Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHALUAN

1.1 Latar Belakang


Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama
dibidang kedokteran, termasuk penemuan obat-abatan seperti antibiotika yang
mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka
kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan
sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya,
jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung
lebih cepat dan pesat (Nugroho,2012).

Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta
dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun dan diperkirakan
pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti amerika
serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1000 orang per hari pada
tahun1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun
sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi “ledakan
penduduk lanjut usia” (lansia) (Padila, 2013).

Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative, dianggap


sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya.kenyataan mendorong
semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan
semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut
usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang
sakit-sakitan. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja
dalam keluarganya, tetpi juga dalam masyarakat sekitarnya (Nugroho, 2012).

Permasalahan pada lansia dalam pemeliharaan kesehatan: hanya 5% yang di


urus oleh institusi, 25% dari semua resep obat-obatan adalah untuk lanjut usia,
penyakit-penyakit mungkin ganda dan kronis hampir 40% melibatkan lebih

1
dari satu penyakit (komplikasi sering erjadi), akiba-akibat dari
ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit (komplikasi sering terjadi),
akibat-akiba dari ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit (komplikasi
sering terjadi), akbat-akibat dan ketidakmampuan akan lebih cepat terjadi
apabila lanju usia lebih rendah karena proses ketuaan sehingga seorang lanjut
usia lebih mudah terkena penyakit, lanjut usia kurang tahan terhadap tekanan
mental lingkungan dan fisik, pemeliharaan kesehatan yang buruk umumnya
terjadi: kurang dari 1/3 tidak dilakukan check up kesehatan tahunan, banyak
terlihat pemeliharaan kesehatan sebagai pelayanan yang digunakan hanya
selama krisis hidup, banyak terlihat lebih dari satu orang dokter yang melihat
secara terpisah. Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh lanjut usia meliputi:
Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan yang kronis misalnya
(Arthritis 44%, hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran atau tuli 28%, dan
penyakit jantung 27%), kesepian, kebosanan yang disebabkan rasa tidak
diperlukan (Padila,2013).

Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat
serta dalam proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai
mengalami penurunan secara berkala. Proses menua secara individu
mengakibatkan beberapa masalah baik masalah secara fisik, biologis, mental
maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat terkait dengan masalah
kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak menular salah
satu diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis yang paling
banyak menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra,
2013).

Menurut RISKESDES 2013 pravlensi penyakit sendi pada usia 55-64 tahun
45,05%, usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit sendi yang
sering dialami oleh golongan lanjut usia yaitu penyakit arthritis gout,
osteoritis, dan remothoid arthritis. Sedangkan dari hasil pengumpulan data
penulis di wisma ekonomi panti jompo taman bodhi asri terdapat 1,90% dari
24 lansia yang menderita gout arthritis.

2
Banyak masalah yang akan terjadi pada lansia, baik dalam fisik maupun dalam
psikososialnya. Maka masalah yang akan terjadi pada lansia harus dicegah
melalui hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti latihan fisik melatih
pergerakan, modifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya cidera pada
lansia dan melatih kebiasaan pasien.

Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah gerontik


penulis melakukan pengkajian didusun XI desa percut kecamatan percut sei
tuan kabupaten deli serdang. Dengan kewajiban mengambil 1 kasus,
membawa kasus kelolaan yang dibahas dari BAB 1- BAB 5 yang penulis
angkat yaitu Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gout Arthritis Pada Ny.J
dusun XI Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk melakuakan asuhan keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Ny. J di desa percut.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Ny.J
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan dengan
gout arthritis pada Ny.J
3. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Ny.J
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan
gerontik dengangout arthritis pada Ny.J
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny.J dengan gout
arthritis.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Teoritis Medis


2.1.1. Lanjut Usia
2.1.1.1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat
(2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan
lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

2.1.1.2. Batasan Lansia


Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006)
membagi lansia sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai
masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium

4
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-
batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah
sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam
Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut
dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan
(middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah
60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia
sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat
fase yaitu : pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun,
kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium)
ialah 65 hingga tutup usia. d. Menurut Prof. Dr.
Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric
age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric
age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu
young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old
( > 80 tahun) (Efendi, 2009).

2.1.1.3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi
pada lansia meliputi perubahan kondisi fisik, perubahan
kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan kognitif
dan perubahan spiritual.
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel
sampai ke semua organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,

5
gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan
integumen.
1) Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan dan berat badan,
bertambahnya fat-to-lean body mass ratio dan
berkuranya cairan tubuh.

b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit
kering dan kurang elastis karena menurunnya cairan
dan hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat dan terdapat
bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke
kulit dan menurunnya sel-sel yang memproduksi
pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal
dan rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut wajah
meningkat, rambut menipis atau botak dan warna
rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya. Fungsi kulit sebagai proteksi sudah menurun
1) Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan
metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak diakibatkan oleh rendahnya aktifitas
otot.

2) Sistem muskular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal
berkurang, pengecilan otot akibat menurunnya
serabut otot, pada otot polos tidak begitu
terpengaruh.

3) Sistem kardiovaskuler

6
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
per tahun. Berkurangnya cardiac output,
berkurangnya heart rate terhadap respon stres,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meningkat akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer, bertaTn. Sanjang dan
lekukan, arteria termasuk aorta, intima bertambah
tebal, fibrosis.

