Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“MENDENGAR MERUPAKAN DASAR UTAMA KOMUNIKASI”

MATA KULIAH
“Komunikasi Dalam Keperawatan Gigi”
Dosen Pengampuh :

NOVARITA KOCH, SST, M.Kes


NIP: 197511301998032001

NAMA : FLORETTA C. PENDONG


NIM : 711240219008

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa segala limpahan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah “MENDENGAR MERUPAKAN DASAR
UTAMA KOMUNIKASI” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang ketrampilan berbicara.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kepada dosen
pembimbing meminta masuknya demi perbaikan perbuatan makalah penulis di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
I.I Latar belakang............................................................................................................
I.II Rumusan Masalah.....................................................................................................
I.III Tujuan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
II.I Pengertian Komunikasi Dasar Ketrampilan..............................................................
II.II Ketrampilan Mendengar..........................................................................................
II.III Mengetahui dan Memahami Perasaan Pasien........................................................
II.V Pendengar Aktiv......................................................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
III.I Kesimpulan..............................................................................................................
III.II Saran.......................................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar belakang


Perkembangan teknologi komunikasi tersebut sangat membantu manusia dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain melalui komunikasi. Misalnya saja,
seseorang dapat terhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain dalam hitungan waktu
sekejap dengan cara yang sangat praktis dan murah, sesuatu yang sulit dibayangkan pada
masa silam. Dalam konteks hubungan interpersonal, ketika kegiatan komunikasi dilakukan,
bukan hanya terjadi penyampaian dan pertukaran pesan, tetapi juga penentukan kadar
hubungan antara personal. Jadi, ketika berkomunikasi, hal yang utama tidak hanya pada isi
komunikasi melainkan juga pada penentuan hubungan yang diciptakan. Dari sudut
psikologi komunikasi, dikatakan bahwa hubungan interpersonal seseorang dengan orang
lain akan semakin baik jika ada saling keterbukaan untuk mengungkapkan diri dan
sekaligus memberikan umpan balik dalam komunikasi.
Dalam komunikasi interpersonal itu makin tercipta persepsi yang terang benderang
tentang keberadaan orang lain juga sekaligus pengungkapan yang benar terhadap persepsi
diri sendiri. Akan tetapi ada aspek yang sering luput dari perhatian kita yang justru sangat
penting untuk memperlancar dan membuat komunikasi menjadi berkualitas yaitu sikap
mendengarkan secara aktif. Dalam berkomunikasi kita mungkin bersikap mendengar tetapi
belum mendengarkan secara aktif.
Menurut Devito (2013) jika mengukur tingkat kepentingan suatu kegiatan menurut
ukuran waktu maka mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi yang paling penting di
samping membaca, berbicara atau menulis. Ironisnya, kebanyakan dari kita adalah
pendengar yang buruk. Memang mendengarkan secara aktif bukannya sesuatu yang
mudah, namun meningkatkan keterampilan ini akan sangat banyak manfaatnya karena
peran pentingnya dalam komunikasi itu sendiri (Janasz, 2009).
I.II Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi dasar ketrampilan
2. Apa saja jenis-jenis kemampuan berkomunikasi
3. Apa yang dimaksud dengan Pendengar aktiv

I.III Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kemampuan berkomunikasi
2. Mengetahui dan memahami perasaan pasien
3. Mengetahui dan meaplikasikan upaya untuk meningkatkan upaya untuk
meingkatkan kemampuan berkomunikasi
BAB II
PEMBAHASAN

II.I Pengertian Komunikasi Dasar Ketrampilan


komunikasi diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh sumber
informasi atau penyampai komunikasi saat menyampaikan suatu pesan kepada penerima
pesan. Teknik komunikasi merupakan hal-hal yang dapat mendukung keberhasilan
kegiatan komunikasi sehingga tujuan yang diinginkan tersebut dapat tercapai.
teknik komunikasi, proses komunikasi akan berjalan tidak efektif. Teknik
komunikasi berhubungan dengan keterampilan berbicara, keterampilan mendengar,
keterampilan menulis, dan keterampilan membaca.
Mendengar merupakan aspek penting dalam berkomunikasi, mendengar melibatkan
indra pendengaran telinga. Mendengar secara aktif dan efektif adalah dengan memadukan
indra pendengaran dengan pikiran, sehingga dapat menangkap dan menginterpretasikan
pesan yang disampaikan.
Berikut ini beberapa jenis mendengar secara aktif dan efektif.Dengan melakukan
ketiga cara diatas keterampilan mendengar akan menjadi efektif. Sehingga point penting
pada saat seseorang mendengar tidak akan terlewatkan. Karena beberapa jenis
pembicaraan ada yang tidak bisa terulang kembali.

