Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI TAUHID DALAM KEHIDUPAN BERKELUARGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Aqidah

Dosen Pengampu :

Syamsuddin Dassan, M.a

Oleh :
Herdin Muhtaron 1901075018
Nida Widia Sri 1901075040
Zuhrah Zulmahdiyyah S. 1901015130

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat, dan karunia-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Tak lupa juga penulis ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini
sehingga penulis bisa membuat makalah ini tepat pada waktunya.
Harapan penulis adalah dengan adanya makalah ini dapat membantu
masyarakat, khususnya bagi para mahasiswa dan mahasiswa program studi yang
berkaitan dengan sejarah untuk lebih memahami serta memberikan pengetahuan
tentang “IMPLEMENTASI TAUHID DALAM KEHIDUPAN
BERKELUARGA“ yang berkaitan dengan mata kuliah pendidikan Agama
Islam. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Agar penulis dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih
baik.

Jakarta, 19 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB II PENDAHULUAN...............................................................................................3
1.1. Latar Belakang...................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3. Tujuan................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................4
2.1. Prinsip-Prinsip Tauhid Dalam Berkeluarga.............................................................4
2.2. Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Berkeluarga......................................................6
2.3. Implementasi Tauhid Dalam Kehidupan Berkeluarga...........................................10
BAB III KESIMPULAN................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam proses perkembangannya, masa remaja senantiasa diiwarnai oleh
konflik-konflik internal, cita-cita yang melambung, emosi yang tidak stabil serta
mudah tersinggung. Ini berangkat dari apa yang diajarkan orangtua dan apa yang
dipahami oleh anak berbeda. Remaja lebih condong pada perkataan daripada hati
atau I’tiqad dalam qalbunya. Sehingga ketika berjalan di alam yang luas ini
seringkali tergoyahkan hatinya dan akhirnya berdampak pada penyimpangan
mereka. Oleh karena itu, remaja membutuhkan bimbingan dan bantuan dari
orang-orang terdekat seperti orangtuanya. Peran dan tanggung jawab orangtua
mendidik anak remaja dalam keluarga sangat dominan sebab ditangan orangtua
nyalah baik dan buruknya remaja. Sehingga pendidikan dan pembinaan akhlak
merupakan hal paling penting dan sangat mendesak untuk dilakukan dalam rangka
menjaga stabilitas hidup.
1.2. Rumusan Masalah

1.Apa Prinsip-Prinsip Tauhid Dalam Berkeluarga ?


2.Bagaimana Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Berkeluarga ?
3.Bagaimana Implementasi Tauhid Dalam Kehidupan Berkeluarga ?

1.3. Tujuan

1.Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Tauhid Dalam Berkeluarga.


2.Untuk Mengetahui Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Berkeluarga.
3.Untuk Mengetahui Implementasi Tauhid Dalam Kehidupan Berkeluarga.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Prinsip-Prinsip Tauhid Dalam Berkeluarga


Keluarga dalam struktur sosial menempati kedudukan yang paling penting,
karena fungsi dari keluarga untuk menjadi tolak ukur dalam mengukur
kebahagiaan dalam suatu masyarakat. Jika fungsi dari keluarga kurang
terencanakan maka akan dapat muncul segala persoalan-persoalan sosial. Secara
defenisi keluarga adalah suatu kelompok yang ditandai oleh tempat tinggal
bersama, kerja sama ekonomi, dan reproduksi yang dipersatukan oleh pertalian
perkawinan yang saling berinteraksi sesuai dengan peran sosialnya (Septarina,
2018). Dalam hubungan berkeluarga diperlukannya prinsip-prinsip tauhid supaya
tercapainya kebahagian yang menjadi tolak ukur dalam hubungan masyarakat.

Prinsip-prinsip Tauhid dalam keluarga ada 3 yaitu:

1. Urgensi Berkeluarga
Jika kita melihat pada sisi sejarah, ketika Adam masih sendirian diawal
kehidupannya ia merasa kesepian, maka Allah menciptakan lawan jenis, yang
bernama Hawa, yang kemudian disatukan dalam ikatan suami-istri. Denagn begitu
kecenderungan manusia untuk berkeluarga merupakan naluri yang diwariskan
secara genetika agar kelangsungan generasi spesies manusia tetap terjaga. Syariat
Islam telah mengatur akan hal kecenderungan naluri manusia, sehingga tidak
menimbulkan hal-hal yang brutal, tidak liar, dan tak bermartabat melalui lembaga
pernikahan. Pernikahan yang sesuai dengan syariat Islam merupakan awal dari
pembentukan keluarga yang sakinah sepanjang suami dan isteri terus menjalankan
hak dan kewajibannya masing-masing.