4) Sistem perkemiha
Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50 %, filtrasi
glomerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurang mampu mempekatkan
urin, BJ urin menurun, proteinuria, BUN
meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat, kapasitas kandung kemih menurun 200
ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi
berkemih meningkat, kandung kemih sulit
dikosongkan pada pria akibatnya retensi urin
meningkat, pembesaran prostat (75% usia di atas
65 tahun), bertambahnya glomeruli yang abnormal,
berkurangnya renal blood flow, berat ginjal
menurun 39-50% dan jumlah nephron menurun,
kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh
ginjal menurun.

5) Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan
menjadi kaku, menurunnya aktifitas cilia,
berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukurannya

7
melebar dari biasa dan jumlah berkurang, oksigen
arteri menurun menjadi 75 mmHg, berkurangnya
maximal oxygen uptake, berkurangnya reflek
batuk.

6) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun,
esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltik melemah sehingga dapat
mengakibatkan konstipasi, kemampuan absorbsi
menurun, produksi saliva menurun, produksi HCL
dan pepsin menurun pada lambung.

7) Rangka tubuh
Osteoartritis, hilangnya bone substance.

8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul
sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar,
lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang
pengamatan sinar (daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya
gelap), berkurangnya atau hilangnya daya
akomodasi, menurunnya lapang pandang
(berkurangnya luas pandangan, berkurangnya
sensitivitas terhadap warna yaitu menurunnya daya
membedakan warna hijau atau biru pada skala dan
depth perception).

8
9) Sistem pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada
lansia, membran timpani menjadi atropi
menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen
sehingga mengeras karena meningkatnya keratin,
perubahan degeneratif osikel, bertambahnya
obstruksi tuba eustachii, berkurangnya persepsi
nada tinggi.

10) Sistem syaraf


Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%,
berkurangnya sel kortikol, reaksi menjadi lambat,
kurang sensitiv terhadap sentuhan, berkurangnya
aktifitas sel T, hantaran neuron motorik melemah,
kemunduran fungsi saraf otonom.

11) Sistem endokrin


Produksi hampir semua hormon menurun,
berkurangnya ATCH, TSH, FSH dan LH,
menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal
metabolisme menurun, menurunnya produksi
aldosteron, menurunnya sekresi hormon gonads
yaitu progesteron, estrogen dan aldosteron.
Bertambahnya insulin, norefinefrin, parathormon.

12) Sistem reproduksi


Selaput lendir vagina menurun atau kering,
menciutnya ovarie dan uterus, atropi payudara,
testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya
penurunan berangsur-angsur dan dorongan seks
menetap sampai di atas usia 70 tahun, asal kondisi

9
kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada
saat menopause.
13) Daya pengecap dan pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan
pengecapan dan pembauan, sensitivitas terhadap
empat rasa menurun yaitu gula, garam, mentega,
asam, setelah usia 50 tahun.

c. Perubahan kondisi mental


Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Dari segi mental
emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya
perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan
mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu
penyakit atau takut diterlantarkan karena tidak berguna
lagi. Faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi
mental yaitu:
1) Perubahan fisik, terutama organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik,
perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep diri.

d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya
dengan bekerja mendadak diharapkan untuk

10
menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia
cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri
untuk pensiun dengan menciptakan minat untuk
memanfaatkan waktu, sehingga masa pensiun
memberikan kesempatan untuk menikmati sisa
hidupnya. Tetapi banyak pekerja pensiun berarti
terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab
dan disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah.
Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau
sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri
lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman
dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik,
perubahan konsep diri dan kematian pasangan hidup.

e. Perubahan kognitif
Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas
yang membutuhkan kecepatan dan tugas tugas
yang memerlukan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami
kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular
(kosakata) akan menetap bila tidak ada penyakit.
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan
keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut
Fowler: universalizing, perkembangan yang dicapai

11
pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan

2.1.2. Konsep Medis Gout Artritis


2.1.2.1. Pengertian Gout Arthritis
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014)
Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan
penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout adalah
bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak
terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi
lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan,
pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak
dantendon. Gout biasanya hanya mempengaruhi satu sendi
pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dapat
mempengaruhi beberapa sendi.

2.1.2.2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi.
Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic
dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
Faktor resiko

Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :

1. Suku bangsa /ras


Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi
pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah

12
Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan
dan konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).
2. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena
alkohol meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat
darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari
metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat
ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi
peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2005).
3. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin
yang tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi
mengakibatkan asam urat (carter, 2005).

2.1.2.3. Manifestasi Klinis


Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang
timbul berulang-ulang. Gejala khas dari serangan arthritis
gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:
1) Nyeri sendi
2) Menyerang satu sendi saja
3) Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
4) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
5) Kesemutan dan linu
6) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun
tidur
7) Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi
mendadak

2.2. Tinjauan Teori Keperawatan


2.2.1. Pengkajian

Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui


anamnesis riwayat kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit

13
keuarga, pola makan, aktivitas, pemeriksaan fisik melalui tekhnik
inspeksi, auskultasi dan palpasi (Stanley,Mickey.2007)

a. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis


kelamin, alamat, agama, status perkawinan.

b. Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak


munculnya keluhan dan secara umum mencakup awal gejala dan
bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting ditanyakan  berapa
lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.

c. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan


kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout
(misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah
pernakah klien dirawat dengan maslah yang sama. Kaji adanya
pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.

d. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi


terdahulu yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien
karena klien gout dipengaruhi oleh faktor genetic.

e. Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah


berolahraga atau diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki
kesukaran dalam memulai suatu program latihan di usia lanjut,
terutama jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.

f. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan,
kesulitan menelan dan mual muntah.
g. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah
defekasi.
h. Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.

