Volatilitas Pasar Modal Indonesia PDF
Volatilitas Pasar Modal Indonesia PDF
Volatilitas Pasar Modal Indonesia PDF
Oleh:
Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia
dan Perekonomian Dunia
TAHUN 2011
RINGKASAN EKSEKUTIF
ii
bahwa investor di pasar modal Indonesia belum bisa memperoleh informasi yang
memadai sehingga hal ini terkadang menimbulkan kesalahan penentuan harga
(mispricing). Adapun karakter/ tipikal investor terbagi menjadi Investor yang bereaksi
berlebihan terhadap suatu informasi, Investor yang bertransaksi dengan motif
spekulasi, Investor domestik yang cenderung mengikuti pola transaksi investor asing
(herding behavior). Hasil regresi memperlihatkan bahwa volume perdagangan
berpengaruh secara signifikan terhadap Volatilitas IHSG, meskipun di dalam
penelitian ini volume transaksi asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada
Volatilitas.
Tim kajian merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: perlu ada penelitian
lebih lanjut mengenai besaran volatilitas yang wajar untuk Pasar Modal Indonesia;
perlu menghilangkan kode asing atau local dan broker yang melakukan transaksi.
Dengan demikian transaksi yang dilakukan berdasarkan keputusan rasional dan bukan
karena faktor follower. Selain itu, Bapepam-LK perlu mempunyai SOP yang
digunakan untuk mengatasi keadaan-keadaan tertentu atau kondisi-kondisi darurat
seperti penurunan atau kenaikan IHSG secara cepat atau diluar kewajaran. Tindakan
atau pernyataan yang tepat akan dapat meredam kepanikan sekaligus menjaga
investor untuk tetap bertindak rasional.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia dan anugerah-Nya sehingga tim dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil
kajian tentang Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia. Pada
kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dan dukungan mulai dari saat
dilakukan oleh pihak lain, oleh karena itu kami hanya melakukan penelitian
kajian sebelumnya dan juga melakukan eksplorasi dan penggalian data serta informasi
keterbatasan kami baik pengetahuan maupun pengalaman. Untuk itu, kami sangat
menghargai kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan kajian ini.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati dan keterbatasan kami berharap
semoga hasil studi/ kajian ini bisa memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
modal. Sehingga pasar modal Indonesia dapat lebih berkembang dan berperan dalam
perekonomian nasional.
Tim Studi
iv
TIM STUDI
Pengarah:
Yoopi Abimanyu
Ketua Tim:
Bayu Bandono
Anggota:
Basri Pohan
Donald Bryant
Ngapon
Fernando Tua PN
Salim Darmadi
Hidayatulloh
Eko Wijaya
Intan Herlina Oktaviani
Try Utomo Payung
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Tujuan Studi 3
I.3 Metodologi Studi 4
I.4 Sistematika Penulisan 4
vi
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
IV.1 Pergerakan IHSG dan Volatilitas 22
IV.2 Faktor Penentu Volatilitas di Indonesia 26
IV.3 Teori Efficient Market Hypothesis 28
IV.4 Hubungan Antar Variabel 30
IV.5 Pembahasan Hipotesa 33
IV.6 Pengaruh terhadap Transaksi Lokal 34
vii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LatarBelakang
berkembang (emerging market) umumnya jauh lebih tinggi daripada pasar negara-
negara maju (Bekaert dan Harvey, 1997; Wang, 2007). Di negara-negara berkembang
meningkatkan biaya modal, dan menghambat ekspansi bisnis oleh perusahaan. Oleh
karena itu, sebagimana dinyatakan oleh Levine dan Zervos (1998), volatilitas yang
tinggi dapat mengganggu pertumbuhan dan pengembangan pasar modal, yang turut
volatilitas dalam empat kategori utama: sektor riil, sektor keuangan, kejadian luar
biasa (shock), dan kebijakan moneter. Sehubungan dengan sektor riil, pada masa
krisis, volatilitas Produk Domestik Bruto (PDB) cenderung lebih tinggi yang dapat
1
keuangan, faktor-faktor seperti likuiditas pasar modal dan berbagai inovasi produk
finansial ditengarai dapat memengaruhi volatilitas. Volatilitas pasar dunia juga dapat
terpengaruh secara serentak oleh berbagai kejadian luar biasa, seperti krisis fiskal di
moneter,seperti suku bunga bank sentral serta pengaruhnya terhadap tingkat inflasi,
merupakan determinan lain yang terbukti berdampak pada volatilitas pasar saham dan
dunia pada akhir abad kedua puluh telah mendorong pergerakan modal lintas negara,
yang antara lain ditandai oleh masuknya arus modal negara-negara maju ke pasar
diberlakukannya paket kebijakan deregulasi sektor keuangan pada akhir tahun 1980-
an. Di kawasan Asia-Pasifik, pasar modal Indonesia merupakan salah satu tujuan
pemodal asing juga menempati proporsi yang signifikan di Bursa Efek Indonesia.
