada kedua kelompok (stunt-
kejadian stunting sebesar 3.022. Namun, kenyataan ing maupun non stunting) di Wilayah Kota Kupang
yang dijumpai adalah tidak semua ibu yang berpen- dan Kabupaten Sumba Timur sama-sama memiliki
didikan tinggi memiliki pengetahuan gizi dan pola asupan energi yang baik. Hal ini diperkuat dengan
pengasuhan yang baik, atau sebaliknya. Data pada pendapat dari Almatsier (2001) dan hasil peneli-
Tabel 1 dan 4 menunjukkan bahwa sebagian besar tian dari Sawadogo et al. (2006) dan Ramli et al.
(>60%) ibu subjek mempunyai tingkat pendidikan (2009) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi
dan pengetahuan gizi dengan kategori Baik. Sedang- badan bisa terhambat bila seorang anak mengalami
kan sekitar 28.68—32.48% ibu subjek mempunyai defisiensi protein (meskipun konsumsi energinya
pola asuh dalam kategori cukup. Hasil penelitian cukup) dalam jangka waktu yang lama, sedangkan
ini sejalan dengan kenyataan yang ditemukan oleh bobot badan lebih banyak dipengaruhi oleh cukup
Oematan et al. (2013) bersama peneliti sebelum- tidaknya konsumsi energi.
nya seperti Yustika (2006), Semba et al. (2008) dan Hasil analisis regresi logistik menunjukkan
Ramli et al. (2009) yang mengatakan bahwa tingkat bahwa anak dengan asupan protein kurang memi-
pendidikan formal dan pengetahuan gizi ibu sangat liki peluang mengalami stunting lebih besar diban-
berpengaruh pada peluang terjadinya stunting. dingkan anak yang asupan proteinnya baik. Hal ini
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan berarti bahwa jika asupan protein rendah maka
bahwa ibu yang bekerja memiliki peluang anaknya akan diikuti dengan peningkatan kejadian stunting
mengalami stunting lebih besar dibandingkan ibu sebesar 1.926 kali. Penegasan hal dimaksud juga
yang tidak bekerja. Hal ini berarti bahwa jika ibu disampaikan oleh Almatsier (2001) bahwa pertum-
bekerja maka akan diikuti dengan peningkatan ke- buhan tinggi badan anak dapat terhambat bila se-
jadian stunting sebesar 3.623. Berg (1986) menga- orang anak mengalami defisiensi protein (meskipun
takan bahwa ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai konsumsi energinya cukup) selama masa seribu hari
cukup waktu untuk memperhatikan makanan anak pertama kehidupan dan berlangsung dalam jangka
yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta waktu yang lama (Kusharisupeni 2002), sedangkan
kurang perhatian dan pengasuhan kepada anak. bobot badan lebih banyak dipengaruhi oleh cukup
Hal ini memberikan gambaran bahwa ting- tidaknya konsumsi energi.
kat pendidikan dan pengetahuan gizi tidak menja- Hasil analisis regresi logistik menunjukkan
min untuk memiliki pola asuh yang baik. Zere dan bahwa anak yang memiliki riwayat penyakit infek-
McIntyre (2003), Sawadogo et al. (2006), dan Astri si memiliki peluang mengalami stunting lebih be-
et al. (2006) mengatakan bahwa ibu yang memiliki sar dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat
interval waktu lebih banyak di luar untuk bekerja infeksi penyakit. Hal ini berarti bahwa jika anak
tidak dapat mengontrol pola konsumsi pangan anak memiliki riwayat infeksi penyakit maka akan diikuti
dengan baik. Hal ini berimplikasi pada asupan gizi dengan peningkatan kejadian stunting 2.332 kali.
anak yang tidak berimbang. Walaupun demikian, Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
tingkat pendidikan yang tinggi tetap faktor penting. Aditianti (2010) yang menyatakan bahwa penyakit
Sebab semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang infeksi berpengaruh signifikan terhadap stunting

