Anda di halaman 1dari 133

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326989221

Pengantar Agribisnis

Book · August 2018

CITATIONS READS

0 4,479

1 author:

Arifin Rente
Universitas Muslim Maros
12 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

DEVELOPMENT OF HOUSEHOLD MODEL IMPROVEMENT MASSAGE FARMER HOUSING SYSTEM OF LAND TENDER ON AGRICULTURE OF IRRIGATION, RAIN AND RAIN DRY
View project

All content following this page was uploaded by Arifin Rente on 13 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1
2
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini dengan judul
“Pengantar Agribisnis”. Tujuan penulisan buku ini untuk berbagi pengetahuan
dengan para pembaca dan menambah wawasan serta membantu mahasiswa,
khususnya Fakultas Pertanian, dan fakultas lain untuk mengetahui dan memahami
ilmu tentang agribisnis.
Buku ini disusun dengan sederhana, mudah dimengerti dan dipahami yang
didasarkan pada kebutuhan dalam proses belajar mengajar baik di tingkat
perguruan tinggi maupun pembaca umum. Penulis merasakan kekurangan dalam
buku ini sebagai referensi dan bahan kuliah yang diberikan. Dengan menggali dan
menambah referensi lain yang sudah ada, diharapkan buku ini akan banyak
memberikan manfaat dan berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari sepenuhnya dan merasa masih banyak kekurangan dan
kesalahan walaupun sudah dengan hati-hati dan cermat, bahwa buku ini bukanlah
merupakan sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, masukan, saran, dan kritik
konstruktif dari para pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan buku ini
di waktu yang akan datang. Akhirnya, semoga upaya penulis dalam menulis buku
ini memberikan kebaikan, pahala, dan amal kebajikan yang dapat bermanfaat di
dunia dan akhirat serta mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin Ya Rabbal
Alamin.

Makassar, Januari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ....................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ............................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... v

BAB 1. KONSEP, SEJARAH PERKEMBANGAN DAN


PERANAN DALAM PEREKONOMIAN .......................... 1
A. Pengertian Agribisnis .......................................................... 4
B. Agribisnis Sebagai suatu Sistem dan Bidang Usaha .......... 6
C. Sejarah Perkembangan Agribisnis ...................................... 13
D. Peranan Agribisnis dalam Perekonomian Nasional
dan Global ........................................................................... 16

BAB 2. SISTEM AGRIBISNIS DAN KOMPONEN-


KOMPONENNYA (SUBSISTEM AGRIBISNIS) ............ 21
A. Subsistem Agroinput, Agroproduksi, Agroniaga, dan
Agrosupporting ................................................................... 22
B. Peranan Pemerintah Sebagai Pemandu Sistem .................... 27

BAB 3. ORGANISASI AGRIBISNIS .............................................. 33


A. Organisasi Berbentuk Perorangan, Perseroan,
Persekutuan dan Koperasi ................................................... 35
B. Berbagai Pertimbangan dalam Pemilihan
Organisasi Bisnis ................................................................. 46

BAB 4. LINGKUNGAN AGRIBISNIS ........................................... 50


A. Lingkungan Makro ............................................................. 57
B. Lingkungan Mikro .............................................................. 63

BAB 5. MENGELOLA LINGKUNGAN AGRIBISNIS ............... 75


A. Kekuatan dan Kelemahan Internal Agribisnis .................... 82
B. Peluang dan Ancaman Eksternal Agribisnis ....................... 86
C. Penentuan Matriks Strategi ................................................. 91

BAB 6. ETIKA BERAGRIBISNIS ................................................... 96


A. Arti dan Tujuan Etika Bisnis .............................................. 101
B. Prinsip-prinsip Etika Bisnis ................................................ 106

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 114


DAFTAR SINGKATAN .................................................................... 120

ii
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Matrik SWOT ................................................................................... 94

iii
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Siklus Hidup Agribisnis ........................................................................ 3

2. Diagram Sistem Agribisnis ................................................................... 8

3. Faktor lingkungan yang mempengaruhi sistem agribisnis .................. 52

iv
BAB 1
KONSEP, SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERANAN
DALAM PEREKONOMIAN

Alam telah memperlihatkan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini


berbentuk sistem, dari sistem yang paling sederhana hingga sistem yang paling
kompleks. Suatu sistem yang berada dalam jaring kehidupan akan saling
mempengaruhi dan saling tergantung satu sama lain sehingga kondisi setiap
sistem akan selalu terkait. Bila pengamatan difokuskan pada suatu sistem, akan
terlihat bahwa sistem terbentuk dari subsistem dan elemen, kemudian antara
subsistem/elemen terhubungkan oleh aliran energi dan untuk menjaga agar tidak
terjadi kekacauan hubungan maka terdapat semacam aturan atau prosedur yang
mengatur hubungan antara subsistem/elemen tersebut (Fathoni, 2012).
Wicaksana (2010) dalam Fathoni (2012) mengatakan untuk menyatakan
sistem sebagai satu kesatuan atau satu kumpulan perlu ditetapkan lebih dahulu
batasan sistem agribisnis. Keberadaan agribisnis diawali karena adanya
pemanenan energi surya melalui proses fotosintesis menjadi energi kimia,
sehingga produk-produk dasar agribisnis telah disediakan oleh alam. Peran
manusia adalah memanfaatkannya atau melakukan pengolahan untuk menambah
nilai produk tersebut dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya,
menggunakan teknologi yang dikuasainya agar diperoleh produk yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
Batasan pertama sistem agribisnis adalah komoditi atau Commodity.
Komoditi akan memiliki nilai ekonomi bila ada konsumen yang memerlukan
tetapi jumlah komoditi yang tersedia terbatas. Batasan kedua sistem agribisnis
adalah tempat atau Place dimana komoditi tersebut dihasilkan dan dipasarkan.
Batasan ketiga sistem agribisnis adalah kuantitas atau Quantity. Tidak mudah
memperoleh kuantitas komoditi agribisnis yang telah ditetapkan. Batasan keempat
bagi sistem agribisnis adalah kualitas atau Quality yang diperlukan konsumen.
Adanya pengaruh alam dan faktor genetika menyebabkan komoditi agribisnis
bervariatif. Proses seleksi, sortasi dan grading harus dilakukan berdasarkan
spesifikasi kualitas produk yang diperlukan oleh konsumen. Batasan kelima
1
adalah waktu atau Time. Ketersediaan komoditi agribisnis berfluktuasi tergantung
musim dan iklim. Selera dan kebutuhan konsumen juga selalu berubah ubah dari
waktu ke waktu apalagi komoditi agribisnis memiliki umur pakai yang terbatas
sehingga waktu merupakan pembatas sistem (Fathoni, 2012).
Batasan ini sesuai dengan pendapat para ahli agribisnis yang menyatakan
bahwa pengembangan agribisnis harus berpedoman pada 4-tepat, yaitu tepat
tempat, tepat jumlah, tepat kualitas dan tepat waktu. Pedoman 4-tepat ini perlu
dilengkapi lagi dengan satu pedoman tambahan yaitu tepat komoditi sehingga
menjadi 5-tepat karena komoditi agribisnis bervariasi sehingga perlu spesifikasi
komoditi yang jelas untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sistem agribisnis
berarti kesatuan dari semua unsur atau komponen terkait yang bekerja bersama-
sama sesuai fungsinya untuk menghasilkan produk pertanian bernilai tinggi dan
sampai kepada konsumen sesuai kebutuhan, serta dapat memberikan keuntungan
bagi sektor pertanian (Fathoni, 2012).
Menurut Wicaksana (2010) dalam Fathoni (2012) sebagaimana sistem
lainnya, sistem agribisnis juga memiliki siklus hidup. Agribisnis dipengaruhi oleh
siklus hidup tanaman dan siklus hidup manusia sehingga ada tiga siklus hidup
dalam agribisnis yaitu siklus hidup produsen, siklus hidup bisnis dan siklus hidup
konsumen. Tahapan siklus hidup sistem agribisnis dimulai dari tahap kelahiran
dimana sistem memiliki ketergantungan pada lingkungan. Tahap pertumbuhan/
pengembangan dimana sistem memiliki ketergantungan sekaligus bertransisi ke
kemandirian. Tahap dewasa stabil dimana sistem telah mandiri dan bersiap untuk
regenerasi. Tahap matang/penurunan; sistem memiliki saling ketergantungan
dengan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya.

2
Gambar 1. Siklus Hidup Agribisnis

Fase kelahiran merupakan fase lahirnya agribisnis dimana masih memiliki


ketergantungan, pada fase ini agribisnis masih memerlukan proteksi dan
perlindungan dari semua pihak yang berkepentingan termasuk proteksi dari
pemerintah melalui peraturan-peraturannya. Fase pertumbuhan merupakan fase
tumbuh berkembangnya agribisnis untuk mencari posisi di dunia usaha. Walaupun
pada fase ini agribisnis telah mulai menunjukkan kemandiriannya, masih
diperlukan pendampingan dan dukungan kebijakan untuk mengembangkan semua
potensi usaha yang dimilikinya. Fase produktif merupakan fase dewasa yang
mandiri dan stabil dimana agribisnis mampu memanfaatkan semua potensi yang
ada untuk berproduksi seoptimal mungkin dengan tujuan memposisikan diri,
mematangkan diri dan jika mampu melakukan ekspansi usaha secara vertikal
maupun horizontal. Fase penurunan merupakan fase saling ketergantungan antara
produsen dan konsumen. Pada fase ini agribisnis dituntut untuk melakukan
regenerasi atau reproduksi untuk mempertahankan kehidupan bisnisnya sekaligus
pengembangan usaha
Sistem agribisnis harus selalu berupaya memperbaharui siklus hidupnya
dengan perbaikan dan inovasi. Tujuannya adalah mempertahankan sistem
agribisnis dengan membentuk rantai siklus hidup sistem agribisnis agar mampu
3
bertahan mengikuti perkembangan kebutuhan konsumen dan menjadi agribisnis
yang berkelanjutan.

A. Pengertian Agribisnis
Agribisnis dalam arti sempit diartikan sebagai perdagangan atau
pemasaran hasil pertanian yang berusaha memaksimalkan keuntungan. Dalam arti
luas, agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mulai mata rantai produksi, pengolahan dan pemasaran hasil
yang ada hubungannya dengan komoditi pertanian dalam arti luas (usahatani,
perkebunanan, kehutanan, perikanan, perternakan) yang bertujuan untuk
memperoleh keutungan (profit oriented). Dengan kata lain, agribisnis diartikan
sebagai suatu kegiatan yang bertujuan memproleh keutungan yang meliputi
sebagian atau seluruh sektor agribisnis, yaitu sektor masukan, sektor produksi,
sektor pengeluaran (Gunawan, 2013).
Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson (1987) dalam
Gunawan (2013), agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan
penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran
produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan
penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha
yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh
kegiatan pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Wibowo dkk (1994) dalam Gunawan
(2013), agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan,
prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu
usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian
agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang memiliki beberapa
komponen sub sistim yaitu, sub sistim usaha tani/yang memproduksi bahan baku;
sub sistim pengolahan hasil pertanian, dan sub sistim pemasaran hasil pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Austin, agribisnis adalah kesatuan kegiatan
usaha yang meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana
4
dan prasarana produksi pertanian, transportasi, perdagangan, kestabilan pangan
dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan
kepada konsumen. Pengertian Agribisnis menurut Drillon, agribisnis adalah
sejumlah total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi
dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta
penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk
lain yang dihasilkan dari produk pertanian. Pengertian Agribisnis menurut Cramer
and Jensen, agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks, meliputi :
industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk
pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan
kepada pengguna/konsumen (Gunawan, 2013).
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir sektor pangan (food supply
chain). Dengan kata lain, agribisnis adalah cara pandang ekonomi bagi usaha
penyediaan pangan. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan
dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses
pengolahan, hingga tahap pemasaran. Dalam konteks manajemen agribisnis,
setiap elemen dalam produksi dan distribusi pertanian adalah sebagai aktivitas
agribisnis. Istilah agribisnis atau agribusiness, merupakan gabungan dari
agriculture (pertanian) dan business (bisnis). Dalam bahasa Indonesia dikenal
pula agrobisnis. Obyek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun
organisme lainnya (Sieva, 2015).
Kegiatan budidaya merupakan inti (core) agribisnis, meskipun suatu
perusahaan agribisnis tidak harus melakukan sendiri kegiatan ini. Apabila produk
budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut
pertanian subsisten, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif.
Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi
keperluan sehari-hari. Dalam perkembangan masa kini agribisnis tidak hanya
mencakup kepada industri makanan saja karena pemanfaatan produk pertanian
telah berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi.
FAO memiliki bagian yang beroperasi penuh pada pengembangan agribisnis yang
5
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan industri pangan di negara
berkembang (Sieva, 2015).

B. Agribisnis Sebagai suatu Sistem dan Bidang Usaha


Sistem adalah suatu kesatuan dari pada unsur-unsur atau komponen-
komponen yang saling berhubungan dan saling berinteraksi antara unsur atau
komponen yang satu dengan yang lainnya yang mana apabila salah satu dari unsur
atau komponen tersebut terganggu maka sistem tersebut juga akan terganggu.
Agribisnis merupakan suatu sistem dapat dikatakan demikian karena dalam
agribisnis terdapat berbagai komponen atau unsur-unsur yang saling berhubungan
dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya dalam melakukan kegiatan
agribisnis (Pardede, 2013).
Sebagaimana sistem pada umumnya, demikian pula agribisnis sebagai
sistem terdiri atas komponen input, proses, dan output. Komponen sistem
agribisnis yang tergolong input ialah unit-unit bisnis yang menghasilkan dan
memasok barang dan jasa untuk digunakan oleh komponen sistem agribisnis atau
unit usaha lain. Komponen proses dari sistem agribisnis ialah unit-unit bisnis yang
berfungsi memproduksi dan mengolah hasil produksi produk primer. Output ialah
produk-produk agribisnis yang tiba di tangan konsumen akhir (Anonim, 2012).
Unit-unit atau kegiatan bisnis (business entity) di dalam sistem agribisnis
dapat digolongkan ke dalam lima kelompok (identik dengan komponen sistem).
Berikut nama dan fungsi masing-masing unit bisnis tersebut (Anonim, 2012).
1. Agriindustri hulu : unit bisnis yang memproduksi input untuk komponen-
komponen lainnya dalam sistem agribisnis, termasuk untuk usahatani, usaha
perikanan, dan kehutanan.
2. Agriservis : unit bisnis penyedia jasa (selain jasa niaga). Termasuk di dalam
komponen ini antara lain kegiatan riset dan pengembangan, penyuluhan,
informasi, perkreditan, asuransi, pendidikan dan pelatihan, dan lain-lain.
3. Agriproduksi : unit bisnis yang menghasilkan produk-produk primer, identik
dengan usahatani, usaha perikanan dan kehutanan.

6
4. Agriindustri hilir : unit bisnis yang menjalankan fungsi pengolahan produk
primer menjadi barang siap konsumsi (final product) ataupun produk antara
(intermediate product) untuk unit bisnis lainnya. Contoh produk-produk yang
tergolong produk antara ialah minyak sawit sebagai bahan baku agriindustri
kimia, tepung terigu sebagai bahan baku agriindustri makanan, dan lain-lain.
5. Agriniaga (agrimarketing) : unit bisnis yang berfungsi menyelenggarakan
proses distribusi barang dan jasa antar-unit usaha (atau komponen) dan antara
sistem agribisnis dengan konsumen akhir. Komponen agriniaga tergolong
bisnis jasa, akan tetapi dipisahkan dari komponen agriservis, karena komponen
agriniaga dipandang memiliki peran penting dalam hubungannya dengan
kebijakan publik di bidang stabilitas pasar dan distribusi pendapatan
antarpelaku usaha. Pemisahan ini juga bermanfaat bagi keperluan analisis dan
perumusan kebijakan pengembangan agribisnis.
Dua komponen sistem agribisnis yang menghasilkan nilai tambah (added
value) ialah agriindustri hulu dan agriindustri hilir. Akan tetapi keduanya berbeda,
yaitu bahwa agriindustri hilir menghasilkan nilai tambah pada produk (output)
agribisnis, sedangkan agriindustri hulu pada input. Atas dasar ini maka
agriindustri hilir disebut sebagai added value generator (pembangkit nilai
tambah) dalam sistem agribisnis.
Contoh jenis-jenis input yang dihasilkan dalam komponen agriindustri
hulu ialah benih, alat-alat dan mesin, pupuk, kapal penangkap ikan, kaleng
kemasan daging, dan lain-lain. Barang dan jasa yang tergolong produk agribisnis
(output) ialah segala jenis makanan-minuman, pakaian, perabot berbahan baku
tumbuhan, kosmetika, suplemen dan obat-obatan berbahan baku produk atau
turunan produk tumbuhan-ternak-ikan, hiasan-hiasan, ban mobil, dan lain-lain.
Contoh jenis usaha yang termasuk dalam kelompok agriindustri hilir ialah industri
kuliner, pabrik coklat, pabrik sabun, pabrik ikan atau daging kaleng, pabrik tempe,
pabrik ban, industri garmen, dan lain; yaitu semua produk primer (hasil dari
komponen agriproduksi) yang telah melewati proses transformasi fungsional.

7
Agriproduksi
(Produksi produk
primer pertanian,
peternakan, perikanan,
Agroindustri Hulu
kehutanan

Produk Agribisnis :
Agroindustri hilir (Pangan, sandang,
papan, obat-obatan,
added value
energi, kosmetik, dll
generator

Agriservis (jasa)
Agriniaga
(jasa distribusi
marketing

Input Proses Output

Gambar 2. Diagram Sistem Agribisnis

Transformasi fungsional berlangsung dalam komponen agriindustri hilir


(dan hulu), yakni proses mengubah kegunaan potensial dari suatu produk menjadi
kegunaan aktual. Sebagai contoh, biji sawit bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia tetapi dalam bentuk biji tidak dapat dikonsumsi. Dalam hal
ini, biji sawit dikatakan memiliki kegunaan potensial. Selanjutnya, nanti setelah
diproses menjadi minyak goreng atau barang kosmetik barulah dihasilkan produk
dengan kegunaan aktual; ikan yang baru ditangkap memiliki kegunaan potensial
dan berubah menjadi ikan dengan kegunaan aktual setelah diproses menjadi
sashimi (Anonim, 2012).
Empat Subsistem Agribisnis antara lain adalah (Pardede, 2013) :
1. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) (off farm), Kegiatan
ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri
dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif
(mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit.
2. Subsistem produksi/usahatani (on farm agribusiness), kegiatan ekonomi yang
menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu
8
untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk ke dalam subsistem
usahatani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha
tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan,
dan kehutanan.
3. Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) (off farm), berupa
kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk
olahan, baik produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan
di pasar domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang
termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri
pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan serat
(kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi dan
bahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya.
4. Subsistem lembaga penunjang (off farm), seluruh kegiatan yang menyediakan
jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan
pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga
pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional,
kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya).
Dari keempat subsistem tersebut apabila salah satu subsistem terganggu
dan tidak dapat menjalankan sebagaimana fungsi utamanya, maka secara otomatis
secara keseluruhan sistem agribisnis tersebut juga akan terganggu. Dengan
demikian agribisnis dapat dikatakan sebagai sebuah sistem karena agribisnis
memiliki hubungan dan saling berinteraksi antara komponen yang satu dengan
yang lainnya dalam menjalankan kegiatan agribisnis.
Subsistem agribisnis adalah bagian dari sistem agribisnis di mana suatu
usaha terkait atau terpengaruh langsung maupun tidak langsung dengan suatu
proses produksi biologis (Zainal, 2012). Berikut ini secara singkat masing-masing
subsistem agribisnis ini dan para pelakunya mulai dari subsistem agribisnis hulu
sampai dengan subsistem agribisnis hilir.
1. Subsistem Pasokan Input (Agro input)
Subsistem pasokan input atau sektor masukan ini adalah mewadahi semua
pengusaha, baik skala kecil, menengah maupun besar yang menyediakan atau
9
memasok input bagi para petani di subsistem usahatani (on farm atau agro
production). Mereka adalah para pemasok benih/bibit tanaman, ternak dan
ikan; produsen pupuk, pestisida, makanan ternak/ikan, alat dan mesin
pertanian, vaksin hewan, bahan bakar; para pemasok tenaga kerja (hewan dan
manusia) dan sektor pembiayaan misalnya bank pertanian, koperasi kredit, dan
sebagainya. Subsistem pemasok input mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan efisiensi usahatani (penggunaan mesin-mesin pertanian yang
dapat menghemat pemakaian tenaga kerja manusia, terutama di daerah
kekurangan penduduk) dan produktivitas hasil (penggunaan bibit unggul dan
pupuk buatan), serta perluasan usahatani (melalui peminjaman modal dari
lembaga pembiayaan usahatani). Sektor input yang efisien, yang mampu
memasok input dalam jumlah dan waktu yang tepat merupakan fakta penentu
untuk meningkatkan atau paling tidak mempertahankan peningkatan efisiensi
produksi yang telah dicapai pada saat sebelumnya. Di Indonesia, para petani
tidak jarang menghadapi kesulitan dalam memperoleh input utama seperti
pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan veteriner dan kredit usahatani yang
menyebabkan tidak optimalnya hasil dan pendapatan yang diperoleh petani.
Pupuk dan pestisida adakalanya sulit diperoleh pada tempat dan waktu yang
dibutuhkan dan pencairan kredit yang datangnya terlambat. Di Indonesia
institusi pemerintah yang bertanggung jawab untuk memajukan sektor ini
terdiri atas : Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen
Keuangan dan mungkin juga Departemen Koperasi dan UMKM.
2. Subsistem Usahatani (Agro Production)
Ini adalah sektor pusat (inti) dalam agribisnis. Apabila ukuran, tingkat output,
dan efisiensi sektor ini meningkat pesat, sektor lain (off farm) juga akan ikut
berkembang baik. Baik buruknya keadaan sektor ini akan berdampak langsung
terhadap situasi keuangan sektor hulu (sektor input) dan sektor hilir
(pengolahan dan distribusi/pemasaran). Di Indonesia subsistem ini barangkali
yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Di sini berhimpun jutaan petani
kecil/gurem, ribuan petani menengah dan ratusan petani skala besar. Di
Indonesia tugas untuk memajukan subsistem ini berada di bawah tanggung
10
jawab beberapa departemen yaitu: Departemen Pertanian (komoditas pangan,
hortikultura, perkebunan dan peternakan), Departemen Kehutanan (tanaman
hutan, lebah madu) dan Departemen Kelautan dan Perikanan (hasil laut dan
ikan). Dalam sistem agribisnis, subsistem inilah barangkali yang kinerjanya
belum begitu memuaskan (bahkan mungkin yang paling rendah) dibandingkan
tiga subsistem yang lainnya.
3. Subsistem Pasca Panen dan Pengolahan (Aqro Industry)
Sektor ini bertanggung jawab atas pengubahan bentuk bahan baku yang
dihasilkan sektor usahatani menjadi produk konsumsi akhir pada tingkat
pengecer. Di Indonesia sektor ini mungkin nomor dua terbesar, setelah sektor
usahatani. Sektor ini rnenghasilkan nilai tambah paling besar dibandingkan
subsistem lainnya. Industri pangan olahan, jamu dan kosmetika, serta industri
tekstil di Indonesia banyak dikuasai dan dikendalikan oleh beberapa
perusahaan besar baik perusahaan domestik maupun perusahaan
asing/multinasional. Karena menghasilkan nilai tambah terbesar maka sektor
ini diyakini dapat menjadi sektor penarik bagi sektor usahatani. Maka prioritas
pengembangan sektor industri di Indonesia pada saat ini kiranya lebih tepat
pada pembenahan sektor agroindustri ini, bukan pada sektor industri hi-tech
seperti pesawat terbang, elektronika dan semacamnva.
4. Subsistem Distribusi dan Pemasaran(Agro Marketing)
Distribusi dan pemasaran produk agribisnis yang efisien perlu diciptakan. Para
pelaku di sektor distribusi dan pemasaran melibatkan para pedagang besar dan
pedagang eceran. Para pedagang besar produk primer membeli produk dari
pedagang pengumpul atau langsung dari para petani dan menjualnya kembali
kepada para pedagang eceran atau kepada perusahaan agroindustri. Untuk
pemasaran produk-produk olahan banyak melibatkan para pedagang besar dan
ribuan atau bahkan jutaan pedagang eceran di Indonesia usaha di sektor
distribusi ini banyak menyediakan lapangan kerja. Khususnya bagi pekerja
informal (pedagang kaki lima, pedagang asongan, warung-warung kecil).
Akhir-akhir ini industri eceran pangan cenderung mengarah pada toko yang
makin besar dan menawarkan lebih banyak ruang peragaan yang tentu
11
menampung lebih banyak jenis produk. Produk pangan segar dan olahan
banyak dijual di toko serba ada atau superstorer (Toserba) dan berbagai toko
swalayan. Perusahaan pertokoan modern yang bergerak di sektor eceran ini
misalnya Hero Supermarket, Toserba Yogya Toserba, Matahari, Indomarket
dan sebagainya. Kecenderungan ini pada sisi lain banyak mematikan
pedagang-pedagang kecil atau para pedagang di pasar tradisional. Pertokoan
modern ini membentuk mata rantai pertokoan (chain store) yang didefinisikan
sebagai pasar swalayan dengan sabelas toko atau lebih di bawah naungan satu
manajemen pusat. Toko semacam ini cenderung menawarkan harga yang lebih
rendah dan berusaha semakin tanggap terhadap kebutuhan konsumen. Dalam
hal ini banyak diterapkan teknik penjualan masal untuk memperbesar omzet.
Alat-alat penemuan teknologi, seperti pengendalian persediaan dengan
menggunakan komputer atau pengamat elektronik di pintu keluar-masuk, juga
digunakan untuk memperlancar operasi. Untuk menjamin kenyamanan dan
keamanan berbelanja bagi para pembeli tidak lupa dirancang tempat yang
cukup leluasa dengan ruangan ber-AC. gerobak belanja dan tim security
(satuan pengamanan) yang cukup bersahabat. Untuk mengurangi dampak
negatif dari kecenderungan perkembangan ini terhadap para pedagang kecil,
peritel modern ini hanya diperbolehkan beroperasi di kota-kota besar (setingkat
kotamadya/kabupaten dan propinsi).
5. Subsistem Jasa Pendukung (Agro Supporting)
Komponen-komponen dari subsistem ini meliputi antara lain jasa-jasa:
penelitian dan pengembangan (litbang) pendidikan dan pelatihan (diklat), jasa
penyuluhan, keuangan dan transportasi. Penyediaan berbagai jasa ini
diperlukan untuk membuat sistem agribisnis tersebut lengkap dan bekerja baik.
Di Indonesia pemerintah memiliki jasa-jasa yang disebutkan tersebut sehingga
pemerintah dapat berfungsi dan bertindak sebagai koordinator sistem. Kegiatan
litbang menghasilkan output berupa rakitan teknologi pertanian benih/bibit
unggul, masukan kebijakan dan sebagainya yang diperlukan oleh para pelaku
agribisnis. Di Indonesia selama ini fungsi tersebut dikerjakan oleh lembaga-
lembaga litbang milik departemen. Pendidikan dan pelatihan menawarkan
12
berbagai jasa untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang
pertanian dari para pelaku agribisnis. Selanjutnya jasa-jasa penyuluhan.
Berbagai bentuk pendidikan non formal, diperlukan untuk mengubah perilaku
dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pelaku agribisnis
khususnya di subsistem usahatani (penyuluhan pertanian) dan agroindustri
(penyuluhan perindustrian). Tak kalah pentingnya adalah jasa-jasa yang
diberikan oleh sektor transportasi dan keuangan yang berfungsi untuk
memperlancar arus input dari pemasok input ke usahatani dan arus komoditas
dari usahatani ke subsistem agroindustri atau langsung ke konsumen akhir.
Selanjutnya lembaga penyedia jasa keuangan berperan dalam membantu
tersedianya dana tambahan untuk melakukan perluasan usaha, memanfaatkan
peluang usaha baru dan untuk investasi baru.

