Anda di halaman 1dari 6

Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama dan itu bagian dari kekayaan negara

kita, dengan adanya keberagaman tersebut tidak jarang memunculkan sikap etnosentrisme,
prejudis, dan diskriminasi. 

1. Jelaskan bagaimana etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi dapat menjadi sumber


permasalahan bagi bangsa Indonesia. Berikan masing-masing contoh kasus untuk
memperjelas jawaban Anda

1. Tuliskan jawaban Anda dalam Ms.Word atau Pdf


2. Tambahkan sumber referensinya
3. Batas waktu pengumpulan tugas selama 2 minggu

Prasangka
       Prasangka (prejudice) adalah sebuah sikap (buasanya negatif) terhadap anggota
kelompok tertentu, semata berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut (Baron
& Byrne). Prasangka merupakan sebuah tipe khusus dari sikap yang cenderung kearah
negatif sehingga konsekuensinya :

 Berfungsi sebagai skema (kerangka pikir kognitif untuk mengirganisasi,


menginterpretasi, dan mengambil informasi) yang mempengaruhi cara memperoses
informasi.
 Melibatkan keyakinan dan perasaan negatif terhadap orang yang menjadi anggota
kelompok sasaran prasangka.

Penyebabnya pendorong munculnya prasangka :

 Untuk meningkatkan citra diri/konsep diri/harga diri. Prasangka dapat memainkan


sebuah peran penting untuk melindungi atau meningkatkan konsep diri mereka.
Ketika individu dengan sebuah prasangka memandang rendah sebuah kelompok, hal
ini membuat mereka yakin akan harga diri mereka sendiri.
 Menghemat usaha kognitif (prinsip heuristic). Ketika stereotip terbentuk, kita tidak
perlu melakukan proses berpikir yang hati-hati dengan sistematis, karena kita sudah
“tahu” seperti apa anggota kelompok ini.
Sumber-sumber prasangka yaitu :

 Konflik langsung antar kelompok. Berdasarkan  Teori konflik Realistik (Realistic 


Conflic Teory) dimana prasangka muncul karena kompetisi antar kelompok social
untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga yang berkembang
menjadi rasa  kebencian, prasangka dan dasar emosi. Contoh: konflik antara para
migrant dengan masyarakat setempat, masyarakat setempat cenderung memiliki
prasangka terhadap para  migrant ini karena para migrant lebih mampu untuk survive
dan berhasil wilayah barunya sehingga menimbulkan rasa kebencian pada diri
masyarakat setempat terhadap para migrant Hal ini dapat dilihat pada konflik yang
terjadi di Ambon, atau Kalimantan.
  Pengalaman awal, berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning
Theory), prasangka dipelajari dan dikembangkan dengan cara yang sama serta
melalui mekanisme  dasar yang sama, seperti sikap yang lain yakni melalui
pengalaman langsung dan  observasi/vicarious. Contoh: Santi sejak kecil sering
mendengar orangtuanya  melontarkan   komentar-komentar negatif terhadap orang
dari golongab etnis Tionghoa tersebut. Selain itu, media massa juga memiliki peran
dalam pembentukkan prasangka.
      Katagori Sosial, yakni kecenderungan untuk membuat katagori sosial yang
membedakan anatar in-group-“kita”-dengan out-group-“mereka”. Kecenderungan
untuk memberikan  atribusi yang lebih baik dengan menyanjung anggota
kelompoknya sendiri darpada anggota lain terkadang dideskipsikan sebagai
kesalahan atribusi utama (Identitty Theory) dari Tajfel. Teori iini mengatakan
bahwa individu berusaha meningkatkan self-esteem mereka dengan
mengidentifikasikan diri dengan kelompok social tertentu. Namun, hal ini darjadi
hanya bila  orang tersebut mempersepsikan kelompoknya lebih superior dadripada
kelompok lain yang menjadi pesaingnya.
 Stereotip, kerangka berpikir kognitif yang terdiri dari pengetahuan dan keyakinan
tentang   kelompok sosial tertenru dan trats tertentu yang mungkin dimiliki oleh orang
yang menjadi  anggota kelompok-kelompok ini. Ketika sebuah stereotip diaktifkan,
trait-trait ini lah  yang dipikirkan. Stereoit mempengaruhi pemrosesan informasi
social (diproses lebih capat dan lebih mudah diingat), sehingga mengakibatkan
terjadinya seleksi pada informasi- informasi yang konsisten terhadap stereotip akan
diproses sementara yang tidak sesuai  stereotip akan ditolak atau diubah agar
konsisten dengan stereotip. Reaksi lain terhadap  informasi yang tidak konsisten
adalah membuat kesimpulan implicit yang mengubah arti  informasi tersebut agar
sesuai dengan stereotip. Stereotip seperti penjara kesimpulan (inferential prisons):
ketika stereotip telah terbentuk, stereotip akan membangun persepsi kita terhadap
orang lain, sehingga informasi baru tentang orang ini akan diinterpretasikan sebagai
penguatan terhadap stereotip kita, bahkan ketika hal ini tidak terjadi.

