Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AFIFAH ROHMAH

NIM : P07124018001

PRODI : D III KEBIDANAN

TINGKAT/SMSTR : II/ IV

KELAS :A
MATERI 2

KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KASUS KESEHATAN

( SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA )

1. DEFINISI KESPRO

Keadaan sejahtera fisik,mental dan sosial yang menyeluruh dan tidak semata – mata terbebas dari
penyakit atau kecacatan dalam semua hal berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta
prosesnya.

2. Hak – hak Kespro pada Krisis Kesehatan & situasi Tanggap Darurat Bencana

Kespro mendapatkan perhatian sejak adanya konferensi internasional kependudukan dan


pembangunan tahun 1994, dimana pada konferensi tersebut terjadi perubahan paradigma yang penting
dalam menangani masalah kependudukan yakni dari pembatasan penduduk kepada upaya pemenuhan hak
reproduksi baik pada laki – laki maupun perempuan. Pemenuhan hak reproduksi tersebut diupayakan
melalui pelayanan Kespro yang dapat diakses oleh semua individu sebelum tahun 2015. (Akses universal
kesehatan reproduksi).

Hal ini berarti bahwa masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan repruduksi yang
berkualitas baik dalam kondisi normal maupun kondisi bencana. Kespro merupakan isu kesehatan
masyarakat yang serius dan merupakan penyebab signifikan kesakitan dan kematian. Kespro adalah
bagian dari HAM serta bagian dari standar SPHERE. Salah satu dari Hak Asasi Manusia (HAM)adalah
mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu, termasuk di dalamnya layanan Kespro dalam kondisi
normal atupun darurat. Dari 8 tujuan MDG (Millenium Development Goals ), 50% goals itu terkait
dengan kesehatan reproduksi : MDG 3 : Kesetaraan Jender, MDG 4 dan 5 : Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) termasuk akses universal ke layana Kespro dan MDG 6 : pemberantasan penyakit menular
termasuk HIV/ AIDS. Jika kita ingin mencapai target MDGs harus dipastikan kalau layanan kespro
tersedia dalam kondisi apapun termasuk kondisi krisis /darurat.

3. Ruang lingkup Kespro


Prinsip-Prinsip pelayanan Kespro:
a. Mengutamakan klien: hak reproduksi, keadilan dan kesetaraan gender
b. Pendekatan siklus kehidupan manusia
c. Memperluas jangkauan pelayanan secara proaktif
d. Meningkatkan kualitas hidup melalui pelayanan yang berkualitas.
Kebijakan pelayanan Kespro dalam kondisi krisis/darurat:
a. Kegiatan terkait kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat dilaksanakan pada setiap
tahap bencana mulai dari pra-bencana, kondisi gawat darurat/saat bencana sampai kondisi
pasca krisis/bencana.
b. Pelayanan Kesehatan Reproduksi dalam Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat
Bencana dilaksanakan melalui Paket Pelayanan Awal Minimum
(PPAM) Kesehatan Reproduksi pada saat awal bencana
c. Pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif diintegrasikan pada pelayanan kesehatan
dasar segera setelah stabil
d. Respon kesehatan reproduksi pada Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana
dilakukan secara terkoordinir dengan Lintas
Program/Lintas Sektor terkait, organisasi profesi dan LSM terkait

Strategi Kespro dalam kondisi krisis/darurat:


a. PPAM Kesehatan Reproduksi merupakan bagian dari pelaksanaan penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana
b. Penentuan focal point kespro dalam Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap
Darurat Bencana di setiap tingkatan
c. Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan bidang kespro di setiap tingkatan
d. Advokasi dan sosialisasi di semua tingkatan
e. Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia/SDM
f. Penyediaan logistik (kit kespro, kit individual dan kit bidan)
MATERI 3
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI
PAKET PELAYANAN AWAL MINUMUM (PPAM)

Mekanisme koordinasi merupakan proses yang rumit, banyak orang/lembaga yang


berkontribusi, namun demikian penanganan kespro dan seksual dalam situasi darurat harus dilakukan
secara efektif dan bertanggungjawab, untuk itu diperlukan koordinator dengan kapasitas yang memadai
seperti kepemimpinan bertanggung jawab.

PEMBAGIAN TANGGUNG JAWAB PADA MASING–MASING BADAN PENANGGULANGAN


BENCANA
1. Upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi pada manajemen bencana ada pada tingkat
kabupaten/kota adalah tanggung jawab tim siaga kesehatan reproduksi bekerja sama dengan
dinas kesehatan kabupaten setempat.
2. Tanggung jawab upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi pada tingkatan provinsi
bersifat suportif dan rujukan (referal) kepada tim siaga kesehatan reproduksi kabupaten/kota.
3. Tim siaga kesehatan reproduksi pusat bersifat suportif dan rujukan kepada tim kesehatan
reproduksi Provinsi.

Prinsip Dasar
1. Penanganan bencana dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya dan kemampuan pemerintah daerah.
2. Dalam hal terjadi bencana, maka tanggung jawab pertama penanganan kespro ada pada tim
kespro di tingkat Kabupaten/Kota.
3. Apabila masalah kespro yang timbul tidak dapat tertangani, tim siaga kespro tingkat
Kabupaten/Kota melaporkan ke tim siaga kespro di tingkat Provinsi dan jika tidak tertangani, tim
siaga kespro di tingkat Provinsi akan melaporkan ke tim siaga kespro tingkat Pusat.
4. Pelaksanaan kegiatan tim siaga kespro terintegrasi dengan tim penanggulangan bencana bidang
kesehatan.
5. Apabila tim siaga kespro tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi belum terbentuk, maka tanggung
jawab berada pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi yaitu unit yang bertanggung jawab
untuk Kespro/Kesehatan Ibu dan Anak. Di tingkat Pusat, tim siaga kespro berada di bawah
Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Subdirektorat Bina Perlindungan Kespro.
A. PENDEKATAN KLASTER
Pendekatan klaster merupakan salah satu dari tiga pilar utama reformasi bantuan kemanusiaan,
sementara dua lainnya adalah penguatan sistem Koordinator Bantuan Kemanusiaan dan penguatan
pembiayaan bantuan kemanusiaan melalui, diantaranya, peningkatan permintaan dan Central Emergency
Response Fund (CERF). OCHA telah mengembangkan Humanitarian Coordination Support Section
(HCSS) yang beermarkas di Jenewa, untuk mendukung para HC dan mitra IASC dalam
mengimplementasikan reformasi dan memonitor kemajuan.

Anda mungkin juga menyukai