C. Sejarah Perkembangan Agribisnis


Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan hulu dan hilir
mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor
pangan (food supply chain). Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara
pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik,
agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek
budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap
pemasaran (Rohman, 2013).
Obyek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme
lainnya. Kegiatan budidaya merupakan inti (core) agribisnis, meskipun suatu
perusahaan agribisnis tidak harus melakukan sendiri kegiatan ini. Apabila produk
budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut
pertanian subsisten, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif.
Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi
keperluan sehari-hari. Dalam perkembangan masa kini agribisnis tidak hanya
mencakup kepada industri makanan saja karena pemanfaatan produk pertanian

13
telah berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi
(Rohman, 2013).
Perjalanan pengembangan agribisnis di Indonesia hampir paralel dengan
sejarah pembangunan pertanian secara umum yang mengalami periode fase jatuh-
bangun yang menarik untuk ditelusuri lebih dalam. Periode jatuh bangun tersebut
sebenarnya amat berhubungan erat dengan kebijakan ekonomi makro dan strategi
pembangunan ekonomi secara umum. Pada era 1970-an Indonesia cukup berhasil
membangun fondasi atau basis pertumbuhan ekonomi yang baik setelah
pembangunan pertanian dan sistem agribisnis terintegrasi cukup baik ke dalam
kebijakan ekonomi makro (Fitri, 2014).
Hasil besar yang secara nyata yang dirasakan langsung oleh masyarkat
banyak adalah terpenuhinya kebutuhan pangan secara mandiri (swasembada) pada
pertengahan 1980-an. Ekonomi nasional tumbuh cukup tinggi, bahkan lebih dari 7
persen per tahun, karena kuatnya basis pertanian dan sumber daya alam.
Kesempatan kerja meningkat pesat dan kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam
menyerap pertumbuhan tenaga kerja baru juga amat besar. Akan tetapi, kondisi
kondusif tersebut harus berakhir secara tragis ketika pada akhir 1980-an dan awal
1990-an ekonomi pertanian dan agribisnis juga harus menderita cukup serius.
Sektor pertanian mengalami fase dekonstruktif dan tumbuh cukup rendah sekitar 3
persen karena proteksi besar-besaran pada sektor industri, apalagi berlangsung
melalui konglomerasi yang merapuhkan sistem agribisnis serta fondasi ekonomi
Indonesia umumnya (Fitri, 2014).
Ketika krisis ekonomi menimbulkan pengangguran besar dan limpahan
tenaga kerja dari sektor perkotaan tidak mampu tertampung di sektor pedesaan,
pertanian dan agribisnis pun harus menanggung beban ekonomi politik yang tidak
ringan. Ketangguhan sektor ini yang sempat dibanggakan pada saat puncak krisis
moneter akhirnya tidak mampu bertahan lebih lama karena pembangunan
pertanian dan proses transformasi ekonomi tidak dapat hanya disandarkan pada
kenaikan harga-harga (inflasi) semata. Pergerakan tenaga kerja dari pedesaan ke
perkotaan dan sebaliknya yang berlangsung cukup mulus sebelum krisis ekonomi
tidak dapat lagi terjadi tanpa biaya sosial yang cukup tinggi. Sektor pendukung
14
industri dan jasa yang selama itu mampu mengimbangi naiknya permintaan
aggregat karena pertumbuhan penduduk kini pun belum pulih karena rendahnya
investasi dan aktivitas produksi yang mampu memperluas kesempatan kerja (Fitri,
2014).
Melakukan pengembangan atau tepatnya upaya rekonstruksi agribisnis
tidak dapat dilakukan secara parsial, mengingat agribisnis adalah suatu rangkaian
sistem usaha berbasis pertanian dan sumberdaya lain dari hulu sampai hilir.
Agribisnis mencakup sub sistem sarana produksi atau bahan baku di hulu, proses
produksi biologis di tingkat bisnis atau usahatani, aktivitas transformasi berbagai
fungsi bentuk (pengolahan), waktu (penyimpanan atau pengawetan), dan tempat
(pergudangan) di tengah, serta pemasaran dan perdagangan di hilir, dan sub sistem
pendukung lain seperti jasa, permodalan, perbankan, dan sebagainya. Memilah-
milah suatu sistem agribisnis dalam satuan yang terpisah hanya akan
menimbulkan gangguan serius dalam seluruh rangkaian yang ada, dan bahkan
dapat menciptakan permasalahan tingkat berikutnya yang lebih dahsyat (Fitri,
2014).
Agribisnis mengedepankan suatu sistem budaya, organisasi dan
manajemen yang amat rasional, dirancang untuk memperoleh nilai tambah
(komersial) yang dapat disebar dan dinikmati oleh seluruh pelaku ekonomi secara
adil (fair), dari petani produsen, pedagang dan konsumen dari segenap lapisan
masyarakat. Membangun agribisnis di tingkat mikro tentu saja amat berhubungan
dengan peningkatan kapasitas (capacity building) petani dan pelaku usahatani
sebagai aktor terpenting dalam agribisnis. Namun, membiarkan para petani dan
pelaku agribisnis terjerumus dalam kancah perdagangan internasional yang makin
tidak simetris ini tentu saja dapat melenyapkan seluruh upaya yang dilakukan
secara susah payah di tingkat mikro tersebut (Fitri, 2014).
Perjalanan pengembangan agribisnis sebagai referensi berharga bagi upaya
rekonstruksi sistem agribisnis dan pembangunan pertanian secara umum. Upaya
tersebut amat relevan dalam perspektif merealisasikan wacana terpenting pasca
krisis ekonomi. Indonesia harus lebih serius dalam membangun basis sumberdaya
alam dan potensi ekonomi domestik dengan langkah investasi yang
15
menguntungkan. Struktur tulisan ini diawali oleh analisis terhadap kondisi
perjalanan sistem agribisnis dan menelusuri fenomena di balik jatuh-bangunnya
sektor pertanian Indonesia. Pembagian analisis ke dalam beberapa fase tersebut
diharapkan dapat membedah lebih dalam karakter sekian macam kebijakan dan
kondisi pembangunan ekonomi politik di Indonesia. Kemudian, pelajaran
berharga dari masing-masing fase dapat digunakan untuk mengurai langkah yang
diperlukan ke depan, sekaligus menjawab tantangan pengembangan agribisnis
Indonesia di masa mendatang (Fitri, 2014).

D. Peranan Agribisnis dalam Perekonomian Nasional dan Global


Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam
perekonomian nasional Indonesia. Sektor agribisnis menyerap lebih dari 75%
angkatan kerja nasional termasuk di dalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil
berupa usaha rumah tangga diperhitungkan maka sebesar 80% dari jumlah
penduduk nasional menggantung hidupnya pada sektor agribisnis. Peranan sektor
agribisnis yang demikian besar dalam perekonomian nasional memiliki implikasi
penting dalam pembangunan ekonomi nasional ke depan. Apabila perencanaan
pembangunan pertanian dan pelaksanaannya dikelola dengan baik, pembangunan
pertanian yang dilaksanakan dengan seksama dapat memperbaiki pendapatan
penduduk secara merata dan berkelanjutan. Pada akhirnya, hasil pembangunan
tersebut dapat memakmurkan masyarakat Indonesia secara keseluruhan (Anonim,
2016).
Besar dan luasnya peranan agribisnis dalam perekonomian nasional tidak
terlepas dari fungsi agribisnis (Anonim, 2013), yaitu :
1. Menghasilkan bahan mentah atau komoditas primer baik bahan pangan, serat,
bangunan, atau bahan lainnya
2. Menghasilkan produk antara atau barang jadi baik pangan, bahan pembuat
tekstil, bahan bangunan, obat-obatan, dan sebagainya
3. Menyerap tenaga kerja dari yang unskilled sampai yang skilled
4. Menyumbang pada pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi, dan
5. Menghasilkan devisa negara melalui kegiatan ekpor maupun pariwisata.
16
Dalam perekonomian Indonesia, agribisnis mempunyai peranan yang
sangat penting sehingga mempunyai nilai strategis. Peranan agribisnis adalah
sebagai berikut (Anonim, 2013).
1. Peranan agribisnis dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) sangat
besar. Peranan agribisnis dalam penyerapan tenaga kerja. Karakteristik
teknologi yang digunakan dalam agribisnis bersifat akomodatif terhadap
keragaman kualitas tenaga kerja sehingga tidak mengherankan agribisnis
menjadi penyerap tenaga kerja nasional yang terbesar.
2. Peranan agribisnis dalam perolehan devisa. Selama ini selain ekspor migas,
hanya agribisnis yang mampu memberikan net-ekspor secara konsisten.
Peranan agribisnis dalam penyediaan bahan pangan. Ketersediaan berbagai
ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan tempat yang
terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan
pembangunan di Indonesia.
3. Peranan agribisnis dalam mewujudkan pemerataan hasil pembangunan
(equity). Pemerataan pembangunan sangat ditentukan oleh teknologi yang
digunakan dalam menghasilkan output nasional, yaitu apakah bias atau pro
terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh rakyat banyak. Saat ini
faktor produksi yang banyak dimiliki oleh sebagian besar rakyat adalah sumber
daya lahan, flora dan fauna, serta sumber daya manusia. Untuk mewujudkan
pemerataan di Indonesia perlu digunakan teknologi produksi output nasional
yang banyak menggunakan sumber daya tersebut, yaitu agribisnis.
Untuk pelaksanaan pembangunan sistem agribisnis dirancang dengan
melibatkan lembaga ekonomi dan lembaga penunjang lain seperti lembaga
ekonomi masyarakat. Lembaga ekonomi masyarakat ini kemudian akan
menunjang subsistem agribisnis, kegiatan usaha tani, penyedia informasi, layanan
jasa, serta penerapan teknologi pertanian. Lebih jelas lagi agribisnis disini
diarahkan pada agroindustri, sehingga nantinya akan menghasilkan nilai tambah
yang lebih bagi komoditi pertanian. Dampak lebih lanjut adalah efek multiplier
yang menciptakan peluang-peluang usaha baru. Untuk itu dalam upaya
pemberdayaan masyarakat sektor ini harus jadi sasaran utama. Sedangkan dalam
17
penguatan ekonomi rakyat agribisnis merupakan syarat keharusan (necessary
condition), yang menjamin iklim makro yang kondusif bagi pengembangan
ekonomi rakyat yang sebagian besar berada pada kegiatan ekonomi berbasis
pertanian (Kartono, 2013).
Untuk penguatan ekonomi rakyat secara nyata, diperlukan syarat
kecukupan berupa pengembangan organisasi bisnis yang dapat merebut nilai
tambah yang tercipta pada setiap mata rantai ekonomi dalam kegiatan agribisnis.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam perekonomian Indonesia, agribisnis
berperan penting sehingga mempunyai nilai strategis (Kartono, 2013).
Peranan agribisnis dalam perekonomian nasional dapat diukur dengan
berbagai indikator yang terdiri dari (Kartono, 2013) :
1. Kontribusi dalam pembentukan GDP, singkatan dari Gross Domestic Product
(GDP) dalam bahasa Indonesia Produk Domestik Bruto. Nilai total nilai pasar
dari semua akhir barang dan jasa diproduksi di suatu negara pada tahun
tertentu, sama dengan jumlah konsumen, investasi dan pemerintah
pengeluaran, ditambah dengan nilai dari ekspor, dikurangi nilai imporsebagai
penyumbang nilai tambah terbesar dalam perekonomian nasional dimana 45%
nilai tambah perekonomian nasional tercipta dari sektor agribisnis (Tahun
1990), peranan tersebut meningkat menjadi 47% pada tahun 1995. Dengan
demikian, cara yang paling efektif untuk meningkatkan GDP nasional adalah
melalui pembangunan agribisnis. Struktur pendapatan rumah tangga pada
tahun 1999 menunjukkan bahwa peranan kegiatan usahatani (on farm) adalah
54,35% sedangkan off farm hanya 6,10%. Informasi ini menunjukkan peran
dominan agribisnis dalam struktur ekonomi rumah tangga pedesaan dan
pertumbuhan perekonomian nasional.
2. Kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja, Penyerapan tenaga kerja di sektor
agribisnis mengalami peningkatan dari 74% pada tahun 1990 menjadi 77%
pada tahun 1995. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pengembangan
agribisnis mampu untuk meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha.
3. Kontribusi dalam perdagangan internasional. Peningkatan ekspor sebesar 6%
pada periode tahun 1990-1995 menunjukkan bahwa agribisnis merupakan
18
penyumbang terbesar dalam devisa negara dan mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, serta
devisa negara dapat dicapai melalui pembangunan agribisnis.
4. Kontribusi dalam pembangunan ekonomi daerah. Pendayagunaan berbagai
sumber daya merupakan cara yang paling efektif dan efisien dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Sumber daya ekonomi yang dapat digunakan
dalam pembangunan ekonomi daerah adalah sumber daya agribisnis seperti
sumber daya alam, sumberdaya manusia di bidang agribisnis, teknologi di
bidang agribisnis, dan lain-lain. Melalui percepatan modernisasi agribisnis di
setiap daerah akan secara langsung memodernisasi perekonomian daerah dan
dapat memecahkan sebagian besar persoalan ekonomi di daerah.
5. Kontribusi dalam ketahanan pangan nasional. Tanpa dukungan pangan yang
bermutu dan cukup maka akan sulit untuk menghasilkan sumberdaya manusia
yang bermutu sehingga diperlukan ketahanan pangan dalam arti
keterjangkauan pangan. Perlu dibangun suatu sistem ketahanan pangan yang
berakar kokoh pada keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan
budaya lokal. Terjadinya defisit pada beberapa komoditas pangan seperti gula
dan kedelai sedangankan beras dan jagung telah mencukupi kebutuhan
masyarakat. Pembanguan agribisnis akan menunjang sistem ketahanan pangan
yang kokoh melalui penganekaragaman sumberdaya hayati di setiap daerah.
6. Kontribusi dalam pelestarian lingkungan hidup. Terjadinya kemerosotan
lingkungan yang mengancam keberlangsungan hidup manusia. Peranan
agribisnis dalam pelestarian lingkungan hidup: (a) Membuka kesempatan
ekonomi yang luas di setiap daerah sehingga akan menatik penyebaran
penduduk beserta aktiviasnya, (b) Pengembangan agribisnis dengan
mendayagunakan keanekaragaman hayati dapat mempertahankan
keberlangsungan keanekaragaman hayati tersebut, (c) Adanya perkebunan
karbon yang efektif dalam mengurangi emisi gas karbon atmosfir, (d)
Pembangunan agribisnis menghasilkan produk yang biodegradable yang dapat
mengurangi produk-produk kimia, dan (e) Pengembangan agribisnis
19
menghasilkan nilai tambah yang dapat mengurangi tekanan sumberdaya dan
lingkungan hidup.
7. Kontribusi dalam pemerataan hasil pembangunan. Pemerataan pembangunan
sangat ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam menghasilkan output
nasional, yaitu apakah bias atau pro terhadap faktor-faktor produksi yang
dimiliki oleh rakyat banyak. Saat ini faktor produksi yang banyak dimiliki oleh
sebagian besar rakyat adalah sumber daya lahan, flora dan fauna, serta sumber
daya manusia. Untuk mewujudkan pemerataan di Indonesia perlu digunakan
teknologi produksi output nasional yang banyak menggunakan sumber daya
tersebut, yaitu agribisnis.

20
BAB 2
SISTEM AGRIBISNIS DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA
(SUBSISTEM AGRIBISNIS)

Sebagaimana sistem pada umumnya, demikian juga agribisnis sebagai


sistem terdiri atas komponen input, proses, dan output. Komponen sistem
agribisnis yang tergolong input ialah unit-unit bisnis yang menghasilkan dan
memasok barang dan jasa untuk digunakan oleh komponen sistem agribisnis atau
unit usaha lain. Komponen proses dari sistem agribisnis ialah unit-unit bisnis yang
berfungsi memproduksi dan mengolah hasil produksi produk primer. Output ialah
produk-produk agribisnis yang tiba di tangan konsumen akhir.
Agribisnis sebagai sistem adalah merupakan seperangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Secara
konsepsional sistem agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan
penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang
dihasilkan oleh usahatani dan agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Sistem agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian
sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus sebagai suatu
konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah dan tantangan.
Sistem agribisnis merupakan kesatuan atau kumpulan dari elemen agribisnis yang
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama, menggunakan
input dan mengeluarkan output produk agribisnis melalui pengendalian proses
yang telah direncanakan (Wicaksana, 2010).
Sistem agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis
yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input
produksi, informasi, dan teknologi; subsistem usahatani, yaitu kegiatan produksi
pertanian primer tanaman dan hewan; subsistem agribisnis pengolahan
(manufaktur), subsistem pemasaran; dan subsistem penunjang, yaitu dukungan
sarana dan prasarana serta lingkungan yanng kondusif bagi pengembangan
agribisnis (Mulyana, 2014 dan Sieva, 2015).
Untuk menyatakan sistem sebagai satu kesatuan atau satu kumpulan perlu
ditetapkan lebih dahulu batasan sistem agribisnis. Batasan sistem merupakan batas
21
maya yang memisahkan sistem agribisnis dengan lingkungannya atau
memisahkan sistem agribisnis dengan sistem yang lain. Keberadaan agribisnis
diawali karena adanya pemanenan energi surya melalui proses fotosintesis
menjadi energi kimia, sehingga produk-produk dasar agribisnis telah disediakan
oleh alam. Peran manusia adalah memanfaatkannya atau melakukan pengolahan
untuk menambah nilai produk tersebut dengan menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya, menggunakan teknologi yang dikuasainya agar diperoleh produk
yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Manusia dapat memanfaatkan produk
agribisnis dalam berbagai bentuk yaitu dalam bentuk bahan baku, produk setengah
jadi atau produk jadi. Produk agribisnis inilah yang menjadi komoditi ekonomi
(Wicaksana, 2010).
Batasan pertama sistem agribisnis adalah komoditi. Komoditi akan
memiliki nilai ekonomi bila ada konsumen yang memerlukan tetapi jumlah
komoditi yang tersedia terbatas. Kondisi ini akan ditemukan bila ada pemilihan
tempat dimana terjadi pertemuan penjual dan konsumen, pelaku agribisnis perlu
menentukan tempat tertentu untuk menawarkan produknya kepada konsumen.
Batasan kedua sistem agribisnis adalah tempat dimana komoditi tersebut
dihasilkan dan dipasarkan. Sebagai suatu bisnis, ada skala ekonomi tertentu yang
harus dipenuhi untuk memperoleh profit. Untuk memenuhi skala ekonomi
tersebut, produk agribisnis harus mencapai kuota atau volume tertentu, atau
dengan kata lain ada batasan jumlah tertentu yang harus dipenuhi (Wicaksana,
2010).
Batasan ketiga sistem agribisnis adalah kuantitas. Tidak mudah
memperoleh kuantitas komoditi agribisnis yang telah ditetapkan. Adanya
pengaruh alam dan faktor genetika menyebabkan komoditi agribisnis amat
bervariatif. Proses seleksi, sortasi dan grading harus dilakukan berdasarkan
spesifikasi kualitas produk yang diperlukan oleh konsumen. Batasan keempat bagi
sistem agribisnis adalah kualitas yang diperlukan konsumen. Ketersediaan
komoditi agribisnis berfluktuasi tergantung musim dan iklim. Selera dan
kebutuhan konsumen juga selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu apalagi
komoditi agribisnis memiliki umur pakai yang terbatas sehingga waktu
22
merupakan pembatas sistem, sehingga batasan sistem agribisnis yang kelima
adalah waktu (Wicaksana, 2010).
Dilihat dari berbagai aspek, seperti potensi sumberdaya yang dimiliki, arah
kebijakan pembangunan nasional, potensi pasar domestik dan internasional
produk-produk agribisnis, dan peta kompetisi dunia, Indonesia memiliki prospek
untuk mengembangkan sistem agribisnis. Prospek ini secara aktual dan faktual ini
didukung oleh hal-hal sebagai berikut (Prassojo, 2012) :
Pertama, pembangunan sistem agribisnis di Indonesia telah menjadi
keputusan politik. Rakyat melalui MPR telah memberi arah pembangunan
ekonomi sebagaimana dimuat dalam GBHN 1999-2004 yang antara lain
mengamanatkan pembangunan keunggulan komparatif Indonesia sebagai negara
agraris dan maritim. Arahan GBHN tersebut tidak lain adalah pembangunan
sistem agribsinis.
Kedua, pembangunan sistem agribisnis juga searah dengan amanat
konstitusi yakni No. 22 tahun 1999, UU No. 25 tahun 1999 dan PP 25 tahun 2000
tentang pelaksanaan Otonomi Daaerah. Dari segi ekonomi, esensi Otonomi
Daerah adalah mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan
mendayagunakan sumberdaya yang tersedia di setiap daerah, yang tidak lain
adalah sumberdaya di bidang agribinsis. Selain itu, pada saat ini hampir seluruh
daerah struktur perekonomiannya (pembentukan PDRB, penyerapan tenaga kerja,
kesempatan berusaha, eskpor) sebagian besar (sekitar 80%) disumbang oleh
agribinsis. Karena itu, pembangunan sistem agribisnis identik dengan
pembangunan ekonomi daerah.
Ketiga, Indonesia memiliki keunggulan komparatif (comparative
advantage) dalam agribisnis. Kita memiliki kekayaan keragaman hayati
(biodivercity) daratan dan perairan yang terbesar di dunia, lahan yang relatif luas
dan subur, dan agroklimat yang bersahabat untuk agribisnis. Dari kekayaan
sumberdaya yang kita miliki hampir tak terbatas produk-produk agribisnis yang
dapat dihasilkan dari bumi Indoensia. Selain itu, Indonesia saat ini memiliki
sumberdaya manusia (SDM) agribisnis, modal sosial (kelembagaan petani, local

23
wisdom, indegenous technologies) yang kuat dan infrastruktur agribisnis yang
relatif lengkap untuk membangun sistem agribisnis.
Keempat, pembangunan sistem agribisnis yang berbasis pada sumberdaya
domestik (domestic resources based, high local content) tidak memerlukan impor
dan pembiayaan eksternal (utang luar negeri) yang besar. Hal ini sesuai dengan
tuntutan pembangunan ke depan yang menghendaki tidak lagi menambah utang
luar negeri karena utang luar negeri Indonesia yang sudah terlalu besar.

A. Subsistem Agroinput, Agroproduksi, Agroniaga, dan Agrosupporting


1. Subsistem Agroinput
Subsistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan
dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana
produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input
usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan
tepat produk. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produsi merupakan
subsistem awal atau hulu dalam agribisns. Meliputi pengadaan sarana produksi
pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, makanan ternak, pupuk, obat
pemberantas hama dan penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat, mesin,
dan peralatan produksi pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan
penyaluran sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah,
koperasi. Betapa pentingnya subsistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari
berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses agribisnis. Industri yang meyediakan
sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri hulu (Bahri, 2016).
Sarana produksi yang baik biasanya digunakan baik dalam proses awal
pembukaan lahan, budidaya pertanian seperti pemupukan, pemeliharaan tanaman
dan lain-lain sampai dengan proses pemanenan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan utama dari sarana produksi dalam bidang pertanian adalah untuk
meningkatkan produktivitas kerja petani dan merubah hasil yang sederhana
menjadi lebih baik. Sarana produksi pertanian terdiri dari bahan yang meliputi,
benih, pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh, obat-obatan, dan peralatan lain yang
digunakan untuk melaksanakan produksi pertanian. Sarana-sarana tersebut harus
24
sudah dipersiapkan sebelum memulai kegiatan sarana budidaya tanaman (Bahri,
2016).
Subsistem agribisnis hulu akan menentukan keberhasilan proses produksi
pada subsistem usahatani. Hal yang paling penting dalam subsistem agribisnis
hulu adalah ketersediaan sarana produksi pada waktu, jumlah, mutu dan harga
yang tepat karena proses produksi usahatani pada umumnya sangat tergantung
kepada musim dan proses biologis tanaman.
Sarana produksi pertanian merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama
untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan. Banyak sekali fungsi dari
alat dan mesin pertanian misalnya saja untuk pengolahan tanah, menaikkan kadar
air serta dapat mengolah hasil pertanian. Banyak cara yang bisa digunakan oleh
petani untuk mempermudah pekerjaan mereka salah satunya yaitu dengan cara
menggunakan alat yang modern selain dapat memudahkan pekerjaan juga dapat
mempersingkat waktu dan menaikkan hasil produksi dalam bidang pertanian.
Sarana-sarana tersebut harus sudah dipersiapkan sebelum memulai kegiatan
budidaya tanaman. Penerapan sarana produksi yang baik dapat memberikan hasil
yang baik bagi pertanian indonesia. Sarana produksi dapat dikembangkan dengan
pengetahuan yang ada, seperti benih unggul, benih unggul didapat dari sortasi
benih yang merupakan pilihan dari banyak benih. Induk yang baik memberikan
benih yang baik pula, pembudidayaan tanaman induk yang baik akan sangat
berperan dalam penentuan hasil yang baik (Rian, 2014).
Sarana produksi yang baik biasanya digunakan baik dalam proses awal
pembukaan lahan, budidaya pertaian seperti pemupukan, pemeliharaan tanaman
dan lain-lain sampai dengan proses pemanenan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan utama dari sarana produksi dalam bidang pertanian adalah untuk
meningkatkan produktivitas kerja petani dan merubah hasil yang sederhana
menjadi lebih baik. Penerapan sarana produksi yang baik dapat memberikan hasil
yang baik bagi pertanian indonesia. Sarana produksi dapat dikembangkan dengan
pengetahuan yang ada, seperti benih unggul, benih unggul didapat dari sortasi
benih yang merupakan pilihan dari banyak benih. Induk yang baik memberikan
25
benih yang baik pula, pembudidayaan tanaman induk yang baik akan sangat
berperan dalam penentuan hasil yang baik (Rian, 2014).
2. Subsistem Agroproduksi
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan
usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk
kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi,
dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini
ditekankan pada usahatani yang intensif dan lestari (sustainable), artinya
meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi
tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan
air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan
usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka (Laksana, 2013).
3. Subsistem Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan
agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem
ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence
pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
4. Subsistem Agrosupporting
Komponen-komponen dari subsistem ini meliputi antara lain jasa-jasa:
penelitian dan pengembangan (litbang) pendidikan dan pelatihan (diklat), jasa
penyuluhan, keuangan dan transportasi. Penyediaan berbagai jasa ini diperlukan
untuk membuat sistem agribisnis tersebut lengkap dan bekerja baik. Di Indonesia
pemerintah memiliki jasa-jasa yang disebutkan tersebut sehingga pemerintah
dapat berfungsi dan bertindak sebagai koordinator sistem. Kegiatan litbang
menghasilkan output berupa rakitan teknologi pertanian benih/bibit unggul,
masukan kebijakan dan sebagainya yang diperlukan oleh para pelaku agribisnis.
Di Indonesia selama ini fungsi tersebut dikerjakan oleh lembaga-lembaga litbang
milik departemen. Pendidikan dan pelatihan menawarkan berbagai jasa untuk
peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang pertanian dari para pelaku
agribisnis. Berbagai bentuk pendidikan non formal, diperlukan untuk mengubah
26
perilaku dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pelaku agribisnis
khususnya di subsistem usahatani (penyuluhan pertanian) dan agroindustri :
penyuluhan perindustrian). Tak kalah pentingnya adalah jasa-jasa yang diberikan
oleh sektor transportasi dan keuangan yang berfungsi untuk memperlancar arus
input dari pemasok input ke usahatani dan arus komoditas dari usahatani ke
subsistem agroindustri atau langsung ke konsumen akhir. Selanjutnya lembaga
penyedia jasa keuangan berperan dalam membantu tersedianya dana tambahan
untuk melakukan perluasan usaha, memanfaatkan peluang usaha baru dan untuk
investasi baru.