14
i. Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan,
pembengkakan pada sendi.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan
pergerakan
c. Resiko injury b.d ketidakmampuan dalam bergerak
d. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
(Sarif, 2012)

2.2.3. Intervensi Keperawatan


Menurut Sarif, 2012, intervensi dari beberapa diagnosa yaitu:
1. gangguan rasa nyaman nyeri
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x
24 jam masalah nyeri klien teratasi
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam
klien dapat mengikuti cara mengatasi nyeri / menajemen
nyri dengan benar,
Kriteria hasil :
a) Nyeri hilang atau terkontrol
b) Ekspresi wajah klien rilek
c) Skala nyeri 3

Rencana tindakan :

15
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas dan kualitas nyeri
( 0-10 ).
2. Beri matras atau kasur keras, bantal kecil.tinggikan linen
tempat tidur sesuai kebutuhan.
3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/
duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai
kebutuhan.
4. Dorong untuk sering ubah posisi
5. Bantu passien bergerak di tempat tidur.
6. Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari
gerakan yang mennyentak.
7. Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat
bangun pagi.
8. Berikan masase yang lembut.
9. Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di
rencanakan.

2. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan


pergerakan
 Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam seminggu klien
mampu berjalan dengan baik
- Tujuan jangka pendek:
Setelah 3 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan
pergerakan ROM dengan criteria
1. mampu menyebutkan manfaat latihan ROM
2. dapat mempraktekan latihan ROM

Rencana tindakan :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi
penderita gangguan mobilitas
2. nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
3. monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien

16
4. monitor tanda-tanda vital
5. monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
6. diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
7. demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan
keluarga.
8. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk
menggukan alat bantu
9. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).

3. Resiko injury
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah cidera klien tidak terjadi.
- Tujuan jangka pendek :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
klien dapat meminimalkan resiko cidera.
Criteria hasil:
1. tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien
2. tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien

Rencana :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik
pada lanjut usia dan akibatnya
2. monitor tanda-tanda jatuh pada klien
3. diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan
pada lanjut usia proses menua, batasan lanjut usia, perubahan
pada system tubuh, akibat perubahan.
4. Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya
pencegahan agar klien tidak jatuh
5. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat
digunakan peralatan biaya tenaga

17
6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi
penderita
7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi
lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara
pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.

4. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah


- Setalah di lakukan tindakan asuha keperawatan selama 3 x 24
jam Pasien dan keluarga dapat memahami penggunaan obat dan
perawatan 
dirumah.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi
yang diberikan oleh dokter atau perawat. 
2. Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi
nama obat, dosis, tujuan dan efek samping
3. Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan
istirahat yang teratur.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako
terapeutik. 
5. Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang
mungkin dibutuhkan.
6. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit
7. Kolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.

18
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian

1. Identitas
Nama : Ny. Loi Tjai Lan
Usia : 80 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Tidak Menikah
Agama : Budha
Alamat : Wisma Ekonomi Taman Bodhi Asri

2. Riwayat Keluarga

B. Anak yang sering dihubungi

1) Nama : Tn. A
2) Alamat: Medan
3) Hidup/Mati : Hidup

3. Riwayat Pekerjaan

Klien sebelumnya bekerja sebagai seorang pedagang grosir.

4. Riwayat Lingkungan

Saat ini klien tinggal di Taman Bodhi Asri, klien merasa nyaman tinggal
disini karena banyak teman. Klien tinggal dengan lansia lainnya di kamar
no. 6E dekat dengan ruang makan. Klien tinggal di ruangan Bersama
temannya, terdapat 4 jendela, 1 lemari dan 1 meja.

5. Riwayat Rekreasi

Untuk mengisi waktu luang klien sering berjalan disekitar TABA,


berbincang dengan lansia yang lain, dan menonton TV bersama lansia dan
perawat pada saat malam hari di ruang makan.

7. Kebiaasan Ritual (Beribadah)

19
Klien sering sembahyang ke wihara pada jam 10.00 wib setelah
membersihkan wihara. Klien selalu berdoa dan merenungkan diri

8. Riwayat kesehatan
a) Status kesehatan saat ini:
1) Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini merasakan sakt
seperti kesemutan, kebas pada bagian kaki dan juga pada bagian
pinggang. Klien tidak pernah melakukan latihan pergerakan, klien
tidak pernah berolahraga paling nyapu halaman.

b) Riwayat kesehatan masalalu


Ny.LTL belum pernah menderita penyakit yang berat. sakit yang
diderita adalah pusing, batuk dan pilek.
Hal yang pertama kali dilakukan jika sakit adalah membeli obat
diwarung jika tidak sembuh baru di bawa ke puskesmas.
9. Tinjauan Sistem