2. Tujuan Membentuk Keluarga


Secara bahasa, asal kata dari nikah yaitu na-ka-ha yang berati indamma
(bergabung), jama’a, wata’un (hubungan kelamin) ‘aqdun (perjanjian), sedangkan

4
makna nikah secara istilah, nikah adalah suatu perjanjian yang suci, kuat dan
kokoh untuk hidup bersama secara sah antar seorang laki-laki dan seorang
perempuan. Tujuan dari pernikahan untuk membentuk keluarag sakinah1 yang
dilandasi atas mawaddah dan rahmah. Dari situlah, manusia akan memperoleh
ketenangan dan ketentraman (sakinah). Meskipun sebelumnya keduanya tidak
saling mengenal secara mendalam (Muhammad, 2001). Kata sakinah disini bukan
sesuatu yang sudah jadi atau sekali jadi, namun ia harus diupayakan secara
sungguh-sungguh (mujahadah) dan terus menerus diperbaharui, sebab ia bersifat
dinamis yang senantiasa timbul tenggelam. Namun demikian, gambaran
sederhana dari keluarga sakinah adalah jika masing-masing pihak dengan penuh
kesungguhan berusaha mengatasi masalah yang timbul, dengan didasarkan pada
keinginan yang kuat untuk menuju kepada ketenangan dan ketentraman jiwa
tersebut. Disusul dengan perjuangan/mujahadah untuk melawan sifat-sifat tercela
tersebut dengan cara mengedepankan sifat-sifat terpuji (tahalli), seperti melawan
kekikiran dengan kedermawan, kecerobohan dengan keberanian, egois dengan
pengorbanan, sambil terus memohon pertolongan dari Allah SWT.
3. Hak Dan Kewajiban Anggota Keluarga
Pada dasaranya tujuan pernikahan dalam Islam ialah untuk membentuk
keluarga yang harmonis (sakinah) yang dilandasi dengan perasaan kasih dan
sayang (mawaddah,warahmah). Salah satu cara supaya keharmonisan itu
terbangun dan tetap terjaga adalah dengan adanya hak dan kewajiban diantara
maisng-maisng anggota keluarga. Adanya hak dan kewajiban ini bertujuan agar
masing-masing anggota sadar akan kewajibannya kepada yang lain, sehingga
dengan pelaksanaan kewajiban tersebut hak anggota yang lain pun akan terpenuhi.
Hak dan kewajiban pada setiap anggota keluarga juga untuk menjaga
keharmonisan sekaligus untuk menghormati dan memberikan kasing sayang
kepada anggota keluarga yang lain. Melaui Al-Qur’an dan sunnah menyatakan
bahwa dalam keluarga, antara suami dan istri serta anak-anak dan orangtua,
masing-maisng memiliki hak dan kewajiban.

1
Sakinah memiliki makna damai, cinta atau harapan dan kasih sayang.

5
Jadi, prinsip-prinsip tauhid dalam keluarga Islam memandang pernikahan
sebagai media pembentuk keluarga yang bangunnya harus berdasarkan tahuid,
yakni tujuan tuhan dalam pembentukan keluarga sehingga panduannya jelas,
kokoh, dan ber-maslahah yakni dengan memenuhi kewajiban oleh setiap anggota
keluarga sehingga hak-hak dan anggota keluarga yang lain terpenuhi. Hasilnya,
kehidupan rumah tangga tercipta untuk selamanya dan bukan untuk sementara
waktu saja.