B. Peranan Pemerintah Sebagai Pemandu Sistem


Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi tidak
hanya berperan sebagai salah satu pelaku ekonomi, akan tetapi pemerintah juga
berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan terhadap jalannya
roda perekonomian demi tercapainya tujuan pembangunan nasional (Anonim,
2015). Dalam rangka melaksanakan peranannya tersebut pemerintah menempuh
kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini.
1) Kebijaksanaan dalam dunia usaha
Usaha untuk mendorong dan memajukan dunia usaha, pemerintah melakukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini.
a) Pemerintah mengeluarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
b) Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 mengatur tentang Usaha
Perbankan.
c) Pemerintah mengubah beberapa bentuk perusahaan negara agar tidak
menderita kerugian, seperti Perum Pos dan Giro diubah menjadi PT Pos
Indonesia, Perjan Pegadaian diubah menjadi Perum Pegadaian.
2) Kebijaksanaan di bidang perdagangan
Di bidang perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan berupa
kebijaksanaan ekspor dan kebijaksanaan impor. Pemerintah menetapkan
kebijakan ekspor dengan tujuan untuk memperluas pasar di luar negeri dan
meningkatkan daya saing terhadap barangbarang luar negeri. Adapun
27
kebijakan impor dimaksudkan untuk menyediakan barang-barang yang tidak
bisa diproduksi dalam negeri, pengendalian impor, dan meningkatkan daya
saing.
3) Kebijaksanaan dalam mendorong kegiatan masyarakat
Kebijaksanaan pemerintah dalam mendorong kegiatan masyarakat mencakup
hal-hal berikut ini.
a) Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana umum.
b) Kebijaksanaan menyalurkan kredit kepada pengusaha kecil dan petani.
c) Kebijaksanaan untuk memperlancar distribusi hasil produksi.
Peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi suatu negara, dapat di
analogikan dengan kepala rumah tangga, dimana pemerintah berupaya untuk
menstabilkan gejolak ekonomi di dalam negaranya (Pangestu, 2012). Tujuan
pemerintah dalam menstabilkan ekonomi negaranya adalah :
1. Agar dapat memenuhi kebutuhan para pelaku ekonomi (produsen, konsumen,
lembaga penunjang ekonomi).
2. Membangun system perekonomian dalam bentuk system kelembagaan
ekonomi, sistem perundang-undanga dan peraturan kebijakannya, sistem
pengelolaan manajemen pemerintahan, perumusan kebijakan ekonomi, juga
sistem distribusi dan pengembangan infrastuktur publik.
3. Terus mengawasi agar terjadi pertumbuhan ekonomi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dapat ikut campur baik aktif
maupun pasif. Tujuan dari pembangunan ekonomi adalah mencapai tingkat
kemakmuran yang lebih tinggi.Proses pemupukan cadangan atau capital stock
dilakukan pemerintah dengan melakukan perencanaan ekonomi makro dengan
menetapkan target-target pembangunan di sektor riil, fiskal dan moneter. Target
tersebut dirumuskan dengan memperhatikan system ekonomi, partisipasi pelaku
ekonomi, sumber pendanaan, dan berbagai kebijakan ekonomi yang diperlukan.
Menurut kaum klasik mengatakan bahwa yang penting bagi pemerintah
adalah tidak mengerjakan aktivitas-aktivitas yang telah dikerjakan oleh para
individu apakah baik atau jelek, tetapi pemerintah hendaknya mengerjakan

28
aktivitas-aktivitas yang sama sekali tidak/belum pernah dikerjakan oleh sektor
swasta baik secara perorangan maupun bersama-sama.
Menurut Adam Smith (klasik), pemerintah memiliki 3 fungsi yaitu :
1. Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan pertahanan.
2. Fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan peradilan.
3. Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak disediakan.
Menurut Montesqieu (klasik), kekuasaan negara dapat dipisahkan menjadi
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dalam prakteknya, kekuasaan
eksekutif (pemerintah, yaitu presiden dan para pembantunya) lazimnya paling
berpengaruh terhadap suatu perekonomian. Peranan pemerintah dalam
perekonomian yaitu :
1. Menetapkan kerangka hukum (legal framework) yang melandasi suatu
perekonomian.
2. Mengatur/meregulasi perekonomian dengan alat subsidi dan pajak.
3. Memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti
kredit, penjaminan pinjaman dan asuransi.
4. Membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan oleh perusahaan swasta,
misalnya persenjataan.
5. Meredistribusikan (membagi ulang) pendapatan dari suatu kelompok ke
kelompok lainnya.
6. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial, misalnya memelihara anak-anak
terlantar, menyantuni fakir miskin dan sebagainya.
Peran pemerintah dalam perekonomian modern terbagi menjadi :
1. Peran alokasi
a. Pada dasarnya sumber daya yang dimiliki suatu negara adalah terbatas.
b. Pemerintah harus menentukan seberapa besar dari sumber daya yang dimiliki
akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang publik, dan seberapa
besar akan digunakan untuk memproduksi barang-barang individu.
c. Pemerintah harus menentukan dari barang-barang publik yang diperlukan
warganya, seberapa besar harus disediakan oleh pemerintah, dan seberapa
besar yang dapat disediakan oleh rumah tangga perusahaan.
29
2. Peran distribusi
a. Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar alokasi sumber daya
ekonomi dilaksanakan secara efisien.
b. Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar kekayaan terdistribusi
secara baik dalam masyarakat, misalnya melalui kebijakan : perpajakan,
subsidi, pengentasan kemiskinan, transfer penghasilan dari daerah kaya ke
daerah miskin, bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, dan lain-lain.
3. Peran stabilisasi.
a. Pada pemerintahan modern saat ini, hampir semua negara menyerahkan roda
perekonomiannya kepada pihak swasta/perusahaan.
b. Pemerintah lebih berperan sebagai stabilisator, untuk menjaga agar
perekonomian berjalan normal:
Peran pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomi berarti pemerintah
melakukan kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi (Anonim, 2015).
1) Kegiatan produksi
Pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai pelaku ekonomi, mendirikan
perusahaan negara atau sering dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2003, BUMN adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
BUMN dapat berbentuk Perjan (Perusahaan Jawatan), Perum (Perusahaan
Umum), dan Persero (Perusahaan Perseroan). BUMN memberikan kontribusi
yang positif untuk perekonomian Indonesia. Pada sistem ekonomi kerakyatan,
BUMN ikut berperan dalam menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan
dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pelaksanaan
peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha hampir di seluruh
sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan,
manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi,
listrik, industri, dan perdagangan serta konstruksi. BUMN didirikan pemerintah
untuk mengelola cabang-cabang produksi dan sumber kekayaan alam yang
strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Secara umum, peran
30
BUMN dapat dilihat pada hal-hal berikut ini : (a) mengelola cabang-cabang
produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, (b) sebagai pengelola
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya secara efektif dan
efisien, (c) sebagai alat bagi pemerintah untuk menunjang kebijaksanaan di
bidang ekonomi, dan (d) menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat
sehingga dapat menyerap tenaga kerja.
2) Kegiatan konsumsi
Pemerintah berperan sebagai pelaku konsumsi dan membutuhkan barang dan
jasa untuk menjalankan tugasnya. Seperti halnya ketika menjalankan tugasnya
dalam rangka melayani masyarakat, yaitu mengadakan pembangunan gedung-
gedung sekolah, rumah sakit, atau jalan raya. Tentunya pemerintah akan
membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir, aspal, dan
sebagainya. Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk
menjalankan tugasnya. Contoh-contoh mengenai kegiatan konsumsi yang
dilakukan pemerintah masih banyak, seperti membeli barang-barang untuk
administrasi pemerintahan, menggaji pegawai-pegawai pemerintah, dan
sebagainya.
3) Kegiatan distribusi
Selain kegiatan konsumsi dan produksi, pemerintah juga melakukan kegiatan
distribusi. Kegiatan distribusi yang dilakukan pemerintah dalam rangka
menyalurkan barang-barang yang telah diproduksi oleh perusahaanperusahaan
negara kepada masyarakat. Misalnya pemerintah menyalurkan sembilan bahan
pokok kepada masyarakat-masyarakat miskin melalui BULOG. Penyaluran
sembako kepada masyarakat dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh
pemerintah harus lancar. Apabila kegiatan distribusi tidak lancar akan
memengaruhi banyak faktor seperti terjadinya kelangkaan barang, harga
barang-barang tinggi, dan pemerataan pembangunan kurang berhasil. Oleh
karena itu, peran kegiatan distribusi sangat penting.
Hal-hal yang berkenaan dengan peekonomian nasional telah diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33, yaitu : perekonomian disusun sebagai
31
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan sebesare-besar untuk kemakmuran rakyat.
Perekonomian ansional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional. Jadi Pemerintah memiliki peran yang sangat penting
dalam perekonomian, baik secara penuh maupun tidak penuh. Secara penuh
pemerintah sebagai pemilih, pengatur, perencana, pelaksana, dan pengawas.

32
BAB 3
ORGANISASI AGRIBISNIS

Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan
bersama. Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa
aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan
eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang
dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh
masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan
sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga
menekan angka pengangguran (Yatni, 2013).
Organisasi agribisnis adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang
perekonomian dalam sektor pertanian. Pada umumnya berbentuk sebagai badan
usaha. Badan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum) dan ekonomis yang
menggunakan modal dan tenaga kerja untuk mencari keuntungan. Perusahaan
adalah unit ekonomi yang mengkombinasikan sumber daya manusia, alam, modal,
dan pengusaha (wirausaha) untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa tertentu
(Irsyad,2011).
Agribisnis dapat diartikan secara sempit dan secara luas. Dalam artian
sempit, agribisnis hanya merujuk pada produsen dan pembuat/penyalur input
untuk produksi pertanian. Dalam artian luas, agribisnis mencakup keseluruhan
perusahaan yang terkait dengan kegiatan perbekalan pertanian, usaha tani,
pemrosesan hasil usaha tani dan pemasarannya (Silalahi, 2013). Agribisnis
sebagai suatu sistem terdiri dari subsistem pengadaan dan penyaluran sarana
produksi, subsistem usaha tani, subsistem agroindustri serta subsistem distribusi
dan pemasaran hasil pertanian. Bentuk organisasi agribisnis tidak ditentukan oleh
ukuran atau jenis agribisnis. Ada empat bentuk dasar usaha dalam agribisnis yaitu
perusahaan perorangan, persekutuan, perseroan, dan koperasi. Pemilihan bentuk
organisasi ini dapat didasarkan pada keunggulan dan kelemahan masing-masing
bentuk organisasi atau perkembangan dari agribisnis.

33
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan hulu dan hilir
mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor
pangan (food supply chain). Dalam kerangka berpikir sistem ini, pengelolaan
tempat usaha pembibitan,penyediaan input produksi,dan sarana produksi, biasa
diistilahkan sebagai aspek hulu. Sementara kegiatan pasca panen seperti :
distribusi, pengolahan, dan pemasaran dimasukkan dalam aspek hilir. Sedangkan
Budidaya dan pengumpulan hasil merupakan bagian dari aspek proses produksi.
Agribisnis dapat bergerak dalam kegiatan apa saja yang ada kaitannya
dengan produksi, pemrosesan, dan pemasaran bahan pangan. Walaupun agribisnis
yang dikelola satu orang atau satu keluarga bukan tidak biasa, tetapi hampir
semua volume bisnis yang sebenarnya di dalam pertanian diselenggarakan oleh
perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan sekelompok orang (Keira, 2013).
Semua agribisnis dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan keadaan
pemilikanlah yang menentukan bentuk hukum yang pasti bagi organisasi tersebut.
Bentuk organisasi tidak perlu ditentukan oleh ukuran atau jenis agribisnis,
keunggulan dan kelemahan dari masing-masing bentuk organisasi harus
ditimbang secara hati-hati karena masing-masing bentuk cenderung lebih sesuai
dengan suatu keadaan ketimbang bentuk lainnya.
Pembiayaan agribisnis mencakup semua keperluan dan pengaturan serta
pengawasan keuangan untuk membiayai suatu perusahaan di sektor pertanian.
Perolehan dana operasi agribisnis berasal dari tiga sumber, yaitu investasi atau
penanaman modal oleh pemilik, pinjaman, dan laba atau penyusutan. Keputusan
penting berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi dalam pembiayaan agribisnis
meliputi keputusan mengenai investasi, jumlah dan jenis faktor produksi dalam
setiap kegiatan, jumlah modal yang diperlukan, sumber modal terbaik dan jumlah
modal untuk setiap sumber modal. Kebutuhan tambahan modal memerlukan
jawaban secara hati-hati atas beberapa pertanyaan. Ada empat jenis modal yang
berasal dari pinjaman, yaitu pinjaman jangka pendek, jangka menengah, jangka
panjang dan modal ekuitas. Berbagai pinjaman ini berbeda dalam jangka waktu
pengembalian, persyaratan dan tujuan penggunaannya. Pinjaman akan membebani
34
bisnis dengan biaya-biaya khusus yang harus dibayar kepada pemberi pinjaman
yang disebut biaya modal. Dalam menentukan kebijakan pembiayaan agribisnis
dapat digunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan melalui hubungan
antara faktor produksi dengan hasil produksi, hubungan antar faktor produksi dan
hubungan antar hasil produksi.

A. Organisasi Berbentuk Perorangan, Perseroan, Persekutuan dan


Koperasi

1. Organisasi Berbentuk Perorangan


Bentuk organisasi bisnis yang paling tua dan paling sederhana adalah
perusahaan perorangan atau pribadi (single or individual proprietorship), yang
merupakan organisasi yang dimiliki dan dikendalikan oleh satu orang. Individu
dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tertentu. Semua
orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya.
Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta
jumlah produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yang sedikit dan penggunaan alat
produksi teknologi sederhana (Anonim, 2015). Contoh perusahaan perseorangan
seperti toko kelontong, tukang bakso keliling, pedagang asongan, dan lain
sebagainya.
Persyaratan formal untuk membentuk organisasi perusahaan perseorangan
sangat terbatas jumlahnya. Untuk semua itu yang diperlukan hanyalah keinginan
seseorang untuk memulai bisnis dan membeli surat izin bila diperlukan untuk
jenis bisnis tertentu (Rizqi, 2015). Perusahaan perorangan memungkinkan pemilik
perorangan memegang kendali penuh atas bisnisnya dan hanya tunduk pada
peraturan pemerintah yang berlaku untuk semua tipe khusus bisnis ini. Tidak ada
pihak lain yang ikut serta dalam pengendalian ini, kecuali kalau pemilik secara
khusus mendelegasikan sebagian wewenang pengendalian kepada orang lain.
Semua keuntungan dan kerugian, semua kewajiban (hutang) kepada kreditur dan
piutang kepada bisnis lainnya, dibebankan kepada pemilik. Biaya
pengorganisasian dan pembubaran rendah, perkara bisnis dirahasiakan secara
penuh kepada pihak luar, kecuali untuk instansi-instansi pemerintah tertentu.
35
Perusahaan perorangan dapat menanggung risiko dan kewajiban sebesar
yang diinginkan, dan sering melangkah sedemikian jauh karena tidak ada pihak
lain yang terlibat sebagai pemilik yang bisa membatasi gerak-gerakannya.
Perusahaan perorangan tidak membayar pajak penghasilan sebagai bisnis
tersendiri, semua penghasilan yang diperoleh dari bisnis akan kena pajak sebagai
pajak penghasilan pribadi. Orang yang menginginkan bentuk organisasi agribisnis
yang paling murah, sederhana, diarahkan sendiri, bersifat rahasia dan luwes, akan
memilih bentuk perusahaan perorangan (Rizqi, 2015).
Ciri dan sifat perusahaan perseorangan (Anonim, 2015) :
1. Relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan.
2. Tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi.
3. Tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi.
4. Seluruh keuntungan dinikmati sendiri.
5. Sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri.
6. Keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan yang
lebih besar.
7. Jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup.
8. Sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan
Adapun keunggulan perusahaan perorangan, diantaranya :
1. Perusahaan perorangan memungkinkan pemilik perorangan memegang kendali
penuh atas bisnisnya dan hanya tunduk pada peraturan pemerintah yang
berlaku untuk semua tipe khusus bisnis ini.
2. Sekiranya modal diperlukan, pemiliknya akan menyediakannya dari dana
pribadi atau dipinjam entah dari bisnis lainnya atau harta pribadi.
3. Perusahaan perorangan tidak membayar pajak penghasilan sebagai bisnis
tersendiri.
4. Perusahaan perorangan unggul dalam hal kebebasan dan keluwesan
pelaksanaan usaha karena bentuk usaha ini lebih banyak berpegang pada hak
milik pribadi yang dilindungi oleh undang-undang negara yang bersangkutan.
Sedangkan kelemahan dari perusahaan perorangan :
1. Terbatasnya jumlah modal yang biasanya dapat disumbangkan seseorang.
36
2. Pemberi pinjaman enggan meminjamkan dana kepada pemilik perorangan
kecuali jika kejujuran pribadi seseorang dapat menjaminnya.
3. Kewajiban pribadi sebagai pemilik untuk semua hutang dan kewajiban bisnis
meluas bahkan kepada warisan pribadi pemilik.
4. Pembebasan dari pajak bisnis dikarenakan keuntungan bisnis pada perusahaan
perorangan dianggap keuntungan pemilik, maka keuntungan bisnis yang tinggi
bisa mengakibatkan pemilik dikenakan tarif pajak tinggi daripada bentuk
perseroan.
5. Pemusatan kendali dan laba pada satu individu
Kelemahan yang dimiliki perusahaan perorangan berkaitan dengan
keterbatasan jumlah modal yang biasanya dapat disumbangkan sesorang. Pemberi
pinjaman juga enggan meminjamkan dana kepada pemilik perorangan kecuali jika
kejujuran pribadi seseorang dapat menjaminnya. Kelemahan lainnya, bahwa
kewajiban pribadi sebagai pemilik untuk semua hutang dan kewajiban bisnis
bahkan meluas kepada warisan pribadi pemilik. Sedangkan pembebasan dari
pajak bisnis yang biasanya merupakan keunggulan dpat juga menjadi kelemahan,
karena keuntungan bisnis dianggap keuntungan pemilik, maka keuntungan bisnis
yang tinggi bisa mengakibatkan pemilik dikenakan tarif pajak yang lebih tinggi
disbanding bentuk perseroan (Rizqi, 2015).
Pemusatan kendali dan laba pada satu individu dapat mengakibatkan
karyawan merasa tidak tenang, karena menyadari kenyataan bahwa masa depan
kesejahteraannya dan kehidupannya tergantung pada satu orang. Jadi perusahaan
perorangan dapat mengalami kesulitan dalam mencari karyawan baik untuk
dipekerjakan, karena pada dasarnya karyawan ingin ambil bagian secara finansial
di dalam bisnis tempat mereka bekerja. Tanpa karyawan yang baik dan memiliki
motivasi tinggi, pemilik akan merasa terlalu repot apabila bisnis tumbuh, yang
akhirnya mengakibatkan bisnis menjadi menderita (Rizqi, 2015).
2. Organisasi Berbentuk Perseroan
Organisasi agribisnis yang berupa perseroan, merupakan perwujudan
kekuasaan hak, kewajiban dan tugas manusia yang terlibat di dalamnya
berlandaskan hukum. Ada beberapa perseroan yang berskala besar, namun
37
kebanyakan berskala kecil. Tidak sedikt perseroan yang milik perseorangan, dan
memilih bentuk organisasi yang berbadan hukum ini. Pada saat persoroan
didirikan, dokumen resmi yang harus dimiliki adalah anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga. Permodalan dihimpun melalui penjualan saham kepada masyarakat
(Falah, 2015).
Perseroan Terbatas (PT) adalah organisasi bisnis yang memiliki badan
hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang
hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan
yang ada di dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin
perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk
menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT dibutuhkan sejumlah modal minimal
dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya (Anonim, 2015).
Perseroan (badan hukum) merupakan wujud buatan, dilengkapi secara
hukum dengan kekuasaan, hak, kewajiban, dan tugas seperti manusia biasa. Tanpa
organisasi berbentuk perseroan, tidak bisa kita bayangkan terciptanya satuan
usaha. Banyak perseroan yang besarnya bagaikan raksasa, tetapi kebanyakan
perseroan relative kecil, banyak diantaranya merupakan bisnis perorangan yang
pemiliknya telah memilih bentuk organisasi perseroan sebagai yang terbaik untuk
bisnisnya (Rizqi, 2015).
Hampir semua perseroan dibentuk untuk menghasilkan laba, akan tetapi
ada beribu-ribu perseroan yang tidak mencari laba. Organisasi nirlaba ini
menggeluti banyak lapangan usaha, termasuk keagamaan, pemerintahan, usaha
tani, perburuhan, dan organisasi-organisasi amal. Undang-undang negara merinci
sejumlah bentuk yang boleh diambil oleh organisasi nirlaba, disertai dengan
peraturan khusus mengenai tujuan dan operasinya. Pengacara yang kompeten
dapat menyarankan apakah bentuk perseroan yang nirlaba merupakan bentuk
paling sesuai untuk agribisnis tertentu. Sekali lagi penafsiran hukum akan
didasarkan pada cara peseroan tersebut bertindak, bukan pada akta atau dokumen
organisasi. Organisasi nirlaba dibebaskan dari pajak tertentu, dan biasanya mereka
tidak dapat secara finansial memperkaya para anggotanya (Rizqi, 2015).

38
Perseroan yang ada sekarang ini merupakan inovasi ata pembaruan yang
lebih mutakhir dibanding dengan perusahaan perseorangan dan persekutuan.
Perbedaan yang paling penting adalah bahwa pemilik (pemegang saham) dan para
manajer tidak memiliki sesuatu secara langsung. Semua aktiva (asset) perseroan
dimiliki oleh badan hokum itu sendiri. Pembentukan perseroan menuntut
kepatuhan yang teguh pada undang-undang negara, tempat bisnis dibentuk. Bila
formalitas-formalitas resmi sudah cukup terpenuhi, dan bila ongkos yang layak
untuk pembentukan perseroan tersebut telah dibayar, piagam yang member
wewenang kepada pemohon untuk melakukan bisnis sebagai perseroan diterbitkan
(Rizqi, 2015). Perseroan memiliki dokumen-dokumen resmi sebagai berikut :
1. Anggaran dasar (articles of incorporation) yang diajukan pada negara dan yang
menguraikan maksud dasar perseroan itu dan bagaimana cara pembiayaan
(keuangan).
2. Anggaran rumah tangga (bylaws) yang menguraikan ketentuan-ketentuan
operasi seperti pemilihan direktur, tugas-tugas para direktur dan pejabat,
prosedur pemungutan suara, dan prosedur pembubaran.
3. Persediaan sertifikat saham atau andil yang merinci jumlah investasi para
pemilik.
Ciri dan sifat dari perseroan terbatas adalah (Anonim, 2015) :
1. Kewajiban terbatas pada modal tanpa melibatkan harta pribadi.
2. Modal dan ukuran perusahaan besar.
3. Kelangsungan hidup perusahaan PT ada di tangan pemilik saham.
4. Dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki bagian saham.
5. Kepemilikan mudah berpindah tangan.
6. Mudah mencari tenaga kerja untuk karyawan/pegawai.
7. Keuntungan dibagikan kepada pemilik modal/saham dalam bentuk dividen.
8. Kekuatan dewan direksi lebih besar daripada kekuatan pemegang saham.
9. Sulit untuk membubarkan PT.
10. Pajak berganda pada pajak penghasilan (pph) dan pajak deviden.

39
Beberapa keunggulan perseroan adalah (Falah, 2015) :
1. Para pemegang saham tidak bertanggung jawab atas kewajiban bisnis
perseroan.
2. Memungkinkan adanya pendelegasian wewenang, tanggung jawab, dan
tanggung gugat.
3. Menjamin tersedianya karyawan karyawan yang terampil dan bermotivasi
tinggi, dan lain-lain.
Sedangkan kelemahan dari perseroan adalah :
1. Pajak dibebankan atas laba perseroan dan atas deviden yang dibayarkan kepada
pemegang saham.
2. Pemilik hanya mempunyai sedikit kendali terhadap manajemen dan kebijakan.
3. Ketatnya undang-undang dan peraturan yang mengawasi kegiatan perseroan,
dan sebagainya.
4. Organisasi Berbentuk Persekutuan
Usaha agribisnis yang berupa persekutuan ini merupakan asosiasi atau
gabungan dari dua orang atau lebih sebagai pemilik organisasi bisnis yang
mengumpulkan sumber daya dan keterampilannya untuk mencapai keuntungan
bersama. Tidak ada batasan mengenai jumlah orang yang dapat bergabung ke
dalam persekutuan. Perjanjian persekutuan dapat dilakukan secara lisan, tertulis
atau berlandaskan hukum di antara dua atau lebih yang bersekutu demi bisnis
(Falah, 2015).
Persekutuan (partnership) adalah asosiasi/perhimpunan dari dua orang
atau lebih sebagai pemilik bisnis. Persekutuan dapat didasarkan pada perjanjian
tertulis atau lisan, atau kontrak antara kelompok yang terlibat. Tetapi sangat
disarankan, bahwa perjanjian persekutuan disimpulkan secara tertulis untuk
menghindarkan ketidaksepakatan dan kesalah-pahaman di kemudian hari Rizqi,
2015).
Perusahaan persekutuan (partnership) adalah badan usaha yang dimiliki
oleh dua orang atau lebih yang secara bersama-sama bekerja sama untuk
mencapai tujuan bisnis. Jadi perusahaan persekutuan merupakan asosiasi atau
perhimpunan dari dua orang atau lebih sebagai pemilik bisnis. Terlepas dari
40
kenyataan bahwa persekutuan melibatkan lebih dari satu orang, persekutuan sama
seperti perusahaan perorangan. Persekutuan dapat didasarkan pada perjanjian
tertulis atau lisan, atau kontrak antara kelompok yang terlibat. Persekutuan
merupakan bentuk organisasi bisnis yang paling sederhana di mana sejumlah
orang mengumpulkan sumber daya dan bakatnya demi keuntungan bersama.
Dalam perusahaan persekutuan tidak ada batasan untuk orang dari luar untuk
masuk menjadi anggota (Anonim, 2015).
Pada dasarnya terdapat dua jenis persekutuan, yaitu:
1. Persekutuan umum
Bentuk yang paling lazim dari persekutuan adalah bentuk persekutuan umum.
Pada persekutuan umum, masing-masing sekutu (tanpa memperhitungkan
presentase modal yang ditanamkan) mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Bila kebangkrutan menimpa persekutuan, semua kewajiban dibagi rata diantara
sekutu-sekutu sejauh sumber daya pribadi yang ada masih memadai. Setiap
sekutu umum dapat mengikat persekutuan untuk memenuhi setiap janji bisnis
yang dibuat. Walaupun dalam akuntasi persekutuan biasanya diperlukan
sebagai bisnis yang terpisah. Namun secara hokum hal itu tidak dianggap
sebagai kesatuan yang berdiri sendiri, tetapi hanya sebagai kelompok individu
atau satuan usaha tanpa badan hukum.
2. Persekutuan terbatas
Tipe persekutuan ini memperkenankan individu-individu untuk menyetor uang
atau pemilikan modal tanpa mengharuskan kewajiban hukum penuh seperti
sekutu umum. Kewajiban sekutu terbatas biasanya hanya terbatas sejumlah
uang yang telah diinvestasikan secara pribadi dalam bisnis. Persekutuan
terbatas relatif sedikit jumlahnya, karena itu pembahasan persekutuan
selanjutnya akan dititikberatkan pada persekutuan biasa atau umum.
Keunggulan dari perusahaan persekutuan antara lain yaitu:
1. Sangat sedikit pengeluaran yang dibutuhkan walaupun perlu diminta bantuan
pengacara yang baik untuk menggambarkan perjanjian persekutuan.
2. Persekutuan biasanya dapat mengumpulkan lebih banyak sumber daya
daripada perusahaan perorangan sebab lebih banyak orang yang terlibat.
41
3. Sekutu-sekutu lebih termotivasi daripada karyawan perusahaan perorangan
atau perseroan karena merupakan suatu tim dan setiap anggota tim berbagi
tanggung jawab dan kentungan.
4. Sekutu-sekutu secara perorangan hanya membayar pajak atas penghasilan yang
diperoleh sebagai bagian dari laba. Bisnis itu sendiri tidak dipajak dan
merupakan keuntungan besar tergantung dari penghasilan para sekutu.
5. Kendali atau manajemen atas keputusan dan kebijakan bisnis dipusatkan pada
para sekutu.
6. Perkara-perkara bisnis persekutuan dibatasi pada persekutuan saja.
Sedangkan kelemahan dari perusahaan persekutuan yaitu :
1. Terletak pada kewajiban yang tidak terbatas dari sekutu umum
Bila seseorang bertindak sebagaimana sekutu umum bertindak, maka hukum
akan menafsirkan bahwa dia pada kenyataannya, merupakan sekutu umum
dengan segala kewajiban yang berlaku pada kedudukan tersebut.
2. Persekutuan biasanya hanya mempunyai anggota yang terbatas
Persekutuan terbatas menderita kekurangan baik dana siap pakai maupun
orang-orang berbakat dibanding dengan perseroan.
3. Kurangnya kesinambungan dan kestabilan
Kalau sekutu meninggalkan persekutuan karena pengunduran diri, kematian,
atau ketidakmampuan, persekutuan baru harus dibentuk.
4. Ketidaksanggupan seorang sekutu untuk bekerja karena kecelakaan, penyakit,
usia lanjut, penyakit jiwa, atau karena sesuatu alasan tidak mampu
melaksanakan tugas sepenuhnya.
5. Organisasi Berbentuk Koperasi
Koperasi merupakan organisasi bisnis yang dimiliki dan dikendalikan oleh
mereka yang menggunakannya. Koperasi yang mendapat pengesahan akan
merupakan perseroan atau badan hukum, artinya koperasi merupakan badan usaha
yang mandiri yang memiliki hak dan kewajiban. Di Indonesia koperasi diatur
dalam UU No 12/1967 tentang pokok-pokok perkoperasian (Falah, 2015).
Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas kekeluargaan
(Anonim, 2015). Organisasi Buruh Sedunia (Intemational Labor
42
Organization/ILO), dalam resolusinya nomor 127 yang dibuat pada tahun 1966,
membuat batasan mengenai ciri-ciri utama koperasi yaitu:
1. Merupakan perkumpulan orang-orang;
2. Yang secara sukarela bergabung bersama;
3. Untuk mencapai tujuan ekonomi yang sama;
4. Melalui pembentukan organisasi bisnis yang diawasi secara demokratis
5. Yang memberikan kontribusi modal yang sama dan menerima bagian resiko
dan manfaat yang adil dari perusahaan di mana anggota aktif berpartisipasi.
Koperasi resmi yang pertama pada zaman modern ini adalah
“Perkumpulan para pelopor Keadilan Rochdale” di Inggris 1844 dengan lebih
dikenal sebagai prinsip-prinsip Rochdale (Anonim, 2015) yaitu:
1. Modal harus mereka sediakan sendiri dan modal tersebut mendapat suku bunga
tetap.
2. Koperasi hanya menyediakan bahan makanan yang paling pokok dan yang
dapat diperoleh kepada para anggota.
3. Timbangan dan ukuran penuh harus diberikan.
4. Harga pasar harus dibayar langsung, tidak ada kredit yang diberikan atau
diminta.
5. Laba harus dibagi menurut perbandingan jumlah pembelian yang dilakukan
oleh setiap anggota.
6. Prinsipnya adalah bahwa setiap satu anggota memiliki satu suara yang
menentukan, dan harus ada persamaan bagi semua jenis kelamin dalam
keanggotaan.
7. Manajemen harus dikelola oleh para pejabat dan komite atau panitia yang
dipilih secara berkala.
8. Presentase tertentu dari sisa hasil usaha harus disediakan bagi pendidikan.
9. Perhitungan (laporan) keuangan dan neraca harus sering disajikan kepada para
anggota.
Undang-undang Capper-Volstead tahun 1922 merupakan undang-undang
koperasi yang paling menonjol diantaranya karena UU tersebut member kepastian

43
hak-hak pengusaha tani untuk mengorganisasi pasar dan hasil secara kolektif
selama memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Asosiasi/koperasi menyelenggarakan sekurang-kurangnya setengah dari
bisnisnya dalam hubungan para anggotanya.
2. Tidak ada anggota asosiasi yang mempunyai lebih dari satu hak suara atau
asosiasi membatasi dividen tidak lebih dari 8%.
Fungsi dari didirikannya koperasi anatara lain yaitu:
1. Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian Indonesia.
2. Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi Indonesia.
3. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara Indonesia.
4. Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan
koperasi
Selain memiliki fungsi seperti tersebut di atas, koperasi di dalam
pendiriannya juga memiliki peran dan fungsi. Adapun peran dan fungsi dari
koperasi itu antara lain yaitu :
1. Meningkatkan taraf hidup sederhana masyarakat Indonesia.
2. Mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia.
3. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara
menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada.
Jenis-jenis koperasi dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk. Terdapat
beberapa penggolongan dari koperasi. Penggolongan dari koperasi dapat
dilakukan antara lain yaitu menurut sifat usahanya. Menurut sifat usahanya,
koperasi dibedakan menjadi empat macam sebagai berikut.
1. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-hari,
misalnya barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam, dan minyak
goreng), barang-barang sandang (seperti kain batik, tekstil), barang-barang
pembantu keperluan sehari-hari (seperti sabun, minyak tanah, dan lain-lain).
Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggota-angggotanya dapat membeli
barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga yang layak.