1. Tinjauan Sistem

a. keadaan umum : klien tampak bersih

b. kesadaran : Compos Mentis

c. Ttv : TD : 120/80 mmhg

Nadi : 85 kali/menit

Suhu : 37oc

RR : 22 kali/menit

d. Integumen : tampak bersih, ada lesi, turgor kulit jelek, warna kulit
kuning langsat

e. Kepala : bentuk bulat, rambut sebahagian putih, kulit kepala


bersih, berbau

20
f. Mata : simetris, fungsi penglihatan menurun, terdapat katarak di
kedua mata, konjungtiva anemis

g. Telinga : simetris, tidak ada nyeri tekan, fungsi pendengaran baik

h. Hidung : Simetris, Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada


benjolan

i Mulut : mulut bersih, gigi masih lengkap, tidak ada pembesaran


tiroid

j. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis

k. paru-paru : inspeksi : simetris, tidak ada lesi

palpasi : pergerakan dada simetris

perkusi : sonor

auskultasi : Vesikuler

l. jantung : inspeksi : -

palpasi : -

perkusi : dalam batas normal

auskultasi : dup lup, tidak ada suara tambahan

m. gastrointestinal : inspeksi : tidak ada lesi

palpasi : tidak ada pembesaran hati

perkusi : timpani

auskultasi: biing usus 5x/menit

n. perkemihan : BAK 6x/hari, tidak ada inkontinensia

o. muskuloskeletal : kekuatan otot 3333

Mengeluh merasa nyeri pada bagian sendi

21
11. pengkajian fugsional klien

a. KATZ Indeks :

INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
A
kecil, berpakaian dan mandi
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu
B
dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
C
mandi dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
D
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari- hari, kecuali
E
mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari- hari, kecuali
F
mandi, berpakaian, berpindah, dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat
Lain-Lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, dan G

Dari tabel diatas daoat dilihat bahwa Ny. L dapat melakukan kegiatan
harian dengan mandiri

1. Modifikasi dari Barthel indeks


No Kriteria Dengan Mandiri Keterangan
. Bantuan
1. Makan 5 10 Frekuensi :
4x sehari
Jumlah :
sedang
Jenis :
Snack, nasi
dan lauk
2. Minum 5 10 Frekuensi :
6x sehari
Jumlah :
1,5 L
Jenis :
Air Putih, teh
manis
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15 Mandiri
tidur, sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, menyisir 0 5 Frekuensi :
rambut, gosok gigi) 2x sehari

22
5. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10 Frekueni 2-
pakaian, menyeka tubuh, menyiram) 3x sehari
6. Mandi 5 15 Frekuensi :
2x sehari pagi
dan sore hari
7. Jalan dipermukaan datar 0 5 Setiap ingin
melakukan
sesuatu
misalnya
mengambil
minum atau
ke kamar
mandi

8. Naik turun tangga 10 Baik tapi


harus pelan-
pelan
9. Mengenakan pakaian 10 Mandiri dan
rapi
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :
1x sehari
Konsistensi :
lunak
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi :
2x Sehari
Warna :
kuning jernih
12. Olahraga/ Latihan 5 10 Frekueensi :
2x sehari
Jenis : senam
13. Rekreasi/ pemanfaatan waktu luang 5 10 Frekueensi :
2x sehari
Jenis :
Berbincang
dengan lansia
lain dan
belkeliling
Taman Bodhi
Asri

Dari tabel diatas Ny.L mendapat skor 130 yang artinya dapat
melakukan kegiatan dengan mandiri.

Keterangan:

A. 130 : Mandiri
B. 65-125 : Ketergantungan sebagian
C. 60 : Ketergantungan Total

23
2. Psikososial
a. Komunikasi dengan orang lain : Baik
b. Hubungan dengan orang lain : Baik
c. Peran dalam Kelompok : Teman
d. Kesedihan Yang dirasakan : klien merasa senang tinggal disini
e. Stabilitas emosi : Stabil
f. Perhatian dari keluarga : Anak klien mengunjungi klien
sesekali bila ada waktu senggang

3. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. Indentifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan
menggunakan short portable Mental Status Quisioner
(SPMSQ)
Instruksi : Anjurkan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan
catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

No. Pertanyaan Salah Benar


1. Tanggal berapa hari ini? Lupa 13 februari

2. Hari apa sekarang ini? lupa Rabu


3. Apa nama tempat ini? TABA TABA
4. Dimana alamat anda? Binjai Binjai

5. Berapa umur anda? 74 tahun 74 tahun

6. Kapan Anda lahir? (Minimal tahun lupa -


lahir)

7. Siapa presiden Indonesia Sekarang? Tidak tahu Jokowi -


Ma’ruf
8. Siapa presiden Indonesia Tidak tahu Jokowi – JK
sebelumnya?

9. Siapa nama Ibu anda? lupa lupa

10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14,11,8,5 17, 14, 11, 8, 5
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun.

4
Total Skor

24
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Ny.L mendapat skor 4 yang
artinya mengalami kerusakan Intelektual dengan kategori ringan.

Interprestasi hasil :
A. Skor 0-3 : Fungsi intelektual
B. Salah 4-5 : Kerusakan Intelektual ringan
C. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
D. Salah 9-10: kerusakan intelektual berat

b. Indentifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan


menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE)

No Aspek Kgnitif Nilai Nilai Kriteria


Maks Klien
5 0 Menyebutkan dengan benar
Tahun
Tanggal
Hari
1 Orientasi Bulan
Musim
5 5 Dimana kita sekarang berada?
Negara Indonesia
Provinsi. Sumatera utara
Kota : Medan
Panti Werda : TABA
Wisma : Ekonomi
Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
objek, kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek tadi
untuk di sebutkan :
a. Klien mampu
menyebutkan kembali
objek yang
diperintahkan
3 Pengelihatan 5 5 Minta klien untuk memulai dari
dan kalkulasi angka 100 kemudian di kurangi
7 sampai 5/ tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek no 2 (registrasi)
tadi. Bila benar 1 poin untuk
masing-masing objek.
5 Bahasa 9 8 Tunjukan pada klien suatu
menyalin benda dan tanyakan namanya

25
gambar Tunjukan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien
a. Misal : jam tangan
b. Misal : pensil
Minta klien untuk mengulangi
kata berikut "tak ada, jika, dan
atau, tetapi" bila benar, nilai 1
poin
Pertanyaan benar 2 buah : tak
ada, tetapi
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terduri
dari 3 langkah :
a. Ambil kertas di tangan
anda, lipat dua buah dan
taruh di lantai
b. Ambil kertas ditangan
anda
c. Lipat dua
d. Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk
hal berikuut (bila aktivitas
sesuai perintah beri 1 point)
a. Tutup mata anda
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan
menyalin gambar
a. Tulis satu kalimat
Menyalin gambar
Total 25

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Ny.L mendapat skor 25 yang
artinya tidak terdapat gangguan koognitif.

