Anda di halaman 1dari 4

.

Study Kasus

KASUS 1:

DPR Isyaratkan Voting RUU Pemilu

Rianita Arrini - detikNews

Senin, 09/04/2012 18:54 WIB

Jakarta Panitia Khusus (Pansus) RUU Pemilu masih berupaya mencari titik temu untuk menuntaskan tiga
poin yang masih barlarut-larut yaitu sistem pemilu, ambang batas parlemen dan metode penghitungan
suara. Jika tidak mencapai titik temu, Pansus mengisyaratkan akan melakukan voting.

"Belum bisa dipastikan. Tadi di rapat konsultasi masih mengupayakan musyawarah mufakat, tapi semua
bersiap diri untuk bisa menerima voting," ujar Ketua Pansus RUU Pemilu, Arief Wibowo, di Gedung DPR,
Senayan, Jakarta, Senin (9/4/2012).

Namun menurut Arief, jika terjadi voting pada rapat Paripurna, Rabu (11/4) lusa, maka Pansus harus
membahas rumusan RUU Pemilu hingga siap.

"Supaya tidak keruh seperti di (sidang) BBM kemarin itu. Jangan serahkan apa yang mau divoting ke
pimpinan, tapi rumusannya diputuskan dalam Pansus sendiri. Biar nanti Paripuna mengikuti apa yang
sudah dirumuskan oleh Pansus," jelasnya.

Dalam rapat konsultasi hari ini, lanjut Arief, Fraksi PAN mencoba menggolkan ambang batas parlemen
sebesar 3,5 persen.

"Tapi lainnya belum setuju karena dari 9 fraksi, kalau tidak bisa musyawarah mufakat maka dilakukan
voting," kata Arief.

Sembilan fraksi masih bertahan dengan keinginannya dalam revisi UU Pemilu ini. Sembilan fraksi hanya
menyepakati alokasi kursi per dapil yaitu 3-10 kursi.

Berikut peta fraksi atas RUU Pemilu:

1. Partai Demokrat

- Sistem terbuka

- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10

- Ambang batas parlemen sebesar 4 persen nasional

- Model penghitungan dilakukan quota

Demokrat menghendaki voting dilakukan secara parsial.


2. Partai Golkar

- Sistem terbuka

- Jumlah alokasi kursi dapil 3-10

- Ambang batas parlemen sebesar 4 persen nasional

- Model penghitungan webster

Golkar menghendaki voting dilakukan secara parsial.

3. PDIP

- Sistem tertutup

- jumlah alokasi kursi per dapil 3-10

- Ambang batas parlemen 3 persen nasional

- Metode penghitungan webster

PDIP menginginkan voting dilakukan per paket.

4. PKS

- Sistem tertutup

- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10

- Ambang parlemen 4 persen nasional

- Metode penghitungan webster

PKS menginginkan voting dilakukan per paket.

5. PAN

- Sistem terbuka

- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10

- Ambang batas parlemen 3,5 persen nasional.

- Metode penghitungan quota

PAN menginginkan voting dilakukan per paket.

6. PPP
- Sistem terbuka

- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10

- Ambang batas parlemen 3 persen.

- Metode penghitungan quota

PPP menghendaki voting dilakukan per paket.

7. PKB

- Sistem tertutup

- Alokasi kursi per dapil 3-10

- Ambang batas parlemen 3 persen

- Metode penghitungan quota

PKB menginginkan voting dilakukan per paket.

8. Gerindra

-Belum memutuskan sistem Pemilu tertutup atau terbuka

-Alokasi kursi per dapil 3-10

-Ambang batas parlemen 3,5 persen.

ANALISIS:

Dari permasalahan tersebut dapat diambil intinya yaitu bahwa anggota DPR akan melakukan
musyawarah untuk mencapai mufakat untuk menentukan sistem pemilu yang membahas tiga poin yang
masih barlarut-larut yaitu sistem pemilu, ambang batas parlemen dan metode penghitungan suara, jika
tidak dapat dicapai maka akan dilakukan voting. Hal tersebut sudah sesuai dengan filsafat pancasila yang
dianut oleh bangsa dan negara, yaitu pada sila ke-4 “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.

Pancasila sebagai pandangan hidup yang diyakini, bangsa Indonesia akan mampu memandang dan
memecahkan segala persoalan yang dihadapi secara tepat sehingga tidak terombang ambing dalam
menghadapi persoalan tersebut. Pada Pancasila, musyawarah sendiri memiliki tujuan agar suatu
masalah dapat dipecahkan jalan keluarnya dan sebisa mungkin tidak merugikan orang lain serta
mengambil jalan yang adil. Keputusan dari musyawarah dapat mencapai mufakat yang artinya
mempunyai persetujuan dan nilai yang kuat serta dapat terhindar dari perpecahan, mengarah pada
persatuan dan keadilan.
Pada dasarnya walaupun suatu permasalahan diselesaikan dengan cara voting, tetapi sebelum itu pasti
sudah dilaksanakan musyawarah untuk mencapai mufakat terlebih dahulu. Penentuan mana yang akan
digunakan, ada yang berpendapat bahwa melalui voting merupakan cara yang terbaik. Melalui voting
tidaklah sesuai dengan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Tetapi, voting dapat dilakukan jika
telah melalui musyawarah yang belum menemukan titik terang mengenai persoalan yang
dimusyawarahkan. Dimana musyawarah merupakan nilai yang ada pada mayarakat Indonesia. Pada
dasarnya musyawarah adalah prinsip dari demokrasi. Pada demokrasi Pancasila penentuan hasil
dilakukan dengan cara mufakat dan jika terjadi kebuntuan yang berkepanjangan barulah dilakukan
dengan cara voting. Cara voting cenderung dipilih karena lebih praktis, menghemat waktu dan lebih
simple dari pada musyawarah yang berbelit-belit dan tak kunjung usai.

Sebagai warga negara dan warga masyarakat , setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain, hal inilah yang
ditanamkan melalui nilai-nilai Pancasila. Setiap permasalahan yang ada harus dibicarakan dengan
dengan baik dengan tujuan untuk mencapai kebaikan bersama di atas kepentingan pribadi atau
golongan, tidak ada yang memaksakan kehendak dan tidak ada yang dirugikan. Keputusan yang diambil
harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai – nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.

Anda mungkin juga menyukai