44
2. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan
ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang dilakukan oleh
koperasi organisasi maupun orang-orang yang mampu menghasilkan suatu
barang dan jasa-jasa. Dengan demikian, dapat meningkatakan taraf
kesejahteraan anggota. Orang-orang tersebut adalah kaum buruh dan kaum
pengusaha. Misalnya peternak sapi perah, koperasi kerajinan banbu dan rotan,
serta koperasi pertanian.
3. Koperasi Kredit atau Simpan Pinjam
Koperasi kredit didirikan guna menolong anggota denagn meminjamkan uang
secara kredit dengan bunga ringan. Uang itu dimaksud untuk tujuan produksi.
Oleh karena itu, disebut koperasi kredit.Untuk memberikan pinjaman, koperasi
memerlukan modal. Modal utama koperasi kredit berasal dari simpanan
anggota sendiri. Uang simpanan yang dikumpulkan bersama-sama itu
dipinjamkan kepada anggota yang memerlukan. Oleh karena itu, koperasi
kredit lebih tepat disebut kperasi simpan pinjam. Tujuan koperasi kredit adalah
saling membantu, memperbaiki keadaan ekonomi, atau kesejahteraan anggota.
Adapun cara koperasi kredit dalam membantu keadaan ekonomi anggota
sebagai berikut.
a) Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan
denagn syarat-syarat yang ringan.
b) Mendidik kepada para anggota, supaya giat menympan secara teratur,
sehingga membentuk modal sendiri.
c) Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari
pendapatan mereka.
d) Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.
4. Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa tertentu
bagi para anggota maupun masyarakat umum.

45
B. Berbagai Pertimbangan dalam Pemilihan Organisasi Bisnis
Perkembangan ekonomi telah mendorong terbentuknya organisasi bisnis
dalam berbagai bentuk. Dari berbagai unit usaha yanga ada di sekeliling kita,
dapat diamati bahwa masing-masing unit usaha mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda baik dari segi usaha, kepemilikian, permodalan, pembagian laba,
sampai tanggung jawab. Berdasarkan karakteristik yang berbeda tersebut maka
tiap unit usaha memerlukan pengelolaan yang berbeda pula (Sutra, 2013).
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan sebelum mendirikan
organisasi bisnis adalah:
1. Kebutuhan modal : jumlah dana yang diperlukan untuk mendirikan usaha.
2. Risiko : kepemilikan pribadi yang mungkin digunakan untuk mendukung
kegiatan bisnis.
3. Pengawasan : kemampuan pemilik dalam melakukan pengawasan.
4. Kemampuan manajerial : keahlian yang harus dimiliki untuk merencanakan,
mengendalikan, dan mengawasi usaha.
5. Kebutuhan waktu : memiliki cukup waktu untuk mengoperasikan usaha dan
mengarahkan karyawan.
6. Pajak : jumlah pajak yang harus dipenuhi oleh suatu unit bisnis.
Semakin besar unit usaha akan semakin kompleks pengelolaannya. Hal itu
disebabkan oleh :
1. Kebutuhan modal yang lebih besar sehingga sulit dipenuhi oleh satu orang,
maka perlu bantuan dari pemodal yang lain atau lembaga keuangan.
2. Penegelolaan tenaga kerja harus dilakukan lebih profesional, tidak hanya
perintah dan intruksi tetapi juga perlu perjanjian kontrak kerja yang jelas
tentang hak dan kewajiban tenaga kerja yang ahrus diatur dalam sistem
manajemen.
3. Administrasi yang dilakukan secaras istematis, teratur, dan informatif dengan
penggunaan sistem informasi manajemen dan melibatkan teknologi komputer.
4. Harus dapat memperhitungkan dan memenuhi kebutuhan stakeholders yang
bermacam-macam.

46
5. Pihak manajemen harus memperhatikan masalah perjanjian, pembayaran,
status hukum, dan sebagainya.
Pendirian suatu badan hukum perusahaan haruslah memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Ada beberapa faktor untuk memilih badan usaha yang akan
dijalankan (Maulidia, 2015; Anonim, 2015). Pertimbangan utama pemilihan
bentuk badan hukum bagi bisnis anda antara lain :
1. Jenis usaha yang dijalankan
Hal pertama yang dipertimbangkan adalah jenis usaha apa yang akan
dijalankan. Sesuai dengan keinginan, badan usaha yang akan dijalankan bisa
dalam bentuk perdagangan, industri dan sebagainya. Orang yang ingin
membuka usaha, harus selektif dalam memilih jenis usaha yang mengeluarkan
modal tidak terlalu besar dengan resiko kerugian kecil.
2. Batas wewenang dan tanggung jawab pemilik
Ketika menjalankan bisnis, ada dua hal yang sangat erat berkaitan, yaitu
mengenai pengambilan keputusan dan batas kewenangan dalam menjalankan
bisnis. Karakter badan usaha sangat menentukan hal ini. Karena tidak semua
badan usaha memiliki pemisahan tanggung jawab antara pemilik dengan badan
usahanya. Ketika CV atau Firma dijadikan pilihan badan usaha, maka ketika
timbul suatu kerugian itu menjadi tanggung jawab pemiliknya hingga ke harta
pribadi. Berbeda badan usaha berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang
mengenal batasan tanggung jawab sebesar modal yang disetorkan. Semua
pengusaha tentu ingin memiliki kendali atas bisnisnya. Namun, setiap
pengendalian tersebut memiliki konsekuensi berupa tanggung jawab hukum
sesuai dengan badan usaha yang dipilihnya.
3. Kemampuan keuangan dan kemudahan pendirian
Umumnya para pebisnis berskala kecil, ingin memilih pendirian badan usaha
yang prosesnya sederhana dan biaya sesuai dengan kapasitas keuangannya.
Ketika budgetnya tidak mencukupi untuk mendirikan Perseroan Terbatas,
seringkali badan yang dipilih adalah CV. Namun yang harus diperhatikan
adalah karakter dari badan usaha yang dipilih berikut tanggung jawabnya.

47
Umumnya mereka yang berbisnis dengan modal yang terbatas akan memilih
pendirian badan usaha yang prosesnya sederhana dan biaya sesuai dengan
kemampuan keuangannya. Kalau biaya untuk mendirikan PT tidak ada, mereka
bisa mendirikan CV yang biayanya lebih murah dan proses pendiriannya lebih
sederhana.
4. Kemudahan memperoleh modal
Dalam bisnis, pemisahan keuangan pribadi dengan bisnis adalah hal mutlak.
Ketika membuat badan usaha, diharapkan dapat membuat rekening atas nama
perusahaan tersebut. Sehingga, untuk keperluan permodalan, akan dapat
dengan mudah mengajukan ke perbankan atau investor apabila cash flow yang
telah berdiri sendiri dan berjalan baik dari bisnis tersebut sudah diletakkan
pada wadah khusus, yaitu rekening perusahaan.
5. Besarnya resiko kepemilikan
Para pengusaha harus memikirkan resiko-resiko yang akan terjadi dalam
perusahaannya. Misalnya pengusaha dalam bidang industri akan menggunakan
alat-alat produksi yang membutuhkan perawatan sesering mungkin agar
terhindar dari resiko kerusakan, cacat, dan lain-lain.
6. Perkembangan usaha
Pengusaha haruslah visioner. Oleh karena itu optimisme dalam
mengembangkan bisnis juga merupakan pertimbangan dalam memilih badan
usaha. Meski awalnya tidak memiliki badan usaha, pemilik Bebek Dower,
Doni Tirtana, mengatakan akhirnya memilih mendirikan PT bagi bisnisnya
karena tuntutan dari pihak ketiga. Pendirian PT jadi keharusan karena ketika
bisnisnya berkembang dan bermitra dengan korporasi biasanya mereka lebih
nyaman bila bentuknya PT. Selain berbadan hukum, untuk keperluan
penagihan pajak akan lebih mudah. Jadi, seiring dengan perkembangan bisnis,
maka tidak hanya omset yang makin besar, namun resikonya juga makin besar.
Oleh karena itu perlu disesuaikan dan dipersiapkan strategi memilih badan
usaha yang tepat.

48
7. Kewajiban dari undang-undang
Dalam bisnis tertentu, peraturan telah menggariskan adanya jenis badan usaha
yang harus dipilih untuk dapat menjalankan bisnis. Semisal dalam pendirian
Bank dan Rumah Sakit haruslah berbadan hukum PT. Dengan demikian, tidak
ada pilihan bagi pengusaha untuk memilih badan usaha lainnya.

49
BAB 4
LINGKUNGAN AGRIBISNIS

Adanya batasan sistem membuat pemisahan antara sistem dengan


lingkungan. Segala sesuatu yang ada diluar batas sistem tersebut dan
mempengaruhi operasi sistem itulah yang disebut lingkungan. Tujuan mengenali
lingkungan sistem agribisnis adalah untuk identifikasi pengaruh lingkungan yang
menguntungkan dan yang merugikan, kemudian mengelola faktor yang
menguntungkan atau mendukung sistem dan mengendalikan faktor yang
merugikan agar tidak mengganggu kelangsungan hidup sistem (Pakpahan, 2013
dan Wicaksana, 2010). Lingkungan dan hal-hal yang mempengaruhi sistem
agribisnis adalah :
1. Undang Undang dan Legalitas
2. Lingkungan Bisnis dan Strategi Bisnis
3. Kebijakan Ekonomi Mikro Pemerintah
4. Kebijakan Ekonomi Makro Pemerintah
5. Situasi Ekonomi Internasional
6. Faktor Lingkungan Lainnya.
1. Undang Undang dan Legalitas
Sebagai suatu bisnis yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi, terlibat dalam
hal penawaran dan permintaan, distribusi produk, rantai aliran finansial,
kebutuhan investasi atau modal kerja, bentuk dan struktur usaha maka undang-
undang dan legalitas usaha merupakan faktor yang mempengaruhi sistem
agribisnis.
Hukum di Indonesia terbagi menjadi hukum publik dan hukum privat.
Hukum publik adalah hukum yang mengatur masalah kepentingan publik seperti
hukum pidana, tata negara, tatausaha, keamanan. Publik dapat berarti sekelompok
orang, masyarakat atau negara. Hukum privat adalah hukum yang mengatur
masalah kepentingan partkelir atau swasta. Termasuk hukum privat ini adalah
hukum perdata dan hukum dagang.

50
Ada beberapa manfaat dengan mengikuti peraturan yang ada:
memudahkan penetrasi pasar, meningkatkan image usaha sehingga memperbaiki
kepercayaan konsumen dan para pemangku kepentingan, melindungi dan
memperkuat posisi produsen bila terjadi konflik, dapat menggunakan fasilitas-
fasilitas tertentu yang diberikan oleh pemerintah atau kalangan swasta.
2. Lingkungan Bisnis dan Strategi Bisnis
Kondisi bisnis dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat dan sebaliknya
sehingga sistem agribisnis perlu mempelajari pengaruh-pengaruh lingkungan
bisnis dari sisi politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi,
pertahanan, keamanan. Faktor-faktor lingkungan terbagi menjadi faktor eksternal
(EFAS = External Factor Analysis Summary) dan faktor internal (IFAS = Internal
Factor Analysis Summary). Faktor eksternal lingkungan perusahaan dibagi
menjadi tiga sub kategori:
1) Faktor lingkungan jauh
2) Faktor lingkungan industri
3) Faktor lingkungan operasi
Faktor lingkungan jauh akan mempegaruhi perusahaan karena adanya
peluang, kendala atau ancaman dalam berbisnis. Faktor lingkungan industri
mempengaruhi strategi dan rencana usaha agar unggul bersaing. Faktor
lingkungan operasi akan mempengaruhi persaingan operasional pada alur hulu-
hilir agribisnis. Tujuan mempelajari pengaruh lingkungan adalah untuk
mengantisipasi perubahan-perubahan dunia usaha dimasa datang agar dapat
mempersiapkan dan memperbaiki kinerja sistem agribisnis dalam meraih profit.

51
Gambar 3. Faktor lingkungan yang mempengaruhi sistem agribisnis

Faktor internal lingkungan perusahaan adalah profil usaha, yang


menggambarkan kekuatan – kelemahan & peluang – ancaman. Gambaran yang
ingin diperoleh adalah keunggulan posisi (perbandingan kekuatan-kelemahan
dengan peluang-tantangan) dalam dunia usaha yang selalu berkompetisi. Analisis
yang sering dilakukan adalah analisis SWOT terhadap elemen-elemen sistem.
Ada 3 langkah dasar dalam mengukur kapabilitas faktor internal :
1) Identifikasi faktor internal lingkungan perusahaan
2) Membandingkan dengan standar internal (membandingkan dengan kinerja
dimasa lalu, membandingkan dengan kinerja pesaing, membandingkan dengan
faktor yang menjadi kunci keberhasilan)
52
3) Melakukan formulasi strategi
Selain faktor-faktor lingkungan, strategi bisnis juga mempengaruhi sistem
agribisnis. Strategi dibagi menjadi strategi umum (generic strategy) dan strategi
menyeluruh (grand strategy). Strategi umum adalah strategi untuk memperoleh
keunggulan bersaing sedangkan strategi menyeluruh adalah pendekatan
menyeluruh melalui tindakan utama yang didisain untuk mencapai tujuan jangka
panjang. Ada 3 strategi generik yaitu : keunggulan biaya, diferensiasi dan fokus.
Untuk strategi menyeluruh (grand strategy) ada 12 pilihan yaitu:
1) Konsentrasi pertumbuhan : strategi usaha yang mengarahkan sumberdayanya
untuk mengejar pertumbuhan dengan satu produk, satu pasar dan satu
dominasi teknologi.
2) Pengembangan pasar : strategi usaha yang mengejar pertumbuhan pasar
dengan menaikkan volume produk pada pasar yang ada dan mengembangkan
pasar baru.
3) Pengembangan produk : strategi usaha mengembangkan produk, melalui
modifikasi atau produk baru.
4) Inovasi : strategi usaha dengan mengembangkan daur hidup produk, melalui
pengembangan atau memperbaharui daur hidup produk.
5) Integrasi horizontal : strategi menghasilkan pertumbuhan dengan integrasi
saingan yang memiliki lini bisnis yang sama.
6) Integrasi vertikal : strategi pertumbuhan dengan integrasi usaha di hulu dan
hilir lini bisnis yang sama
7) Usaha patungan : strategi kerjasama dengan perusahaan lain karena proyek
yang terlalu besar.
8) Diversifikasi konsentrik : Diversifikasi usaha pada lini bisnis yang sama
9) Diversifikasi konglomerat : Diversifikasi usaha pada lini bisnis yang berbeda
10) Pengurangan & Ganti Haluan (retenchement & turnaround) : Strategi
pengurangan untuk menghilangkan inefisiensi
11) Divesture : strategi melepas usaha yang tidak efisien
12) Likuidasi : strategi menjual usaha yang tidak menguntungkan

53
Tahapan manajemen strategi adalah:
1) Analisis lingkungan
2) Identifikasi dan penentuan arah usaha
3) Formulasi strategi
4) Implementasi strategi
5) Pengendalian strategi.
Ada dua alasan tentang pemahaman mengenai pengaruh lingkungan dan
strategi bisnis itu penting, pertama adalah meningkatkan kepekaan untuk
membaca, menangkap, dan mengidentifikasi sinyal-sinyal perubahan. Kedua
membuka kesadaran bahwa sistem agribisnis tidak boleh hanya terfokus pada
bahasa dan pemikiran ekonomi saja tetapi juga memikirkan bahwa perusahaan
merupakan komunitas manusia yang unik dan dinamis. Dua alasan diatas perlu
dimengerti untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup sistem agribisnis.
3. Kebijakan Ekonomi Mikro Pemerintah
Ekonomi mikro membahas bagaimana alokasi sumberdaya secara efisien
untuk konsumen pada tingkat rumah tangga, perusahaan dan industri. Sebagai
sistem, perekonomian memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangannya,
melalui mekanisme pasar. Pasar merupakan pertemuan permintaan dengan
penawaran sedangkan mekanisme pasar merupakan proses penentuan harga
berdasarkan interaksi permintaan dan penawaran. Berdasarkan pengertian pasar
dan mekanisme pasar, aspek-aspek yang sering dianalisis dalam ekonomi mikro
adalah interaksi di pasar barang, interaksi pasar faktor produksi serta tingkah laku
penjual dan pembeli.
Mekanisme pasar tidak selalu berjalan seperti yang digambarkan dalam
teori, sehingga intervensi pemerintah diperlukan untuk menangani kegagalan
pasar. Tujuan intervensi pemerintah adalah :
1) Kesamaan hak, agar hak setiap individu dapat terwujud dan eksploitasi
dihindari.
2) Menjaga pertumbuhan ekonomi tetap teratur dan stabil.
3) Menghindari praktek monopoli dari perusahaan
4) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan barang publik.
54
5) Mengurangi kegiatan ekonomi luar yang merugikan masyarakat.
Bentuk-bentuk intervensi pemerintah diantaranya adalah :
1) Mengontrol harga dengan penetapan harga dasar, harga maksimum dan kuota
produksi.
Harga dasar adalah tingkat harga minimum yang ditetapkan pemerintah. Harga
maksimum adalah tingkat/batas harga maksimum penjualan yang ditetapkan
pemerintah. Kuota produksi adalah pembatasan jumlah produksi yang
ditetapkan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga.
2) Menaikkan atau menurunkan pajak dan subsidi.
Menaikkan pajak akan membuat harga barang lebih mahal sehingga
permintaan menurun, menaikkan subsidi akan membuat membuat harga barang
lebih murah sehingga permintaan bertambah. Demikian pula sebaliknya.
Pengaruh perubahan pajak dan subsidi pada konsumen dan produsen
tergantung dari tingkat elastisitas barang sehingga perlu studi yang lebih
mendalam.
3) Membatasi impor dengan penentuan tarif pajak dan kuota impor.
Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbuka (dipengaruhi oleh
perekonomian internasional) sehingga pemerintah perlu melakukan kebijakan
protektif untuk melindungi industri dalam negeri. Kebijakan protektif dapat
dilakukan dengan memberlakukan pajak impor dan kuota impor untuk
membatasi jumlah impor yang masuk.
4. Kebijakan Ekonomi Makro Pemerintah
Bila ekonomi mikro hanya memperhatikan alokasi sumberdaya secara
efisien untuk konsumen pada tingkat rumah tangga, perusahaan dan industri maka
ekonomi makro memperhatikan alokasi sumber daya pada tingkat kumpulan
rumah tangga, perusahaan dan industri atau dengan kata lain pada tingkat negara.
Ada dua kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang lebih baik seperti yang diharapkan,
kebijakan tersebut berupa : kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

55
a. Kebijakan Fiskal
Kebijakan pemerintah yang mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya
(di Indonesia disebut kebijakan APBN). Dalam sirkulasi aliran pendapatan,
penerimaan pemerintah didapat melalui pajak (T) sedangkan pengeluaran
pemerintah merupakan konsumsi pemerintah (G).
Ada dua kebijakan fiskal, kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal
kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif bila menurunkan pajak dan menaikkan
pengeluaran pemerintah dengan tujuan : mendorong pertumbuhan
produksi, menaikkan pendapatan masyarakat dan mendorong impor. Kebijakan
fiskal kontraktif bila menaikkan pajak dan menurunkan pengeluaran pemerintah
dengan tujuan : mengurangi produksi dalam negeri, menurunkan pendapatan
masyarakat, dan menurunkan impor.
b. Kebijakan Moneter
Kebijakan pemerintah dalam mengendalikan jumlah uang yang beredar dan
mengubah tingkat bunga. Ada dua kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan
moneter koontraktif.
Kebijakan moneter ekspansif (easy money policy) bila : menambah jumlah
uang yang beredar dan menurunkan tingkat bunga (interest rate) dengan tujuan :
1) Mendorong kenaikan investasi
2) Menaikkan penerimaan masyarakat
3) Mendorong kenaikan impor
4) Mendorong arus keluar (outflow) modal jangka pendek akibat penurunan suku
bunga
5) Menurunkan arus masuk (inflow) modal jangka pendek akibat penurunan suku
bunga
Kebijakan moneter kontraktif (tight money policy) bila : mengurangi
jumlah uang yang beredar dan menaikkan tingkat bunga (interest rate) dengan
tujuan :
1) Menurunkan investasi
2) Menurunkan penerimaan masyarakat
3) Menurunkan impor
56
4) Menurunkan arus keluar (outflow) modal jangka pendek akibat kenaikan suku
bunga
5) Menaikkan arus masuk (inflow) modal jangka pendek akibat kenaikan suku
bunga
5. Situasi Ekonomi Internasional
Pengaruh globalisasi ekonomi dunia membuat ekonomi nasional menjadi
bagian dari ekonomi internasional, dan tidak ada lagi negara yang hidup terisolasi
tanpa hubungan ekonomi, hubungan keuangan, maupun hubungan perdagangan
internasional (ekspor dan impor).
Kebijakan perdagangan internasional yang mempengaruhi sistem
agribisnis adalah :
1) Kebijakan ekspor di dalam negeri
2) Kebijakan ekspor di luar negeri
3) Kebijakan impor
4) Kebijakan lain
5) Kebijakan kurs
6) Kebijakan pengawasan langsung.
6. Faktor Lingkungan Lainnya
Merupakan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi sistem
agribisnis, seperti kestabilan politik, kondisi sosial budaya dan kondisi keamanan.

C. Lingkungan Makro
Lingkungan makro perusahaan adalah tempat di mana perusahaan harus
memulai pencariannya atas peluang dan kemungkinan ancaman. Lingkungan ini
terdiri semua pihak dan kekuatan yang mempengaruhi operasi dan prestasi
perusahaan. Perusahaan perlu untuk memahami kecenderungan dan megatrend
yang menandai lingkungan saat ini (Raharjo, 2010). Lingkungan makro terdiri
dari kekuatan-kekuatan yang bersifat kemasyarakatan yang lebih besar dan
mempengaruhi semua pelaku dalam lingkungan mikro perusahaan. Lingkungan
makro terdiri dari enam lingkungan yang harus dilihat, yaitu: lingkungan

57
demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi,
lingkungan politik, dan lingkungan budaya (Anonim, 2009).
1. Lingkungan Demografi
Demografi adalah uraian tentang penduduk, terutama tentang kelahiran,
perkawinan, kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi ilmiah tentang
jumlah, persebaran geografis, komposisi penduduk, serta bagaimana faktor faktor
ini berubah dari waktu ke waktu (Anonim, 2010). Demografi, sosial dan nasional,
khususnya perkembangan perekonomian makro dan pengaruh ketidakpastian
lingkungan terhadap kinerja manajerial dengan eksternal terdiri dari lingkungan
makro dan lingkungan perubahan selera pasar, perubahan demografi, kondisi
perekonomian nasional, khususnya perkembangan perekonomian makro dalam
menilai pengaruh lingkungan bisnis apa yang paling terpengaruh oleh lingkungan
demografi. Pengaruh buruk dampak lingkungan eksternal kadang-kadang bersifat
kondisi perekonomian nasional, khususnya perkembangan perekonomian makro
dan berbagai kebijakan pemerintah. Pengaruh buruk dampak lingkungan eksternal
kadang-kadang bersifat target agregat ekonomi makro.
Lingkungan demografis/kependudukan menunjukkan keadaan dan
permasalahan mengenai penduduk, seperti distribusi penduduk secara geografis,
tingkat kepadatannya, kecenderungan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain,
distribusi usia, kelahiran, perkawinan, ras, suku bangsa dan struktur keagamaan.
Ternyata hal diatas dapat mempengaruhi strategi pemasaran suatu perusahaan
dalam memasarkan produknya karena publiklah yang membentuk suatu pasar
(Razak, 2013).
Kekuatan lingkungan yang pertama dimonitor adalah kependudukan
karena orang banyak yang membentuk pasar. Perkembangan kependudukan dari
waktu ke waktu yang terus meningkat dapat merupakan suatu peluang, sekaligus
menjadi ancaman bagi sebuah usaha. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan
pertumbuhan permintaan terhadap barang-barang yang dibutuhkan. Lingkungan
demografi memperlihatkan pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi, perusahaan
distribusi, umur, etnis, dan pendidikan, jenis rumah tangga baru, pergeseran