Interprestasi hasil :

24 - 30 : tidak ada gangguan kognitif


18 - 23 : ganguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat

Inventaris Depresi Beck


Skore Uraian
A. Kesedihan
Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak
3
dapat menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak

26
dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan
3
sesuatu tidak dapat membaik
Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk
2
memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang
0
masa depan
C. Rasa Kegagalan
Saya merasa bahwa saya benar-benar gagal sebagai
3
seseorang
Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang
2
dapat saya lihat hanya kegagalan
Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada
1
umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak
3
berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian
1
dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya
3
mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
Saya tidak mempunyai pikiran pikiran mengenai
0
membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
3
dan tidak perduli pada mereka semua
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
2
dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka
Saya kurang berminat pada orang lain dari pada
1
sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
2
keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan

27
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang
2 permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya
tak menarik
Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak
1
menarik
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk
0
dari pada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras
2
untuk melakukan sesuatu
Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai
1
melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga ( teman-teman ) saya untuk
1. Adaptasi
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan
saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman ) saya membicarakan sesuatu dengan
2. Hubungan
saya dan mengungkapkan masalah dengan
saya
Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman )
saya menerima dan mendukung keinginan
3. Pertumbuhan
saya untuk melakukan aktivitas atau arah
baru
Saya puas dengan cara keluarga ( teman-
teman ) saya mengekspresikan efek dan
4. Afeksi
berespons terhadap emosi emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai
Saya puas dengan cara teman-teman saya
5. Pemecahan
dan saya menyediakan waktu bersama-sama

3.2. Analisa Data

No Data Etiologi Problem

28
1 DS: Ketidakmauan Kerusakan mobilitas
 Ny.A mengatakan merasakan sakit untuk melakukan fisik
pada bagian kaki, seperti pergerakan
kesemutan dan kebas dan juga
bagian pinggangnya
 Ny.A mengatakan dia tidak pernah
berolahraga, paling nyapu
 Keluarga mengatakan ibunya tidak
mau jalan-jalan pagi, karena
katanya dingin.
DO:
 Postur tubuh tidak stabil ketika
berjalan tremor.
 Perubahan gaya jalan lambat, kaki
diseret.
 Nilai otot 3/5
2 DS: Ketidakmampuan Resiko injury
 Ny.A mengatakan dia sudah tidak dalam bergerak
mampu berjalan jauh, kedua kaki
saya kebas dan kesemutan
 Keluarga mengatakan “ya
beginilah rumah kami seperti ini”
DO:
 Ny.A tampak berjalan tapi
sempoyongan
 Lantai kamar mandi licin dan
berlumut
 Perabotan dan peralatan tidak rapi
penerangan kurang.
 Nilai oto 3/5

3.2 Diagnosa Keperawatan

No Dx Diagnose Keperawatan
1 Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan di
tandai dengan Ny.A mengatakan merasakan sakit pada bagian kaki, seperti
kesemutan, kebas, Ny. LTL mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling
nyapu, postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor perubahan gaya jalan
lambat kaki diseret.
2 Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak ditandai dengan Ny.LTL
mengtakan dia sudah tidak mampu berjalan jauh, kedua kaki saya kebas, dan
kesemutan, keluarga mengatakan “ ya beginilah rumah kami seperti ini”,
Ny.LTL tampak berjalan tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan
berlumut, perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang

3.3 Intervensi Keperawatan

29
No Diagnose keperawatan NOC NIC
Dx
1 Kerusakan mobilitas Tujuan jangka 1. Kaji pengetahuan klien
fisik b/d ketidakmauan panjang: dan keluarga dalam hal
untuk melakukan Setelah dilakukan perawatan bagi penderita
pergerakan di tandai kunjungan selama 4 gangguan mobilitas
dengan Ny.LTL kali dalam seminggu 2. Nilai keyakinan klien
mengatakan merasakan klien mampu berjalan terhadap setiap usaha
sakit pada bagian kaki, dengan baik perawatan
seperti kesemutan, 3. Monitor cara latihan yang
kebas, Ny.LTL Tujuan jangka telah dilakukan oleh klien
mengatakan dia tidak pendek: 4. Monitor tanda-tanda vital
pernah berolahraga, Setelah 3 kali 5. Monitor kekuatan otot dan
paling nyapu, postur kunjungan klien ROM pada klien
tubuh tidak stabil ketika mampu melakukan 6. Diskusikan cara-cara
berjalan tremor latihan pergerakan melatih pergerakan pada
perubahan gaya jalan ROM dengan criteria klien
lambat kaki diseret. 1. mampu 7. Demonstrasikan cara-cara
menyebutka melatih pergerakan pada
n manfaat klien dan keluarga.
latihan
ROM
2. dapat
mempraktek
an latihan
ROM
2 Resiko injury b/d klien tidak 1. Kaji pengetahuan klien
ketidakmampuan dalam mengalami jatuh dan keluarga terhadap
bergerak ditandai selama dalam perubahan fisik pada
dengan Ny.LTL perawatan 1 minggu lanjut usia dan akibatnya
mengtakan dia sudah ditandai dengan: 2. Monitor tanda-tanda jatuh
tidak mampu berjalan a) Tidak ada pada klien
jauh, kedua kaki saya laporan jatuh 3. Diskusikan dengan klien
kebas, dan kesemutan, darikeluarga dan keluarganya
keluarga mengatakan “ atau klien mengenai perubahan pada
ya beginilah rumah b) Tidak terdapat lanjut usia proses menua,
kami seperti ini”, tanda-tanda batasan lanjut usia,
Ny.LTL tampak jatuh pada perubahan pada system
berjalan tapi klien tubuh, akibat perubahan.
sempoyongan, lantai 4. Gali pengetahuan klien
kamar mandi licin dan dan keluarga mengenai
berlumut, perabotan upaya pencegahan agar
dan peralatan tidak rapi, klien tidak jatuh
penerangan kurang 5. Monitor sumber-sumber
dalam keluarga yang ada
dan dan dapat digunakan
peralatan biaya tenaga
6. Kaji factor pendukung
terjadinya jatuh: kondisi
rumah, kondisi penderita
7. Diskusikan cara-cara
pencegahan jatuh pada
klien modifikasi
lingkungan
8. Beri motivasi klien dan
keluarga untuk
mempraktekkan cara

30
pencegahan
9. Beri pujian atas usaha
yang dilakukan.

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Tgl/jam Implementasi Keperawatan Evaluasi


Dx
1 13/02/20 1. Melakukan pengkajian Jam: 13.30 WIB
20 pengetahuan Ny.LTL S:
08.30 mengenai peranan  Ny.LTL mengatakan
gangguan mobilitas “biasanya tiap bangun tidur
2. Melakukan penilaian saya gerak-gerakkan, tapi
keyakinan Ny.LTL tidak pernah saya jalan-jalan
terhadap setiap usaha keluar kamar karena dingin
perawatan  Ny.LTL mengatakan “saya
3. Memonitor cara latihan inginnya tetap berusaha untuk
yang telah dilakukan oleh sehat, tapi namanya orang tua,
Ny.LTL ya tetap sering tidak enak
4. Mengukur tanda-tanda badan
vital O:
5. Menilai kekuatan otot dan  Ny.LTL dapat mencontohkan
ROM pada Ny.LTL gerakan yang biasanya
6. Diskusikan cara-cara dilakukan
melatih pergerakan pada  Ttv: 120/80 mmHg
klien A: tujuan belum berhasil
7. Demonstrasikan cara-cara P: lanjutkan intervensi
melatih pergerakan pada 1. Diskusikan cara-cara
klien dan keluarga melatih pegerakan pada
klien
2. Demonstrasikan cara-cara
melatih pergerakan pada
klien dan keluarga
2 13/02/20 1. Melakukan pengkajian Pukul: 14.30 WIB
20 pengetahuan Ny.LTL S:
10.00 mengenai perubahan fisik  Ny.LTL mengatakan “saya
pada lanjut usia dan tahu sudah tua beda dengan
akibatnya dulu, semua sudah harus hati-
2. Menggali pengetahuan hati Ny.LTL mengatakan
Ny.LTL mengenai upaya biasanya kalau jalan saya
pencegahan agar Ny.LTL menggunakan tongkat
tidak jatuh O:
3. Menilai sumber-sumber  Lantai kamar mandi licin
yang dapat digunakan  Perabotan dan peralatan tidak
peralatan biaya dan tenaga rapi
4. Mengkaji factor A:
pendukung terjadinya Masalah belum teratasi
jatuh: kondisi rumah
kondisi penderita P:lanjutkan intervensi dengan
5. Menilai jatuh dan tanda diskusikan perubahan pada lanjut usia
tanda dan cara-ara pencegahan jatuh.
6. Kaji factor pendukung
terjadinya jatuh: kondisi
rumah, kondisi penderita
7. Diskusikan cara-cara