 Mekanisme Kognitig lain :a) Ilusi tentang hubungan (illusory correlation)


yaitu kecenderungan melebih-lebihkan penilaian tingkah laku negatif dalam
kelompok yang  relatif kecil. Efek ini terjadi karena peristiwa yang jarang terjadi
menjadikannya lebih menonjol dan lebih mudah diingat :b) ilusi homogenitas Out-
Group (illution of out- group differentiation) yaitu kecendrungan untuk
mempersepsikan anggota kelompoknya dalam menunjukan keragaman yang lebih
besar satu sama lain (lebih heterogen) daripada kelompok-kelompok lain.

Cara untuk mengatiasi prasangka :


·         Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri
sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk
melatih anak manjadi fanatic.
·         Berinteraksi langsung dengan kelompok yang berbeda:i) contact hypothensis- pandangan
bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif
mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya
ketika kontak tersebut terjadi dibawah kondisi-kondisi tertentu. Ii) extended contact
hypothesis- sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa
anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok out-
group dapat mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.

 Katagorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari katagorisasi ulang ini,
orang yang  sebelumnya dipandang sebagai out-group  sekarang dapat dipandang
sebagai bagian dari in-  group.
 Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan
(belajar untuk    mengatakan “tidak” pada stereotype).
 Pengaruh sosial untuk mengurangi prasangka.
Dampak bagi orang yang menjadi obyek prasangka:
·         Membentuk sikap rasial dan stereotip terhadap mereka sendiri.
·         Makin kuat seseorang manjadi bagian dari minoritas dan mengidentifikasi dari maka
makin  sensitive terhadap prasangka halus dan makin kuat beraksi terhadap prasangka
tersebut.

Selain itu adapula prasangka terhadap gender dimana banyak budaya yang masih
menempatkan wanita sebagai kaum minoritas. Prasangka yang dipengaruhi oleh gender ini
disebut seksisme (sexism). Seksisme ada 2 jenis:

 Seksisme yang penuh kebencian: pandangan bahwa wanita, jika tidak inferior
terhadap  pria, memiliki banyak trait negatif (contoh: mereka ingin diistimewakan,
sangat sensitive atau ingin merebut kekuasaan dari pria yang tidak seharusnya mereka
miliki).
 Seksisme bentuk halus: pandangan yang menyatakan bahwa wanita pantas
dilindungi, lebih superior daripada pria dalambanyak hal (contoh: mereka lebih murni
dan lebih memiliki selera yang baik). Dan sangat diperlukan untuk kebahagiaan
pria(contoh: tidak ada pria yang benar-benar bahagia kecuali ia memiliki seorang
wanita yang iapuja dalam hidupnya).