58
populasi secara geografi, dan perpecahan dari pasar masal menjadi pasar-pasar
mikro (Raharjo, 2010).
Pertumbuhan penduduk. Angka pertumbuhan penduduk akan
mempengaruhi tingkat peluang pemasaran bagi suatu produk ataupun jasa.
Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan semakin membuka peluang
lebih luas, karena bagaimanapun akan terkait dengan seberapa besar suatu produk
atau jasa akan bisa diserap oleh pasar (Anonim, 2009).
Perbandingan prosentase umur. Kategorisasi umur dalam pemasaran
biasanya dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Persentase
pada setiap umur akan menentukan juga peluang bisnis di dalamnya. Untuk
produk atau jasa yang ditujukan pada pasar anak-anak misalnya, dari jumlah
populasi penduduk secara keseluruhan, perlu dilihat berapa persen jumlah anak-
anak dari keseluruhan penduduk.
Pasar etnik. Pasar etnik juga merupakan salah satu potensi pasar yang
perlu dipertimbangkan. Etnis tertentu biasanya mempunyai kecenderungan,
preferensi, dan kebutuhan bersama yang unik dan tidak dimiliki oleh etnis lain.
Tingkat lulusan akademik. Tingkat lulusan akademik akan berpengaruh
terhadap pola belanja dan gaya hidup seseorang. Cara memasarkan untuk
kalangan berpendidikan tinggi akan berbeda dengan cara pemasaran untuk
pendidikan yang lebih rendah.
Pola kehidupan rumah tangga. Rumah tangga di Indonesia sebagian masih
menerakan pola keluarga besar dengan orang tua dan anak-anak masih berkumpul
dalam satu keluarga hingga tua. Namun demikian, di kota-kota besar keluarga-
keluarga muda sudah mulai mandiri dan memiliki rumah serta memisahkan diri
dari orang tua mereka.
2. Lingkungan Ekonomi
Lingkungan ekonomi menunjukkan sistem ekonomi yang diterapkan,
kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan ekonomi, penurunan
dalam pertumbuhan pendapatan nyata, tekanan inflasi yang berkelanjutan,
perubahan pada pola belanja konsumen, dan sebagainya yang berkenaan dengan
perkonomian (Razak, 2013).
59
Pasar membutuhkan daya beli seperti halnya orang banyak. Daya beli
keseluruhan merupakan fungsi dari pendapatan saat itu, tabungan dan kredit yang
tersedia. Para pemasar perlu menyadari keempat kecenderungan itu dalam
lingkungan ekonomi. Penambahan-penambahan dalam variabel ekonomi diatas
akan mempengaruhi dampak penjualan suatu produk secara langsung. Lingkungan
ekonomi memperlihatkan suatu perlambatan dalam pertumbuhan pendapatan riil,
tingkat tabungan yang rendah dan hutang yang tinggi, dan perubahan pola
pengeluaran konsumen (Raharjo, 2010).
Distribusi pendapatan. Tingkat pendapatan suatu daerah akan menentukan
produk dan jasa dengan kualifikasi seperti apa yang cocok dengan daerah tersebut.
Dan dengan karakter daerah di Indonesia yang sangat beragam, beragam pula
potensi antara satu daerah dengan daerah yang lain (Anonim, 2009).
Tingkat tabungan, hutang, dan pinjaman. Tingkat tabungan, hutang dan
pinjaman akan menentukan seberapa besar potensi pengeluaran yang akan
dilakukan oleh seseorang.
3. Lingkungan Alam
Lingkungan fisik menunjukkan kelangkaan bahan mentah tertentu yang
dibutuhkan oleh perusahaan, peningkatan biaya energi, peningkatan angka
pencemaran, dan peningkatan angka campur tangan pemerintah dalam
pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber daya alam (Razak, 2013).
Kondisi lingkungan fisik sangat berpengaruh bagi suatu usaha yang akan
menjalankan bisnisnya. Lingkungan fisik biasanya dikaitkan dengan kondisi
lingkungan alam disekitar usaha serta infrastruktur yang tersedia. Pasar harus
menyadari akan peluang dan tantangan yang timbul akibat kekurangan bahan
baku, biaya energi yang meningkat, tingkat polusi yang meningkat dan peran
pemerintah yang berubah dalam perlindungan lingkungan. Lingkungan alam
memperlihatkan kekurangan potensial dari bahan baku tertentu, biaya energi yang
tidak stabil, tingkat populasi yang meningkat, dan gerakan “hijau” yang
berkembang untuk melindungi lingkungan (Raharjo, 2010).
Menipisnya sumber daya alam. Sumber daya alam adalah sesuatu yang
terus dieksploitasi yang lama kelamaan akan habis. Salah satu kunci utama adalah
60
melihat bagaimana sumber daya alam masih bisa dimanfaatkan dan hingga berapa
lama (Anonim, 2009).
Meningkatnya biaya. Sekarang ini terdapat kecenderungan bahwa biaya-
biaya semakin meningkat terutama untuk listrik dan energi. Peningkatan biaya-
biaya ini akan berdampak pada peningkatan biaya produksi yang setiap tahun
akan semakin signifikan.
Meningkatnya polusi. Meningkatnya polusi menimbulkan masalah dalam
hal kesehatan dan juga kerusakan lingkungan. Di masa depan akan lebih banyak
aturan yang mengatur untuk meminimalisir polusi yang tentu saja pada beberapa
sektor akan menjadi tambahan biaya yang cukup besar.
4. Lingkungan Teknologi
Lingkungan teknologi rnenunjukkan peningkatan kecepatan pertumbuhan
teknologi, kesempatan pembaharuan yang tak terbatas, biaya penelitian dan
pengembangan, yang tinggi, perhatian yang lebih besar tertuju kepada
penyempurnaan bagian kecil produk daripada penemuan yang besar, dan semakin
banyaknya peraturan yang berkenaan dengan perubahan teknologi (Razak, 2013).
Setiap teknologi merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong lajunya
perkembangan usaha tingkat pertumbuhan ekonomi yang ditentukan oleh
seberapa banyak teknologi yang telah ditemukan. Teknologi merupakan peluang
pembaharuan yang tidak terbatas, teknologi meningkatkan metode pengolahan
yang lebih sempurna tetapi untuk jenis produk yang sifatnya khas, teknologi
bukan merupakan faktor penunjang dan pendukung yang utama tetapi cara
tradisional juga perlu tetap dipertahankan untuk menjamin keaslian/kealamianya.
Lingkungan teknologi memperlihatkan perubahan teknologi yang semakin cepat,
kesempatan inovasi yang tak terbatas, anggaran riset dan pengembangan yang
tinggi, konsentrasi pada perbaikan kecil daripada penemuan besar, dan pengaturan
yang meningkat terhadap perubahan teknologi (Raharjo, 2010).
Perkembangan teknologi yang sangat cepat. Sekarang ini perkembangan
dalam hal teknologi semakin cepat dirasakan. Dengan datangnya internet,
perubahan dinamika berlangsung dalam waktu yang semakin cepat dan skala yang
semakin meluas. Globalisasi mengubah berbagai aturan main dalam berbisnis.
61
Persaingan juga tidak lagi dalam skala lokal dan nasional, tetapi sudah mengarah
pada persaingan global (Anonim, 2009).
Inovasi teknologi yang terus berkembang. Perkembangan teknologi juga
dibarengi dengan berbagai inovasi dalam banyak produk dan jasa. Contohnya
adalah perkembangan mesin tik yang sekarang ini perlahan tapi pasti sudah mulai
digantikan dengan komputer, dan berbagai contoh lain yang berada di sekitar kita.
Aturan-aturan dalam teknologi. Teknologi mempunyai keunikan sendiri
dengan dinamika dan perkembangan yang sangat cepat. Melihat aturan
pemerintah dalam pengaturan penggunaan teknologi mutlak diperlukan untuk
mempermudah berbagai proses dalam masyarakat.
5. Lingkungan Politik
Pengambilan keputusan dalam kegiatan pemasaran juga dipengaruhi oleh
perkembangan dalam lingkungan politik dan hukum. Lingkungan ini dibentuk
oleh adanya hukum, lembaga eksekutif/pemerintah, lembaga legislatif dan
lembaga-lembaga lainnya yang sifatnya bisa mempengaruhi dan membatasi
aktivitas pemasaran atau bahkan adanya politik dan hukum ini bisa menciptakan
peluang bisnis baru sehingga dapat menciptakan proses kegiatan pemasaran.
Dengan semakin meningkatnya jumlah perusahaan/produsen, maka diikuti dengan
munculnya peraturan-peraturan yang berasal dari peraturan pemerintah dan
asosiasi dari para pengusaha itu sendiri (Melda, 2016).
Keputusan-keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan
perundang-undangan yang berlaku dan sikap pemerintah yang mempengaruhi dan
membatasi gerak usaha perusahaan. Lingkungan ini terbentuk oleh hukum-
hukum, lembaga pemerintah, dan kelompok penentang yang mempengaruhi dan
membatasi gerak-gerik berbagai organisasi dan individu dalam masyarakat.
Lingkungan politik memperlihatkan pengaturan bisnis yang substansial, peranan
badan pemerintah yang kuat, dan pertumbuhan kelompok kepentingan umum.
Lingkungan budaya memperlihatkan kecenderungan jangka panjang menuju
realisasi diri, kepuasan langsung, dan orientasi yang lebih sekuler (Raharjo, 2010).
Aturan-aturan dalam sektor industri. Dalam menjalankan bisnis, aturan
merupakan satu landasan mutlak. Karena itu, pemetaan peluang bisnis juga perlu
62
melihat berbagai aturan yang mengatur industri tersebut sehingga tidak terjadi
bentrokan ataupun masalah di kemudian hari (Anonim, 2009).
Tumbuhnya organisasi-organisasi LSM dan buruh. Organisasi-organisasi
LSM dan buruh di satu sisi memberikan pengaruh positif kepada pekerja untuk
menyuarakan berbagai aspirasi mereka. Tetapi organisasi pekerja yang terlalu
kuat akan menyulitkan perusahaan dalam beberapa proses pengambilan
keputusan, karena harus melakukan banyak kompromi dengan mereka.
6. Lingkungan Budaya
Lingkungan ini menunjukkan keadaan suatu kelompok masyarakat
mengenai aturan kehidupan, norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat, pandangan masyarakat dan lain sebagainya yang merumuskan
hubungan antar sesama dengan masyarakat lainnya serta lingkungan sekitarnya
(Razak, 2013).
Pengaruh membeli juga ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang terjadi
pada setiap orang dan langsung ditiru oleh pihak lain. Kehadiran suatu produk
dalam masyarakat serta diterima atau tindakannya yang baru sangat dipengaruhi
oleh kultur masyarakat setempat. Lingkungan budaya juga dapat menciptakan
peluang yang sangat besar bagi sebuah perusahaan (Raharjo, 2010).
Perbedaan budaya pada masing-masing negara. Perbedaan budaya
menjadikan gaya hidup masing-masing negara dan daerah berbeda juga.
Pemahaman budaya pada setiap daerah akan memudahkan pemasar menyesuaikan
produk ataupun jasanya sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut (Anonim, 2009).
Kepercayaan, tradisi, dan agama. Pada kelompok orang dengan
kepercayaan, tradisi, dan agama yang berbeda mempunyai pola konsumsi dan
gaya hidup yang berbeda dengan yang berlainan kepercayaan. Dan pada hal-hal
tertentu, agama mempunyai peran yang signifikan karena mengatur mana yang
boleh dan mana yang tidak dalam hal mengkonsumsi produk ataupun jasa.

D. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang
langsung berkaitan dengan perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk
63
melayani pasar. Tujuan utama setiap perusahaan adalah melayani dan memuaskan
seperangkat kebutuhan khusus dari sebuah pasar sasaran yang terpilih yang
menguntungkan perusahaan itu. Untuk melaksanakan tugas ini, perusahaan
menghubungi jumlah pemasok bahan mentah dan perantara pasar untuk
menjangkau para pelanggan sasarannya. Mata rantai pemasok, perusahaan,
pemasaran/para perantara, para pelanggan itu merupakan inti sistem pemasaran
suatu perusahaan. Keberhasilan perusahaan akan dipengaruhi oleh dua kelompok
tambahan yaitu: sejumlah pesaing dan kelompok masyarakat. Manajemen
perusahaan harus mengamati dan merencanakan segala sesuatu yang berkenaan
dengan para pelaku itu (Raharjo, 2010).
Lingkungan mikro (micro environment) adalah para pelaku dan kekuatan
yang paling dekat dengan perusahaan yang langsung mempengaruhi pelayanan
perusahaan terhadap pelanggan, (marketing intermediaries), pelanggan
(customers), pesaing (competitors), dan masyarakat (publics) (Oktaviani, 2015).
1. Perusahaan
Yaitu struktur organisasi perusahaan itu sendiri. Strategi pemasaran yang
diterapkan oleh bagian manajemen pemasaran harus memperhitungkan kelompok
lain di perusahaan dalam merumuskan rencana pemasarannya, seperti manajemen
puncak, keuangan perusahaan, penelitian dan pengembangan, pembelian,
produksi, dan akuntansi serta sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan,
karena manajer pemasaran juga harus bekerja sama dengan para staff di bidang
lainnya (Razak, 2013).
Sebagai salah satu pelaku dalam lingkungan mikro, perusahaan
mengelola kegiatan pokok meliputi produksi, keuangan, sumber daya
manusia, pemasaran, serta riset dan pengembangan. Kelima kegiatan pokok
perusahaan ini merupakan lingkungan internal perusahaan (Oktaviani, 2015).
Didalam membuat rencana pemasaran, manajemen pemasaran perusahaan harus
memperhitungkan kelompok-kelompok lain dalam perusahaan seperti manajemen
puncak, keuangan, riset dan pengembangan, pembelian, produksi, dan bagian
akuntansi (Raharjo, 2010).

64
Manajemen puncak ini menetapkan misi, sasaran, strategi umum dan
kebijakan perusahaan. Manajer pemasaran harus membuat keputusan dalam
konteks keputusan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak tadi. Lebih
lanjut, usulan pemasaran mereka harus disahkan lebih dulu oleh manajemen
puncak sebelum dilaksanakan (Raharjo, 2010).
Manajer pemasaran juga harus bekerja secara kompak dengan para pejabat
bidang lainnya. Eksekutif bidang keuangan berurusan dengan penyediaan dana
guna melaksanakan rencana pemasaran, pengalokasian dana yang efisien bagi
produk, merek dan kegiatan pemasaran yang berbeda-beda; besarnya laba yang
akan diperoleh, dan tingkat risiko dalam ramalan penjualan dan rencana
pemasaran.
Manajemen bidang peneilitian dan pengembangan memusatkan
perhatiannya pada penelitian dan pengembangan produk baru yang
menguntungkan. Manajemen bidang pembelian selalu memikirkan bagaimana
memperoleh persediaan bahan mentah yang cukup. Manajemen produksi
bertanggung jawab untuk mencapai kapasitas berproduksi yang cukup dan
personalia untuk memenuhi target produksi. Akuntan harus menghitung
pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk membantu pemasaran mengetahui
seberapa jauh pemasaran mampu mencapai sasarannya, dalam memperoleh laba.
Semua bagian ini mempunyai dampak terhadap rencana dan kegiatan
bagian pemasaran. Para manajer berbagai merek produk harus menjual rencana
mereka kepada bagian produksi dan keuangan, sebelum disampaikan kepada
manajemen puncak perusahaan. Jika wakil presiden bagian produksi tidak
sanggup menyediakan kapasitas produksi yang cukup, atau wakil presiden bagian
keuangan tidak mau menyediakan uang yang dibutuhkan, maka manajer mereka
akan meninjau kembali sasaran penjualan mereka atau membawa persoalan pokok
itu ke manajemen puncak. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa manajemen
pemasaran harus bekerja sama dengan kelompok-kelompok lainnya dalam
perusahaan untuk merancang dan melaksanakan rencanarencana pemasarannya.

65
2. Pemasok (Supplier)
Para pemasok adalah perusahaan-perusahaan dan individu yang
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing
untuk memproduksi barang dan jasa tertentu. Kadang kala perusahaan juga harus
memperoleh tenaga kerja, peralatan, bahan bakar, listrik dan faktor-faktor lain dari
pemasok. Perkembangan dalam lingkungan pemasok dapat memberi pengaruh
yang arnat berarti terhadap pelaksanaan pemasaran suatu perusahaan (Razak,
2013).
Penyedia/pemasok (suppliers) merupakan penghubung penting dalam
keseluruhan sistem pemberian nilai pada pelanggan dan mampu memberikan
sumber daya yang dibutuhkan perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa.
Manajer pemasaran harus mengamati keadaan penyedia. Apabila terjadi
keterlambatan atau kekurangan pemasok akan dapat menyebabkan adanya
tambahan biaya dalam jangka pendek. Manajer pemasaran juga harus memonitor
perkembangan harga dari input-input pemasok. Peningkatan biaya pasokan dapat
mengakibatkan kenaikan harga yang akhirnya akan mempengaruhi pencapaian
tujuan perusahaan (Melda, 2016).
Manajer pemasaran perlu mengamati kecenderungan harga dari masukan-
masukan terpenting bagi kegiatan produksi perusahaan mereka. Kekurangan
sumber-sumber bahan mentah, pemogokan tenaga kerja, dan berbagai kejadian
lainnya yang berhubungan dengan pemasok dapat mengganggu strategi
pemasaran yang dilakukan dan dijalankan perusahaan (Razak, 2013).
3. Perantara (Intermediaries)
Perantara adalah perusahaan dagang yang membantu perusahaan untuk
menemukan pembeli atau menutup penjualan dengan mereka. Mereka terbagi
menjadi dua macam, yaitu agen perantara dan pedagang perantara. Agen perantara
seperti agen, pialang, dan perwakilan produsen, yang mencari dan menemukan
para pelanggan dan/atau melakukan perjanjian dengan pihak lain, tapi tidak
memiliki barang dagangan itu sendiri (Raharjo, 2010).
Perantara pemasaran (marketing intermediaries) berperan membantu
perusahaan dalam mempromosikan dan mendistribusikan produknya kepada
66
konsumen akhir. Perantara pemasaran antara lain reseller, perusahaan distributor
fisik, agen pelayanan pemasaran, perantara keuangan dan sebagainya. Reseller
adalah perusahaan jalur distribusi yang membantu perusahaan menemukan
pelanggan antara lain pedagang besar dan pengecer. Keberadaan reseller ikut
menentukan keberhasilan dari perusahaan untuk memilihnya bukan pekerjaan
mudah. Perusahaan distributor fisik berperan membantu perusahaan menyimpan
dan memindahkan barang-barang dari asal ke tempat tujuan. Perusahaan perlu
memutuskan cara yang terbaik dalam menyimpan dan mengirim produknya
disesuaikan dengan faktor-faktor seperti biaya, kecepatan dan keamanan (Melda,
2016).
Para perantara pemasaran ini meliputi (Razak, 2013) :
Perantara, adalah perusahaan atau individu yang membantu perusahaan
untuk menemukan konsumen. Mereka terbagi dua macam, yaitu agen perantara
seperti agen, pialang dan perwakilan produsen yang mencari dan menemukan para
pelanggan dan/atau mengadakan perjanjian dengan pihak lain, tetapi tidak
memiliki barang atau jasa itu sendiri.
Perusahaan distribusi fisik, perusahaan seperti ini membantu perusahaan
dalam penyimpanan dan pemindahan produk dari tempat asalnya ketempat-tempat
yang dituju.
Para agen jasa pemasaran, seperti perusahaan atau lembaga penelitian
pemasaran, agen periklanan, perusahaan media, dan perusahaan konsultan
pemasaran,kesemuanya membantu perusahaan dalam rangka mengarahkan dan
mempromosikan produknya ke pasar yang tepat.
Perantara keuangan, seperti bank, perusahaan kredit, perusahaan asuransi,
dan perusahaan lain yang membantu dalam segi keuangan.
Perusahaan distribusi fisik membantu perusahaan dalam penyimpanan dan
pemindahan produk dari tempat asalnya ke tempat-tempat pengiriman yang dituju.
Perusahaan pergudangan menyimpan dan melindungi barang-barang produk itu
sebelum dikirim ke tujuan berikutnya. Setiap perusahaan harus memutuskan
berapa besar gudang harus dibangun untuk keperluannya dan berapa yang disewa
dari perusahaan pergudangan. Perusahaan transportasi terdiri dari kereta api,
67
angkutan truk, perusahaan penerbangan, kapal barang, dan perusahaan
pengangkutan lainnya yang membawa produk dari satu tempat ke tempat lain.
Setiap perusahaan harus menentukan cara-cara pengiriman barang mana yang
paling efektif dengan memperhatikan keseimbangan antara beberapa faktor seperti
biaya, cara pengiriman, kecepatan, dan keselamatan (Raharjo, 2010).
Pemasaran para agen jasa pemasaran, seperti perusahaan atau lembaga
penelitian pemasaran, agen periklanan, perusahaan media, dan perusahaan
konsultan pemasaran kesemuanya membantu perusahaan dalam rangka
mengarahkan dan mempromosikan produknya ke pasar yang tepat. Perusahaan
menghadapi keputusan untuk membuat atau membeli jasa-jasa tersebut. Bila
sebuah perusahaan memutuskan untuk membeli jasa dari luar perusahaan, dia
harus memilih secara cermat, siapakah yang akan disewa, karena lembaga-
lembaga itu beraneka ragam kreativitas, kualitas, pelayanan dan harganya.
Perusahaan perlu meninjau kembali secara berkala prestasi mereka dan
mempertimbangkan untuk mengganti agen yang prestasinya tidak memuaskan
(Raharjo, 2010).
Perantara keuangan termasuk bank, perusahaan kredit, perusahaan
asuransi, dan perusahaan lain yang menolong dalam segi keuangan dan/atau risiko
yang diasuransikan sehubungan dengan pembelian atau penjualan barang produk.
Kebanyakan perusahaan dan pelanggan tergantung pada perantara keuangan untuk
menguangkan transaksi mereka. Prestasi pemasaran suatu perusahaan dapat
dipengaruhi, dengan akibat yang parah, oleh kenaikan biaya kredit dan/atau kredit
yang terbatas. Karena itulah, perusahaan perlu mengembangkan hubungan yang
erat dengan lembaga-lembaga keuangan di luar perusahaan itu (Raharjo, 2010).
4. Pelanggan (Customers)
Pelanggan yaitu pasar sasaran suatu perusahaan yang menjadi konsumen
atas barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan apakah individu-individu,
lembaga-lembaga, organisasi-organisasi, dan sebagainya (Razak, 2013).
Pelanggan atau konsumen adalah objek utama yang harus selalu diperhatikan,
keberhasilan meningkatkan jumlah barang yang dijual ditentukan oleh konsumen.
Hubungan baik dengan konsumen menciptakan pasar sasaran yang membeli
68
produk yang dihasilkan. Konsumen dapat memperlancar dan menghambat
kemampuan perusahaan untuk mencapai sasarannya (Raharjo, 2010).
Konsep pemasaran yang berhasil apabila perusahaan dapat menyediakan
nilai dan kepuasan pelanggan yang lebih besar daripada pesaing. Oleh karena
itu, perusahaan harus menyesuaikan pemasaran dengan kebutuhan konsumen
sasaran. Konsumen adalah objek utama yang harus selalu diperhatikan,
keberhasilan meningkatkan jumlah barang yang dijual ditentukan oleh
konsumen Strategi kebijaksanaan dan taktik pemasaran perusahaan sangat
tergantung situasi pasar dan langganan (Oktaviani, 2015).
Setiap perusahaan harus selalu mempelajari pasar pelanggannya lebih
dekat. Pelanggan disini dapat berupa pasar konsumen yang terdiri atas individu
atau rumah tangga yang membeli barang atau jasa yang dikonsumsi sendiri untuk
memenuhi kepuasan. Pemasar harus mengetahui bagaimana konsumen akan
bereaksi terhadap perubahan, misalnya terhadap perubahan harga produk (price
elasticity of demand). Pelanggan juga dapat berupa pasar produsen yang membeli
produknya untuk diproses lebih lanjut dalam usaha mencari keuntungan dan dapat
pula berupa pasar penjual atau pasar reseller yang membeli produk untuk dijual
lagi dengan tingkat keuntungan tertentu. Selain itu, pelanggan dapat berupa pasar
pemerintah atau pasar internasional yang memiliki ciri-ciri tertentu yang perlu
dipelajari sehingga dapat menunjang tujuan dari perusahaan (Melda, 2016).
Suatu perusahaan berhubungan dengan para pemasok dan para perantara
agar perusahaan itu dapat menyediakan produk dan jasa secara efisien kepada
pasar sasarannya (Raharjo, 2010). Pasar sasaran dapat terdiri dari hanya satu atau
lebih dari lima macam pelanggan berikut ini :
1) Pasar konsumen, merupakan individu-individu dan rumah tangga yang
membeli produk dan jasa untuk konsumsi pribadi.
2) Pasar industri, merupakan organisasi-organisasi yang membeli produk dan jasa
yang dibutuhkan.
3) Pasar penjual kembali, organisasi-organisasi yang membeli produk dan jasa
dengan untuk konsumsi pribadi.untuk memproduksi produk -produk dan jasa-

69
jasa lainnya dengan maksud memperoleh keuntungan atau mencapai sasaran
lain.
4) Pasar pemerintah, merupakan lembaga-lembaga pemerintah yang membeli
produk dan jasa agar menghasilkan pelayanan kepada masyarakat umum, atau
mengalihkan barang dan jasa itu kepada pihak lain yang membutuhkannya.
5) Pasar internasional, merupakan pembeli yang terdapat di luar negeri, termasuk
konsumen, produsen, penjual kembali, dan pemerintah asing.
5. Pesaing (Competitors)
Pesaing adalah perusahaan di dalam industri yang sama dan menjual
produk atau jasa kepada pelanggan. Seringkali perbedaan antara keberhasilan
dan kegagalan usaha tergantung pada apakah perusahaan melakukan pelayanan
yang lebih baik daripada pesaing lain. Karena itu, perusahaan
harus melakukan analisis bersaing, yaitu menentukan siapa pesaingnya,
mengantisipasi pergerakan pesaing, serta memperhitungkan kekuatan dan
kelemahan pesaing (Oktaviani, 2015).
Pemasar harus mempertimbangkan sifat persaingan dimana perusahaan
bersaing dengan menetapkan strategi pemasaran menurut jenis dan sifat
persaingan. Dengan lebih spesifik pemasar harus selalu memperhitungkan jumlah
pesaing yang harus dihadapi karena pesaing dapat menjadi ancaman terhadap
produknya dan para pesaing selalu merespon dan menghadapi setiap aktivitas
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Secara konseptual, bahwa
keberhasilan perusahaan dalam pemasaran apabila perusahaan tersebut dapat
memberikan nilai dan kepuasan yang lebih besar dari pesaingnya, sehingga
pemasar tidak hanya sekedar beradaptasi pada kebutuhan sasaran/konsumen tetapi
juga harus dapat menciptakan keunggulan strategi dengan menempatkan posisi
penawaran perusahaan yang lebih kuat dalam pikiran konsumen dibandingkan
dengan penawaran pesaing (Melda, 2016).
Dalam usahanya melayani kelompok pasar pelanggan, perusahaan tidaklah
sendiri. Usaha suatu perusahaan untuk membangun sebuah system pemasaran
yang efisien guna melayani pasar gelati disaingi oleh perusahaan lain. Sistem
pemasaran dan strategi yang diterapkan perusahaan dikelilingi dan dipengaruhi
70
oleh sekelompok pesaing. Para pesaing ini perlu diidentifikasi dan dimonitor
segala gerakan dan tindakannya didalam pasar (Razak, 2013).
Jarang sekali suatu organisasi hanya sendirian dalam usahanya melayani
sekelompok pasar pelanggan. Usahanya untuk membangun sistem yang efisien
guna melayani pasar itu disaingi oleh usaha serupa dari pihak lain. Sistem
pemasaran perusahaan dikelilingi dan dipengaruhi oleh sekelompok pesaing. Para
pesaing ini perlu diidentifikasi, dimonitor, dan dikalahkan untuk memperoleh dan
mempertahankan kesetiaan pelanggan kepada perusahaan yang bersangkutan
(Raharjo, 2010).
Lingkungan persaingan itu bukan hanya terdiri dari perusahaan lain, tetapi
juga hal-hal yang lebih mendasar. Cara terbaik bagi perusahaan untuk menguasai
atau memenangkan persaingan itu adalah dengan mengambil sudut pandang
pelanggan. Suatu pengamatan yang mendasar tentang bersaing secara efektif
sekarang dapat dirangkumkan. Perusahaan harus mengindahkan empat dimensi
pokok yang dapat disebut empat C kedudukan pasarnya. Perusahaan harus
mengindahkan keadaan pelanggan (customers) saluran distribusi (channels),
persaingan (competition), dan ciri-cirinya sendiri sebagai sebuah perusahaan
(company). Keberhasilan pemasaran merupakan suatu soal bagaimana mencapai
keterpaduan yang efektif dari pihak perusahaan dengan para pelnggan, saluran-
saluran dan para pesaing (Raharjo, 2010).
6. Masyarakat (Public)
Masyarakat adalah kelompok yang mempunyai minat nyata atau yang
masih terpendam atau yang memberikan dampak terhadap kemampuan
perusahaan untuk mencapai sasarannya. Masyarakat umum dapat
memperlancar atau menghambat kemampuan perusahaan untuk mencapai
sasarannya. Karena masyarakat umum dapat secara nyata mempengaruhi nasib
baik suatu perusahaan, maka perusahaan yang bijak perlu mengambil
langkah nyata untuk membangun secara berhasil hubungan dengan
masyarakat umum yang amat penting bagi perusahaan, dan tidak hanya tinggal
diam atau menunggu. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan
perusahaan (Oktaviani, 2015).
71
Pengertian masyarakat disini adalah kelompok manapun yang memiliki
kepentingan aktual ataupun potensial yang dapat mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam mencapai tujuannya antara lain masyarakat keuangan,
masyarakat media, masyarakat pemerintah, masyarakat gerakan warga,
masyarakat lokal, masyarakat umum dan masyarakat internal perusahaan. Setiap
perusahaan harus dapat menyiapkan rencana untuk merespon dan memenuhi
keinginan masyarakat dengan merancang penawaran yang menarik kepada
masyarakat sehingga menghasilkan tanggapan yang positif dari masyarakat
(Melda, 2016).
Masyarakat umum dapat memperlancar dan menghambat kemampuan
organisasi untuk mencapai sasarannya. Hubungan dengan masyarakat umum perlu
dipahami sebagai pelaksana kegiatan pemasaran yang luas. Masyarakat umum
menjadi sangat penting bagi perusahaan karena masyarakat umum akan
memberikan dampak kemampuan organisasi perusahaan dalam mencapai
sasarannya. Sebuah organisasi bukan hanya harus memperhatikan para pesaingnya
dalam upaya memuaskan pasar sasarannya, tetapi juga memperhatikan sejumlah
besar lapisan masyarakat umum yang menaruh perhatian. Apakah mereka itu
menerima metode-metode perusahaan tersebut dalam menjalankan usahanya atau
tidak. Karena kegiatan organisasi mempengaruhi minat kelompok lain, kelompok-
kelompok tersebut menjadi masyarakat umum yang amat penting bagi oganisasi
(Raharjo, 2010).
Sebuah perusahaan juga harus memperhatikan sejumlah besar lapisan
masyarakat yang tentu saja besar atau kecil menaruh perhatian terhadap kegiatan-
kegiatan perusahaan, apakah mereka menerima atau menolak metode-metode dari
perusahaan dalam menjalankan usahanya, karena kegiatan perusahaan pasti
mempengaruhi minat kelompok lain, kelompok-kelompok inilah yang menjadi
masyarakai umum. Masyarakat umum dapat memperlancar atau sebaliknya dapat
sebagai penghambat kemampuan perusahaan untuk mencapai sasarannya (Razak,
2013).
Setiap perusahaan dikelilingi oleh tujuh macam masyarakat umum
(Raharjo, 2010) :
72
1) Masyarakat keuangan. Masyarakat keuangan mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk memperoleh dana. Bank, lembaga penanaman modal,
makelar saham, dan para pemegang saham merupakan masyarakat keuangan
utama. Hershey mencari jasa baik dari kelompok-kelompok tersebut dengan
menerbitkan laporan berkala, menjawab pertanyaan mengenai keuangan, dan
memenuhi harapan masyarakat keuangan itu bahwa perusahaannya berjalan
lancar atau semuanya beres.
2) Masyarakat media. Masyarakat media adalah organisasi yang menyiarkan
berita, karangan, tajuk rencana. Secara khusus, media itu adalah surat kabar,
majalah, radio dan stasiun televisi. Hershey berkepentingan dengan liputan
media yang lebih banyak dan lebih baik.
3) Masyarakat pemerintah. Manajemen perusahaan harus memasukkan
perkembangan pemerintah pada perhitungannya dalam merumuskan rencana
pemasaran. Para pemasar Hershey harus melakukan konsultasi dengan pakar
hukum perusahaan tentang kemungkinan masalah pokok mengenai
keselamatan produk, kebenaran periklanan, dan lain-lain. Hershey harus
mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan produsen gula-gula lainnya
untuk bersama-sama mempengaruhi undang-undang yang telah ditetapkan,
yang akan merugikan kepentingan mereka.
4) Masyarakat pembela kepentingan umum. Aktivitas pemasaran perusahaan
mungkin dipersoalkan oleh organisasi konsumen, kelompok pelestarian
lingkungan kelompok minoritas dan kelompok lainnya. Sebagai contoh,
beberapa anggota organisasi konsumen menyerang gulagula yang mengandung
nilai kecil, kalorinya tinggi, menyebabkan kerusakan gigi dan lain-lain.
Hershey harus banyak mengatasi publisitas negatif ini dengan pernyataan yang
positif tentang maslahat gula-gulanya atau berembuk dengan anggota
organisasi konsumen ini untuk mencapai suatu pernyataan yang lebih jujur
tentang.,masalah pokok yang bersangkutan.
5) Masyarakat setempat. Setiap perusahaan berhubungan dengan masyarakat
setempat seperti penduduk yang berdekatan dengan perusahaan dan organisasi
masyarakat. Perusahaan besar biasanya mengangkat ketua hubungan
73
masyarakat yang banyak berurusan dengan masyarakat, menyelenggarakan
pertemuan, menjawab pertanyaan, dan memberikan bantuan pada hal-hal yang
bermanfaat.
6) Masyarakat umum. Perusahaan perlu memperhatikan sikap masyarakat
umum terhadap kegiatan dan produknya. Walaupun masyarakat umum tidak
berbuat sesuatu dalam cara yang terorganisasi terhadap perusahaan, citra
masyarakat terhadap perusahaan itu akan mempengaruhi dukungannya
terhadap perusahaan yang bersangkutan. Untuk membangun sebuah citra.
“warga masyarakat baik” yang kuat, Hershey meminjamkan para pejabatnya
kepada masyarakat untuk kampanye pengumpulan dana, memberikan
sumbangan amal yang jumlahnya memadai, dan menciptakan sistem untuk
menangani keluhan konsumen.
7) Masyarakat dalam perusahaan. Masyarakat dalam perusahaan termasuk
pekerja kasar di pabrik, para pegawai bagian administrasi, manajer, dan dewan
direktur. Perusahaan besar mengembangkan surat warta dan bentuk
komunikasi lain untuk memberitahukan dan memotivasi masyarakat di dalam
perusahaan. Apabila para karyawan merasa baik tentang perusahaan mereka,
sikap yang positif ini akan menjalar ke masyarakat di luar perusahaan.