Pada akhir semester pertama tahun 2011, kepemilikan pemodal asing mencapai
63,43% dari total nilai saham di BEI. Di samping itu, perdagangan saham oleh
pemodal asing mencapai 33,76% terhadap total nilai transaksi saham di BEI.
Bekaert dan Harvey (1997, 2000) dan Kim dan Singal (2000). Meski demikian, Wang
(2007) menyatakan bahwa imbas ini akan berbeda manakala investor asing memiliki
2
proporsi yang signifikan dalam kepemilikan saham dan nilai transaksi saham. Bae et
al. (2003) menunjukkan bahwa di emerging market, indeks investability yang lebih
tinggi (yang berarti lebih terbuka bagi pemodal asing) memiliki volatilitas imbal hasil
yang lebih tinggi pula. Selanjutnya, aktivitas perdagangan oleh pemodal Amerika
2001). Untuk kasus Indonesia, Wang (2007) menemukan bahwa terdapat hubungan
positif yang kuat antara aktivitas jual oleh pemodal asing dengan volatilitas pasar.
2007). Karena itu, studi ini bermaksud mengetahui berbagai kemungkinan penyebab
volatilitas pasar di Bursa Efek Indonesia, serta memotret riwayat volatilitas pada
beberapa tahun terakhir. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
kebijakan yang dipandang perlu dalam rangka mengantisipasi kejadian serupa pada
Tujuan dari studi ini dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, studi ini
studi-studi teoretis maupun empiris yang telah dilakukan sebelumnya. Kedua, studi ini
bermaksud meneliti pengaruh volume transaksi saham dan nilai transaksi asing
3
I.3. Metodologi Studi
Dalam rangka mencapai tujuan di atas, dalam studi ini kami menggunakan dua
terutama dari artikel jurnal ilmiah, tesis/disertasi, serta kertas kerja penelitian
dalam studi ini adalah volume transaksi saham dan nilai transaksi investor asing.
Laporan studi ini disusun dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut.
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan studi,
metodologi studi, dan sistematika laporan studi. Bab II menyajikan tinjauan pustaka
negara lain. Bab III menjelaskan metodologi pengumpulan dan analisis data yang
digunakan dalam studi ini. Selanjutnya, hasil analisis perkembangan volatilitas pasar
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bursa (Moles et al., 2011). Idealnya, sekuritas dihargai pada nilai intrinsiknya, yang
mencerminkan nilai sekarang (present value) dari arus kas yang akan diterima di masa
mendatang oleh investor yang memiliki sekuritas tersebut. Nilai sekarang (present
value) ini merepresentasikan besaran, waktu, dan risiko arus kas pada suatu waktu
penyesuaian dengan cara membeli ataupun menjual sekuritas, sehingga harga terkini
Pasar yang memiliki kondisi ideal di atas disebut pasar modal yang efisien.
Hal ini berarti bahwa harga sekuritas telah sepenuhnya mencerminkan pengetahuan
dan ekspektasi investor pada waktu tertentu. Semakin efisien suatu pasar modal,
intrinsiknya. Efisiensi pasar modal ini juga ditunjang oleh peraturan yang diterbitkan
dan pembelian sehingga harga sekuritas mencerminkan konsensus pasar. Teori yang
efisien (efficient market hypothesis atau EMH), yang digagas antara lain oleh
5
Bachelier (1964), Fama (1970), dan Jensen (1978). Terdapat tiga bentuk efisiensi
pasar, yaitu bentuk kuat, bentuk setengah kuat, dan bentuk lemah.
kondisi yang sepenuhnya efisien apabila harga yang ada selalu mencerminkan
publik, maupun informasi privat (insider). Dalam pasar bentuk kuat ini, tidak
dimungkinkan bagi investor untuk memperoleh imbal hasil yang jauh melebihi
tingkat risikonya (abnormal return). Karena itu, konsep efisiensi pasar bentuk
kuat lebih merupakan kondisi ideal, bukan kondisi yang sering dijumpai di
publik, yaitu informasi yang tersedia bagi seluruh investor. Karena itu, dalam
kondisi efisiensi setengah kuat, investor yang memiliki informasi privat dapat
(2011), konsep efisiensi pasar setengah kuat ini dapat dijumpai pada bursa-
bursa saham di negara-negara maju, seperti di Amerika Utara dan Eropa Barat.
efisiensi terlemah, harga yang ada di pasar hanya mencerminkan data historis
ataupun privat yang diperoleh investor. Karena itu, investor dapat mengambil
6
Beberapa penelitian yang menguji tingkat efisiensi pasar modal Indonesia
menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia memiliki efisiensi bentuk lemah serta
tidak menunjukkan bentuk setengah kuat, antara lain oleh Husnan (1991) dan Affandi
dan Utama (1998). Namun, beberapa penelitian empiris lainnya menunjukkan bahwa
pasar modal Indonesia belum mencapai efisiensi dalam bentuk lemah, sebagaimana
dibuktikan oleh Manurung (1994), Jasmina (1999), dan Suha (2004). Bukti-bukti
bursa, dalam rangka melindungi investor dari tindakan pihak lain melalui transaksi
turut mendukung ketidakefisienan pasar, seperti tingkat likuiditas yang masih rendah
antaranya:
panjang).
7
II.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham
fluktuasi harga suatu sekuritas atau komoditas selama periode tertentu. Mengingat
volatilitas, semakin tinggi pula tingkat ketidakpastian dari imbal hasil (return) saham
yang dapat diperoleh. Salah satu dari sepuluh prinsip manajemen keuangan
menyatakan bahwa investor tidak akan mau mengambil risiko yang lebih tinggi
kecuali apabila dapat memperoleh kompensasi berupa return yang lebih tinggi (high
Tingkat volatilitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik makro maupun
mikro (Schwert, 1989). Terdapat banyak sekali penelitian yang telah dilakukan yang
empat kategori sebagaimana dilakukan oleh Panetta et al. (2006), yaitu faktor sektor
riil, faktor sektor finansial, kejadian luar biasa (shock), serta kebijakan moneter.
Salah satu latar belakang yang cukup menentukan volatilitas aset finansial
adalah stabilitas ekonomi makro, termasuk pada aspek riil. Beberapa studi empiris
menyebutkan bahwa volatilitas memiliki keterkaitan yang erat dengan siklus bisnis
dan ekonomi. Misalnya, volatilitas cenderung meningkat selama periode krisis dan
menurun pada periode di mana ekonomi tumbuh dengan pesat (Schwert, 1989;
Gerlach et al., 2006). Beberapa penelitian, seperti Schwert (1989) dan Dritsaki (2003)
8
produksi industri. Pergerakan harga komoditas di pasar dunia, seperti minyak bumi,
bahwa tingkat volatilitas harga saham dipengaruhi secara positif oleh tingkat utang
dan Bekaert dan Wu (2000) yang masing-masing meneliti pasar modal Amerika
Serikat dan Jepang. Faktor profitabilitas juga berpengaruh secara negatif terhadap
volatilitas return saham, yang berarti bahwa pada kondisi profitabilitas meningkat,
volatilitas imbal hasil yang diperoleh investor akan cenderung menurun (Wei dan
Zhang, 2006).
dan umur perusahaan, namun tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan
volume perdagangan terhadap volatilitas return saham, seperti Schwert (1989), Jones
et al. (1994), dan Chan dan Fong (2003). Berbagai inovasi di sektor finansial yang
9
Perilaku investor yang cenderung mengikuti tren yang berlaku (herding
samping itu, tingkat volatilitas yang semakin tinggi juga turut dipengaruhi oleh
semakin besarnya jumlah hedge fund yang melakukan aktivitas di pasar modal (Rajan,
2006).
biasa (shock) yang berimbas pada pasar finansial. Panetta et al. (2006) mencatat
terjadinya lonjakan volatilitas harga minyak pada tahun 2004-2005, yang turut
berdampak pada volatilitas return saham di pasar modal Amerika Serikat. Hal ini
dilatarbelakangi oleh berbagai kejadian yang terjadi pada tahun 2004-2005, seperti
topan hurricane, turunnya peringkat utang sektor otomotif, dan gejolak politik di
Bank sentral di banyak negara menetapkan tingkat suku bunga jangka pendek, yang
perubahannya dapat berdampak terhadap yield curve. Hal ini merupakan contoh
dampak langsung dari kebijakan moneter. Bank sentral juga dapat melakukan operasi
pasar tertentu dengan tujuan mengendalikan jumlah uang yang beredar. Hal ini
menimbulkan dampak tidak langsung dari kebijakan moneter, misalnya inflasi dan
dipengaruhi oleh inflasi, tingkat suku bunga, dan pertumbuhan jumlah uang beredar.
10
Hal serupa juga terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Zan (2003) dan
Dritsaki (2003). Pergerakan nilai tukar mata uang asing juga berpengaruh positif
menemukan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap volatilitas
IHSG, sedangkan tingkat inflasi dan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap
dipengaruhi oleh volume perdagangan. Hal ini dibuktikan secara empiris dalam
Dengan menggunakan data perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Purwoto (2003)
memberikan bukti empiris bahwa terdapat asosiasi yang signifikan antara volatilitas
perdagangan oleh pemodal asing menempati proporsi yang signifikan di Bursa Efek
Indonesia. Pada akhir semester pertama tahun 2011, kepemilikan pemodal asing
mencapai 63,43% dari total nilai saham di BEI. Di samping itu, perdagangan saham
oleh pemodal asing mencapai 33,76% terhadap total nilai transaksi saham di BEI.
Beberapa studi mengamati dampak investor asing terhadap volatilitas return saham di
11
pasar modal Indonesia. Sebagai contoh, dengan menganalisis aktivitas perdagangan
oleh investor asing di bursa Indonesia dan Thailand, Wang (2007a) mengungkapkan
bahwa perdagangan investor asing memiliki hubungan yang positif dan signifikan
dengan volatilitas pasar. Selain itu, Wang (2007b, 2007c) juga menemukan bahwa
kepemilikan saham Emiten oleh asing juga berpengaruh signifikan terhadap tingkat
(herding behavior);
5. Trading noise seperti rekomendasi analis, rumor, dan hari libur bursa;
volume perdagangan dan transaksi asing terhadap volatilitas return IHSG di Bursa
Efek Indonesia. Dalam subbab ini akan diuraikan dasar perumusan hipotesis
12
Terdapat tiga teori yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan adanya
hubungan antara volume perdagangan saham dengan volatilitas return harga saham.
harga per transaksi berhubungan secara monoton dengan volume transaksi yang
semakin banyak transaksi yang dilakukan investor, semakin tinggi pula volatilitas
(19976), serta Chan dan Fong (2000) menemukan bahwa volume perdagangan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham. Temuan serupa juga
ditunjukkan oleh Chen et al. (2001) yang menganalisis indeks saham di sembilan
keterkaitan yang positif dan signifikan dengan volume perdagangan. Untuk konteks
Indonesia, juga ditemukan hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel
13
Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana
negara sedang berkembang (emerging market) jauh lebih tinggi daripada di negara-
negara maju. Salah satu hal utama yang melatarbelakangi kondisi ini adalah
berbagai studi terdahulu, tingkat volatilitas yang tinggi dapat menghambat partisipasi
bursa. Lebih jauh lagi, Levine dan Zervos (1998) mengemukakan bahwa tingginya
keuangan yang sehat, yang pada gilirannya dapat berpengaruh pula terhadap
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Oleh karena itu, pengambil kebijakan ataupun
informasi yang sama dan bertransaksi dengan pola yang sama (Kim dan Wei, 1999).
Penelitian yang dilakukan oleh Froot et al. (2001) dan Richards (2005) menunjukkan
14
bahwa transaksi penjualan oleh asing menyebabkan penurunan return saham yang
kuat antara transaksi jual oleh investor asing dengan volatilitas pasar pada hari yang
sama. Kedua, jumlah pembelian bersih (net buy) oleh investor asing berdampak
negatif terhadap volatilitas pada masa-masa krisis, sehingga turut menopang indeks
H2: Nilai transaksi asing berpengaruh secara signifikan terhadap Volatilitas IHSG.
15
BAB III
METODOLOGI STUDI
Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab I, studi ini memiliki tiga tujuan
sebagai berikut: (1) melakukan tinjauan atas berbagai penentu volatilitas pasar modal;
(2) memotret perkembangan volatilitas pasar ekuitas Indonesia dalam tiga tahun
tingkat volatilitas pada waktu-waktu tertentu; dan (3) meneliti pengaruh volume
transaksi saham dan nilai transaksi asing terhadap volatilitas return pasar saham di
Indonesia.
pasar modal di pasar modal Indonesia maupun negara-negara lain, Tim Studi
sumber, seperti artikel jurnal ilmiah, tesis/disertasi, kertas kerja penelitian (working
paper) dari berbagai institusi, serta Focus Group Discussion yang dilaksanakan pada
Universitas Atmajaya Yogyakarta. Hasil dari tinjauan pustaka ini dituangkan dalam
Bab II.
16
III.2. Perkembangan Volatilitas Pasar Modal Indonesia
volatilitas pasar modal Indonesia selama tiga tahun terakhir, dari tahun 2008 hingga
tahun 2010. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI)
diperoleh dari Bloomberg. Data ini kemudian dibandingkan dengan volatilitas indeks
= IHSG
Studi dari Figlewski (1997) menunjukkan bahwa untuk peramalan data, hasil akan
lebih baik jika nilai =0. Kemudian, Tim Studi mengidentifikasi kejadian-kejadian di
Data yang digunakan pada studi ini yaitu data harian IHSG, volume transaksi
dan nilai transaksi asing dari tahun 2008 sampai dengan September 2011 sehingga
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan tidak melalui
17
1. Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan
buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan
18
yang diteliti dengan instansi terkait. Pada penelitian ini sumber data
masa lalu terhadap kondisi sekarang sehingga data yang digunakan adalah data
time series. Model Granger tersebut dapat dijabarkan yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
19
d = Koefisien yang menunjukkan besar pengaruh volatilitas imbal hasil
ε = error term
variabel dependen sedangkan volume transaksi dan nilai transaksi adalah variabel
kedua perubahan pada volume transaksi dan nilai transaksi secara terpisah merupakan
Pada penelitian ini, variabel diperlakukan secara simetris, atau dengan kata
lain tidak diperlakukan berbeda antara variabel dependen dan independennya. Tidak
ada perbedaan antara variabel eksogen dan endogen, pemodelan ini biasa digunakan
tetapi juga diterangkan oleh variabel dependennya. Kedua variabel tersebut (dependen
variabel observable yang kemungkinan menjadi faktor utama dari volatilitas Indeks
20
a. Volatilitas (VOLA) : Dihitung dengan tanda deviasi dari return atau imbal hasil
harian IHSG selama 20 hari ke belakang dengan panjang periode 252 hari.
b. Volume Total Transaksi Harian (VOL_TOT) : Jumlah lembar saham total yang
jual dan beli yang ditransaksikan Investor Asing selama satu hari .
Beli dikurang Transaksi Jual yang dilakukan oleh Investor Asing selama satu
hari .
e. Nilai Total Transaksi Harian (VAL_TOT) : Nilai transaksi dalam rupiah yang
21
BAB IV
Dalam melakukan penelitian ini kami menemukan hal menarik yaitu pada
periode tahun 2008 ketika indeks sedang dalam trend menurun (bearish) justru
sedang dalam trend menanjak (bullish) periode 2009-2010 volatilitas relative stabil
Grafik 4.1
Pergerakan IHSG dan Tingkat Volaitilitas 2008-2010
Rata-rata volatilitas pada tahun 2008 pada saat trend sedang bearish adalah
sebesar 0.33, dan ketika tahun 2009 sampai dengan 2010 ketika trend sedang naik
22
volatilitas memiliki rata-rata sebesar 0,24 dan 0,18. Angka ini terpaut sebesar 0,9
(dibandingkan tahun 2009) dan bahkan 0,15 (jika dibandingkan tahun 2010) yang
menandakan bahwa untuk Pasar Modal di Indonesia investor lebih sensitif terhadap
terjadi panic selling dibandingkan dengan berita positif dalam mempengaruhi indeks.
Volatilitas berbeda pada saat pasar sedang dalam keadaan bullish dan
bearish.Ketika pasar dalam trend bullish investor puas dengan posisi investasi
volatilitas pada saat Indeks Harga Saham bergerak naik tidak terlalu tinggi, Meskipun
demikian tidak menutup kemungkinan terjadi transaksi yang besar juga. Sebaliknya
jika terjadi trend bearish ketika Investor merasa tidak nyaman dengan investasinya
maka mereka akan segera keluar dari pasar dan tidak ada pihak yang ingin
mempertahankan harga tersebut, ditambah lagi jika banyak pihak yang melakukan
Panic selling diartikan sebagai kondisi dimana terjadi penjualan saham dalam
volume besar di pasar. Perlu dipahami bahwa panic selling bisa terjadi pada pasar
Panic selling yang terjadi pada pasar secara keseluruhan biasanya ditandai
oleh beberapa hal seperti volume jual lebih mendominasi daripada volume beli
hampir di semua jenis saham yang aktif ditransaksikan; terjadi peningkatan nilai,
volume, dan frekuensi transaksi; dan mayoritas saham yang ditransaksikan mengalami
saham.
23
Lain halnya jika panic selling terjadi terbatas hanya pada saham atau
portofolio tertentu saja. Misalnya terjadi panic selling terhadap saham ABCD,
secara signifikan hanya terjadi pada saham ABCD dan koreksi harga yang terjadi
hanya sebatas pada harga saham ABCD .Atau jika saham ABCD itu menjadi market
leader, maka imbasnya bisa saja berupa penurunan harga pada saham yang sektornya
sejenis.
tidak berpikir secara jernih, tenang dan logis.Keputusan untuk menjual portofolio
Dalam keadaan panic selling faktor emosi sangat dominan. Jika investor
secara bersama-sama diliputi ketakutan akan terjadi penurunan harga yang signifikan
fundamental, sehingga pada akhirnya panic selling ini akan menjelma menjadi
penurunan yang lebih tajam dari yang seharusnya terjadi. Dengan penurunan yang
diluar batas kewajaran akibat paniknya mayoritas investor maka investor yang
sebelumnya berpikiran jernih juga akan turut gelombang ini dan semakin memukul
selling terjadi begitu saja akibat beredarnya informasi negatif di pasar. Namun, derajat
24
panic selling semakin besar jika pelaku menyaksikan fund manager besar
’membuang’ saham dalam jumlah besar.Ia sulit dicegah dan ditangkal karena
cenderung panik pada saat terjadi gejolak pasar, kemudian melakukan transaksi jual
dalam jumlah besar. Hal ini tetap dilakukan meskipun investor tersebut hanya
memperoleh laba yang sedikit atau bahkan merugi.Perilaku investor seperti ini yang
Fisher & Lara Hoffmans (2009) “How to smell a rat : The Five Signs of Financial
Karena itu, satu-satunya hal yang bisa dilakukan untuk menyikapi panic
selling adalah menjaga emosi agar tetap tenang dan tetap bisa menggunakan akal
sehat. Jika nalar investor tenang maka ia akan melihat bahwa di balik panic selling itu
terdapat peluang mendapatkan untung besar. Investor bisa membeli saham pada harga
portofolionya, tetapi seringkali karena info yang tidak seimbang (terutama bagi
investor retail) maka sebagai follower berusaha mengikuti pemimpin pasar, dan pada
Pasar Modal Indonesia adalah investor Asing dianggap memiliki informasi yang lebih
mutakhir. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa sebagai pemegang saham mayoritas di
Pasar Modal Indonesia dengan komposisi mendekati 70% maka masuk akal jika
25
IV.2. Faktor Penentu Volatilitas di Indonesia
Pada Grafik 4.1 Pergerakan IHSG dan Volatilitas tampak bahwa pada periode
Januari 2008 terdapat Volatilitas yang tinggi mencapai 0,5, hal ini
2.627,251 dari sebelumnya di level 2.745,826 pada Desember 2007. Penyebab utama
penurunan ini didominasi oleh kekhawatiran pelaku pasar atas ancaman resesi global
sebagai imbas dari resesi ekonomi yang mulai terjadi di Amerika Serikat, terutama
akibat lanjutan dari krisis kredit perumahan. Pada tanggal 22 Januari 2008, IHSG
sempat menyentuh level 2.294,524 atau menurun sebesar -7,70% dibandingkan hari
sebelumnya. Selain itu, pada tanggal 16 Januari 2008 IHSG juga mengalami
asing yang masuk selama periode 2006-2007 melalui pasar saham Indonesia adalah
benar bersifat jangka pendek atau yang dikenal sebagai uang panas (hot money).
tersebut merupakan indikasi awal terjadinya aliran dana keluar (capital outflow) dari
ketidakstabilan perekonomian Indonesia selain penurunan nilai tukar rupiah yang bisa
Selanjutnya pada akhir tahun 2008 terjadi lonjakan volatilitas yang lebih tinggi
lagi yaitu mencapai 0,8. Hal ini masih berhubungan dengan Subprime Mortgage di
Amerika tetapi pada titik ini diperparah dengan kekhawatiran penyebaran resesi ini di
kawasan Eropa. Bahkan pada saat itu harga minyak dunia memiliki kecenderungan
menurun yang seharusnya pada akhir tahun kebutuhan akan energy ini meningkat
26
akibat musim dingin. Hal ini menunjukkan juga bahwa perekonomian dunia sedang
dengan perekonomian terbesar dengan tingkat konsumsi yang besar pula. Jika terjadi
resesi ekonomi maka akan berdampak pada perekonomian negara lain yang
melakukan hubungan dagang dengan mereka. Sektor Riil juga akan terpukul yang
pada akhirnya juga akan memukul sektor keuangan. Indonesia meskipun hanya
memiliki porsi ekspor yang kecil terhadap Amerika tetapi memiliki hubungan dagang
yang kuat dengan China sebagai pengekspor terbesar untuk Amerika, sehingga
persepsi Investor pada saat itu adalah Indonesia juga akan mengalami kemunduran
ekonomi.
Selanjutnya pada tahun 2009 sampai saat ini terbukti bahwa resesi di Amerika
tidak berdampak signifikan pada resesi di Amerika dan Eropa dikarenakan Aggregate
Demand Domestik yang cukup untuk tetap menopang perekonomian Indonesia tetap
berjalan.
Dari sektor moneter Indonesia juga merupakan negara dengan tujuan investasi
yang menarik, dengan nilai tukar yang tabil dan suku bunga di atas 6% sedangkan di
Amerika dan Eropa dengan adanya resesi suu bunga mereka tidak lebih dari 0,5%.
27
IV.3. Teori Efficient Market Hypothesis
Seperti telah dikemukakan pada Bab II bahwa Pasar Modal Indonesia masuk
dalam kategori Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form efficiency) bahkan beberapa
penelitian menyatakan bahwa Pasar Modal Indonesia berada pada kondisi sub
efficient. Keadaan pasar weak form menyatakan bahwa harga sekuritas telah
mencerminkan semua data historis yang terjadi, sehingga informasi tentang harga,
volume ataupun analisa pergerakan trend tidak dapat digunakan untuk mendapatkan
keuntungan lebih. Data tentang harga dan volume tersedia juga sangat mudah
didapatkan, sehingga jika data tersebut dapat memberikan sinyal yang tepat bagi
investor maka hampir semua investor dapat menggunakan informasi ini. Ketika
informasi dari data historis memberikan sinyal untuk membeli, maka seluruh investor
akan dapat menangkap sinyal tersebut, maka yang terjadi adalah pergerakan secara
sekuritas.
2. Harga informasi mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara pelaku
pasar satu dengan yang lain terhadap yang lain pada satu informasi yang sama,
atau pelaku pasar memiliki informasi yang tidak seimbang sehingga terjadi
asymmetric information.
3. Informasi yang tersedia tidak dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian
pelaku pasar.
4. Investor adalah individu yang lugas (naïve investors) dan tidak canggih
28
memiliki kemampuan terbatas dalam mengartikan dan menginterpretasikan
informasi yang diterima, oleh sebab itu kerapkali mengambil keputusan yang
Salah satu dampak atau ciri dari pasar dengan kategori weak form ini adalah
tingginya tingkat volaitilitas. Pada pasar yang sudah maju volatilitas tidak terlalu
tinggi seperti tampak pada Tabel 4.1 berikut pada periode 1997-September 2011.
Tabel 4.1
Rata-Rata Return Tahunan dan Simpangan Baku IHSG
Periode 1997-September 2011
Tampak bahwa Bursa Efek Indonesia memiliki imbal hasil tertinggi dengan
angka rata-rata (Mean) 14,41 diikuti oleh Bombay Stock Exchange dan Kospi dari
data 9 Bursa Dunia yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa bursa pada emerging
market seperti Indonesia dan India merupakan pasar yang menarik untuk dijadikan
portofolio Internasional bersama dengan bursa utama dunia seperti FTSE 100 (UK)
Efek Indonesia menempati urutan kedua setelah Shanghai Composite Index, hal ini
menunjukkan bahwa dengan return yang tinggi juga mengandung resiko yang juga
29
tinggi. Penelitian sebelumnya telah menyatakan bahwa pada emerging market return
volatility saham akan berkorelasi positif dengan return saham (Joshi, 2011 dan Shin
2005).
Pemerintah saat ini sudah terlihat concern terhadap Pasar Modal Indonesia
dengan hadirnya Presiden atau Wakil Presiden dalam membuka dan menutup hari
bursa pada awal dan akhir tahun. Tidak hanya itu, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ketika pasar diliputi ketakutan akan Krisis Amerika yang berkelanjutan
juga mengeluarkan statement yang mendinginkan keadaan di Pasar Modal. Hal ini
Sebelumnya telah dibahas bahwa ketika IHSG turun tingkat volatilitas lebih
tinggi dari rata-rata yang diakibatkan oleh Panic Selling, pembahasan berikut ini ingin
demikian tinggi. Untuk mengetahui hal tersebut maka pada penilitan ini digunakan uji
hubungan simultan 2 arah atau satu arah Dengan uji kausalitas ini dapat melihat
hubungan antara transaksi yang dilakukan investor asing dengan volatilitas imbal
hasil saham. Transaksi Investor Asing dilihat melalui Nilai Transaksi (Value) dan
30
Tabel 4.2
Hasil Uji Kausalitas Engel Granger
*= signifikan
Dari uji kausalitas, pada nomor 1-6 (dengan Lag 1) dan pada nomor 7-12
31
Transaksi Total (VOL_TOT), Volume Transaksi Asing (VOLUME ASING), Volume
mempengaruhi.
2. Volume Transaksi Asing dan Volatilitas memiliki hubungan yang tidak saling
mempengaruhi.
3. Volume Transaksi Net Asing dan Volatilitas memiliki hubungan yang tidak
saling mempengaruhi.
0,0406)
0,0296).
7. Volume Transaksi Total dan Volatilitas memiliki hubungan yang tidak saling
mempengaruhi.
32
8. Volume Transaksi Asing dan Volatilitas memiliki hubungan yang tidak saling
mempengaruhi.
9. Volume Transaksi Net Asing dan Volatilitas memiliki hubungan yang tidak
saling mempengaruhi.
0,097).
Dengan melihat hasil Uji Kausalitas Granger yang ada maka dapat
bahwa hipotesa ini terbukti pada hasil No.1 yaitu “Volume Transaksi Total
Transaksi Total”, sedangkan untuk Volume Transaksi Asing dan Volume Net
Transaksi Asing hal ini tidak terdapat hubungan. Pada penelitian sebelumnya terdapat
kesimpulan yang menyatakan bahwa Volume Transaksi Asing dan Volume Net
33
penelitian sebelumnya menggunakan data per saham dan bukan menggunakan IHSG
maka akan menyebabkan volatilitas meningkat tetapi tidak dapat menentukan arah
No.4,5,10 dan 11 baik pada Lag 1 dan 2 yang menyatakan bahwa memang terdapat
hubungan yang signifikan baik searah maupun dua arah. Nilai transaksi secara total
juga sebaliknya, hal ini dapat diartikan bahwa jika nilai transaksi meningkat maka
maka akan banyak juga investor yang akan turut bertransaksi (terdapat kemungkinan
Hasil penelitian yang menarik pada No.6 dan 12 bahwa terdapat hasil
Asing adalah selisih transaksi jual dan beli investor asing selama satu hari.Dengan
adanya hasil tersebut maka keputusan untuk masuk dan keluar dari portofolionya
bahwa dengan tingginya imbal hasil (return) di Pasar Modal Indonesia merupakan
signifikan volatilitas, selanjutnya pada bagian terakhir ini ingin melihat akibatnya
34
pada investor lokal.Grafik perbandingan transaksi berikut ini menggambarkan
Grafik 4.2
Pergerakan IHSG dan Transaksi yang Dilakukan Investor Asing dan Lokal
2008-2010
4000 20,000,000.00
18,000,000.00
3500
16,000,000.00
3000
14,000,000.00
2500
12,000,000.00
2000 10,000,000.00
IHSG
LOKAL
8,000,000.00
1500 ASING
6,000,000.00
1000
4,000,000.00
500
2,000,000.00
0 -
2 -A p r-0 8
2 -A p r-0 9
2 -A p r-1 0
2 -Fe b-0 8
2 -Se p-0 8
2 -Fe b-0 9
2 -Se p-0 9
2 -Fe b-1 0
2 -Se p-1 0
2 -M ar -0 8
2 -Jun-0 8
2 -Jul-0 8
2 -D e c -0 8
2 -M ar -0 9
2 -Jun-0 9
2 -Jul-0 9
2 -D e c -0 9
2 -M ar -1 0
2 -Jun-1 0
2 -Jul-1 0
2 -D e c -1 0
2 -A ug-0 8
2 -O c t-0 8
2 -A ug-0 9
2 -O c t-0 9
2 -A ug-1 0
2 -O c t-1 0
2 -Jan -0 8
2 -M ay-0 8
2 -Nov-0 8
2 -Jan -0 9
2 -M ay-0 9
2 -Nov-0 9
2 -Jan -1 0
2 -M ay-1 0
2 -Nov-1 0
Dari Grafik dapat terlihat bahwa Transaksi yang dilakukan oleh Investor Lokal
lebih mendominasi (diwakili dengan grafik berwarna merah) dan hanya sesekali
Investor Asing melakukan transaksi yang lebih besar.Hal ini terus terjadi ketika trend
Dari segi kepemilikan data di KSEI yang menggambarkan bahwa saham ini
tersedia atau siap untuk diperdagangkan, Investor Asing selalu mendominasi dengan
kepemilikan tidak kurang dari 60%, tetapi jika dilihat dari transaksi harian maka
investor lokal justru mendominasi. Hal ini menjelaskan juga bahwa dalam
35
tetapi justru Investor Lokal dengan porsi yang lebih besar (mencapai 70%) yang
Selama ini terdapat anggapan bahwa pihak Asing mempunyai riset dan sumber
informasi yang lebih dibandingkan dengan investor lokal retail, dengan kondisi
tersebut maka setiap pengambilan keputusan atas investasi yang diambil pihak asing
selanjutnya akan diikuti oleh investor lokal atau bertindak sebagai follower (herding
behavior).
Dari penelitian sebelumnya yang telah dibahas pada Bab II disimpulkan bahwa :
11. Investor domestik yang cenderung mengikuti pola transaksi investor asing
(herding behavior);
Dari hasil kesimpulan tersebut dan dengan tingginya proporsi transaksi lokal
secara harian maka terdapat kemungkinan bahwa investor lokal akan mendapatkan
keuntungan lebih besar dari pergerakan IHSG tetapi juga merupakan pihak dirugikan
jika terjadi penurunan harga. Salah satu cara untuk menghindari herding behavior dan
agar investor lokal tetap berpikir rasional dalam bertransaksi adalah dengan
informasi mengenai investor asing atau investor lokal. Seperti diketahui bahwa
pengisian Asing dan Lokal pada system order BEI tidak diwajibkan (optional)
disamping itu apabila terdapat kesalahan pengisian informasi oleh Broker tidak akan
36
menyebabkan masalah dalam tradingnya. Dengan demikian pencantuman informasi
Selanjutnya bagi investor yang berpengalaman maka akan lebih jeli dalam
melihat informasi yaitu dengan melihat kode Broker dan nilai transaksinya untuk
meyakinkan apakah transaksi tersebut benar dilakukan oleh Asing atau terdapat
kesalahan dalam pengisian data oleh Broker. Hal ini akan mengakibatkan informasi
37
BAB V
return investasi yang tinggi pula, hal ini merupakan salah satu daya tarik
38
investor asing juga tertarik untuk bertransaksi di Pasar Modal Indonesia.
bahwa jika terjadi shock di Pasar Modal maka Investor Retail Lokal akan
lebih sensitif dalam mengambil posisi. Hal ini akan membahayakan karena
V.2. Dengan hasil kesimpulan ini maka kami memberikan saran sebagai berikut :
1. Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai besaran volatilitas yang wajar
untuk Pasar Modal Indonesia, karena jika terlalu beresiko (meskipun return
tidak terjadi faktor follower maka sebaiknya pada saat transaksi tidak
atau kenaikan IHSG secara cepat atau diluar kewajaran. Tindakan atau
39
Daftar Kepustakaan
40
22. Australian Securities Investment Commission: http://www.asic.gov.au
23. Securities Future Commission Hong Kong : http://www.sfc.hk
24. Australia Stock Exchange <http://www.asx.com.au>
25. Singapore Stock Exchange. www.sgx.com
26. Law Firms <http://www.linklaters.com>
27. Divisi Riset dan Pengembangan PT Bursa Efek Jakarta bekerjasama dengan
Lembaga Penelitian Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas
Padjajaran Bandung, Evaluasi Produk Kontrak Opsi Saham (KOS) di Bursa Efek
Jakarta, Juli 2005.
28. Dictionary of Financial Risk Management, Third Edition by Gary L. Gastineau
29. Strategies for profiting from stock futures By: Alpesh B. Patel Published by:
Harriman House, 2004, 1st edition
30. The Pocket Guide to Training Online and The Mind of a TraderCovered warrants
31. Duan, J.-C. and Y. Yan, 1999, Semi-Parametric Pricing of Derivative Warrants,
41