II.II Ketrampilan Mendengar


Kegiatan mendengarkan tidak jarang dipahami secara samar, bahkan tidak jarang
dianggap sebagai kegiatan pasif dalam proses komunikasi. Menurut Devito (2013)
kegiatan mendengarkan dapat diartikan sebagai suatu proses aktif dari menerima
rangsangan (stimulus) pada telinga (aural). Mendengarkan merupakan tindakan tidak
terjadi begitu saja tanpa kesadaran melainkan harus dengan sengaja dilakukan.
Mendengarkan menuntut energi dan komitmen terutama dalam komunikasi interpersonal.
Oleh karena itu perlu diperjelas dengan membedakan antara kegiatan mendengar (hearing)
dan mendengarkan (listening).
Mendengar merupakan suatu proses fisiologis sementara mendengarkan
menyangkut penerimaan rangsangan. Pengertian menerima di sini menegaskan bahwa
seseorang dalam aktivitas mendengarkan itu berarti menyerap rangsangan yang diterima
lalu kemudian memprosesnya dengan cara tertentu. Setidaknya selama beberapa waktu,
isyarat yang diterima itu ditahan dan mengalami proses. Sejalan dengan ini Janasz (2009)
mengemukakan bahwa untuk memperoleh pesan yang utuh dari pengirim pesan atau
sumber, penerima pesan harus melakukan kegiatan mendengarkan dengan menggunakan
panca indera secara tepat. Karena itu dalam mendengarkan secara aktif, perlu diperhatikan
tiga dimensi yaitu penginderaan, pengolahan/evaluasi dan memberi respon.
Dalam penginderaan, proses mendengarkan artinya memperhatikan kata-kata dari
isi pesan yang mau disampaikan dan juga sekaligus menerima tanda-tanda nonverbal
seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah dan semacamnya. Dalam dimensi
pengolahan/evaluasi proses mendengarkan melibatkan aktivitas mengerti makna yang
disampaikan, menafsirkan makna, mengevaluasi bahasa memberi signal verbal dan
nonverbal kepada pengirim pesan atas apa yang telah didengarnya. Dengan demikian
keterampilan mendengarkan bukan merupakan aktivitas pasif melainkan aktif. Menjadi
pendengar yang aktif bukanlah sesuatu yang mudah untuk dicapai.

Berikut ini beberapa jenis mendengar secara aktif dan efektif.


1. Mendengar Evaluatif
Mendengar evaluatif adalah kegiatan mendengar sambil melakukan evaluasi terhadap kata-
kata yang diucapkan pembicara. Kemudian hasil evaluasi tersebut disampaikan kembali
kepada pembicara dalam berbagai bentuk seperti penolakan, persetujuan, dan lain-lain.
2. Mendengar Proyektif
Adalah memproyeksikan diri pendengar ke alam pikiran pembicara merupakan cara
mendengar secara proyektif. Pendengar berusaha memahami pandangan pembicara dan
memahami setiap arti kata sampai pembicaraan selesai.
Cara yang dapat dilakukan untuk menjadi pendengar yang aktif dan efektif antara lain
sebagai berikut.
1. Mendengar penuh konsentrasi
2. Menangkap pesan-pesan yang penting atau inti pembicaraannya
3. Mencatat hal yang dirasakan penting
II.III. Mengetahui Dan memahami perasaan Pasien
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang memainkan peran utama sebagai
pemberi perawatan di rumah sakit, karena merekalah tenaga kesehatan yang paling banyak
menghabiskan waktu dengan pasien. Penting bagi pasien untuk mengetahui apakah pasien
mereka bisa memahami dan ikut merasakan apa yang mereka rasakan, khususnya ketika
mereka membagikan cerita pengalaman mereka ke perawat. Berikut 5 tips yang bisa
membantu perawat menunjukkan empati ke pasien mereka.

1. Berusaha mengenal pasien


Berusaha mengenal pasien bukan berarti perawat hanya memeriksa kondisi medis, tetapi
juga memberi efek positif dalam perawatan dan komunikasi dengan pasien. Dengan
melakukan ini, perawat bisa lebih mengetahui masalah kesehatan pasien. Ini sebenarnya
merupakan dasar perawatan pasien - Ketika perawat menginisiasikan pembicaraan untuk
lebih mengenal kebiasaan, kegemaran, apa yang dia suka dan tidak suka, pasien akan
merasa lebih nyaman dan dihargai. Perawat juga bisa menunjukkan perasaan tulus untuk
lebih mengenal pasien dan membuat catatan mental untuk membantu mereka mengingat
detail yang telah pasien ceritakan.