74
BAB 5
MENGELOLA LINGKUNGAN AGRIBISNIS

Adanya batasan sistem membuat pemisahan antara sistem dengan


lingkungan. Segala sesuatu yang ada diluar batas sistem tersebut dan
mempengaruhi operasi sistem itulah yang disebut lingkungan. Tujuan mengenali
lingkungan sistem agribisnis adalah untuk identifikasi pengaruh lingkungan yang
menguntungkan dan yang merugikan, kemudian mengelola faktor yang
menguntungkan atau mendukung sistem dan mengendalikan faktor yang
merugikan agar tidak mengganggu kelangsungan hidup sistem (Pakpahan, 2013).
Lingkungan dan hal-hal yang mempengaruhi sistem agribisnis adalah :
1. Undang-undang dan legalitas
Sebagai suatu bisnis yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi, terlibat
dalam hal penawaran dan permintaan, distribusi produk, rantai aliran finansial,
kebutuhan investasi atau modal kerja, bentuk dan struktur usaha maka undang-
undang dan legalitas usaha merupakan faktor yang mempengaruhi sistem
agribisnis.
Ada beberapa manfaat dengan mengikuti peraturan yang ada: memudahkan
penetrasi pasar, meningkatkan image usaha sehingga memperbaiki
kepercayaan konsumen dan para pemangku kepentingan, melindungi dan
memperkuat posisi produsen bila terjadi konflik, dapat menggunakan fasilitas-
fasilitas tertentu yang diberikan oleh pemerintah atau kalangan swasta.
2. Lingkungan bisnis dan strategi bisnis
Kondisi bisnis dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat dan sebaliknya
sehingga sistem agribisnis perlu mempelajari pengaruh-pengaruhlingkungan
bisnis dari sisi politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi,
pertahanan, keamanan. Faktor lingkungan ada 3, yaitu :
1) Faktor lingkungan operasional (opertaional environment) : pesaing;
kreditur; tenaga kerja; pemasok; dan pelanggan.

75
2) Faktor lingkungan industri (industrial environment) : hambatan masuk; daya
Tawar pemasok; daya tawar pembeli; barang subtitusi; dan tingkat
kompetensi.
3) Faktor lingkungan jauh (remote environment) : politik; ekonomi; sosial;
budaya; ilmu pengetahuan; teknologi; pertahanan dan keamanan.
Selain faktor-faktor lingkungan, strategi bisnis juga mempengaruhi sistem
agribisnis. Strategi dibagi menjadi strategi umum (generic strategy) dan
strategi menyeluruh (grand strategy). Strategi umum adalah strategi untuk
memperoleh keunggulan bersaing sedangkan stretegi menyeluruh adalah
pendekatan menyeluruh melalui tindakan utama yang didesain untuk mencapai
tujuan jangka panjang.
3. Kebijakan ekonomi mikro pemerintah
Ekonomi mikro membahas bagaimana alokasi sumberdaya secara efisien untuk
konsumen pada tingkat rumah tangga, perusahaan dan industri untuk
menjelaskan pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang diproduksi dan
bagaimana, apa yang dikonsumsi, untuk oleh dan dari siapa. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut mendapat pembahasan secara ilmiah berdasarkan
pemikiran Adam Smith yang merupakan pelopor ilmu ekonomi dengan
memandang perekonomian sebagai suatu sistem. Sebagai sistem,
perekonomian memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangannya, melalui
mekanisme pasar. Pasar merupakan pertemuan permintaan dengan penawaran
sedangkan mekanisme pasar merupakan proses penentuan harga berdasarkan
interaksi permintaan dan penawaran. Berdasarkan pengertian pasar dan
mekanisme pasar, aspek-aspek yang sering dianalisis dalam ekonomi mikro
adalah interaksi di pasar barang, interaksi pasar faktor produksi serta tingkah
laku pembeli dan penjual.
Mekanisme pasar tidak selalu berjalan seperti yang digambarkan dalam teori,
sehingga intervensi pemerintah diperlukan untuk menangani kegagalan pasar.
Tujuan intervensi pemerintah adalah :
a) Kesamaan hak, agar hak setiap individu dapat terwujud dan eksploitasi
dihindari.
76
b) Menjaga pertumbuhan ekonomi tetap teratur dan stabil.
c) Menghindari praktek monopoli dari perusahaan
d) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan barang
publik.
e) Mengurangi kegiatan ekonomi luar yang merugikan masyarakat.
Bentuk-bentuk intervensi pemerintah diantaranya adalah :
a) Mengontrol harga dengan penetapan harga dasar, harga maksimum dan
kuota produksi
Harga dasar adalah tingkat harga minimum yang ditetapkan pemerintah.
Harga maksimum adalah tingkat/batas harga maksimum penjualan yang
ditetapkan pemerintah. Kuota produksi adalah pembatasan jumlah
produksi yang ditetapkan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga.
b) Menaikkan atau menurunkan pajak dan subsidi
Menaikkan pajak akan membuat harga barang lebih mahal sehingga
permintaan menurun, menaikkan subsidi akan membuat membuat harga
barang lebih murah sehingga permintaan bertambah. Demikian pula
sebaliknya. Pengaruh perubahan pajak dan subsidi pada konsumen dan
produsen tergantung dari tingkat elastisitas barang sehingga perlu studi
yang lebih mendalam.
c) Membatasi impor dengan penentuan tarif pajak dan kuota impor.
Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbuka (dipengaruhi
oleh perekonomian internasional) sehingga pemerintah perlu melakukan
kebijakan protektif untuk melindungi industri dalam negeri. Kebijakan
protektif dapat dilakukan dengan memberlakukan pajak impor dan kuota
impor untuk membatasi jumlah impor yang masuk.
4. Kebijakan ekonomi makro pemerintah
Bila ekonomi mikro hanya memperhatikan alokasi sumberdaya secara efisien
untuk konsumen pada tingkat rumah tangga, perusahaan dan industri maka
ekonomi makro memperhatikan alokasi sumberdaya pada tingkat kumpulan
rumah tangga, perusahaan dan industri atau dengan kata lain pada tingkat
negara.
77
Ekonomi makro merupakan pemikiran dari John Maynard Keynes yang
menyatakan pendapat untuk memperbaiki pemikiran ekonomi klasik
(pemikiran Adam Smith dkk) dalam menghadapi kegagalan mekanisme pasar
saat Great Depression tahun 1929-1933. Melalui bukunya The General Theory
of Employment, Interest and Money yang diterbitkan tahun 1936, ada dua hal
yang disampaikan Keynes yaitu, pokok pikiran pertama adalah kegagalan
mekanisme pasar disebabkan asumsi pasar yang terlalu idealis kemudian
penekanan hanya pada sisi penawaran, padahal di dunia nyata tidak terdapat
pasar seperti itu. Pokok pikiran kedua adalah perlunya intervensi pemerintah
untuk memulihkan perekonomian dengan menstimulir permintaan.
Ada dua kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang lebih baik seperti yang diharapkan,
kebijakan tersebut berupa kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
a) Kebijakan fiskal
Kebijakan pemerintah yang mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya
(di Indonesia disebut kebijakan APBN). Dalam sirkulasi aliran pendapatan,
penerimaan pemerintah didapat melalui pajak (T) sedangkan pengeluaran
pemerintah merupakan konsumsi pemerintah (G).
Arti pajak menurut hukum adalah iuran wajib kepada pemerintah yang
bersifat legal dan harus dibayarkan karena pemerintah memiliki kekuatan
hukum untuk menindak wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya.
Pajak berbeda dengan retribusi, pajak dipungut pemerintah tetapi
pemerintah tidak memiliki kewajiban untuk langsung membalas jasa karena
pajak dipungut untuk menjalankan pemerintahan. Retribusi dipungut
pemerintah dan pemerintah wajib memberikan balas jasa langsung.
Pajak dapat bernilai negatif, atau disebut dengan subsidi. Pajak yang
bernilai positif akan menurunkan pendapatan dan menaikkan harga barang
sehingga daya beli menurun sebaliknya subsidi akan menaikkan pendapatan
dan menurunkan harga barang sehingga daya beli meningkat.
Ada dua kebijakan fiskal, kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal
kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif bila menurunkan pajak dan menaikan
78
pengeluaran pemerintah dengan tujuan : mendorong pertumbuhan produksi
dalam negeri, menaikan pendapatan masyarakat, dan mendorong impor.
Kebijakan fiskal kontraktif bila menaikkan pajak dan menurunkan
pengeluaran pemerintah dengan tujuan : mengurangi produksi dalam negeri,
menurunkan pendapatan masyarakat, dan menurunkan impor.
Ada tiga politik anggaran terkait dengan kebijakan fiskal: anggaran desifit,
anggaran seimbang dan anggaran surplus. Anggaran defisit terjadi pada
kebijakan fiskal ekspansif, biasanya dilakukan pemerintah untuk
menstimulir pertumbuhan ekonomi karena kondisi resesi. Anggaran
seimbang terjadi bila pengeluaran sama dengan penerimaan dengan tujuan
untuk peningkatan disiplin dan kepastian anggaran. Anggaran surplus terjadi
pada kebijakan fiskal kontraktif, biasanya dilakukan pemerintah untuk
mengerem pertumbuhan ekonomi.
b) Kebijakan moneter
Kebijakan pemerintah dalam mengendalikan jumlah uang yang beredar dan
mengubah tingkat bunga. Ada dua kebijakan, kebijakan moneter ekspansif
dan kebijakan moneter kontraktif.
Kebijakan moneter ekspansif (easy money policy) bila menambah jumlah
uang yang beredar dan menurunkan tingkat bunga (interest rate) dengan
tujuan :
a) mendorong kenaikan investasi
b) menaikan penerimaan masyarakat
c) mendorong kenaikan impor
d) mendorong arus keluar (outflow) modal jangka pendek akibat
penurunan suku bunga
e) menurunkan arus masuk (inflow) modal jangka pendek akibat
penurunan suku bunga.
Kebijakan moneter kontraktif (tight money policy) bila mengurangi jumlah
uang yang beredar dan menaikkan tingkat bunga (interest rate) dengan
tujuan :

79
a) menurunkan investasi
b) menurunkan penerimaan masyarakat
c) menurunkan impor
d) menurunkan arus keluar (outflow) modal jangka pendek akibat kenaikan
suku bunga
e) menaikkan arus masuk (inflow) modal jangka pendek akibat kenaikan
suku bunga.
Untuk melakukan kebijakan moneter, pemerintah melakukan melalui
instrumen kuantitatif dan kualitatif. Instrumen kuantitatif adalah :
a. Operasi pasar menentukan jumlah uang yang beredar dengan cara menjual
atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah. Menjual surat
berharga pemerintah berarti menarik atau mengurangi jumlah uang yang
beredar dan sebaliknya.
b. Menentukan tingkat suku bunga diskonto dan SBI yaitu menentukan
tingkat bunga bank sentral bagi bank-bank yang meminjam kepada bank
sentral. Meningkatkan bunga berarti mengurangi pinjaman sehingga
mengurangi jumlah uang yang beredar dan sebaliknya.
c. Menentukan rasio cadangan wajib (cash requirement reserve ratio), jika
rasio cadangan wajib diperbesar maka kemampuan memberikan kredit
akan menurun sehingga menurunkan jumlah uang yang beredar demikian
sebaliknya.
d. Menentukan batas atas dan batas bawah nilai tukar valas atau band
intervention.
e. Menentukan batas maksimum pemberian kredit (BMPK) atau legal
lending limit (L3).
Instrumen kualitatif adalah:
a. Seleksi fasilitas kredit
b. Imbauan moral menghadapi isu spekulasi (moral suasion dari monetary
authority).

80
5. Situasi ekonomi internasional
Pengaruh globalisasi ekonomi dunia membuat ekonomi nasional menjadi
bagian dari ekonomi internasional, dan tidak ada lagi negara yang hidup
terisolasi tanpa hubungan ekonomi, hubungan keuangan, maupun hubungan
perdagangan internasional (ekspor dan impor).
Kebijakan perdagangan internasional yang mempengaruhi sistem agribisnis
adalah:
a. Kebijakan ekspor di dalam negeri
 Kebijakan pajak : pembebasan, keringanan, pengembalian atau
penerapan tarif pajak
 Fasilitas kredit
 Fasilitas prosedur ekspor
 Subsidi ekspor
 Asosiasi eksportir
 Kelembagaan atau kawasan khusus
 Pembatasan dan larangan ekspor
b. Kebijakan ekspor di luar negeri
 Pembentukan pusat promosi bersama
 Pemanfaatan fasilitas bea masuk
 Keanggotaan organisasi internasional
 Perjanjian kerjasama
c. Kebijakan impor : kebijakan tariff barrier, kebijakan non tarif dan kebijakan
perdagangan
 Kebijakan tarif penghalang : pembebasan bea masuk, tarif rendah
(0%<x<5%), tarif sedang (5%<x<20%), tarif tinggi (x>20%)
 Kebijakan non tarif : pembatasan spesifik, sistem kuota, subsidi
perlindungan usaha dalam negeri.
 Kebijakan perdagangan/Term of Trade (TOT) : Gros Barter TOT, Net
Barter TOT, Income TOT
d. Kebijakan lain : dumping dan international cartel

81
 Dumping : kebijakan menerapkan diskriminasi harga jual lebih murah
diluar negeri dari pada harga jual di dalam negeri. Ada 3 bentuk dumping
yaitu : Persistant dumping, predatory dumping dan sporadic dumping.
Persistant dumping adalah dumping permanen, predatory dumping
adalah dumping dalam jangka waktu tertentu, sporadic dumping adalah
dumping sporadis. Suatu negara dapat melakukan anti dumping bila telah
ada penyelidikan dan pembuktian perdagangan luar negeri yang tidak
jujur.
 International cartel : organisasi beberapa negara produsen atau pemasok
yang sepakat membatasi produksi atau ekspor dengan tujuan monopoli
pasar.
Organisasi dan kerjasama perdagangan internasional mengarah kepada
integrasi ekonomi dan keuangan secara regional. Pengelompokkan organisasi
dan kerjasama internasional adalah:
1. Organisasi dan kerjasama multilateral : Organisasi multilateral
internasional, organisasi multilateral regional.
2. Organisasi dan kerjasama bilateral : kerjasama dua negara
3. Organisasi dan kerjasama sektoral : kerjasama beberapa negara pada
sektor tertentu. Ada tiga tipe yaitu: Tipe buffer stock (melakukan stok saat
harga rendah dan menjual stok saat harga tinggi), tipe export control
(mengatur kuota ekspor masing-masing negara anggota), tipe purchase
contract (persetujuan jangka panjang untuk komiditi tertentu).
6. Faktor lingkungan lainnya
Merupakan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi sistem agrbisnis,
seperti kestabilan politik, kondisi sosial budaya dan kondisi keamanan.

A. Kekuatan dan Kelemahan Internal Agribisnis


Analisis kekuatan dan kelemahan merupakan kebalikan dari peluang dan
ancaman. Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor-faktor dalam atau internal.
Kekuatan perusahaan menunjukkan kemungkinan-kemungkinan adanya beberapa

82
strategi tertentu yang akan berhasil sedangkan kelemahan perusahaan
menunjukkan bahwa terdapat hal-hal yang harus diperbaiki.
Realisasi misi perusahaan akan menjadi sulit dilakukan jika perusahaan
tidak berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Oleh karena itu, tindakan
untuk mengetahui dan menganalisis lingkungan eksternalnya menjadi sangat
penting karena pada hakikatnya kondisi lingkungan eksternal berada di luar
kendali organisasi (Anonim, 2011).
Selain pemahaman kondisi lingkungan eksternal, pemahaman kondisi
lingkungan internal perusahaan secara luas dan mendalam juga perlu dilakukan.
Oleh karena itu, strategi yang dibuat perlu bersifat konsisten dan realistis sesuai
dengan situasi dan kondisinya. Berdasarkan pemahaman lingkungan internal ini,
hendaknya kelemahan dan juga kekuatan yang dimiliki perusahaan dapat
diketahui. Selain mengetahui kekuatan dan kelemahan, perusahaan perlu
mencermati peluang yang ada dan memanfaatkannya agar perusahaan memiliki
keunggulan kompetitif. Perlu diingat bahwa bila peluang disia-siakan, dapat saja
peluang berbalik menjadi ancaman bagi perusahaan, karena peluang yang disia-
siakan tadi dimanfaatkan oleh pesaing (Anonim, 2011).
Analisa terhadap lingkungan internal dapat menjadi landasan bagi
perusahaan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap strategi yang dijalankan perusahaan. Analisa internal adalah
pengertian mengenai pemikiran pencocokan kekuatan dan kelemahan internal
perusahaan dengan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan. Dalam
penyusunan analisa lingkungan internal yag menyangkut kekuatan dan kelemahan
organisasi, dapat ditempuh dengan mempergunakan matriks analisa lingkungan
internal IFAS (Internal Factors Analisys Summary) untuk mengidentifikasi faktor
strategi internal. Matriks IFAS digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan, data yang dapat digali dari
beberapa fungsional perusahaan misalnya aspek manajemen, keuangan, SDM,
pemasaran, sistem informasi, dan produksi (Jamaludin, 2014).
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berasal dari dalam organisasi
atau perusahaan itu sendiri yang berdasarkan pendekatan fungsional sistem
83
informasi maupun berdasarkan unit aktivitas keunggulan bersaing. Pelaksanaan
analisis sektor internal sama dengan proses analisis eksternal (Yulianti, 2011). Di
dalam lingkungan internal ada beberapa elemen yang mempengaruhi seorang
menejer dalam mengambil keputusan yang akan berpengaruh pada perusahaan
atau organisasi. Beberapa elemen dalam lingkungan internal adalah sebagai
berikut (Aktanotaria, 2016).
1. Karyawan
Karyawan adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya
untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan, baik berupa uang ataupun
bentuk lainnya kepada Perusahaan atau organisasi. Karyawan dapat dibagi
menjadi dua klasifikasi :
a) Karyawan berkerah putih adalah karyawan yang bekerja menggunakan
tenagga pikirannya.
b) Karyawan berkerah biru adalah karyawan yang bekerja dengan
menggunakan tenaga ototnya.
2. Manajamen
Manajemen adalah seni mengelola sumber daya secara efektif dan efisien
dalam menjalankan kegiatan perusahaan agar sasaran organisasi dapat tercapai.
Dalam menjalankan usahanya, organisasi memerlukan koordinasi atau
pengaturan agar sasaran organisasi dapat tercapai. Terdapat beberapa kegiatan
perusahaan yang harus di kelola seperti :
a) Logistik ke dalam
Aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan penerimaan, penyimpanan,
informasi mengenani : Gudang, persediaan atau jadwal pengiriman.
b) Operasi
Aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan transformasi input produksi
menjadi produk akhir, yang meliputi : permesinan, perakitan, pengetesan,
pengepakan, dan pemeliharaan mesin/peralatan.
c) Logistik keluar
Aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan,
dan distribusi produk ke konsumen.
84
d) Pemasaran dan penjualan
Menyediakan fasilitas sehingga konsumen dapat membeli produk, dan
mencakup pula kegiatan seperti : periklanan, penjualan, penentuan harga,
jalur distribusi, dan promosi.
e) Pelayanan
Menyediakan pelayanan untuk memelihara dalam hal ini nilai dari produk
yang mencakup : instalasi, pelatihan, penyediaan suku cadang, perbaikan
dan pemeliharaan.
f) Fungsi penunjang
Fungsi penunjang merupakan aktivitas pendukung perusahaan yang
meliputi pengadaan, pengembangan teknologi, manajemen sumber daya
manusia infrastruktur perusahaan.
3. Dewan Komisaris
Dewan komisaris mewakili kepentingan para pemegang saham dimana dewan
komisaris memantau kegiatan dan mengawasi manajemen, serta memastikan
kegiatan akan berjalan mencapai tujuan. Kedudukannya adalah independen
terhadap manajemen. Tanggung jawab pemegang saham didasarkan pada
seberapa besar saham mereka terhadap perusahaan. Jika perusahaan
memperoleh keuntungan maka mereka memperoleh imbalan sebesar yang
mereka sertakan.
4. Pemegang Saham dan Dewan Direksi
a) Pemegang Saham
Pemegang saham/shareholder adalah orang atau badan hukum yang
memiliki saham di perusahaan, para pemegang saham adalah pemilik dari
perusahaan. Oleh karena itu pemegang saham berhak mempengaruhi sebuah
keputusan tergantung dari jenis saham yang dimiliki masing-masing
pemegang saham. Mereka dapat menggunakan haknya lewat rapat umum
pemegang saham.
b) Dewan Direksi
Dewan direksi adalah pihak yang bertanggungjawab menentukan tujuan
organisasi, menentukan strategi mencapai tujuan, dan lain-lain. Dewan
85
direksi ditetapkan oleh para pemegang saham. Mereka memiliki beberapa
tugas antara lain :
1) Memimpin perusahaan dengan membuat kebijakan perusahaan.
2) Memilih, menetapkan dan mengawasi tugas dari karyawan dan para
manajer.
3) Menyusun anggaran tahunan perusahaan.
4) Membuat laporan kinerja perusahaan pada para pemegang saham.
5. Modal
Modal adalah pengeluaran pertama sebuah perusahaan, pengeluaran ini
dilakukan untuk menjaga kelangsungan eksistensi perusahaan tersebut.
Organisasi atau perusahaan membutuhkan modal untuk kelangsungan
hidupnya. Untuk organisasi yang telah go public modal diperoleh dari para
pemegang saham. Bukan hanya uang, peralatan fisik seperti sarana dan
prasarana juga menjadi modal suatu perusahaan.

B. Peluang dan Ancaman Eksternal Agribisnis


Lingkungan eksternal diketahui mempunyai peranan besar dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial, proses dan struktur organisasi,
maka lingkungan eksternal penting untuk selalu dipantau dan dianalisis. Tetapi
lingkungan eksternal secara keseluruhan sangat sulit untuk dianalisis, karena
lingkungan eksternal sangat kompleks dan saling terkait satu sama lain (Dewi,
2005).
Faktor eksternal merupakan lingkungan bisnis yang melengkapi operasi
perusahaan yang munculkan peluang dan ancaman. Faktor ini mencakup
lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro, yang membentuk keadaan
dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan industri atau
lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok yang secara langsung
berpengaruh langsung pada perusahaan dan pada gilirannya akan dipengaruhi oleh
perusahaan. Elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok,
komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh,
kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan. Lingkungan kerja
86
perusahaan umumnya adalah industri dimana perusahaan dioperasikan (Hendra,
2011).
Lingkungan bisnis makro atau lingkungan sosial terdiri dari kekuatan
umum yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka
pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan-keputusan
jangka panjang. Perusahaan-perusahaan besar membagi membagi lingkungan
sosial dalam satu wilayah geografis menjadi empat kategori, terdiri dari faktor
ekonomi, sosiokultural, teknologi dan politik-hukum dalam hubungannya dengan
lingkungan perusahaan secara keseluruhan (Hendra, 2011).
Menurut Astuti (2011), lingkungan eksternal adalah institusi atau kekuatan
luar yang potensial mempengaruhi kinerja organisasi. Lingkungan eksternal terdiri
dari dua komponen, yakni berikut ini.
1. Lingkungan khusus
Lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang secara langsung
relevan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Lingkungan khusus, meliputi
orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam organisasi (stakeholder),
seperti konsumen, pemasok, pesaing, dan kreditor.
2. Lingkungan umum
Lingkungan umum meliputi berbagai faktor, antara lain kondisi ekonomi,
politik dan hukum, sosial budaya, demografi, teknologi, dan kondisi global
yang mungkin mempengaruhi organisasi.
Lingkungan eksternal terdiri dari atas unsur-unsur yang berada diluar
organisasi, dimana unsur-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih
dahulu oleh manajer, disamping itu juga akan mempengaruhi manajer di dalam
pengambilan keputusan yang akan dibuat. Lingkungan ekternal dibagi menjadi
dua yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan eksternal mikro
yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kegiatan
manajemen yang terdiri atas penyedia, para pesaing, langganan, lembaga
perbankan dan bukan bank dan lain sebagainya. Lingkungan eksternal makro
yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung, seperti kondisi

87
ekonomi, perubahan teknologi, politik, social dan lain sebagainya (Handoko,
2012).
Lingkungan eksternal adalah semua stakeholder yang berada di luar
perusahaan yang mempengarhi operasi perusahaan baik secara langsung maupun
tak langsung. Lingkungan ini sebagian besar tak dapat dikendalikan oleh manajer
dan berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat oleh manajer. Dalam
operasionalnya, organisasi memperoleh masukan-masukan dari lingkungan
eksternal seperti bahan baku, tenaga kerja, modal dan sumber daya lainnya dari
lingkungan eksternal. Selanjutnya masukan tersebut di dikelola manajer untuk
menghasilkan produk dan jasa. Kemudian produk dan jasa tersebut dijual ke
konsumen yang merupakan salah satu unsure lingkukangan eksternal (Anton,
2011).
a. Lingkungan Eksternal Mikro (Khusus)
Menurut Anton (2011), lingkungan eksternal mikro adalah unsur-unsur yang
berpengaruh langsung terhadap organisasi, yang terdiri dari pesaing
(competitors), penyedia (suppliers) , langganan (customers), lembaga keuangan
(financial institutions), pasar tenaga kerja (labour supply), dan perwakilan-
perwakilan pemerintah.
Para pesaing
Pemahaman terhadap lingkungan persaingan yang dihadapi akan membantu
organisasi mengetahui posisi persaingannya sehingga organisasi mampu
mengoptimalkan operasionalnya sehingga organisasi dapat memahami arena,
sifat persaingan serta kekuatan dan kelemahan para pesaing.
Para langganan
Situasi pasar dan langganan sangat mempegaruhi perusahaan dalam menyusun
strategi, kebijaksanaan dan taktik pemasaran. Untuk mengarahkan kegiatan-
kegiatan pemasaran, perusahaan harus menganalisis profil langganan pada
masa sekarang dan masa yang akan datang serta kondisi pasar. Perusahaan
akan dapat menjaga kelangsungan hidupnya dan berkembang bila dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

88
Pasar tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan mitra strategis perusahaan karena dengan memiliki
tenaga kerja yang trampil perusahaan dapat melaksanakan aktifitas perusahaan
dengan efisien dan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan perusahan
lain. Oleh karena itu perusahaan harus mampu merekrut dan mempertahankan
tanaga kerja yang terampil.
Lembaga keuangan
Untuk memperluas usahanya perusahaan memerlikan adanya tambahan modal
dari pihak lain yaitu lembaga-lembaga keuangan seperti perbankan, perusahaan
investasi, asuransi dan pasar modal.
Para suplier
Untuk memproduksi barang dan jasa perusahaan sangat memerlukan peran
suplier yaitu untuk menyadiakan behan baku, bahan penolong, energi,
peralatan dan input lain yang mendukung proses produksi.
Instansi pemerintah
Kebijakakan instansi pemerintah sangat berpengaruh terhadap aktifitas
perusahaan dalam banyak hal, seperti peraturan-peraturan, syarat-syarat
berdirinya perusahaan, perizinan, perpajakan, pemberian pinjaman dari bank-
bank pemerintah dan pembatasan-pembatasan terhadap perusahaan untuk
melindungi masyarakat dan lingkungan.
b. Lingkungan eksternal makro (umum)
Menurut Sukriah (2009), lingkungan umum pada lingkungan organisasi
merupakan kondisi eksternal yang luas yang dapat mempengaruhi organisasi serta
berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja organisasi. Menurut Astuti
(2011), lingkungan eksternal makro meliputi berbagai faktor, antara lain kondisi
ekonomi, politik dan hukum, sosial budaya, demografi, teknologi, dan kondisi
global yang mungkin mempengaruhi organisasi. Perubahan lingkungan umum
biasanya tidak mempunyai dampak sebesar perubahan lingkungan khusus, namun
demikian manajer harus memperhatikannya ketika merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengendalikan aktivitas organisasi bisnis.