Selain itu adapula istilah gkass cellings yaitu hambatan palsu berdasarkan bias sikap dan
organisasi yang menghambat perempuan berkualitas mencapai posisi teratas dalam
organisasinya.

Diskriminasi
       Diskriminasi (discrimination) adalah wujud dari prasangka itu dalam tingkah laku atau
aksi negatif terhadap kelompok yang menjadi sasaran prasangka. Sementara itu bentuk-
bentuk diskriminasi ada dua yaitu :

 Diskriminasi kasar- aksi negatif terhadap objek prasangka rasial, etnis, atau agama-
dan  kriminalitas berdasarkan kebencian (hate crimes)- kriminalitas yang berdasar
pada prasangka rasial, etnis, dan tipe prasangka lainnya. Contohnya: James Byrs
seorang lelaki afroamerika yang diseret dibelakang truk oleh seorang laki-laki
berkulit putih dengan  prasangka tinggi.
 Diskiminasi halus: rasisme modern (rasial implicit)- rasisme berusaha menutup-    
nutupi prasangka ditempat umum, tetapi mengekspresikan sikap-sikap mengecam
ketika hal       itu aman dilakukan- dan tokenisme- contoh dimana individu
menjukkan tingkah laku positif       yang menipu para anggota kelompok out-group
kepada siapa mereka merasakan prasangka         yang kuat. Kemudian tingkah laku
tokenistic ini digunakan sebagai alasan untuk menolak             melakukan aksi yang
lebih menguntungkan terhadap kelompok ini. Contoh: sebuah bank             yang
mempekerjakan orang etnis tertentu, supaya tidak disangka melakukan diskiminasi
juga mempekerjakan masyarakat pribumi. Namun, masyarakat pribumi ini nantinya
akan di  persulit untuk kenaikan jabatan.

Etnosentrisme
       Etnosentrisme adalah suatu persepsi yang dimiliki oleh tiap-tiap individu yang
menganggap budayanya merupakan yang terbaik dari budaya-budaya yang dimiliki oleh
orang lain. Etnosentrisme juga merupakan suatu sikap dalam menilai kebudayaan masyarakat
lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku pada masyarakatnya. Etnosentrisme
dapat diartikan sebagai fanatisme suku bangsa.
Dampak positif Etnosentrisme adalah

 Menjaga kestabilan serta keutuhan budaya.


 Dapat mempertinggi semangat patriotisme dan juga kesetiaan pada bangsa.
 Dapat memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan/bangsa. Sikap etnosentrisme
adalah sikap tolak  ukur budaya seseorang dengan budayanya.

Dampak negatif Etnosentrisme adalah

 Dapat menyebabkan konflik antar suku.


 Adanya aliran politik.
 Menghambat proses asimilasi budaya yang berbeda.

Penyebab Munculnya Etnosentrisme di Indonesia


·         Budaya Politik
Faktor yang mendasar yang menjadi penyebab akan munculnya etnosentrisme ini adalah
budaya politik dari masyarakat yang cendrung tradisional serta tidak rasionalis. Budaya
politik subjektif ikatan emosional serta ikatan-ikatan primordial yang masin cendrung
menguasai masyarakat yang ada di Indonesia. Masyarakat terlibat didalam dunia politik yaitu
kepentingan mereka yang sangat mementingkan suku, etnis, agama dll.
·         Pluralitas Bangsa Indonesia

Faktor yang lain, penyebab munculnya masalah etnosentrisme ialah pluralitas Bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras serta
golongan. Pluralitas masyarakat Indonesia tersebut tentu melahirkan berbagai persoalan. Pada
tiap-tiap suku, agama, ras serta golongan berusaha untuk dapat memperoleh kekuasaan serta
juga menguasai yang lain. Masalah kepentingan inilah yang faktor banyak memunculkan
persoalan-persoalan pada tiap-tiap daerah.

Anda mungkin juga menyukai