2. Menunjukkan antusiasme dan empati


Antusiasme dan empati harus selalu diterapkan dalam perawatan pasien. Agar perawat bisa
memahami pasien mereka, penting bagi perawat untuk menunjukkan ketertarikan ke
kehidupan pasien melalui kontak mata, bahasa tubuh, intonasi dan ekspresi wajah. Perawat
juga bisa menyetujui masalah dan emosi pasien untuk menunjukkan bahwa mereka
memahami pasien, bisa juga dengan menunjukkan empati dalam kata-kata mereka,
misalnya menggunakan "Saya mengerti, dan saya yakin kondisi ini membuat Anda
frustasi. Mari kita lihat apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya." Pasien seringkali
menggambarkan situasi tertentu secara berbeda ketika mereka mengetahui ada antusiasme
dan empati yang ditunjukkan perawat dari kebutuhan dan masalah mereka.

3. Tulus ketika berbicara ke pasien


Pasien akan merasa lebih berterimakasih ketika perawat secara tulus menunjukkan rasa iba.
Untuk itu, perawat tidak boleh melebih-lebihkan emosi saat melakukan interaksi, karena
tentu saja pasien bisa mengetahui bahwa perawat tidak benar-benar tulus menanganinya,
dan kemudian bisa menyebabkan pasien merasa tidak nyaman. Selain itu, penting juga bagi
perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien mereka, dan secara tulus mau memeriksa
serta membantu pasien.

4. Membagikan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan kondisi pasien


Perawat harus selalu menemukan topik ketika berbicara dengan pasien; topik ini bisa jadi
berbasis pengalaman profesional dan personal mereka. Ketika pasien merasa mereka tidak
bisa memahami perawat dan sebaliknya, mereka cenderung kehilangan ketertarikan untuk
melanjutkan pembicaraan. Dari pengalaman, perawat harus memahami pengalaman yang
pernah mereka hadapi. Pembicaraan merupakan kesempatan baik bagi perawat untuk
mengedukasi mereka.

5. Menahan diri sebelum menghakimi pasien


Perawat perlu menghindari pernyataan yang menghakimi atau diskriminasi mengenai
pasien. Karena kondisi ini bisa membuat mereka merasa bersalah dan tidak nyaman
sehingga pasien akan menolak berkomunikasi dengan perawat. Penting juga bagi perawat
untuk memilih kata-kata mereka secara berhati-hati dan menghindari komentar yang
membuat canggung. Kunci utama adalah dengan memprioritaskan rasa iba dan memahami
masalah pasien dan menawarkan saran ketika telah tercapai.