89
Kondisi ekonomi
Tingkat inflasi, masalah pengangguran, tingkat pertumbuhan pendapatan
nasional, keadaan neraca pembayaran, kondisi pasar saham serta fluktuasi kurs
valuta asing dan suku bunga, secara umum adalah beberapa faktor ekonomi
yang mempengaruhi praktik manajemen dalam aktivitas bisnis. Terdapat
hubungan timbal balik antara keadaan perekonomian dan aktivitas bisnis atau
dunia usaha. Kestabilan dan pertumbuhan ekonomi akan mendorong
perkembangan dunia usaha, dan sebaliknya perkembangan dunia usaha akan
mewujudkan kestabilan dan pertumbuhan ekonomi.
Kondisi politik dan hukum
Terdapatnya kestabilan politik dan kebijakan pemerintah yang sesuai dapat
menciptakan suasana kondusif untuk mengembangkan aktivitas organisasi
bisnis diberbagai bidang. Pertimbangan hukum juga perlu diperhatikan
perusahaan, antara lain adanya peraturan pemerintah mengenai pembentukan
dan pengawasan organisasi yang membatasi kebijakan manajerial, termasuk
dalam hal pengelolaan sumber daya manusia.
Kondisi sosial budaya
Para manajer perlu memperhatikan adanya perubahan sosial budaya
masyarakat khususnya pola dan tren pasar yang dituju. Manajer perlu
menyesuaikan strategi bisnis terutama pemasarannya dengan kondisi nilai-nilai
sosial, kebiasaan, dan selera konsumen. Sebagai contoh saat ini tren nilai dan
selera masyarakat perkotaan adalah kembali ke alam sehingga perusahaan
perlu menyesuaikan strategi pemasarannya, misal dengan membuat produk
yang alami tanpa bahan pengawet.
Kondisi demografi
Kondisi demografi mencakup kebiasaan yang berlaku dalam karakteristik fisik
dari populasi, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lokasi geografis,
pendapatan, konsumsi keluarga. Perubahan pada karakteristik-karakteristik ini
dapat berpengaruh pada kebijakan manajemen perusahaan dalam
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengontrol organisasi
bisnisnya.
90
Teknologi
Teknologi merupakan salah satu faktor lingkungan umum yang paling dramatis
atau paling cepat mengalami perubahan. Teknologi pun menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi keputusan manajer terutama dalam hal
pengembangan produk. Sebagai contoh, saat ini dinamika industri ponsel
sedang berkembang pesat, kita selalu mendapat informasi adanya tawaran
produk ponsel dengan berbagai fitur dan manfaat baru dalam waktu yang
sangat cepat. Hal ini karena terkait dengan perkembangan teknologi yang
terjadi. Dahulu kita hanya mengenal ponsel digunakan untuk menelepon saja,
namun dalam waktu beberapa tahun belakangan ini dengan perkembangan
teknologi yang sangat pesat, kita sudah dapat menemukan ponsel dengan
tambahan fitur kamera, video kamera atau bahkan komputer.
Globalisasi
Globalisasi adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi organisasi
bisnis. Manajer dari perusahaan besar maupun kecil yang ada di dalam negeri
semakin ditantang dengan meningkatnya jumlah pesaing sebagai dampak dari
adanya pasar global yang merupakan bagian dari lingkungan eksternal.

C. Penentuan Matriks Strategi


Para penyusun strategi tidak pernah dapat mempertimbangkan seluruh
alternatif yang dapat menguntungkan perusahaan karena akan sangat banyak
tindakan yang mungkin dan tak terbatasnya cara untuk menerapkan tindakan-
tindakan tersebut. Oleh karena itu, serangkaian strategi alternatif paling menarik
yang bisa di kelola harus dikembangkan. Keuntungan,kerugian, trade-off, biaya,
dan manfaat strategi-strategi ini harus ditentukan. Bagian ini membahas proses
yang di gunakan banyak perusahaan untuk menentukan serangkaian strategi
alternatif yang tepat (Rohman, 2014).
Analisis dan pemilihan strategi sebagian besar melibatkan pengambilan
keputusan subyektif berdasarkan informasi obyektif. Analisis dan pemilihan
strategi berusaha menentukan tindakan alternatif yang paling baik yang akan
dijalankan didalam mewujudkan misi dan tujuan perusahaan. Strategi, tujuan, dan
91
misi perusahaan dan misi perusahaan ditambah dengan informasi audit internal
dan eksternal memberikan landasan untuk menciptakan dan mengevaluasi strategi
alternatif yang masuk akal. Strategi alternatif cenderung menggambarkan
langkah-langkah berjenjang yang membawa perusahaan ke posisi masa depan
yang diinginkan, kecuali jika perusahaan menghadapi situasi yang berat (Asri dkk,
2013).
Mengidentifikasi dan mengevaluasi strategi alternatif hendaknya
melibatkan banyak manajer dan karyawan yang sebelumnya merumuskan
pernyataan visi dan misi organisasi, melakukan audit eksternal, dan melakukan
audit internal. Perwakilan dan setiap departemen dan devisi dalam perusahaan
harus diikutsertakan dalam proses ini, sebagaimana juga terjadi dalam aktivitas
perumusan strategi yang dibahas sebelumnya. Partisipasi memberi peluang terbaik
bagi para manajer dan karyawan untuk memperoleh pemahaman tentang apa yang
perusahaan lakukan dan mengapa serta untuk berkomitmen dalam membantu
perusahaan mencapai tujuan yang ditetapkan.
Seluruh partisipan dalam analisis dan pemilihan strategi harus memiliki
informasi audit eksternal dan internal di hadapan mereka. Informasi ini di tambah
dengan pernyataan misi perusahaan, akan membantu para partisipan
mengkristalisasi didalam benak mereka sendiri berbagai strategi yang mereka
yakini paling bermanfaat bagi perusahaan. Kreativitas seluruhnya didorong dalam
proses pemikiran ini.
Strategi-strategi alternatif yang diajukan oleh para pertisipan harus
dipertimbangkan dan didiskusikan dalam satu atau serangkaian rapat. Berbagai
strategi tersebut dapat disusun dalam bentuk tertulis. Ketika semua strategi yang
masuk akal diidentifikasikan oleh partisipan telah disampaikan dan dimengerti,
strategi-strategi tersebut hendaknya diperingkat berdasarkan daya tarik masing-
masing menurut semua partisipan.
Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke
dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap (Rohman, 2014), yaitu:
1. Tahap input (Input Stage), berisi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk
merumuskan strategi.
92
2. Tahap pencocokan (Matching Stage), berfokus pada penciptaan strategi
alternatif yang masuk akal dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal dan
internal utama.
3. Tahap keputusan (Decision Stage), melibatkan satu teknik saja, matrik
perencanaan, strategi kuantitatif (Quantitative strategic Planing Matrix/
QSPM).
Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam
pemilihan strategi dasar adalah melalui analisis SWOT. Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Analisis dan intiusi menjadi landasan bagi pengambilan keputusan
perumusan strategi. Teknik-teknik pencocokan memaparkan berbagai alternatif
strategi yang bisa ditempuh. Strategi ini kemungkinan akan diusulkan oleh para
manajer dan karyawan yang berpartisipasi dalam analisis dan aktivitas pemilihan
strategi. Setiap strategi tambahan yang dihasilkan dari analisis-analisis
pencocokan dapat didiskusikan dan ditambahkan pada daftar pilihan alternatif
yang masuk akal.
Matrik SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu
para manajer mengembangkan empat jenis strategi, yaitu strategi SO (kekuatan
peluang), strategi WO (kelemahan peluang), strategi ST (kekuatan ancaman), dan
strategi WT (kelemahan ancaman).
Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusaan untuk menarik
keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer menginginkan organisasi yang
mereka pimpin berada dalam posisi dimana kekuatan internal dapat digunakan
untuk mengambil keuntungan dari berbagai trend dan kejadian eksternal. Jika
sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang
untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika organisasi di
hadapkan pada ancaman yang besar, maka perusahaan akan berusaha
menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.
93
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara
mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang peluang-peluang besar
muncul tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya
memanfaatkan peluang tersebut.
Strategi ST menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu
organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam
lingkungan eksternal.
Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi
kelamahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang
menghadapi berbagai ancama eksternal dan kelemahan internal benar-benar dalam
posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya, perusahaan yang semacam itu
mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan,
menyatakan diri bangkrut atau memilih likuidasi.
Tabel 1. Matrik SWOT
STRENGTH (S) WEAKNESSES
EFI
(Tentukan 5-10 faktor (Tentukan 5-10 faktor
EFE kekuatan internal) kelemahan internal)
OPPORTUNITIES (O) Strategi SO Strategi WO

(Tentukan 5-10 faktor Daftar kekuatan untuk Daftar untuk


peluang eksternal) meraih keuntungan dari memperkecil kelemahan
peluang yang ada dengan memanfaatkan
keuntungan dari peluang
yang ada
THREATS (T) Strategi ST Strategi WT

(Tentukan 5-10 faktor Daftar kekuatan untuk Daftar untuk


ancaman eksternal) menghindari ancaman memperkecil kelemahan
dan menghindari
ancaman

Walaupun matrik SWOT digunakan secara luas dalam perencanaan


strategis, analisis tersebut memiliki bebrapa keterbatasan. Pertama, SWOT tidak
menunjukkan cara mencapai suatu keunggulan kompetitif. Matrik itu harus

94
dijadikan titik awal untuk diskusi mengenai berbagai strategi yang diusulkan
dapat diterapkan serta berbagai pertimbangan biaya manfaat yang pada akhirnya
mengarah pada keunggulan kompetitif. Kedua, SWOT merupakan penilaian yang
statis (atau terpotong-potong) dan tunduk oleh waktu. Matrik SWOT bisa jadi
mempelajari sebuah gambar film dimana bisa melihat pameran utama dan
penataannya tetapi tidak mungkin dapat memahami alur ceritanya. Ketiga, analisis
SWOT bisa membuat perusahaan memberi penekanan yang berlebih pada satu
faktor internal atau eksternal tertentu dalam merumuskan strategi. Terdapat
interelasi di antara faktor-faktor internal dan eksternal utama yang tidak
ditunjukkan dalam SWOT namun penting dalam penggunaan strategi.

95
BAB 6
ETIKA BERAGRIBISNIS

Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari dunia bisnis, salah satunya adalah
kenyataan bahwa etika ternyata menentukan kesuksesan usaha. Dalam ketatnya
persaingan industri modern, karisma tanpa nurani dan kepintaran tanpa karakter
adalah resep kehancuran bisnis paling ampuh. Kompetisi, ambisi, dan inovasi
memang memiliki posisi vital dalam menentukan kesuksesan, namun ketiga hal
ini tetap harus dibalut dengan etika dan profesionalisme. Prinsip etika dalam hal
ini diartikan sebagai standar universal dari apa yang dianggap salah dan benar
dalam menjalankan sebuah usaha. Prinsip-prinsip inilah yang nantinya
mempengaruhi langkah pembuatan keputusan dan menentukan arah masa depan
perusahaan. Dalam berbisnis, ethical principal ini juga memegang peranan cukup
penting dalam membangun kredibilitas di mata konsumen. Jika klien menganggap
reputasi perusahaan cukup baik, maka Anda dapat dengan mudah mendapatkan
kepercayaan mereka (Anonim, 2016).
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan
juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis
secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu
perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja,
pemegang saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik
adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku (Rahmah, 2013).
Etika bisnis merupakan suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus
diikuti apabila menjalankan bisnis. Etika sebagai norma dalam suatu kelompok
bisnis akan dapat menjadi pengingat anggota bisnis satu dengan lainnya mengenai
suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang selalu harus dipatuhi dan

96
dilaksanakan. Etika didalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang
yang berada dalam lingkungan bisnis yang terkait tersebut.
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan
perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis).
Kebenaran disini yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum dapat
diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan dan
individu. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang
beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan
sikap yang profesional. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh
hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar
minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan
wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Etika bisnis adalah
pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas
berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan
atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang
dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku
manusia yang penting (Rahmah, 2013).
Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik di
lingkup makro maupun di ingkup mikro. Perspektif makro adalah pertumbuhan
suatu negara tergantung pada market system yang berperan lebihefektif dan
efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa.
Perspektif mikro adalah dalam lingkup ini perilaku etik identik dengan
kepercayaan atau trust kepada orang yang mau diajak kerjasamanya.
Untuk menerapkan semua etika bisnis, kita selalu harus memperhatikan
norma dan moral peraturan yang berlaku di lingkungan masyarakat. Disamping itu
etika bisnis juga dapat diterapkan, dan akan keluar sendiri di dalam perusahaan
97
sendiri. Dikarenakan sangat erat dengan sikap profesional kita terhadap bisnis.
Sebuah perusahaanmeyakini prinsip bisnis yang baik yaitu yang bisa menjaga dan
selalu memperhatikan etika-etika yang berlaku, seolah-olah kita menaati hukum
dan peraturan yang berlaku. Dalam menerapkan etika dalam berbisnis tentu harus
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku di dalam masyarakat.
Disamping itu etika bisnis juga bisa diterapakan dan dimunculkan dalam
perusahaan sendiri karena memiliki keterkaitan dengan profesional bisnis.
Perusahaan menyakini prinsip bisnis yang baik adalah yang memperhatikan etika-
etika yang berlaku, seperti menaati hukun dan peraturan yang berlaku (Syafiq,
2016).
Untuk menyusun etika bisnis yang bagus, maka perlu diperhatikan
beberapa hal berikut ini, yaitu tentang pengendalian diri, pertanggungjawaban
sosial, menjadikan persaingan secara sehat, penerapan konsep yang berkelanjutan,
dapat mempertahankan keyakinannya, konsisten dengan sebuah aturan yang sudah
disepakati bersama, penumbuhan kesadaran serta rasa memiliki dengan apa yang
sudah disepakati, menciptakan suatu sikap untuk saling percaya pada antar
golongan pengusaha, serta perlu diadakannya sebagian dari etika bisnis untuk
dimasukkan dalam hukum yang dapat berupa suatu perundang-undangan
(Anonim, 2016).
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya ditinjau
lebih lanjut tentang sasaran dan lingkup etika bisnis itu (Rahmah, 2013). Ada tiga
sasaran dan lingkup pokok etika bisnis yaitu :
1) Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata
lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis
untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup bisnis yang
pertama ini lebih sering ditujunjukkan kepada para manajer dan pelaku bisnis
dan lebih sering berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan
etis itu.
2) Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karean menggugah,
mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak
98
membodohi, dirugikan dan diperlakukan secara tidak adil dan tidak etis oleh
praktrek bisnis pihak mana pun. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya
konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun
juga.
3) Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat
makro, yang karena itu barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi.
Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang
lainnya dan bersama-sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya praktek bisnis
tersebut.
Hal-hal yang harus diketahui dalam menciptakan etika bisnis adalah
sebagai berikut.
1. Menuangkan ke dalam hukum positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin
kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti proteksi terhadap pengusaha
lemah.
2. Mampu menyatakan yang benar itu benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai
contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk
mengadakan kolusi serta memberikan komisi kepada pihak yang terkait.
3. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk uang dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan
lebih kompleks lagi.
4. Memelihara kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa
memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis.

99
Faktor penyebab perusahaan atau produsen melakukan pelanggaran dalam
etika bisnis adalah :
1. Menurunnya formalism etis (moral) yang berfokus pada maksud yang
berkaitan dengan perilaku dan hak tertentu.
2. Kurangnya kesadaran moral utilarian (moral yang berkaitan dengan
memaksimumkan hal terbaik bagi orang sebanyak mungkin).
3. Undang-undang atau peraturan yang mengatur perdagangan, bisnis dan
ekonomi masih kurang.
4. Lemahnya kedudukan lembaga yang melindungi hak-hak konsumen.
5. Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta informasi mengenai bahan,
material berbahaya.
6. Pandangan yang salah dalam menjalankan bisnis (tujuan utama bisnis adalah
mencari keuntungan semata, bukan kegiatan sosial).
7. Rendahnya tanggung jawab sosial atau CSR (Corporate Social Responsibility).
8. Kurangnya pemahaman tentang prinsip etika bisnis.
Adapun upaya yang diharapkan untuk menghindari pelanggaran kode etik
dalam etika bisnis adalah :
1. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan
dengan masalah kode etik berbisnis dalam segala bentuk.
2. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi
menyinggung secara langsung dan negatif masalah suku, agama dan ras
(SARA), termasuk di dalamnya usaha penghinaan, pelecehan, pendiskreditan,
penyiksaan serta segala bentuk pelanggaran hak atas perseorangan, kelompok/
lembaga/institusi lain.
3. Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi instruksi untuk
melakukan perbuatan melawan hukum (illegal) positif di Indonesia dan
ketentuan internasional umumnya.
4. Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah
umur.

100
5. Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan saling bertukar materi dan
informasi yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan
cracking.
6. Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar/foto, animasi, suara atau
bentuk materi dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus
mencantumkan identitas sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan bersedia
untuk melakukan pencabutan bila ada yang mengajukan keberatan serta
bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.

D. Arti dan Tujuan Etika Bisnis


Pada dasarnya sebuah etika bisnis ini digalakkan karena memiliki maksud
dan tujuan tertentu dalam dunia bisnis. Adapun tujuan etika bisnis adalah untuk
menjalankan dan menciptakan sebuah bisnis seadil mungkin serta menyesuaikan
hukum yang sudah dibuat. Selain itu, juga dimaksudkan untuk menghilangkan
ketergantungan pada sebuah kedudukan individu maupun perusahaan (Anonim,
2016).
Etika bisnis meliputi keseluruhan proses manajemen perusahaan mengenai
pengelolaan sumber daya ekonomi di mana para pemilik sumber daya ekonomi ini
sama-sama memperoleh manfaat secara ekonomi yang layak. Di samping itu,
masyarakat mendapatkan manfaat sosial yang positif dengan adanya
pemberdayaan sumber daya ekonomi tersebut. Bagi para pemilik sumber daya
ekonomi tentunya manfaat tersebut diukur dengan ukuran ekonomi dan sosial
yang layak (Anonim, 2015).
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral dan memberikan
batasan-batasan para pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak
melakukan monkey business atau dirty business yang bisa merugikan banyak
pihak yang terkait dalam bisnis tersebut (Anonim, 2014). Etika bisnis mengajak
para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik (etis) agar
bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi
etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis
sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai
101
implikasi etis, dan oleh karenanya membawa serta tanggungjawab etis bagi
pelakunya.
Etika bisnis merupakan etika khusus (terapan) yang pada awalnya
berkembang di Amerika Serikat. Sebagai cabang filsafat terapan, etika bisnis
menyoroti segi-segi moral perilaku manusia dan peraturan-peraturan yang
mempunyai profesi di bidang bisnis dan manajemen. Oleh karena itu, etika bisnis
dapat dilihat sebagai usaha untuk merumuskan dan menerapkan prinsip-prinsip
etika dibidang hubungan ekonomi antar manusia (Anonim, 2014). Secara
terperinci, Richard T.de George menyebut bahwa etika bisnis menyangkut empat
kegiatan sebagai berikut :
1. Penerapan prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis. Berdasarkan prinsi-
prinsip etika bisnis itu kita dapat menyoroti dan menilai apakah suatu
keputusan atau tindakan yang diambil dalam dunia bisnis secara moral dapat
dibenarkan atau tidak. Dengan demikian etik bisnis membantu pra pelaku
bisnis untuk mencari cara guna mencegah tindakan yang dinilai tidak etis.
2. Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika pada
dunia bisnis, tetapi juga metaetika. Dalam hubungan ini, etika bisnis mengkaji
apakah perilaku yang dinilai etis pada individu juga dapat berlaku pada
organisais atau perusahaan bisnis. Selanjutnya etika bisnis menyoroti apakah
perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau tidak.
3. Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan-pandangan mengenai bisnis.
Dalam hal ini, etika bisnis mengkaji moralitas sistem ekonomi pada umumnya
dan sistem ekonomi publik pada khususnya, misalnya masalah keadilan sosial,
hak milik, dan persaingan.
4. Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti operasi
perusahaan multinasional, jaringan konglomerat internasional, dan lain-lain.
Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok yang harus diperhatikan supaya
tujuan dari etika bisnis bisa tercapai, yaitu :
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata

102
lain, etika bisnis pertama-tama bertujuan untuk menghimbau para pelaku bisnis
untuk menjalankan bisnis secara baik dan etis.
2. Menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh, atau karyawan dan
masyarakat luas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun
juga. Pada tingkat ini, etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat
untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi
terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut. Etik bisnis mengajak
masyarakat luas, entah sebagai kartawan, konsumen, atau pemakai aset umum
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan bisnis, untuk sadar dan berjuang
menuntut haknya atau paling kurang agar hak dan kepentingannya tidak
dirugikan oleh kegiatan bisnis pihak mana pun.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat
makro, yang karena itu barang kali lebih tepat disebut etika ekonomi. Dalam
lingkup makro semacam ini, etika bisnis berbicara mengenai monopoli,
oligopoli, kolusi, dan praktek-praktek semacamnya yang akan sangat
mempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu ekonomi melainkan juga baik
tidaknya praktek bisnis dalam sebuah negara.
Dua tujuan etika antara lain menilai perilaku manusiawi
berstandar moral, dan memberikan ketepatan nasehat tentang bagaimana
bertindak bermoral pada situasi tertentu (Liscahya, 2014). Beberapa contoh tujuan
menerapkan atau mempelajari etika adalah :
1. Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruknya
perilaku atau tindakan manusia dalam ruang dan waktu tertentu.
2. Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang harmonis,
tertib, teratur, damai dan sejahtera.
3. Mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan
secara otonom.
4. Etika merupakan sarana yang memberi orientasi pada hidup manusia.

103
5. Untuk memiliki kedalaman sikap; untuk memiliki kemandirian dan tanggung
jawab terhadap hidupnya.
6. Mengantar manusia pada bagaimana menjadi baik.
Etika bisnis ini tingkatannya lebih luas jika dibanding dengan ketentuan
yang sudah diatur berdasarkan hukum yang berlaku, bahkan jika dibandingkan
dengan standar minimal dari ketentuan hukum maka etika bisnis menjadi standar
atau ukuran yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan, dalam kegiatan berbisnis tidak
jarang kita jumpai adanya bagian abu-abu dan tidak diatur berdasarkan ketentuan
hukum (Rezamathovani, 2015). Dalam penerapan etika bisnis ini tentu akan
adalah nilai plus atau keuntungan tersendiri bagi sebuah perusahaan, baik dalam
jangka waktu yang panjang maupun menengah. Adapun fungsi etika bisnis
diantaranya adalah dapat mengurangi dana yang diakibatkan dari pencegahan
yang kemungkinan terjadinya friksi atau perpecahan, baik dari intern perusahaan
itu sendiri maupun ekstern.
Dalam penerapan etika bisnis ini juga berfungsi untuk membangkitkan
motivasi pekerja agar terus meningkat, melindungi prinsip dalam kebebasan
berdagang atau berniaga, serta dapat meciptakan keunggulan dalam bersaing.
Suatu tindakan perusahaan yang kurang etis akan membuat konsumen menjadi
terpancing dan pada akhirnya muncullah sebuah tindakan pembalasan. Seperti
contoh adanya larang beredarnya suatu produk, gerakan pemboikotan, dan yang
sejenisnya, maka yang terjadi adalah penurunan nilai jual dan juga perusahaan.
Mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara
bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena
saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor,
sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam
organisasi. Itu berupa senyum sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak
menyalahgunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri,
toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain (Anonim, 2014).
Dengan kata lain, etika bisnis itu memelihara suasana yang
menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi
kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis dengan etika
104
bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku
bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban,
prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jika aturan secara umum mengenai etika
mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka
setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan,
kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan
tidak etis dan tidak bermoral. Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita
sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi.
Dengan kata lain, etika bisnis untuk mengontrol bisnis agar tidak tamak. Bahwa
itu bukan bagianku. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan
(Anonim, 2014).
Para pelaku bisnis adalah orang-orang yang bermoral, tetapi moralitas
tersebut hanya berlaku dalam dunia pribadi mereka, begitu mereka terjun dalam
dunia bisnis mereka akan masuk dalam permainan yang mempunyai kode etik
tersendiri. Jika suatu permainan judi mempunyai aturan yang sah yang diterima,
maka aturan itu juga diterima secara etis. Jika suatu praktik bisnis berlaku begitu
umum di mana-mana, lama-lama praktik itu dianggap semacam norma dan
banyak orang yang akan merasa harus menyesuaikan diri dengan norma itu.
Dengan demikian, norma bisnis berbeda dari norma moral masyarakat pada
umumnya, sehingga pertimbangan moral tidak tepat diberlakukan untuk bisnis
dimana sikap rakus adalah baik (Anonim, 2014).
Akibat dari tidak tercapainya tujuan etika bisnis atau tidak bisa
dijalankannya aturan-aturan yang merupakan prinsip-prinsip dalam etika bisnis
oleh sebuah perusahaan adalah terjadinya pelanggaran etika. Pelanggaran etika
perusahaan terhadap pelanggannya di Indonesia merupakan fenomena yang sudah
sering terjadi. Contoh terakhir adalah pada kasus Ajinomoto. Kehalalan
Ajinomoto dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir Desember
2000 setelah ditemukan bahwa pengembangan bakteri untuk proses fermentasi
tetes tebu (molase), mengandung bactosoytone (nutrisi untuk pertumbuhan
bakteri), yang merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap biokatalisator
porcine yang berasal dari pankreas babi.
105
E. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan
proses bisnis dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam
lingkungan tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat
dijadikan pedoman bagi setiap bentuk usaha (Rahmah, 2013). Prinsip etika bisnis
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan.
Dalam prinsip otonomi etika bisnis perusahaan bebas memiliki kewenangan
sesuai dengan bidang yang telah dikuasai Sesuai dengan visi dan misi
perusahaan tersebut (Anonim, 2016). Contoh otonomi dalam etika bisnis
perusahaan tidak bergantung dengan perusahaan lain dalam mengambil
keputusan bisnis. Perusahaan tersebut bebas mengambil keputusan apapun
yang sesuai dengan visi misinya. Dalam menjalankan prinsip otonomi ini 2
perusahaan atau lebih bisa berkomitmen dalam menjalankan etika bisnis ini,
namun masing-masing perusahaan dimungkinkan untuk mengambil
pendekatan yang berbeda-beda dalam menjalankanya. Sebab masing-masing
perusahaan memiliki kondisi karakter internal dan strategi yang berbeda dalam
mencapai tujuan serta visi misi dari perusahaan tersebut.
Dalam prinsip otonomi etika bisnis lebih diartikan sebagai kehendak dan
rekayasa bertindak secara penuh berdasar pengetahuan dan keahlian
perusahaan dalam usaha untuk mencapai prestasi-prestasi terbaik sesuai dengan
misi, tujuan dan sasaran perusahaan sebagai kelembagaan (Ali, 2015).
Disamping itu, maksud dan tujuan kelembagaan ini tanpa merugikan pihak lain
atau pihak eksternal.
Dalam pengertian etika bisnis, otonomi bersangkut paut dengan kebijakan
eksekutif perusahaan dalam mengemban misi, visi perusahaan yang
berorientasi pada kemakmuran, kesejahteraan para pekerjanya ataupun
komunitas yang dihadapinya. Otonomi disini harus mampu mengacu pada
nilai-nilai profesionalisme pengelolaan perusahaan dalam menggunakan
106
sumber daya ekonomi. Kalau perusahaan telah memiliki misi, visi dan
wawasan yang baik sesuai dengan nilai universal maka perusahaan harus
secara bebas dalam arti keleluasaan dan keluwesan yang melekat pada
komitmen tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan etika bisnis.
Dua perusahaan atau lebih sama-sama berkomitmen dalam menjalankan etika
bisnis, namun masing-masing perusahaan dimungkinkan menggunakan
pendekatan berbeda-beda dalam menjalankannya. Sebab masing-masing
perusahaan dimungkinkan menggunakan pendekatan berbeda-beda dalam
menjalankannya. Sebab masing-masing perusahaan memiliki kondisi karakter
internal dan pendekatan yang berbeda dalam mencapai tujuan, misi dan strategi
meskipun dihadapkan pada kondisi dan karakter eksternal yang sama. Namun
masing-masing perusahaan memiliki otoritas dan otonomi penuh untuk
menjalankan etika bisnis. Oleh karena itu konklusinya dapat diringkaskan
bahwa otonomi dalam menjalankan fungsi bisnis yang berwawasan etika bisnis
ini meliputi tindakan manajerial yang terdiri atas : (1) dalam pengambilan
keputusan bisnis, (2) dalam tanggung jawab kepada : diri sendiri, para pihak
yang terkait dan pihak-pihak masyarakat dalam arti luas.
2. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan
secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau
tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa
dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan.
Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang paling dasar untuk
mendukung keberhasilan kinerja perusahaan (Anonim, 2016). Kegiatan bisnis
akan bisa berhasil dan sukses bila setiap individu yang terlibat dalam kegiatan
bisnis menerapkan prinsip kejujuran. Pada dasarnya prinsip kejujuran ini harus
ditanamkan dalam setiap kegiatan bisnis. Hal yang paling penting dalam
menerapakan prinsip ini dalam bisnis adalah dengan memulai menerapakan
prinsip ini pada diri kamu dahulu. Jika kamu sebagai pimpinan perusahaan