2.2. Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Berkeluarga


Pendidikan adalah sistem untuk memberikan pengetahuan kepada manusia
dari segala macam situasi untuk tujuan nya memberdayakan diri. Di dalam UU
No 20 2003 tentang sistem pendidkan nasional, tercantum pengertian pendidikan:
bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
sehingga memiliki kekuatan sprital keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
Kata Tauhid merupakan suatu kepercayaan bahwa tuhan lah yang
menciptakan, memberi hukum-hukum, mengatur dan mendidik alam semesta ini
(Tauhid Rububiyah)2. Lawan dari tauhid yaitu syirik3, yaitu mempersekutukan
Tuhan, pada zaman sekarang banyak teknologi handal dan uang di jadikan sesuatu
yang paling berharga sehingga bisa mengalihkan perhatian dan waktunya dalam
mengingat serta mendekatkan diri kepada Allah SWT (Amri & Tulab, 2018).
Keluarga adalah wadah utama dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak suasana lingkungan keluarga yang baik akan menyenangkan sehingga
pertumbuhan anak pun menjadi baik, tetapi sebaliknya jka suasana pertumbuhan
yang kurang baik maka terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Pengetahuan

2
Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptan-Nya, kekuasan-
Nya, dan pengaturan-Nya.
3
Syirik adalah itikad ataupun perbuatan yang menyamakan sesuatu selain Allah dan disandarkan
pada Allah dalam hal Rububiyah dan Uluhiyah.

6
mengenai iman, kecerdasan, aqidah4, akhlak5, kejiwaan harus diterapakan sejak
dini dilingkungan keluarga.
Orangtua adalah peran utama dalam proses pendidikan. Mereka akan
mengelola dari sistem terkecil sampai sistem terbesar dalam masyarakat. Oleh
karena itu, secara sistem pendidikan anak yang berlangsung dalam lingkungan
keluarga, masyarakat dan sekolah merupakan tanggung jawab utama dari orangtua
1. Konsep pendidikan tauhid dalam islam
Islam menempatkan pendidikan sebagai sistem yang paling penting dalam
kehidupan umat manusia yang harus ditempuh bahkan merupakan suatu
kewajiban. Orang pertama yang berperan penting dilingkungan keluraga dalam
pendidikan anak adalah kedua orangtua, keberhasilan pendidikan anak diawali
dengan keberhasilan dilingkungan keluarga dan masyarakat. Hal tersebut juga
terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat (132-133) mengenai pendidikan tentang
pengesaan Allah, atau sering disebut dengan tauhid6. Dari ayat inilah lahir konsep
ilmu mengenai ‘ainy dan kifayah’ yakni agama dan umum.
َ‫ى إِ َّن ٱهَّلل َ ٱصْ طَفَ ٰى لَ ُك ُم ٱل ِّدينَ فَاَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَنتُم ُّم ْسلِ ُمون‬
َّ ِ‫َو َوص َّٰى بِهَٓا إِ ْب ٰ َر ِهۦ ُم بَنِي ِه َويَ ْعقُوبُ ٰيَبَن‬
Arab-Latin: Wa waṣṣā bihā ibrāhīmu banīhi wa ya'qụb, yā baniyya innallāhaṣṭafā
lakumud-dīna fa lā tamụtunna illā wa antum muslimụn
Terjemah Arti: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-
anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam".
Pada surah Al-Baqarah ayat 132 diatas ada kata al-din dan muslimun. Kata
al-din terdiri dari huruf dal, ya, dan nun berarti sejenis ketundukan dan
kerendahan hati, sehingga kata tersebut berarti taat dan tunduk jika al-din
dikaitkan dengan al-islam berarti beribadah kepada Tuhan. Surat Al-Baqarah
berisi tentang berpegang teguh pada agama Islam dan mengesakan Allah SWT
dan mengingatkan kepada orangtua terutama bapak akan kewajiban nya untuk
4
Aqidah adalah ilmu penegetahuan dalam memahami perkara-perkara yang berkaitan dengan
keyakinan terhadap Allah SWTdan sifat-sifat kesempurnan-Nya.
5
Akhlak adalah perangkai tingkah laku terhadap pada diri seseorang yang telah melekat,
dilakukan dan dipertahankan secara terus menerus.
6
Macam-macam tauhid yaitu ada tauhid rububiyah, uluhiyah/ibadah, asma wa sifat.