II.V Pendengar Aktiv


pendengar aktif merupakan hal yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-
hari dan juga dalam berbagai kepentingan di pekerjaan.
 Mendengarkan secara Aktif
Untuk dapat mendengarkan secara aktif dan terlibat langsung dalam proses
komunikasi
 Mendengarkan secara Partisipatif
Kunci untuk dapat mendengarkan secara aktif adalah sikap partisipatif. Dalam hal
ini persiapan fisik dan mental sangat diperlukan. Posisi tubuh yang baik akan
mendukung kegiatan mendengarkan dan menerima sinyal-sinyal yang disampaikan
lewat komunikasi nonverbal secara baik. Selain itu kesiapan mental juga memberi
dorongan untuk dapat berpartisipasi dalam mendengarkan secara aktif. Sebagai
pendengar, partisipasi dalam kegiatan komunikasi adalah setara dengan pembicara
atau sumber informasi. Pendengar secara emosional dan intelektual harus siap
untuk terlibat dalam proses berbagi makna dalam komunikasi. Namun sikap
partisipatif ini bukan berarti sikap tegang dan tidak nyaman ketika mendengarkan.
Tubuh tetap rileks dalam menyimak pesan yang mau disampaikan sambil
menangkap pesan lewat kata-kata yang diucapkan dan bahasa tubuh yang
menyertainya. Beberapa cara untuk membantu meningkatkan partisipasi dalam
komunikasi adalah dengan berusaha secara maksimal untuk mendengar dengan
mengaktifkan panca indera. Lawan dan hindari hal-hal yang mengganggu atau
mengintervensi komunikasi yang sedang dilakukan. Selain itu, tidak membiarkan
diri untuk melamun atau membiarkan pikiran melantur jauh dari pokok
pembicaraan, tetapi berusaha membangun asumsi bahwa pesan yang disampaikan
mempunyai nilai dan bermanfaat.
 Mendengarkan secara Empati
Berempati berarti ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, memandang
sesuatu dari sudut pandang orang lain. Hanya dengan empati seseorang dapat
memahami maksud sepenuhnya dari orang lain. Mendengar secara empati berarti
melibatkan tidak hanya pikiran saja melainkan juga menempatkan perasaan secara
proporsional dalam komunikasi tersebut. Dalam mendengarkan secara empati harus
diingat bagaimana sudut pandang dari mitra komunikasi. Mencoba menyelami
pikiran dan perasaan merupakan langkah yang baik dalam mendengarkan secara
aktif. Untuk mendorong keterbukaan dan empati, setiap penghambat fisik dan
psikologis atas kesetaraan harus dihilangkan dan dihindari misalnya dengan tidak
memotong pembicaraan atau juga menjaga jarak fisik dengan lawan bicara.
Mendengarkan tanpa Menilai namun Kritis Yang dimaksud dengan mendengarkan
tanpa menilai adalah mendengarkan dengan mengedepankan pikiran yang terbuka
dan berusaha memahami setiap makna dari pesan yang disampaikan sehingga tidak
melakukan penilaian sebelum mendengarkan sepenuhnya. Ini tidak mudah terutama
jika berhadapan dengan pernyataan yang berlawanan dengan apa yang dipikirkan.
Hal ini yang membuat mendengarkan dalam situasi yang tidak mudah menjadi
penting. Mendengarkan perlu dilakukan dengan sikap kritis untuk menciptakan
komunikasi yang bermakna. Mendengarkan secara terbuka akan sangat baik dalam
memahami pesan yang mau disampaikan sementara sikap kritis akan membantu
dalam menganalisan dan mengevaluasi pesan tersebut. Dalam hal ini perlu untuk
menyadari bias yang dapat terjadi dalam menangkap pesan. Bias-bias itu dapat
mengganggu tindak mendengarkan secara aktif dalam merespon balik secara
akurat. Bias tersebut dapat menyebabkan distorsi dari makna sebenarnya.
 Mendengar secara Mendalam
Dalam sebagian besar pesan terdapat makna yang jelas dan dapat ditangkap secara
harfiah makna yang terkandung dari pesan yang disampaikan tersebut. Walau
demikian, tidak jarang terdapat tingkat makna yang lain dan terkadang makna itu
bertentangan dengan makna harfiah atau bahkan tidak ada hubungannya sama
sekali. Ketika mendengarkan secara mendalam seseorang harus peka dengan
berbagai tingkat makna. Jika hanya coba memahami makna tingkat permukaan,
maka akan kehilangan kesempatan untuk membuat kontak lebih mendalam dan
menyadari sepenuhnya dari makna pesan yang mau disampaikan. Oleh karena itu
perlu untuk memusatkan perhatian terutama pada pesan-pesan nonverbal yang
mengikuti pesan verbal. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan jika ada
keraguan
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
Komunikasi dapat didefisinikan sebagai proses penyampaian pesan dalam bentuk
simbol atau lambang yang melibatkan dwperson atau lebih yang terdiri atas pengirim
(komunikator) dan penerima (komunikan) dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama
mengenai masalah atau persoalan masing-masing pihak.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai
makna hakiki komunikasi yaitu suatu proses interaksi yang didalamnya terdapat maksud
saing melengkapi, memperbaiki dan memahami persoalan-persoalan yang di alami oleh
personil terlibat didalamnya.

III.II Saran
1. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dapat di raih dengan mengikuti
organisasi
2. Bila kemampuan berkomunikasi sudah baik, maka cobalah berkomunikasi
dengan orang yang kurang baik dalam berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.timesindonesia.co.id/read/186255/20181016/104317/pentingnya-
keterampilan-mendengar-dalam-berkomunikasi/
https://www.academia.edu/9621865/Makalah_Keterampilan_Berkomunikasi
https://www.kompasiana.com/belajarmendengar/551fdef881331189709de272/kekuatan-
mendengar-pada-komunikasi-intelijen
https://www.slideshare.net/KampusTomohon/materi-buku-panduan-komunikasi-terapeutik

Anda mungkin juga menyukai