107
mampu untuk menerapakan prinsip ini, tentu akan menjadi contoh bagi semua
karyawan yang bekerja di perusahaanmu.
Kegiatan bisnis akan berhasil jika dikelola dengan prinsip kejujuran. Baik
terhadap karyawan, konsumen, para pemasok dan pihak-pihak lain yang terkait
dengan kegiatan bisnis ini (Ali, 2015). Prinsip yang paling hakiki dalam
aplikasi bisnis berdasarkan kejujuran ini terutama dalam pemakai kejujuran
terhadap diri sendiri. Namun jika prinsip kejujuran terhadap diri sendiri ini
mampu dijalankan oleh setiap manajer atau pengelola perusahaan maka pasti
akan terjamin pengelolaan bisnis yang dijalankan dengan prinsip kejujuran
terhadap semua pihak terkait.
3. Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
Dalam menerapakan prinsip keadilan semua pihak yang terkait dalam bisnis
harus memberikan kontribusi baik itu secara langsung atau tidak langsung
terhadap keberhasilan bisnis (Anonim, 2016). Oleh karena itu semua pihak
harus memiliki akses yang positif sesuai dengan kemampuan dan peran yang
sudah diberikan kepada masing-masing terhadap keberhasilan bisnis ini.
Contoh prinsip keadilan dalam etika bisnis seperti alokasi sumber daya
ekonomi kepada semua pemilikfaktor ekonomi. Hal ini bisa dilkukan dengan
membuat kesepakatan tentang harga konsumen dan juga harga pemasok bahan
baku serta alat-alat produksi.
Prinsip keadilan yang dipergunakan untuk mengukur bisnis menggunakan etika
bisnis adalah keadilan bagi semua pihak yang terkait memberikan kontribusi
langsung atau tidak langsung terhadap keberhasilan bisnis (Ali, 2015). Para
pihak ini terklasifikasi ke dalam stakeholder. Oleh karena itu, semua pihak ini
harus mendapat akses positif dan sesuai dengan peran yang diberikan oleh
masing-masing pihak ini pada bisnis. Semua pihak harus mendapat akses layak
dari bisnis. Tolak ukur yang dipakai menentukan atau memberikan kelayakan
ini sesuai dengan ukuran-ukuran umum yang telah diterima oleh masyarakat
bisnis dan umum. Contoh prinsip keadilan dalam etika bisnis : dalam alokasi
108
sumber daya ekonomi kepada semua pemilik faktor ekonomi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan harga yang layak bagi para konsumen,
menyepakati harga yang pantas bagi para pemasok bahan dan alat produksi,
mendapatkan keuntungan yang wajar bagi pemilik perusahaan dan lain-lain .
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar
bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam
diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap
menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
Prinsip ini akan memberikan dampak pada bisnis itu sendiri. Dalam
menjalankan bisnis masyarakat sebagai konsumen merupakan cerminan bagi
bisnis kita. Bila bisnis kita memberikan kontribusi yang positif kepada
masyarakat tentu itu akan berdampak positif dengan bisnis yang kita jalankan
dan begitu juga sebaliknya (Anonim, 2016). Sebagai pengelola perusahaan
sudah menjadi kewajiban untuk memberikan respek kepada siapapun yang
terlibat dalam aktivitas bisnis. Dengan demikian pasti semua pihak akan
memberikan respek yang sama terhadap perusahaan yang kita kelola. Sebagai
contoh prinsip menghormati diri sendiri dalam etika bisnis: Manajemen
perusahaan dengan team work-nya memiliki sistem kerja yang berorientasi
kepada pelanggan akan makin fanatik terhadap perusahaan. Demikian juga,
jika sistem manajemen berorientasi pada pemberian kepuasan kepada
karyawan yang berprestasi karena sepadan dengan prestasinya maka dapat
dipastikan karyawan akan makin loyal terhadap perusahaan.
Pinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis merupakan prinsip tindakan
yang dampaknya berpulang kembali kepada bisnis itu sendiri. Dalam aktivitas
bisnis tertentu ke masyarakat merupakan cermin diri bisnis yang bersangkutan
(Ali, 2015). Namun jika bisnis memberikan kontribusi yang menyenangkan
bagi masyarakat, tentu masyarakat memberikan respon sama. Sebaliknya jika
bisnis memberikan image yang tidak menyenangkan maka masyarakat tentu
tidak menyenangi terhadap bisnis yang bersangkutan. Namun jika para
pengelola perusahaan ingin memberikan respek kehormatan terhadap
109
perusahaan, maka lakukanlah respek tersebut para pihak yang berkepentingan
baik secara langsung maupun tidak langsung .
Segala aspek aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh semua armada di dalam
perusahaan, senantiasa diorientasikan untuk memberikan respek kepada semua
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Dengan demikian, pasti para
pihak ini akan memberikan respek yang sama terhadap perusahaan. Sebagai
contoh prinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis : manajemen
perusahaan dengan team work-nya memiliki falsafah kerja dan berorientasikan
para pelanggan akan makin fanatik terhadap perusahaan. Demikian juga, jika
para manajemennya berorientasikan pada pemberian kepuasan kepada
karyawan yang berprestasi karena sepadan dengan prestasinya maka dapat
dipastikan karyawan akan makin loya terhadap perusahaan.
Selain itu ada juga beberapa nilai-nilai etika bisnis yang dinilai seharusnya
jangan dilanggar yaitu :
1. Kejujuran : Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu-
menipu demi mendapat keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran
merupakan salah satu kunci keberhasilan berbisnis. Bahkan, termasuk unsur
penting untuk bertahan di tengah persaingan bisnis.
2. Keadilan : Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah
kepada karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat
perusahaan mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat
menentukan harga, misalnya dengan tidak mengambil untung yang merugikan
konsumen.
3. Rendah Hati : Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam
mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan
produk bersaing, entah melalui gambar maupun tulisan. Pada akhirnya,
konsumen memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian atas kredibilitas
sebuah poduk/jasa. Apalagi, tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa
sesuatu yang terlihat atau terdengar terlalu sempurna, pada kenyataannya justru
sering kali terbukti buruk.

110
4. Simpatik : Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan hanya
di depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-orang yang
mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain-lain.
5. Kecerdasan : Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan
strategi bisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga
menghasilkan keuntungan yang memadai. Dengan kecerdasan pula seorang
pebisnis mampu mewaspadai dan menghindari berbagai macam bentuk
kejahatan tidak etis yang mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk uang dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi (Anonim, 2015). Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki
oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu
terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku
bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang
berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian
terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan,
pemberian latihan keterampilan, dan lain-lain. Dalam menciptakan etika bisnis,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :
1. Pengendalian diri Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait
mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh
apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis
sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan
pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan
menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun
keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga
harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang
“etis”.
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility). Pelaku bisnis
disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
111
bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku
bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess
demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan
tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat
ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya.
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing
oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi. Bukan berarti etika
bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan
teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi
golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya
tranformasi informasi dan teknologi.
4. Menciptakan persaingan yang sehat. Persaingan dalam dunia bisnis perlu
untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak
mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara
pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect
terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan
perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan” Dunia bisnis
seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi
perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan
ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak mengekspoitasi lingkungan dan keadaan
saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan
keadaan di masa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan besar.
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan
Komisi) Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita
yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi
112
dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai
kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar Artinya, kalau pelaku bisnis itu
memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena
persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari
“koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga
jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi”
kepada pihak yang terkait.

113
DAFTAR PUSTAKA

Aktanotaria, A., 2016. Lingkungan Internal, Analisis Rantai Nilai Industri,


Analisis Rantai Nilai Koperasi. Artikel. http://agbsosek.blogspot.co.id
/2016/04/lingkungan-internal-analisis-rantai.html. (Diakses 22
September 2016).

Ali, U., 2015. Pengertian dan Prinsip Etika Bisnis. Artikel. http://www.
pengertianpakar.com201501pengertian-dan-prinsip-etika-bisnis.html.
(Diakses 20 September 2016).

Anonim, 2016. Peranan Agribisnis dalam Pembangunan Pertanian dan


Perekonomian. Makalah. https://danielfery18.wordpress.com.
pertanian.agribisnis.peran-agribisnis-dalam-pembangunan-pertanian-
dan-perekonomian. (Diakses 5 Juni 2016).

Anonim, 2016. Pengertian Definisi Tujuan dan Fungsi Etika Bisnis. Artikel.
http://bisnisi.compengertian-definisi-tujuan-dan-fungsi-etika-bisnis.
(Diakses 20 September 2016).

Anonim, 2016. 10 Etika dalam Berbisnis : Sudahkah Anda Memilikinya?. Artikel.


https://www.maxmanroe.com/10-etika-dalam-berbisnis-sudahkah-
anda-memilikinya.html. (Diakses 20 September 2016).

Anonim, 2016. Teori dan Pengertian Etika Bisnis. Artikel. https://arungpreneur


.comteori-dan-pengertian-etika-bisnis. (Diakses 20 September 2016).

Anonim, 2015. Peran Pemerintah sebagai Pelaku Ekonomi. Artikel.


http://www.berpendidikan.com/2015/09/peran-pemerintah-sebagai-
pelaku-ekonomi.html. (Diakses 22 Agustus 2016).

Anonim, 2015. Macam-macam Kelembagaan dalam Agribisnis Beserta


Perannya. Artikel. http://ariplie.blogspot.co.id201505macam-macam-
kelembagaan-dalam.htm. (Diakses 22 Agustus 2016).

Anonim, 2015. 5 Pertimbangan untuk Memilih Badan Usaha yang Pas untuk
Bisnis. Artikel. http://easybiz.id/5-pertimbangan-untuk-memilih-
badan-usaha-yang-pas-untuk-bisnis-anda/. (Diakses 24 Agustus 2016).

Anonim, 2015. Perilaku Etika dalam Bisnis. Artikel. https://


pringganugraha.wordpress.com20151024perilaku-etika-dalam-bisnis.
(Diakses 20 September 2016).

114
Anonim, 2015. Pengertian Bisnis, Tujuan Bisnis dan Manfaat Bisnis. Artikel.
http://www.pengertianpakar.com201501pengertian-manfaat-dan-
tujuan-bisnis.html. (Diakses 21 September 2016).

Anonim, 2014. Tujuan Etika Bisnis. Makalah. http://rumah-akuntansi


.blogspot.co.id201409makalah-etika-bisnis-tujuan-etika-bisnis.html.
(Diakses 21 September 2016).

Anonim, 2013. Peran Agribisnis Dalam Perekonomian. https://danielfery18.


wordpress.compertanianagribisnisperanagribisnisdalampembangunan-
pertanian-dan-perekonomian. (Diakses 5 Juni 2016).

Anonim, 2011. Tahapan dalam Manajemen Strategi. http://peluang-agribisnis.


blogspot.co.id/2011/12/tahapan-dalam-manajemen-strategi.html.
(Diakses 2 November 2016).

Anonim, 2010. Demografi dalam Lingkungan Makro. Artikel. https://


dyan11.wordpress.com20101101demografi-dalam-lingkungan-makro.
(Diakses 7 September 2016).

Anonim, 2009. Analisis Lingkungan Makro. Artikel. http://


aliciakomputer.blogspot.co.id200903analisis-lingkungan-makro.html.
(Diakses 7 September 2016).

Anonim, 2012. Agribisnis Sebagai Sebuah Sistem. Artikel. http://agricomunindo.


blogspot.co.id201209agribisnis-sebagai-sebuah-sistem_15.html.
(Diakses 5 Juni 2016).

Anton, 2011. Modul Bab 5 Manajer dan Lingkungan Organisasi, Tanggung


Jawab Sosial, dan etika.

Asri, D., Haris, Mustain, dan Budiman, F., 2013. Analisis dan Pilihan Strategi.
Artikel. http://www.manajementelekomunikasi.org/2013/04/06-
analisis-dan-pilihan-strategi.html. (Diakses 23 November 2016).

Astuti, RD., 2011. Modul 1 Pengantar Bisnis. Bisnis dan Lingkungannya.

Bahri, H., 2016. Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi. Makalah.


http://haerulbahri11.blogspot.co.id/2016/01/v-behaviorurldefaultvmlo.
html. (Diakses 17 Juni 2016).

Dewi, NJ., 2005. Analisis Pengaruh Budaya dan Lingkungan Organisasi


Terhadap Konsensus Strategi Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja
Organisasi (Studi Kasus pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Propinsi Jawa Tengah). Tesis. Pascasarjana. Universitas Diponegoro.
Semarang.
115
Falah, S., 2015. Agribisnis dan Permasalahan dan Kebijakan Pertanian. Artikel.
http://sakinafalah.blogspot.co.id/2015/04/normal-0-false-false-false-
en-us-x-none.html. (Diakses 23 Agustus 2016).

Fathoni, 2012. Sistem, Konsep, dan Pendekatan Agribisnis. Artikel.


https://fathoni0809.wordpress.com/bahan-kuliah/pengantar-
agribisnis/. (Diakses 3 Februari 2016).

Fitri, EL., 2014. Sejarah Perkembangan Agribisnis. Makalah. http://makgeng.


blogspot.co.id201406makalah-filsafat-ilmu-sejarah.html. (Diakses 5
Juni 2016).

Gunawan, 2013. Pengertian Agribisnis. Artikel. (http://gunawanadeputraa.


blogspot.co.id201302pengertian-agribisnis.html. (Diakses 13 Februari
2016).

Handoko, TH., 2012. Manajemen dan Lingkungan Eksternal. Citra Karsa. Jakarta.

Hendra, D., 2011. Mengidentifikasi Faktor Internal dan Eksternal dengan


Analisis SWOT pada Perusahaan Konveksi. Artikel. http://www.
academia.edu/4631973/Mengidentifikasi_Faktor_Internal_dan_Ekster
nal_dengan_Analisis_SWOT_pada_Perusahaan_Konveksi. (Diakses
23 November 2016).

Irsyad, 2011. Struktur dan Karakteristik Berbagai Bentuk Organisasi Agribisnis.


Makalah. http://thetawonlanang.blogspot.co.id/2011/06/struktur-dan-
karakteristik-berbagai.html. (Diakses 22 Agustus 2016).

Jamaludin M., 2014. Rancangan Usaha Agribisnis. Program Studi Agribisnis.


Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Kartono, H., 2013. Peranan dan Kedudukan Agribisnis dalam Perekonomian


Nasional. Makalah. httpkartonohendry.blogspot.co.id201312peranan-
dan-kedudukan-agribisnis-dalam.html. (Diakses 5 Juni 2016).

Keira, 2013. Organisasi Agribisnis. Artikel. http://hijau4naturallifesmile.


blogspot.co.id/2013/05/organisasi-agribisnis.html. (Diakses 22
Agustus 2016).

Laksana, S., 2013. Model dan Strategi Pengembangan Pertanian Agribisnis.


Artikel. http://disperta.cianjurkab.go.id/index.php?option=comcontent
&view=article&id=72:model-dan-strategi-pengembangan-pertanian-
agribisnis&catid=78:berita-dan-informasi&Itemid=472. (Diakses 19
Juni 2016).

116
Liscahya, W., 2014. Pengertian Etika, Tujuan Etika dan Tahapan Etika Bisnis.
Artikel. http://wi2kov.blogspot.co.id201410pengertian-etika-tujuan-
etika-dan.html. (Diakses 21 September 2016).

Maulidia, R., 2015. Faktor-faktor yang Menjadi Pertimbangan dalam Memilih


Bentuk Badan Usaha. Artikel. http://sarmaulidia.blogspot.co.id
/2015/11/faktor-faktor-yang-menjadi-pertimbangan.html. (Diakses 24
Agustus 2016).

Melda, R., 2016. Pengertian Lingkungan Pemasaran (Mikro, Makro, Internal,


Eksternal). Artikel. http://www.tipepedia.net/2016/03/lingkungan-
pemasaran.html. (Diakses 8 September 2016).

Mulyana, I., 2014. Definisi Pertanian dan 5 Subsistem Agribisnis. Artikel.


http://numpuktugas.blogspot.co.id/2014/10/defenisi-pertanian-dan-5-
subsistem.html. (Diakses 16 Juni 2016).

Oktaviani, G., 2015. Lingkungan Pemasaran Mikro dan Makro. Artikel. http://
memahamiadministrasiperkantoran.blogspot.co.id201510lingkungan-
pemasaran-mikro-makro.html. (Diakses 8 September 2016).

Pakpahan, E., 2013. Lingkungan dalam Sistem Agribisnis. Artikel. http://


tugasakhiramik.blogspot.co.id/2013/10/lingkungan-dalam-sistem-
agribisnis.html. (Diakses 7 September 2016).

Pangestu, A., 2012. Peran Pemerintah dalam Perekonomian dan Sistem Bisnis.
Artikel. http://aji-pangestu.blogspot.co.id/2012/04/peran-pemerintah-
dalam-perekonomian-dan.html. (Diakses 22 Agustus 2016).

Pardede, A., 2013. Agribisnis Merupakan suatu SIstem. Artikel.


http://berbagiilmu26.blogspot.co.id201312agribisnis-2.html. (Diakses
5 Juni 2016).

Prassojo, G., 2012. Sistem Agribisnis di Indonesia. Artikel. http://shaylife.


blogspot.co.id/2012/04/sistem-agribisnis-di-indonesia.html. (Diakses
16 Juni 2016).

Raharjo, D., 2010. Lingkungan Pemasaran Makro dan Mikro. Artikel. http://
dendyraharjo.blogspot.co.id201011lingkungan-pemasaran-makro-
mikro.html. (Diakses 7 September 2016).

Rahmah, LZ., 2013. Etika dalam Bisnis. Makalah.


http://lailasoftskill.blogspot.co.id/2013/10/2-etika-dalam-bisnis.html.
(Diakses 20 September 2016).

117
Razak, A., 2013. Lingkungan Mikro dan Makro Pemasaran. Artikel.
http://kenalmanajemen.blogspot.co.id201301lingkungan-mikro-dan-
makro-pemasaran.html. (Diakses 7 September 2016).

Rezamathovani, F., 2015. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Etika Bisnis. Artikel.
httpsfahmirezamathovani.wordpress.com20151125pengertian-tujuan-
dan-fungsi-etika-bisnis. (Diakses 21 September 2016).

Rian, D., 2014. Pengenalan Sarana Produksi Pertanian (Saprotan). Makalah.


http://dedirian.blogspot.co.id/2014/10/laporan-dasar-dasar-agronomi-
tentang.html. (Diakses 19 Juni 2016).

Rizqi, R., 2015. Organisasi Agribisnis. Artikel. http://riarizqiagb.blogspot.co.id/


2015/03/organisasi-agribisnis.html. (Diakses 23 Agustus 2016).

Rohman, A F., 2014. Analisis dan Pilihan Strategis (Matrik SWOT, SPACE,
BCG). Artikel. http://albanjarirohman.blogspot.co.id/2014/11/analisis-
dan-pilihan-strategi-matriks.html. (Diakses 23 November 2016).

Rohman, F., 2013. Sejarah Agribisnis. Artikel. http://agribisnis01.blogspot.


co.id201308sejarah-agribisnis.html. (Diakses 5 Juni 2016).

Sieva, A., 2015. Pengertian dan Konsep Agribisnis Pertanian. Makalah.


http://mynew penyuluhan pertanian.blogspot.co.id201504pengertian-
dan-konsep-agribisnis.html. (Diakses 13 Februari 2016).

Silalahi, I., 2013. Organisasi dalam Agribisnis. Artikel. http://


ivansilalahi15.blogspot.co.id/2013/01/organisasi-dalam-agribisnis.
html. (Diakses 22 Agustus 2016).

Sukriah, E., 2009. Modul Budaya dan Lingkungan Organisasi.

Sutra, S., 2013. Pertimbangan Sebelum Mendirikan Usaha atau Organisasi


Bisnis. Artikel. https://sutrasurga.blogspot.co.id/2013/10/
pertimbangan-sebelum-mendirikan-usaha.html. (Diakses 24 Agustus
2016).

Syafiq, M., 2016. Pengertian, Fungsi Serta Tujuan Etika Bisnis. Artikel.
http://kinerjaaktif.com/mau-sukses-berbisnis-pahami-dulu-pengertian-
fungsi-serta-tujuan-etika-bisnis-ini. (Diakses 20 September 2016).

Wicaksana, E., 2010. Pengertian Sistem Agribisnis. Artikel. http://taman-


agribisnis.blogspot.co.id/2010/02/bab-v-sistem-agribisnis.html.
(Diakses 15 Juni 2016).

118
Yatni, R., 2013. Kelembagaan dan Kepemimpinan Agribisnis. Artikel. http://
yatniridha.blogspot.co.id/2013/04/organisasi-kepemimpinan-dan-
aturan_19.html. (Diakses 23 Agustus 2016).

Yulianti, M., 2011. Analisis Lingkungan Pengembangan Agribisnis Komoditas


Unggulan Buah-buahan Kabupaten Minahasa Utara Provinsi
Sulawesi Utara. Jurnal Agribisnis Perdesaan. 1 (4) : 1-8.

Zainal, MS., 2012. Analaisis Agribisnis sebagai Ilmu Ekonomi dan Sistem
Ekonomi. Artikel. httpsfromuti.wordpress.com20120410analisis-
agribisnis-sebagai-ilmu-ekonomi-dan-sistem-ekonomi. (Diakses 5
Juni 2016).

119
DAFTAR SINGKATAN

AC : Air Condition
APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara
BULOG : Badan Usaha Logistik
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CSR : Corporate Social Responsibility
CV : Company Virma
EFAS : External Factor Analysis Summary
EFE : External Factor Evaluation
EFI : Internal Factor Evaluation
FAO : Food and Agriculture Organization
GBHN : Garis-garis Besar Haluan Negara
GDP : Gross Domestic Product
IFAS : Internal Factor Analysis Summary
ILO : International Labor Organization
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat
MUI : Majelis Ulama Indonesia
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PDB : Produk Domestik Bruto
Perum : Perusahaan Umum
PT : Perseroan Terbatas
QSPM : Quantitative strategic Planing Matrix
SARA : Suku, Agama dan Ras
SDM : Sumber Daya Manusia
SO : Strength Opportunity
ST : Strength Threat
SWOT : Strength Weakness Opportunity Threat
TOT : Term of Trade
UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UU : Undang-undang
WO : Weakness Opportunity
WT : Weakness Threat

120
Dr. Arifin, STP, MP, dilahirkan di Pinrang, 13
Juni 1971. Setelah tamat dari Sekolah Menengah
Atas (SMA Negeri 2 Pinrang) di Pinrang tahun
1991, penulis melanjutkan pendidikan S1 di
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah
Mada (UGM), Yogyakarta dan meraih gelar
Sarjana Teknologi Pertanian (STP) tahun 1998.
Selanjutnya pada tahun 1999, penulis melanjutkan
studi S2 di Pascasarjana UGM dan meraih gelar
Magister Pertanian (MP) di bidang Ekonomi
Pertanian tahun 2001. Kemudian tahun 2008,
penulis melanjutkan studi S3 di Pascasarjana
Fakultas Pertanian UGM dan meraih gelar Doktor
(Dr) di bidang Ekonomi Pertanian tahun 2012. Sejak tahun 2001 penulis sudah
mengajar di perguruan tinggi di Makassar dan Maros (Universitas Indonesia
Timur, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Islam Negeri
Makassar, dan STIM YAPIM Maros) sebagai dosen luar biasa. Tahun 2002
diangkat sebagai dosen tetap yayasan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER)
YAPIM Maros. Beberapa mata kuliah yang diajarkan antara lain Pengantar
Ekonomi Pertanian, Matematika Ekonomi, Pengantar Agroindustri,
Ekonometrika, Ekonomi Mikro, Ekonomi Makro, Ilmu Usahatani, Ekonomi
Produksi Pertanian, Kewirausahaan, dan Riset Operasi. Sebagai dosen, selain
membimbing dan menguji mahasiswa S1, penulis juga aktif melakukan berbagai
penelitian. Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain Analisis Produksi
dan Pendapatan Petani Padi Pada Intensitas Pertanaman (IP 300), tahun 2007;
Peningkatan Produksi dan Pendapatan Pola Pertanaman IP 200 Di Sawah Tadah
Hujan, tahun 2008; Faktor Sosial Ekonomi Sistem Tanam Benih Pindah
Usahatani Padi, tahun 2008; Analisis Produksi dan Pendapatan Petani Padi dan
Kacang Tanah Pada Intensitas Pertanaman (IP 300), tahun 2009; Faktor Sosial
Ekonomi dan Pendapatan Sistem Tanam Benih Pindah Usahatani Padi di
Kabupaten Maros, tahun 2010; Inovasi Teknologi Pengelolaan Air In Situ Lahan
Kering dengan Pendekatan Partisipatif untuk Meningkatkan Hasil Palawija dalam
Mendukung Ketahanan Pangan, tahun 2010; Peningkatan Ketahanan Pangan
Rumah Tangga di Daerah Sentra Produksi Padi Sulawesi Selatan, tahun 2010; dan
Risiko Produksi, Pendapatan dan Ketahanan Pangan Sistem Penguasaan Lahan di
Daerah Sentra Padi Kabupaten Pinrang, tahun 2012. Penulis juga aktif melakukan
penulisan ilmiah dan telah diterbitkan di beberapa jurnal ilmiah. Demikian juga
penulis sudah menerbitkan buku yaitu Pengantar Ekonomi Pertanian (2015),
Tanaman Herbal Kebun Raya Pucak (2015), dan Pengantar Agroindustri (2016)

121
yang diterbitkan oleh Mujahid Press. Buku Pengantar Agribisnis adalah buku
keempat yang diterbitkan.

122
M. Arsyad Biba, S. Sos., M.Si. Lahir 12 Mei
1958 di Wonomulyo Kab. Polewali Mandar,
Sulawesi Barat. Setelah lulus darii Sekolah
Pertanian Pembangunan, Sekolah Pertanian
Menengah Atas (SPP- SPMA) pada Tahun 1978
di Rappang, Kab. Sidenreng Rappang (Sidrap),
Sulawesi Selatan, langsung melamar di Balai
Penelitian Tanaman Pangan Maros “Balittan
Maros” (sekarang Balai PenelitianTanaman
Serealia) dan diterima sebagai honorer di Kebun
Percobaan Lanrang (sekarang Loka Penelitian
Penyakit Tungro) Kec. Panca Rijang, Kab. Sidrap,
Sulawesi Selatan. Pada tahun 1983 diangkat
menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. Selama bertugas di Kebun Percobaan
Lanrang, menyempatkan diri untuk mengikuti kursus bahasa Inggris di English
Language Institute di Kota Madya Parepare dan berhasil memperoleh ijazah
Elementary Certificate (1980), Intermediate Certificate (1981), Advanced
Certificate (1982), dan English Conversation Certificate 1986. Pada Maret 1984
mengikuti ujian bahasa Inggris “ALIGU TEST” di Balittan Maros yang
diselenggarakan oleh Kedutaan Amerika (U.S Embassy) di Jakarta, dan penulis
berhasil meraih kelulusan juara II sehingga memenuhi syarat untuk mengikuti
program alih tahun “Komunikasi Fotografi “ Tahun Ajaran 1984/85 Fakultas
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan University of
Wisconsin Amerika Serikat. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Diploma II
pada Fakultas Politeknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada Jurusan
“Komunikasi Pertanian dan Pedesaan” dibiayai oleh Badan Litbang Pertanian
melalui kerjasama dengan International Bank Reconstraction Development
(IBRD). Setelah lulus pada 24 Juni 1986, penulis dipindahkan ke Balittan Maros
sebagai staf Seksi Informasi dan Perpustakaan. Dan pada tahun 2003-2005
menjadi dosen luar biasa mengajarkan Fotografi dan Video pada Program D3
Bahasa dan Pariwisata Fakultas Sastra Unhas. Pada 10 April 1988 penulis
menikah dengan Munauwara Muslam Manwan, B.Sc. dan sekarang telah
dikaruniai tiga anak bernama M. Juanda Arsyad (Mhs Fak Pertanian Universitas
Islam Makassar), Fatimah Arsyad (Mhs Program Magister Plant Breeding
UGM), dan Kartini Arsyad, siswa SMA Negeri No. 1 Maros (Kelas III IPA).
Setelah beberapa tahun bertugas di Balittan Maros, penulis mendapat ijin untuk
melanjutkan studi pada tahun 1991 di Univeristas Veteran RI Ujung Pandang
pada jurusan “Komunikasi” dan lulus 12 Maret 1993. Pada tahun 1999 penulis
mendapat ijin untuk melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu
Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin dengan konsentarsi

123
“Komunikasi Pembangunan” Judul Tesis : Pengembangan Jagung Hibrida di
Kabupaten Jeneponto (Suatu Analisis Difusi Inovasi Teknologi Pertanian) lulus
meraih gelar Magister Sains (M.Si) pada 12 Sept 2002. Pada tahun 2005 penulis
resmi menjadi peneliti dalam bidang kepakaran “Sosial Ekonomi Pertanian” dan
sekarang berstatus peneliti madya (Pembina Gol. IV/a). Pada tahun 2015 Badan
Litbang Pertanian menugaskan penulis sebagai tenaga datasering pada Loka
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat. Karier sebagai peneliti dari
jenjang peneliti pertama sampai peneliti madya telah menghasilkan 32 karya tulis
ilmiah (KTI) yang telah diterbitkan pada Jurnal Perguruan Tinggi dan Jurnal
Badan Litbang Pertanian. Pada tnggal 2 s/d 7 Maret 2014 penulis mengikuti
Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Lanjutan di Pusbindiklat Peneliti LIPI
Cibinong, Bogor. Pada tahun 2012 memperoleh penghargaan “Tanda Kehormatan
Setyalencana Karya Setya XX Tahun dari Presiden Republik Indonesia, Dr. H.
Susilo Bambang Yudhoyono. Dan selain aktif sebagai peneliti di Balitsereal, juga
mengabdi sebagai Dosen Luar Biasa pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Yapim Maros dan sebagai Dewan Redaksi Jurnal Agribis STIPER
Yapim Maros.

124
125

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai