Laporan Praktikum Rizki A. R. 6B

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


ACARA 7
“Pembuatan Pestisida Nabati Ekstrak Serai”

Disusun Oleh :
RIZKI AFANDI R.
2017610067

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pestisida merupakan senyawa kimia yang disusun untuk mengendalikan
hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Di Indonesia pestisida sering
digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman
tetapi pada saat ini pestisida banyak ditemukan residu khususnya di tanaman
dan tanah sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan terutama pestisida
kimia. Pada dasarnya pestisida dibagi menjadi 2 menurut jenisnya yaitu
pestisida kimia dan pestisida alami atau nabati. Pestisida kimia merupakan
pestisida yang dibuat dari bahan kimia oleh manusia yang berguna dalam
pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pestisida kimia ini sering memiliki
residu kimia yang tinggi baik didalam tanaman ataupun didalam tanah
sehingga mengganggu lingkungan. Banyaknya terjadi gangguan lingkungan
akibat pestisida kimia sehingga memunculkan suatu ide yaitu Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) yang salah satu tujuannya adalah mengendalikan hama
dengan menggunakan musuh alami dan penggunaan pestisida nabati.
Pestisida nabati merupakan pestisida yang digunakan untuk pengendalian
hama dan penyakit bagi tanaman yang terbuat dari bahan alami seperti organ
tanaman, atau minyak yang dihasilkan oleh tanaman. Pestisida nabati memiliki
beberapa keunggulan seperti mudah terurai oleh sinar matahari, tidak
menyebabkan gangguan lingkungan dan lin-lain sedangkan untuk kerugian
bagi penggunaan pestisida nabati ini yaitu cara aplikasiannya harus berulang
kali karena mudah terurai oleh sinar matahari, harganya tidak terjangkau oleh
petani karena pembuatan pestisida ini menggunakan bahan dari alam yang
memiliki stok yang tidak mencukupi bagi pembuatan pestisida nabati secara
masal. Pestisida memiliki beberapa jenis menurut hama yang akan
dikendalikan yaitu insektisida.
Seiring dengan bertambahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
terhadap efek negatif dari penggunaan pestisida kimia, kini sudah banyak
petani yang mulai mempertimbangkan keamanan produk pertaniannya dengan
menciptakan alternatif yang lebih aman untuk menggantikan peran pestisida
kimia. Beberapa pestisida nabati yang diperoleh dari alam telah banyak
ditemukan, salah satu contohnya adalah bahan alami dari minyak sereh wangi
yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara membuat pestisida nabati dari serai
2. Untuk mengetahui manfaat pestisida nabati dari serai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan,
mempunyai kandungan bahan aktif yang dapat mengendalikan serangga hama.
Sejarah telah mencatat bahwa pemanfaatan pestisida nabati sebenarnya sudah
dipraktikkan sejak tiga abad yang lalu. Penggunaan pestisida nabati selain dapat
mengurangi pencemaran lingkungan, juga lebih murah dibandingkan dengan
pestisida kimia (Zhu et al. 2001; Auger et al. 2004; Wiratno et al. 2009; Wiratno
et al. 2011).
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan dan memproduksi bahan
kimia alami sebagai alat pertahanan diri terhadap serangga pengganggu.
Tumbuhan mengandung bahan kimia dalam bentuk senyawa metabolit sekunder
yang fungsinya dalam proses metabolisme tumbuhan masih kurang jelas. Namun,
kelompok senyawa ini ternyata berperan penting dalam proses berinteraksi atau
berkompetisi, termasuk melindungi diri dari gangguan pesaingnya (Kardinan dan
Wikardi 1994). Produk metabolit sekunder tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
bahan aktif pestisida nabati (Kardinan dan Wikardi 1997; Dubey et al. 2008) dan
juga digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme
pengganggu.
Walaupun hanya sekitar 10 ribu jenis metabolit sekunder yang telah
teridentifikasi, jumlah bahan kimia pada tumbuhan yang potensial sebagai
pestisida nabati diperkirakan mencapai 400 ribu jenis (Grainge dan Ahmed 1988;
Oyedele et al. 2002; Aranillewa et al. 2006). Diperkirakan ada sekitar 1.800 jenis