7
memberikan pendidikan tauhid pada anaknya, seperti yang dicontohkan pada nabi
Ibrahim dan ya’qub.
2. Relevansi kehidupan pendidikan tauhid dalam berkeluarga di
kehidupan yang sekarang.
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalamn
dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu sikap anak terhadap
sekolah terutama dipengaruhi oleh sikap orangtuanya. Bebicara mengenai metode
pendidikan agama disekolah. Sikap anak terhadap sekolah terutama akan
dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan
orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di
ruangan sekolah. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir
ini seringnya terjadi tindakan-tindakan kurang terpuji dilakukan anak didik,
sementara orang tua seolah tidak mau tahu, bahkan cenderung menimpakan
kesalahan kepada sekolah.
Orang tua tidak boleh berpandangan bahwa setelah anak dimasukkan
kedalam lembaga pendidikan orang tua hanya bertanggung jawab dalam hal
pembiayaan saja, akan tetapi orang tua tetap berkewajiban membimbing dan
memberi arahan bagaimana cara bersikap dimanapun berada kepada anak saat
anak tengah bersama dengan keluarga. Tatkala berbicara tentang metode
pendidikan agama di sekolah, salah satu kesimpulan penting ialah bahwa kunci
keberhasilan pendidikan agama di sekolahbukan terutama terletak pada metode
pendidikan agama yang digunakan dan penguasaan bahan; kunci pendidikan
agama di sekolah sebenarnya terletak pada pendidikan agama di dalam rumah
tangga. Inti pendidikan agama dalam rumah tangga itu ialah taat kepada Tuhan,
hormat kepada orang tua, dan hormat kepada guru. Di sekolah hormat kepada
guru inilah kuncinya. Bila anak didik tidak hormat kepada guru, berarti ia juga
tidak akan menghormati agama. Bila agama Islam dan guru agama tidak
dihormati, maka metode pendidikan agama yang baik pun tidak akan ada artinya.
Itulah yang umumnya terlihat sekarang, terutama disekolah umum.Oleh
karena itu, pendidikan agama dalam rumah tangga tidak boleh terpisah dari
pendidikan agama di sekolah; mula-mula adalah pendidikan agama dalam rumah

8
tangga sebagai fondasi, kemudian dilanjutkan di sekolah sebagai pengembangan
rinciannya (Tafsir, 2008: 158-159). Dalam kondisi seperti ini, tugas mendidik
dalam keluarga menjadi terbantu oleh adanya sekolah, karena saling terkait satu-
sama lain. Banyak orang tua yang berpikir bahwa dengan droping segala
keperluan pendidikan dan uang jajan yang besar, semua masalah telah
selesai.Tidak sedikit orang tua yang waktunya terhisap oleh kesibukan luar rumah.
Tak sempat lagi ia berkumpul secara lengkap dengan keluarga, apalagi berdialog
dan membina komunikasi dengan anak. Akibatnya mereka menyerap kebudayaan
apa saja dan kemudian cendrung mencintai hura-hura yang dengan sengaja
memang disodorkan oleh musuh Islam untuk menghancurkan generasi mudanya.
Anak sering pula menyebabkan orang tua lupa kepada Allah dan rasul-
Nya. Mereka sibuk mengurus anak-anaknya. Mereka bekerja mati-matian untuk
mencari uang agar semua permintaan anaknya dapat dipenuhi, karena cinta
kepada anak. Kadang-kadang permintaan yang tidak masuk akal pun dipenuhi,
demi cinta kepada anak. Sayang anak menyebabkan orang tua korupsi atau
mencuri. Semuanya itu menyebabkan orang lupa kepada Allah dan Rasul-Nya.
Orang tua mendidik anaknya karena kewajaran, karena kodratnya; selain itu
karena cinta. Tujuan pendidikan tauhid dalam keluarga ialah agar menjadi anak
yang saleh. Tujuan lain adalah kelak anak itu agar tidak menjadi musuh orang
tuanya, yang mencelakakan orang tuanya, Untuk itu, orangtua bersamaan dengan
mencurahkan cinta kasihnya harus pandai-pandai dalam mendidik anak.

2.3. Implementasi Tauhid Dalam Kehidupan Berkeluarga


Tauhid7 sebagai fondasi keluarga muslim,mereka saling mengasihi,
menyayangi, dan mencintai dalam duka serta suka, berbagai ilmu dan
pengalaman, kehidupan keduannya akan selalu diliputi rasa syukur ketika
mendapat rahmat. Setiap orang tua harus memiliki pengetahuan yang bermanfaat
bagi mereka dalam membentuk kepribadian anak-anak mereka. Karena setiap
anak akan menilai tindakan orangtuanya sebagai suatu kebaikan dan kemudian
akan mencontohnya (Setiawan, 2017). Juga watak anak-anak dalam kandungan,
7
Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan ke-esaan Allah SWT. Mengamalkan
Tauhid dan menjauhkan dari perbuatan syirik merupakan konsenkuensi dari kalimat syahadat
yang telah di ikrarkan oleh seorang muslim.

