Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
KELOMPOK 6 (GRUP 1)
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN DOSEN :
1. DHEA ANANDA
2. YULINDA ANGGRAINI
PEKANBARU
2020
PERCOBAAN IV
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Sel donor dicampur dengan serm penerima (mayor crossmatch) dan sel
penerima dicampur dengan serum donor (minor crossmatch) dalam bovine
albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis bila
golongan darah tidak cocok.
Pemeriksaan ini dilakukan dalam tiga fase serta dilakukan pula uji
validitas. Fase I ini dapat mendeteksi: Antibodi komplet (IgM /Antibodi
dingin), seperti : anti-A, anti-B (ketidakcocokan pada penetapan golongan
darah ABO serta adanya antibodi komplet lain seperti: anti-M, anti- Lewis,
anti-N, anti-P1, anti-A1, anti-H, anti-I). Pada fase II, antibodi inkomplet dapat
mengikat sel darah merah, sehingga pada fase III dengan bantuan penambahan
Coombs serum terjadi reaksi positip, contohnya : anti-D, anti-E, anti-e, anti-C,
anti-c, anti-Kell, anti-Kidd, anti-S. Pada fase III, semua antibodi inkomplet
yang terikat pada sel darah merah di fase II akan beraglutinasi (positif) setelah
penambahan Anti Human Globulin (Coomb’s serum), contoh : anti-Fya , anti-
Fyb, anti-Kell, anti-Rhesus. Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase 1 sampai
fase 3 tidak menunjukkan reaksi aglutinasi dan atau hemolisis, hasil
diinterpretasikan kompatibel (cocok) (Imad, 2012).
B. Bahan :
- bovine albumin
- reagen Comb
- darah resipien
- darah donor
- NaCl fisiologis (cairan saline)
V. CARA KERJA
1. Tahap Mayor
2 tetes serum resipien albumin ditambah 1 tetes eritrosit 5% donor
kemudian ditambahkan lagi 2 tetes bovin albumin
2. Tahap Minor
2 tetes serum donor ditambah 1 tetes eritrosit 5% resipien kemudian
ditambahkan lagi 2 tetes bovin albumin.
3. Aduk masing-masing tahap, tahap mayor dan tahap minor lalu
disentrifugasi pada kecepatan 1000 rpm selama satu menit
4. Amati hasilnya ( bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut
incompatible, pengujian tidak perlu dilanjutkan dan bila reaksi negative
reaksi dilanjutkan)
5. Inkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit, lalu disentrifugasi lagi pada
kecepatan 1000 rpm selam 1 menit
6. Amati hasilnya (bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut incompatible
pengujian tidak perlu dilanjutkan dan bila reaksi negatif reaksi
dilanjutkan)
7. Cuci dengan larutan NaCl fisiologi sebanyak 3-4 kali
8. Tambahkan 2 Tetes reagen coomb, sentrifugasi lagi dengan kecepatan
1000 rpm selama satu menit
9. Amati hasilnya (bila terjadi aglitinasi maka darah tersebut incompatible
artinya tidak dapat dilakuakan tranfusi darah).
370 C . Selain itu proses inkubasi juga berfungsi untuk memberikan kesempatan antibodi
untuk melekat pada permukaan sel.
Setalah itu amati hasil yang didapat, apabila hasil yang didapat incompatibel
(terjadi aglutinasi) maka sampel tidak dilanjutkan, tetapi apabila sampel compatible (tidak
terjadi aglutinasi) maka sampel tetap dilanjutkan dengan uji coomb’s dengan menggunakan
reagen coomb’s berfungsi sebagai jembatan coated antibodi yang satu dengan yang lain.
Sebelum dilakukan penambahan reagen coomb’s sampel dicuci terlebih dahulu dengan
menggukan larutan NaCl fisiologis 0,9%, dimana proses pencucian sampel ini bertujuan
untuk menghilangkan zat-zat sisa atau pengotor yang terdapat didalam sampel yang akan
mengganggu reaksi coomb’s.
Apabila dari hasil yang didapat terjadinya reaksi aglutinasi (incompatible) maka
darah yang akan didonorkan tidak dapat dilanjutkan untuk ditransfusi kepada pasien, karena
telah dijelaskan sebelumnya hal tersebut dapat berpengaruh besar terhadap penerima
(resipien) yaitu akan adanya reaksi yang tidak diinginkan. Tetapi, apabila hasil yang didapat
cocok atau tidak terjadinya reaksi aglutinasi (compatible) maka darah donor siap
ditransfusikan kepada pasien yang menandakan bahwa darah tersebut dapat diterima oleh
tubuh pasien dan tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan.
Pada pratikum kali ini adapun beberapa kesalahan dapat terjadi dalam melakukan
pengujian, yaitu :
1. Pada pengambilan sampel darah yang tidak aseptis, dimana telah diketahui bahwa
darah mudah terkontaminasi.
2. Pada pengambilan sampel pratikan lupa melapisi tabung tempat sampel dengan
anti koagulan agar tidak terjadi pembekuan darah, dimana diketahui bahwa darah
mudah membeku.
3. Pada proses penambahan larutan yang berfungsi untuk memisahkan dari zat-zat
yang terkandung didalam sampel, tidak sesuai takaran sehingga zat yang
terkandung didalam sampel tidak semua terpisah.
4. Pratikan tidak teliti dalam melakukan percobaan dan mengamati sampel uji
sehingga data yang didapat tidak sesuai.
5. Salah dala melakukan tahapan-tahapan prosedur yang dapat menyebabkan hasil
berbeda dan perlu dilakukannya pengujian kembali.
VII. KESIMPULAN
1. Crossmatching merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat
kecocokan darah pendonor dengan darah penerima agak tidak terjadi reaksi
yang tidak diinginkan.
2. Crossmatch mayor : serum resipen + sel darah donor melihat reaksi
antibodi yang dapat terjadi hemolitik.
3. Crossmatch minor : serum donor + sel darah resipien melihat
antibodi donor yang diarahkan dengan antigen pasien.
4. Dari hasil yang didapat darah pendonor dapat ditransfusika kepada pasien,
karena pada pengujian mayor, minor, dan auto control didapatkan hasil yang
negatif.
5. Coomb’s test dilakukan untuk menemukan antibodi terentu yang menyerang
sel-sel darah merah.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Uji Silang Serasi (CrossMatch) I & Uji Silang Serasi
(CrossMatch) II. Laboratorium Poltekkes Denpasar ; Bali.16; 23
Maret.
Imad. 2012. Cross Matching Blood. Jakarta : Erlangga.
Ismail. 2010. Pemeriksaan Pre Transfusi Darah. Jakarta : Widya Medika.
Gantini , Ria Syafitri Evi. 2004. Analisis berbagai kasus inkompatibilitas
pada transfusi darah. Tesis. Perpustakaan Universitas Indonesia;
Jakarta.
Priadi, Arif. 2009. Biologi. Jakarta : Tirta.
Yoni, Ode. 2013. Crossmacth. Jakarta : Erlanggga.
IX. Lampiran
1. Proses sentrirfugasi