60 JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013


Analisis Determinan, Stunting, dan Prestasi Belajar Anak

pada anak usia 24—59 bulan. Di samping itu, Puji- bahwa prestasi belajar yang rendah tidak memper-
adji (2000) dalam Supariasa et al. (2002) juga men- timbangkan kondisi stunting atau non stunting. In-
gatakan bahwa infeksi berat dapat memperburuk formasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti
keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan- orang tua murid dan guru (kelas dan mata pelajar-
nya dan meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial an) dan diperkuat oleh hasil penelitian Semba et al.
tubuh melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu (2008) dan Yustika (2006) bahwa siswa yang mem-
penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan punyai prestasi rendah pada umumnya dihadapi de-
dapat juga menurunkan nafsu makan. Sebaliknya ngan dua permasalahan inti yaitu tingginya jumlah
malnutrisi walaupun ringan berpengaruh negatif ter- absensi serta rendahnya kualitas penyerapan dan
hadap daya tahan tubuh terhadap infeksi. penguasaan materi pembelajaran oleh siswa yang
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan stunting.
bahwa ibu dengan pola asuh kurang/rendah, memi- Depkes (2008) menyampaikan bahwa selain
liki peluang anaknya mengalami stunting lebih be- faktor kurangnya ketersediaan pangan, masalah
sar dibandingkan ibu dengan pola asuh baik. Hal ini stunting juga dapat dipengaruhi oleh faktor kondisi
berarti bahwa jika pola asuh ibu kurang maka akan sosial ekonomi dan budaya keluarga. Sosial ekono-
diikuti dengan peningkatan kejadian stunting 2.827 mi dapat diukur melalui indikator-indikator seperti
kali. Adar et al. (1997), Adisasmito (2007) dan Nu- pendidikan, pendapatan, pengetahuan informal,
batonis et al. (2012), memperkuat hasil penelitian dan status pekerjaan ibu keluarga.
dengan mengatakan bahwa pola pengasuhan adalah Tabel 6. Distribusi Subjek berdasarkan Prestasi Belajar
kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menye-
diakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap Stunting Non Stunting
anak agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan Prestasi Belajar
n % n %
sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan sosial.
Kota Kupang:
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan
bahwa anak yang tidak memiliki riwayat imunisasi Baik (≥7.0) 25 36.76 107 54.31
memiliki peluang mengalami stunting lebih besar Cukup (5.5—6.9) 15 22.06 72 36.55
dibandingkan anak yang memiliki riwayat imunisasi. Kurang (<5.5) 28 41.18 18 9.14
Hal ini berarti bahwa jika anak tidak memiliki ri-
Kabupaten Sumba Timur:
wayat imunisasi maka akan diikuti dengan pening-
katan kejadian stunting 1.983 kali. Hasil ini sejalan Baik (≥7.0) 10 11.49 100 53.48
dengan penelitian Salimar (2009) yang menyatakan Cukup (5.5—6.9) 61 70.12 67 35.83
bahwa kelengkapan imunisasi berpengaruh signifi- Kurang (<5.5) 16 18.39 20 10.69
kan terhadap stunting. Imunisasi adalah pemberian
kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan Dampak Stunting terhadap Prestasi Belajar
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh Stunting merupakan wujud dari adanya gang-
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau guan pertumbuhan pada tubuh, bila ini terjadi,
berbahaya bagi seseorang. maka salah satu organ tubuh yang cepat mengala-
mi risiko adalah otak. Dalam otak terdapat sel-sel
Prestasi Belajar saraf yang sangat berkaitan dengan respons anak
Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha termasuk dalam melihat, mendengar, dan berpikir
kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk selama proses belajar. Baker (2008) mengatakan
simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat bahwa menyelamatkan anak supaya tidak pendek
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap (stunting) sangat penting, sebab terkait dengan ke-
anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar meru- cerdasan dan produktivitas kerjanya kelak sebagai
pakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan generasi penerus bangsa.
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, Dari hasil analisis regresi tersebut diperoleh
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses be- persamaan dampak stunting (X) terhadap prestasi
lajar. Prestasi belajar anak sekolah dapat diketahui belajar (Y) yaitu:
setelah diadakannya evaluasi. Hasil dari evaluasi da-
pat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya Y = 8.117 + 0.444X (R2=0.234; p=0.00)
prestasi belajar siswa (Ridwan 2008).
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada Wilayah Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat
Kota Kupang dan Wilayah Kabupaten Sumba Timur disimpulkan bahwa setiap kenaikan status gizi TB/U
memiliki siswa stunting dengan prestasi belajar yang anak sebesar 1 SD maka prestasi belajar anak akan
rendah dan sudah melebihi 15%. Hal ini menandakan naik sebesar 0.444. Begitu pula sebaliknya, setiap
bahwa kejadian masalah stunting tidak mempertim- penurunan status gizi TB/U anak sebesar 1 SD maka
bangkan letak wilayah dan faktor-faktor penggang- prestasi belajar anak akan turun sebesar 0.444.
gu lainnya (Fanggi 2012 dan Bora 2012). Dikatakan Setelah dilanjutkan dengan uji t diketahui bahwa

JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013 61


Picauly & Toy

stunting berdampak sangat signifikan terhadap ginya masalah stunting. Oleh karena itu, diharapkan
prestasi belajar anak. Hal ini ditandai dengan nilai t penelitian lanjutan hendaknya mempertimbangkan
hitung dari variabel stunting sebesar 6.053 dengan analisis pada faktor asupan iodium dan hubungan-
signifikasi 0.00. Penelitian Yustika (2006) pada siswa nya dengan kejadian masalah stunting.
SD di Kecamatan Samalantan, menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara stunting de- DAFTAR PUSTAKA
ngan prestasi belajar anak sekolah (p<0.05). Stunt-
ing membuat kemampuan berpikir dan belajar siswa Adar LS & Guilkey DK. 1997. Age spesific determinant
terganggu dan akhirnya kehadiran dan prestasi be- of stunting in Filipina children. The Journal of
lajar siswa akan menurun dibandingkan dengan anak Nutrition, 127(2).
non stunting. Aditianti. 2010. Faktor determinan stunting pada
Usia sekolah dasar merupakan usia emas ke- anak usia 24—59 di Indonesia. Info Pangan dan
dua bagi pertumbuhan anak baik fisik maupun men- Giz, 19(2), 42—43.
tal yang berpengaruh bagi masa depan. Keadaan gizi Adisasmito W.2007. Hubungan Pola Asuh Ibu de-
kurang seperti stunting yang dialami oleh anak usia ngan Status Gizi Ibu pada Keluarga Sejahtera
sekolah akan memengaruhi kemampuan daya tang- dan Pra Sejahtera [Skripsi]. Fakultas Kesehat-
kap anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan an masyarakat, Universitas Sumatera Utara,
akan memengaruhi prestasi belajarnya. Hasil pene- Sumatera Utara.
litian ini didukung oleh pendapat Almatsier (2001) Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan
yang mengatakan bahwa kekurangan gizi dapat ber- ke-5. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
akibat terganggunya fungsi otak secara permanen. Astri LD, Nasution A, & Dwiriani CM. 2006. Hubungan
Menurut Slameto dalam Ewintri (2012), konsumsi ASI dan MP-ASI serta kejadian stunt-
prestasi belajar yang dicapai seorang siswa meru- ing anak usia 6—12 bulan Di Kabupaten Bogor.
pakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang me- Media Gizi dan Keluarga, 30(1), 15—23.
mengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) Baker J. 2008. Strategies for Improving Nutrition of
maupun dari luar (faktor eksternal). Faktor inter- Children. http://www.globalhealth.org (11
nal yaitu keadaan fisik dari anak tersebut yang Juli 2012)
dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatannya serta Berg A. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan.
keadaan psikis seperti inteligensi, perhatian, minat, Penerbit Rajawali, Jakarta.
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Bora NGB, Picauly I, & Aspatria U. 2012. Analisis
Faktor eksternal yaitu faktor dari luar indi- determinan stunting dan dampaknya ter-
vidu atau siswa yang terdiri dari: 1) faktor keluarga hadap prestasi belajar anak sekolah dasar di
yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba
anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan Timur. Jurnal Pangan, Gizi, dan Kesehatan
ekonomi keluarga; 2) faktor sekolah, antara lain Masyarakat, 4(3), 1100—1110.
metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru de- Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Riset Ke-
ngan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin seko- sehatan Dasar Provinsi Nusa Tenggara Timur
lah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar Tahun 2007. www.scribd.com/Laporan_ Ha-
diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan sil_ Riskesdas_ NTT_ 2007.pdf (15 Desember
tugas rumah; 3) faktor masyarakat (kegiatan siswa 2011).
dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, Fanggi A C, Picauly I, & Jutomo L. 2012. Studi per-
dan bentuk kehidupan masyarakat). bandingan indeks prestasi belajar antara siswa
SD yang mengalami stunting dan non stunting
KESIMPULAN di Kota Kupang. Jurnal Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 4(2), 1106—1116.
Determinan kejadian stunting adalah penda- Fikhar A. 2003. Faktor Determinan KEP pada Anak
patan keluarga, pengetahuan gizi ibu, pola asuh ibu, Usia 6 Bulan—3 Tahun di Kecamatan Kuranji
riwayat infeksi penyakit, riwayat imunisasi, asupan Kota Padang Tahun 2003. Program Pascasar-
protein, dan pendidikan ibu. Faktor risiko kejadian jana UI, Jakarta.
stunting yakni pendapatan keluarga, ibu bekerja, Husaini MA, Karyadi L, Husaini YK, Karyadi D, & Pol-
pengetahuan gizi dan pola asuh ibu, memiliki ri- lit E. 2000. Developmental Effects of Short-
wayat infeksi penyakit, tidak memiliki riwayat i- term Suplementary Feeding in Nutritionally at
munisasi yang lengkap, dan asupan protein rendah. risk Indonesian Infant. Am.J.Clin.Nutr, 45
Sedangkan pendidikan ibu rendah merupakan faktor Kusharisupeni. 2002. Peran Status Kelahiran ter-
protektif kejadian stunting. Terdapat indikasi stunt- hadap Stunting pada Bayi. Jurnal Kedokteran,
ing berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. 23, 73—80.
Sampai saat ini masih dicurigai faktor Kusumaningrum R, Manongga SP, & Picauly I. 2013.
kekurangan iodium sebagai salah satu penyebab ting- Determinan Penyimpangan Positif (PD) Status

62 JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013


Analisis Determinan, Stunting, dan Prestasi Belajar Anak

Gizi Anak Balita Keluarga Miskin Suku Bangsa Riyanto A. 2012. Penerapan Analisis Multivariat da-
Dawan Di Kabupaten TTS [Skripsi]. Fakultas lam Penelitian Kesehatan. Nuha Medika, Yog-
Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cen- yakarta.
dana, Kupang NTT. Saryono 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan Pe-
Lana HMY, Manongga SP, & Jutomo L. 2012. Studi nuntun Praktis bagi Pemula. Mitra Cendikia
komparatif pertumbuhan dan perkembangan Press, Yogyakarta.
anak balita pada beberapa tipologi wilayah di Salimar. 2009. Karateristik Masalah Pendek (Stunt-
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Jurnal Gizi ing) pada Balita di Seluruh Wilayah Indonesia.
dan Kesehatan Masyarakat, 4(2), 1165—1183. Info Pangan dan Gizi, 19 (2),15—16.
Mahgoub SEO, Nyepi M, Bandeke T. 2006. Factors Sawadogo, Prosper S, Martin-Prevel, Yves, Savy, Ma-
affecting prevalence of malnutrition among thilde, Kameli, Yves, Traissac, Pierre, Traore,
children under three years of age in Botswana. S. Alfred & Delpeuch, Francis. 2006. An Infant
African Journal of Food, Agriculture, Nutrition and Child Feeding Index Is Associated with
and Development. Rural Outreach Program, the Nutritional Status of 6-to 23-Month-
6(1). (11 Juli 2012). Old Children in Rural Burkina Faso. Com-
Nasikhah R & Margawati A. 2012. Faktor resiko keja- munity and International Nutrition. [Online].
dian stunting pada balita usia 24—36 bulan di 136., p. 656—663. http://jn.nutrition.org/
Kecamatan Semarang Timur, Journal of Nutri- content/136/3/ 656.full.pdf [diakses 23 Ok-
tion College, 1(1), 176—184. tober 2013].
Nubatonis YR, Manongga SP, & Candra Dewi R. 2012. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mem-
Hubungan pola asuh ibu dengan status gizi pengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta.
anak usia balita di Kabupaten Timor Tengah Se- Setiati R. 2006. Hubungan Pengetahuan Sikap dan
latan. Jurnal Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Praktek Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi
4(1), 1091—1105. Anak Balita [Skripsi]. Fakultas Kesehatan
Notoadmdjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehat- Masyarakat Universitas Diponegoro, Malang.
an. Rineka Cipta, Jakarta. Semba RD, de Pee S, Sun Kai, Sari M, Akhter N, &
Oematan G & Aspatria U. 2013. Faktor-faktor pe- Bloem MW. 2008. Effect of parental formal
nentu kejadian gizi buruk stunting di daerah education on risk of child stunting in Indone-
dengan karakteristik pertanian lahan kering sia and Bangladesh: a Cross-Sectional Study.
Kabupaten Kupang. Provinsi Nusa Tenggara Lancet, 371, 322—328.
Timur, Jurnal Pangan, Gizi, dan Kesehatan, Sunita A. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Edisi per-
5(1), 725—736. tama. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ramli, Kingsley EA, Inder KI, Bowe SJ, Jacobs J, & Supariasa, IDN, Bakri B, & Fajar I. 2002. Penilaian
Dibley MJ. 2009. Prevalensi and risk factors for Status Gizi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
stunting and severe stunting among under five Yustika S. 2006. Hubungan antara status gizi de-
in North Maluku Province of Indonesia. BMC ngan nilai evaluasi murni SD Kecamatan Sa-
Pediatric (internet). (citied2013 Oktober 23) malantan Kabupaten Bengkayang Propinsi
available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Kalimantan Barat. Jurnal Kemenkes Poltekkes
Renyoet BS, Hadju V, & Rochimiwati SN. 2012. Yogyakarta 2012. http://jurnal.poltekkesjog-
Hubungan pola asuh dengan kejadian stunting ja.ac.id/ (14 September 2012).
anak usia 6—23 bulan di wilayah pesisir Keca- Zere E & McIntyre D. 2003. Inequities in under-five
matan Tallo Kota Makassar. Jurnal Nutrient Sci- child malnutrition in South Africa. Asia Pasific
ence (PA-NSC), hal. 1—13. Journal, (2), 125—127.
Ridwan. 2008. Kegiatan Belajar terhadap Prestasi Zottareli LK, Sunil TS, & Rajaram. 2007. Influence of
yang dicapai, (on-line) http://ridwan202. Parental and Sosioecenomic Factor on Stunt-
wordpress.com20080423kegiatan-belajar-dan- ing in Children Under 5 Years in Egypt. Eastern
prestasi.htm, diakses 9 November 2008. Mediteranean Health Journal (internet). (cit-
Riyadi H, Khomsan A, Sukandar D, Faisal A & Mudja- ed 2013 Oktober 23) available from : http://
janto ES. 2006. Studi tentang status gizi pada www.emro.who.int/emhj/1306.
rumah tangga miskin dan tidak miskin. Jurnal
Indonesia Food, 29(1), 33—46.

JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013 63

Anda mungkin juga menyukai