31
pencegahan jatuh pada
klien modifikasi
lingkungan
8. Beri motivasi klien dan
keluarga untuk
mempraktekkan cara
pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan.
1 14/02/20 1. Mendiskusikan cara-cara Pukul: 16.00 WIB
20 melatih pergerakan pada S:
11.30 Ny.LTL  Ny.LTL mengatakan
2. Melakukan demontrsi cara “biasanya saya melakukan
latihan ROM aktif pada gerakan itu” lansia
Ny.LTL dan keluarga mengatakan terima kasih
3. Mengukur tanda-tanda karena telah diberikan
vital pra dan paskal latihan gambaran untuk latihan
4. Terapi komplementer  Ny. LTL mengatakan baru
kompres jahe mengetahui untuk mengurangi
nyeri bisa dengan kompres
jahe
O:
 TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah latihan TD:
130/90mmHG
 Ny.LTL dapat
mendemonstrasikan ulang
latihan ROM aktif dalam
diskusi memperhatikan
A: Tujuan tercapai
P: Lanjutkan intervensi dan evaluasi
pelaksanaan senam ROM, memberi
motivasi.
2 14/02/20 1. Mendiskusikan perubahan Pukul: 16.30 WIB
20 pada lanjut usia: proses S:
12.00 menua, batasan lanjut usia Ny.LTL mengatakan yang dikatakan
perubahan pada system itu benar, kaena saya
tubuh akibat perubahan O:
2. Mendiskusikan cra-cara Ny.A tempat aktif dalam diskusi dan
pencegahan jatuh pada memperhatikan tidak ada laporan
Ny.LTL modifikasi Ny.LTL jatuh dan tanda-tanda jatuh
lingkungan A: tujuan berhasil
3. Monitor tanda-tanda jatuh P: lakukan kunjungan selanjutnya
dan minta keluarga untuk untuk memonitor terjadinya jatuh dan
melaporkan jika terjadi member motivasi atas usaha yang
jatuh diambil
1 17/02/20 1. Melakukan evaluasi pada Pukul: 13.30 WIB
20 Ny.LTL laihan ROM yang S:
13.00 telah diajarkan  Ny.LTL mengatakan “saya
2. Mendorong Ny.LTL untuk tadi sudah senam seperti yang
melakukan latihan secara diajarkan
teratur 2 kali sehari  Ny.LTL mengatakan kaki
3. Mengukur tanda-tanda saya sudah tidak ngilu setelah
vital aya gerakkan dan setelah saya
4. Member pujian atas kompres
keberhasilan yang telah O: Ekspresi wajah Ny.A tampak segar

32
dicapai TTV, TD : 130/80 mmHg
A: Tujuan berhasil
P: Lakukan terminasi dan berikan
latihan stimulant seperti minyak.

2 17/02/20 1. Perawat memotivasi Pukul: 16.30 WIB


20 Ny.LTL untuk S:
15.00 mempraktekkan cara Ny.LTL mengatakan terimakasih saya
pencegahan akan meminta anak saya untuk
2. Member pujian atas usaha membuat pegangan di kamar mandi
yang dilakukan dan di depan rumah
3. Memonitor tanda-tanda O:
jauh pada Ny.LTL Tidak terdapat tanda-tanda jatuh dan
laporan jatuh pada Ny.LTL
A: tujuan berhasil
P: lakukan terminasi dan evaluasi
kondisi Ny.a dan keluarganya untuk
melakukan modifikasi lingkungan
rumah

33
BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis


pada Ny. LTL di wisma Ekonomi Panti Jompo Taman Bodhi Asri. Penulis
mendapatkan kesejangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus melalui
tahapan asuhankeperawatan gerontik mulai pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

4.1. Pengkajian

Data pada pengkajian ditemukan adanya kesenjngan dimana tidak semua


data pada konsep medis ditemukan pada tinjauan kasus. Adapun data yang
terdapat pada tinjauan teoritis tetapi tidak dijumpai pada tinjauan kasus
adalah:

1. Anamnesis
Alamat ditemukan di tinjauan toritis, sedangkan tinjauan kasus
tidak di munculkan karena penulis mengikuti format pengkajian
yang di pakai oleh mahasiswa stikes santa Elisabeth medan,
dimana alamat tidak dicantumkan.

2. Riwayat penyakit sekarang


Dalam pemakaian obat analgesic sesuai dengan tinjauan teoritis
sedangkan pada kasus tidak ditemukan karena Ny.LTL lupa jenis
obat yang ia pakai.

3. Riwayat penyakit dahulu


Dalam mengkaji kemungkinan penyebab masalah yang
mendukung penyakit seperti gagal ginjal ditemukan dalam tinjauan
teoritis sedangkan dalam tinjauan kasus tidak ditemukan karena
Ny.LTL hanya mengalami pilek, batuk, dan pusing.

34
4. Aktivitas dan istirahat
Di tinjauan teoritis ditemukan dalam melakukan aktivitas memiliki
kesukaran tetapi di tinjauan kasus ditemukan Ny.LTL mampu
melakukan aktivitas secara mandiri karena pola aktivitas dan
istirahat masih dalam batas normal.

5. Pola nutrisi
Di tinjauan teoritis ditemukan kesulitan menelan dan mual muntah
sedangkan di tinjauan kasus tidak ditemukan kesulitan menelan
dan mual muntah tetapi Ny.LTL makan dengan frekuensi 3 kali,
pola nutrisi Ny.LTL dalam batas normal.

6. Pola eliminasi
Masalah defekasi ditemukan dalam tinjauan teoritis sedangkan di
tinjauan kasus tidak ditemukan tetapi yang ditemukan pada
Ny.LTL yaitu BAK tidak mampu terkontrol.

7. Personal hygiene
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi seperti mandi
ditemukan pada teoritis sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan
Ny.LTL mandiri dalam melakukan aktivitas pribadi tanpa bantuan.

8. Neurosensori
Tanda dan gejala yang ditemukan dalam tinjauan teoritis yaitu
hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada sendi. Sedangkan di
tinjauan kasus tidak ada ditemukan tetapi yang ditemukan adalah
Ny.LTL mengatakan kedua kaki kebas dan kesemutan.

4.2. Diagnosa Keperawatan

35
Data pada diagnose keperawatan ditemukan adanya kesenjangan
dimana tidak semua diagnose pada konsep teoritis diangkat pada
tinjauan kasus.
Ada 3 diagnosa keperawatan yang terdapat pada teoritis tetapi dalam
ketiga diagnosia ada yang tidak terdapat pada tinjauan kasus yaitu:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang tidak
diangkat karena data tentang gangguan rasa nyaman nyeri seperti
wajah tampak meringis tidak ditemukan pada tinjauan kasus
2. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah.
Diagnose ini tidak diangkat oleh penulis karena pada kasus
ditemukan penanggulagan Ny.LTL dalam pengobatan dengan
berobat ke klinik
Sedangkan diagnose yang diangkat pada tinjauan kasus adalah:
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan
pergerakan. Penulis mengangkat diagnose ini karena postur
tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor, perubahan gaya jalan
lambat dan kaki diseret.
2. Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak.penulis
mengangkat diagnose ini karena Ny.LTL tampak berjalan tapi
sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan berlumut,
perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang.

4.3. Intervensi Keperawatan,


Setelah masalah prioritas selanjutnya disusun perencanaan keperawatan
yang meliputi tujuan jangka panjang dan jangka pendek, waktu, criteria
hasil, untuk menilai sejauhmana kenerhasilan yang dicapai.
Ada beberapa intervensi yang tidak dilaksanakan oleh penulis yaitu
diagnosa:
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan
pergerakan

36
- Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk
menggunakan alat bantu. Intervensi ini tidak di laksanakan oleh
penulis karena keterbatasan dalam menyiapkan alat bantu.
- Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ). Intervensi ini
tidak dilaksanakan oleh penulis karena penulis hanya menerapkan
atau mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas.

4.4. Implementasi keperawatan


Data pada implementasi asuhan keperawatan, penulis memfokuskan
tindakan keperawatan sesuai intervensi keperawatan yang di tetapkan
sebelumnya.
Adapun rencana yang ditentukan, tetapi belum terlaksana secara penuh
yaitu:
- Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk
menggukan alat bantu
Dalam intervensi ini penulis tidak melakukan karena kesenjangan
dalam menyiapkan alat bantu
- Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).
Dalam intervensi ini, penulis tidak melakukan karena penulis hanya
mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas yaitu khususnya
mengenai masalah lansia.

4.5. Evaluasi keperawatan


Data pada evaluasi merupakan hasil pengukuran keberhasilan rencana
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan perawatan dalam memenuhi
kebutuhan perawatan yang berlangsung pada tahap ini dapat dilihat
masalah teratasi, masalah sebagian teratasi, serta masalah yang tidak
teratasi pada Ny.LTL . 2 diagnosa keperawatan yang ditemukan semua
masalah teratasi pada kasus.
Adapun diagnose dan intervensi yang dapat dibuktikan :

37
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan
pergerakan
Melatih pergerakan aktivitas seperti ROM
Dibuktkan dengan
 TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah latihan TD: 130/90mmHG
 Ny.LTL dapat mendemonstrasikan ulang latihan ROM aktif dalam
diskusi memperhatikan

2. Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak


Mencegah terjadinya cedera/ jatuh
Dibuktikan dengan :Tidak terdapat tanda-tanda jatuh dan laporan
jatuh pada Ny.LTL

38
BAB 5

PENUTUP

Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis


pada Ny.A didusun XI desa percut, maka penulis membuat kesimpulan dan saran
yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis.

5.1 Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan terhadap Ny.A dengan gout
arthritis penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik
wawancara dengan pasien dan keluarga, observasi langsung, dan studi
dokumentasi. Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan hambatan dimana
pasien dan keluarga dapat diajak bekerjasama.
2. Pada tahap diagnose keperawatan, penulis dapat merumuskan 2 diagnosa
dari 4 diagnosa keperawatan. Ada dua diagnose kepeawatan yang
ditemukan pada kasus, berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan.
3. Pada tahap intervensi keperawatan, rencana keperawatan pada kasus
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan falisitas yang disediakan.
4. Pada tahap implementasi keperawatan, semua rencana dapat dilakukan,
karena adanya kerjsama pasien dengan keluarga.
5. Pada tahap evaluasi, penulis tidak menjumpai masalah, hasil dari
pelaksanaan yang telah dilakukan selama 3 hari masalah pasien teratasi.

5.2 Saran
1. Dalam pengkajian, sebaiknya dilakukan pengkajian yang tepat dan
komphrensif yang mencakup aspek bio-psiko-sosio dan spiritual, sehingga
data yang diperoleh akurat dan dapat menyimpulkan masalah yang di
hadapipasien.

39
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan diharapkan, tetap merumuskan
masalah dan mampu menganalisa data sesuai dengan data yang ditemukan
pada kasus, sehingga diperoleh diagnose keperawatan yang singkron.
3. Dalam menyusun rencana hendaknya tujuan yang ada dalam perencanaan
dapat menjawab apa yang menjadi masalah, dapat meningkatkan
komunikasi . tahap ini sebaiknya perlu peningkatan pengetahuan, agar
rencana yang telah disusun benar-benar dan mempunyai dasar logika.
4. Pada tahap pelaksanaan merupakan tahap yang menentukan tercapainya
tujuan, sehingga perlu ditingkatkan kerjasama yang baik agar rencana
yang telah disusun benar-benar terlaksana.
5. Dalam evaluasi, perlu ditingkatkan kerja sama yang baik untuk menilai
perkembangan keberadaan pasien.

40
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedi. 2000. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap
Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur
Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi.
Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6
Jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2005. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan
Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University
Press, Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans
Info Media.

41
42
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.L DENGAN GOUT ATRITIS DI
RUANG EKONOMI TAMAN BODHI ASRI

BINJAI

OLEH :

TRESA MONA TAMARA HUTABARAT

190202115

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA

MEDAN

2020

43

Anda mungkin juga menyukai