tanaman yang mengandung pestisida nabati yang dapat digunakan untuk
pengendalian hama. Di Indonesia, jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati
tersebar dalam 235 famili dengan 2.400 jenis tanaman (Kardinan 2011).
Pada dasarnya, bahan alami yang mengandung senyawa bioaktif dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu bahan alami dengan kandungan senyawa bersifat
anti-fitopatogenik (antibiotik pertanian), bersifat fitotoksik atau mengatur
pertumbuhan tanaman (fitotoksin, hormon tanaman dan sejenisnya), dan bahan
alami dengan kandungan senyawa yang bersifat aktif terhadap serangga (hormon
serangga, feromon, antifeedant, repelen, atraktan, dan insektisida) (Takahashi
1981). Secara umum, mekanisme kerja pestisida nabati dalam melindungi
tanaman dari OPT yaitu secara langsung menghambat proses reproduksi serangga
hama khususnya serangga betina, mengurangi nafsu makan, menyebabkan
serangga menolak makanan, merusak perkembangan telur, larva dan pupa
sehingga perkembangbiakan serangga hama terganggu, serta menghambat
pergantian kulit. Berdasarkan cara kerjanya (sifatnya), Takahashi (1981)
menggolongkan pestisida nabati sebagai kelompok repelen, yaitu menolak
kehadiran serangga misalnya karena bau yang menyengat, kelompok antifidan
yang dapat mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot,
menghambat reproduksi serangga betina, sebagai racun syaraf dan dapat
mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga, kelompok atraktan, yakni
pestisida nabati yang dapat memikat kehadiran serangga sehingga dapat dijadikan
sebagai senyawa perangkap serangga dan juga untuk mengendalikan pertumbuhan
jamur/ bakteri (Marianah 2016), serta kelompok pestisida nabati yang
menurunkan preferensi serangga dalam mengakses sumber makanan.
Kemampuan pestisida nabati yaitu: 1) teknologi pembuatannya mudah dan
murah sehingga dapat dibuat dalam skala rumah tangga, 2) tidak menimbulkan
efek negatif bagi lingkungan maupun makhluk hidup sehingga relatif aman untuk
digunakan, 3) tidak berisiko menimbulkan keracunan pada tanaman sehingga
tanaman lebih sehat dan aman dari cemaran zat kimia berbahaya, 4) tidak
menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama sehingga aman bagi
keseimbangan ekosistem, dan 5) hasil pertanian lebih sehat dan bebas dari residu
pestisida kimia (Suriana 2012 dalam Hidayanti dan Ambarwati 2016; Yusuf 2012;
Amanupunyo dan Handri 2016). Kelemahan pestisida nabati adalah: 1) daya
kerjanya lambat, tidak dapat dilihat dalam jangka waktu cepat, 2) pada umumnya
tidak mematikan langsung hama sasaran, tetapi hanya bersifat mengusir dan
menyebabkan hama menjadi tidak berminat mengusir dan menyebabkan hama
menjadi tidak berminat mendekati tanaman budidaya, 3) mudah rusak dan tidak
tahan terhadap sinar matahari, 4) daya simpan relatif pendek sehingga harus
segera digunakan setelah diprosuksi dan ini menjadi hambatan dalam
memproduksi pestisida nabati secara komersil, 5) perlu penyemprotan berulang-
berulang sehingga dari sisi ekonomi tidak efektif dan efisien (Suriana 2012
dalam Hidayani dan Ambarwati 2016; Yusuf 2012; Amanupunyo dan
Handri 2016).
Serai (Cymbopogon citratus). Tanaman serai termasuk golongan
rumput- rumputan. Genus ini meliputi hampir 80 spesies, tetapi hanya
beberapa jenis yang menghasilkan minyak atsiri (Hartati 2012). Minyak
atsiri serai terdiri atas sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol,
metil heptenol, dan dipentena (Guenther 1990; Herminanto et al. 2010).
Kandungan yang paling besar adalah sitronela yaitu 35% dan geraniol 35-
40%. Senyawa sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiccant) dan
racun kontak. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena
kekurangan cairan. Di samping itu, daun serai juga bersifat penolak
(repellent) serta sebagai insektisida, bakterisida, dan nematisida.
BAB III
METODEOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Waktu: Hari Selasa, pukul 13.00 WIB.
Tempat: Laboratorium Fakultas Pertanian UMJ

B. Bahan dan Alat


Bahan: serai dan air.
Alat: alat tulis, kamera, penumbuk, timbangan analitik, ember, gunting/
pisau.

C. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Timbang serai sebanyak 200 gr
3. Cacah seluruh bagian serai (daum, batang, dan akar)
4. Tumbuk dan haluskan semua bagian serai yang sudah dicacah
5. Masukkan serai yang sudah dihaluskan ke dalam wadah dan tambahkan
air sebanyak 10 Liter
6. Diamkan selama 24 jam kemudian saring
7. Amati karakter pestisida nabati serai tersebut selama 3 hari
setelah penyaringan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hari ke
Karakter
1 2 3
Sedikit aroma Sedikit aroma
Aroma Pekat aroma serai
serai serai
Warna Agak kuning Agak kuning Agak kuning
Endapan Sedikit Sedang Banyak

B. Pembahasan

Pestisida nabati saat ini banyak dipelajari peranannya dalam


mengendalikan berbagai jenis hama di pertanaman. Pestisida ini diyakini
lebih aman bagi kehidupan (Wiratno 2008) karena bahan aktifnya berasal
dari senyawa sekunder tanaman sehingga residunya mudah terurai
di alam (Regnault Roger 2005). Pemanfaatan senyawa sekunder
tanaman sebagai bahan aktif pestisida didasari pada fungsinya bagi
tanarnan yang secara alamiah digunakan untuk perlindungan dari serangan
hama.
Fungsi pestisida nabati dalam pengendalian hama adalah repelan,
yaitu menolak/mengusir kehadiran serangga (misal dengan cara
mengeluarkan bau yang menyengat/tidak disukai serangga), antifidan,
mencegah serangga hama memakan bagian tanaman yang telah diberi
pestisida nabati (memberikan rasa tidak enak pada tanaman bagi serangga
hama), merusak perkembangan telur, larva, dan pupa, membuat kemandulan
pada serangga betina, racun saraf pada serangga, mengacaukan sistem
hormon pada serangga, Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dipakai
pada perangkap serangga, dan mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan, mempunyai kandungan bahan aktif yang dapat mengendalikan
serangga hama.
Kelebihan Pestisida Nabati adalah degradasi/ penguraian yang cepat
oleh matahari sehingga mudah terurai menjadi bahan yang tidak
berbahaya, memiliki pengaruh yang cepat yaitu menurunkan nafsu makan
serangga hama, walaupun jarang menyebabkan kematian, Memiliki spektrum
yang luas (racun lambung dan saraf) dan bersifat selektif, dapat
diandalkan untuk mengendalikan OPT yang resisten terhadap pestisida
kimia, Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman,
murah dan mudah dibuat oleh petani.
Kekurangan Pestisida Nabati yaitu Cepat terurai dan daya kerjanya
relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih sering, Daya racunnya rendah
(tidak langsung mematikan serangga), Produksinya belum bisa dilakukan
dalam sekala besar karena keterbatasan bahan baku, Kurang praktis, Tidak
tahan di simpan.
DAFTAR PUSTAKA

Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah


Lingkungan. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Wiratno, M. Rizal, dan I W. Laba. 2011. Potensi ekstrak tanaman


obat dan aromatik sebagai pengendali keong mas. Buletin Littro
22(1): 54-64.
Kadir, N.N., R. Iswati, dan F. Datau. 2014. Uji efektivitas sereh
(Cymbopogon citratus) sebagai insektisida nabati dalam
menekan serangan hama kutu jagung (Sitophilus zeamais)
pada beberapa wadah penyimpanan. Jurusan Agroteknologi
FakultasPertanian Universitas Negeri Gorontalo.
Hartati, S.Y. 2012. Prospek pengembangan minyak atsiri sebagai pestisida
nabati. Jurnal Perspektif 11(01): 45-58.

Anda mungkin juga menyukai