9
saat lahir hingga tumbuh dewasa. Hendaknya pendidikan orangtua kepada anak-
anak mereka adalah pendidikan yang memberikan pengaruh baik bagi anak, bukan
pendidikan sebatas berita pengetahuan bagi anak, masyarakat memiliki pengaruh
sangat besar terhadap perkembangan seorang anak. Maka setiap orangtua harus
memilihkan lingkungan yang baik bagi anak-anak mereka. Atau membentuk
pribadi anak sehingga dapat memilih lingkungan yang baik bagi mereka.

Ada 9 Ciri-ciri keluarga bertauhid:

1. Selalu komitmen menjalanan ajaran Islam


Ciri yang utama adalah keluarga yang bertauhid akan selalu komitmen
dalam menjalankan ajaran Islam. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya kegiatan
bersama-sama dengan anggota keluarga ketika mengamalkan ritual ibadah.
Contohnya, shalat8, puasa, zakat, membaca Al-qur’an, dan kegiatan keagamaan
lainnya.
2. Memiliki hubungan baik dengan tetangga
Keluarga yang bertauhid memiliki hubungan yang baik dengan
tetangganya. Hal tersebut merupakan hasil dari pengamalan ajaran agama di
dalam kehidupan sosial. Hubungan yang baik tersebut ditunjukan dengan adanya
saling kenal, saling komunikasi, saling tolong-menolong, dan juga saling
mengingatkan.
3. Aktif di dalam kegiatan masyarakat
Selain berhubungan baik, keluarga yang bertauhid sering aktif di dalam
kegiatan masyarakat. Biasanya mereka tidak suka bersikap individualitas9, mereka
lebih senang melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang ada di dalam masyarakat
setempat.
4. Menaati semua perintah Allah SWT dan Rasul-Nya
Taat pada ajaran Islam, perintah Allah SWT, dan juga Rasulullah SAW
adalah ciri berikutnya dari keluarga yang bertauhid. Perintah tersebut biasa yang
8
Shalat , puasa, zakat, dan membaca Al-Qur’an merupakan kegiatan ibadah Agama Islam yang
bertujuan untuk mengesakan Allah SWT, dan ingin mendapatkan Rida dari Allah SWT, dan
melakukan Tauhid selama hidupnya.
9
Sifat dari individualitas adalah keadaan atau sifat khusus sebagai inndividu; ciri-ciri yang dimiliki
sesorang yang membedakannya diri orang lain; watak kepribadian.

10
ada di dalam Al-Qur’an maupun disampaikan Rasulullah SAW. Upaya untuk
menumbuhkan suasana tersebut adalah dengan pembiasaan. Oleh karena itu,
orangtua juga akan menumbuhkan kebiasaan gemar beribadah dan menaati semua
perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW kepada anak-anaknya agar mereka tahu
tujuan menurut Islam.
5. Menerapkan nilai-nilai akhlak yang Islami
Salah satu penyangga utama rumah tangga yang bertauhid adalah dengan
menerapkan nilai-nilai akhlak yang Islam. Jika anggota keluarga telah tertanama
hal-hal tersebut seperti amanah10, jujur, dan selalu merasa diawasi oleh Allah
SWT, maka mereka sudah berhasil menanamkan sikap-sikap yang berisi nilai
Islami.
6. Penuh dengan perhatian
Sang suami selalu lebih perhatian,mencintai, dan mengayomi istrinya.
Begitu juga dengan sang istri yang selalu menyenangkan suami, menaati
perintahnya, dan menjaga dirinya. Keduannya sangat perhatian dengan
keselamatan anak-anaknya, menjaga mereka, mengajarkan mereka nilai-nilai
Islami, dan memberikan pendidikan kepada mereka. Hal-hal tersebut akan selalu
dilakukan oleh keluarga11 yang bertauhid.
7. Selalu menjaga kebersihan dan keindahaan rumah
Kebersihan merupakan sebagaian dari Iman, memang hidup bersih baik
dalam perilaku maupun dari segi fisik merupakan keindahan Islam sebagaimana
keluarga yang bertauhid lakukan di dalam kesehariannya. Mereka juga akan
berusaha untuk menghindari dari pencemaran. Pencemaran tersebut bisa dari
sikap dan tingkah laku atau juga dari benda-benda yang menyebabkan kotor.
8. Menjaga dan juga memelihara status dan hak masing-masing
Keluarga yang bertauhid akan selalu menjaga dan juga memelihara status
dan hak-hak masing-maisng didalam anggota keluarganya sebagaimana peran
orangtua dalam mendidik anak. Ayah yang berperan sebagai pemimpin keluarga
10
Amanah adalah jujur atau dapat di percaya, kita sebagai hamba Allah harus memiliki sifat ini,
sehingga kita dapat dipercaya oleh orang lain, sehingga kita dapat menciptakan kehidupan
bermasyarakat yang damai dan tentram.
11
Keluarga yang menerapkan ha yang bersangkutan dengan Tauhis, pasti akan terbentuknya
keluarga yang sakinah mawaddah warramah. Dan akan mendapatkan ke-ridaan Allah SWT.

11
akan bertanggung jawab terhadap seisi rumah dan juga keselamatan keluarganya.
Dan juga mempunyai hak untuk dihormati dan ditaati selama hal tersebut tidak
bertentangan dengan Syariat Islam12. Peran ibu didalam keluarga adalah
mengayomi anak-anaknya, dia juga bertugas untuk menumbuhkan kesejukan dan
membahagiakan keluarganya. Selain itu, ibu punya hak untuk dimuliakan dan
disayangi. Begitu juga dengan anak-anak yang punya hak terhadap orangtua,
yakni butuh kedamaian, bimbingan dan perawatan serta kasih sayang dari kedua
orangtuanya.
9. Selalu bersikap sederhana
Kesederhanaan merupakan karakter Islam Rasulullah SAW juga
mencontohkan bagaiamna sederhanya beliau didalam kehidupannya. Orang yang
sudah memiliki tauhid akan lebih dermawan dan tidak boros. Hal tersebut bisa
dilakukan karena keluarga yang bertauhid cara menghindari sifat takabur 13 dan
juga cara menghilangkan sifat angkuh sehingga mereka dapat membiaskan diri
hidup sederhana.

BAB III
KESIMPULAN

12
Syariat Islam adalah hukum atau peraturan yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat
Islam, baik di dunia maupun di akhirat.
13
Takabur adalah orang yang merasa dirinya besar (lebih segala-segalannya dari orang lain),
orang yang takabur menganggap dirinya yang paling tinggi derajat atau kedudukannya.

12
Agama pada umumnya dan islam pada khususnya semakin dituntut
peranannya untuk menjadi pemandu dan pengarah kehidupaan manusia agar tidak
terperosok kepada keadaan yang merugikan dan menjatuhkan martabatnya
sebagai makhluk yang mulia.
Dalam situasi dunia yang semakin global seperti sekarang ini manusia
semakin dihadapkan kepada berbagai rintangan, disamping peluang dan
kesempataan. Dalam keadaan demikian, dijumpai adanya manusia yang berhasil
menyikapi kehidupan global tersebut secara lebih bermakna dan berdayay guna,
tetapi malah ada juga yang tidak tahu arah yang harus dituju.
Namun demikian, untuk sampai kepada keadaan di mana agama mampu
bersentuhaan dengan berbagai persoalan aktual yang berkaitan dengan berbagai
dimensi kehidupan tersebut diperlukan pendekatan-pendekataan baru yang lebih
relevan.
Memahami agama islam yang ideal seperti disebutkan di atas perlu
dilakukan, kerena sesuatu sikap keberagaman yang benar harus bertolak dari
pemahaman yang benar agama tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, M. S., & Tulab, T. (2018). Tauhid: Prinsip Keluarga Dalam Islam (Problem
Keluarga Di Barat). In Ulul Albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam

13
(Vol. 1). https://doi.org/10.30659/jua.v1i2.2444

Muhammad, Z. (2001). MENITI JALAN MENUJU TAUHID. Bandung: House Of


The Proper Knowledge.

Septarina, E. V. A. (2018). Raden Intan Lampung 1440 H / 2018 M 1440 H /


2018 M.

Setiawan, A. (2017). Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Keluarga Perspektif


Pendidikan Islam. Educasia, 2(1), 1–21.

14

Anda mungkin juga menyukai