Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker.
Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi
penyandang penyakit lupus mencapai 5 juta orang, dan lebih dari 100 ribu kasus
baru terjadi setiap tahunnya.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap
sehat. Namun, apa jadinya jika kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh
yang sehat. Penyakit lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang
berlebih. Penyakit ini tergolong misterius. Dokter kadang bingung mendiagnosis
penyakit ini.
Jumlah penderita lupus ini tidak terlalu banyak. Menurut data pustaka, di
Amerika Serikat ditemukan 14,6 sampai 50,8 per 100.000. Di Indonesia bisa
dijumpai sekitar 50.000 penderitanya. Sedangkan di RS Ciptomangunkusumo
Jakarta, dari 71 kasus yang ditangani sejak awal 1991 sampai akhir 1996 , 1 dari
23 penderitanya adalah laki-laki. Saat ini, ada sekitar 5 juta pasien lupus di
seluruh dunia dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 pasien baru, baik
usia anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan.
Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat. Penyakit Lupus biasanya
menyerang wanita produktif. Meski kulit wajah penderita Lupus dan sebagian
tubuh lainnya muncul bercak-bercak merah, tetapi penyakit ini tidak menular.
Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian, seluruh organ tubuh
terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit, atau tubuh merasa kelelahan
berkepanjangan serta sensitif terhadap sinar matahari. Semua itu merupakan
sebagian dari gejala penyakit Lupus.
Faktor yang diduga sangat berperan terserang penyakit lupus adalah faktor
lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stres, beberapa jenis obat, dan virus.
Oleh karena itu, bagi para penderita lupus dianjurkan keluar rumah sebelum pukul
09.00 atau sesudah pukul 16.00. Saat bepergian, penderita memakai sun block

1
atau sun screen (pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) pada bagian kulit
yang akan terpapar.

1.2 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian penyakit lupus.
2. Mendiskripsikan gejala-gejala yang timbul akibat penyakit lupus.
3. Mendiskripsikan penyebab timbulnya penyakit lupus.
4. Mendiskripsikan cara pencegahan penyakit lupus.
5. Mendiskripsikan cara pengobatan penyakit lupus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Lupus dalam bahasa Latin berarti "anjing hutan". Istilah ini mulai dikenal
sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai
kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi. Bercak-bercak
merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan ,
rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini
tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ
yang ada di dalam tubuh. Dr. Rahmat Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS
menjelaskan, penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan
dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai
berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem
saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem
pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah, (Anonim,
2009).
Buku kecil Care for Lupus (Syamsi Dhuha) menjelaskan, lupus adalah
sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai Lupus Erythematosus.
Dalam istilah sederhana, seseorang dapat dikatakan menderita penyakit Lupus
Erythematosus saat tubuhnya menjadi alergi pada dirinya sendiri. Lupus adalah
istilah dari bahasa Latin yang berarti Serigala, (Anonim, 2009).
Penyakit lupus adalah penyakit inflamasi kronik yang diperantarai oleh sistem
imun, dimana seharusnya sistem ini melindungi tubuh dari berbagai penyakit
justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri. Penyakit Lupus terjadi akibat
produksi antibodi berlebihan. Antibodi tersebut bukannya menyerang virus,
kuman atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh, justru menyerang sistem
kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. Untuk mendiagnosis penyakit ini dengan
pasti, diperlukan pemeriksaan darah atau biopsi kulit. Keduanya untuk memeriksa
antibodi-antibodi yang muncul ketika lupus sedang aktif.

3
Ada tiga jenis lupus, yaitu :
1. Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat menimbulkan komplikasi
seperti lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah jari-jari tangan
atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot,
lupus retina, lupus sendi, dan lain-lain.
2. Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan
kulit. Termasuk paling banyak menyerang.
3. Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh
sendiri dengan memberhentikan obat terkait. Umumnya berkaitan dengan
pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk
mengobati detak jantung yang tidak teratur) (Aulawi, 2008).

2.2 Gejala-Gejala
Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit autoimun,
artinya tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ
tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit.
Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk
ke dalam tubuh. Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara pasien
yang satu dan yang lain, maka gejalanya juga sering kali berbeda, misalnya
pasien yang satu dengan kaki dan perut bengkak akibat kerusakan di ginjal,
pasien yang lain bisa dengan anemia berat atau jumlah trombosit yang amat
rendah.
Umumnya penderita lupus mengalami gejala seperti. kulit yang mudah
gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan, penderita
sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala
ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif)
menghilang. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua
pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah
menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-
kadang bersisik.

4
Gejala-gejala penyakit lupus dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik
(LES). Eritomatosus artinya kemerahan, sedangkan sistemik bermakna menyebar
luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus.
Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan
pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang
berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada
masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi,
mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah
menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan
kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka
wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai
mengidap Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh
penyakit lupus ini.
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan (Dahlan Iskan,
2007).

Menurut American College Of Rheumatology 1997, diagnosis SLE harus


memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan. Adapun penjelasan singkat dari 11
gejala tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada
bentukan kupu-kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.
2. Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya
jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.
3. Fotosensitif, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar
matahari
4. Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).
5. Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala
ini dijumpai pada 90 % odapus.

5
6. Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi
cairan.
7. Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine.
8. Gangguan pada otak atau sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke,
dan lain-lain.
9. Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit
berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia.
10. Tes ANA (Antinuclear Antibody) positif.
11. Gangguan sistem kekebalan tubuh, (Kusnandari, 2008).

2.3 Penyebab
Faktor yang diduga sangat berperan untuk seseorang terserang penyakit lupus
adalah faktor lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stres, beberapa jenis
obat, dan virus. Faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor kepekaan
dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan
sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres. Penyakit ini kebanyakaan diderita
wanita usia produktif sampai usia 50 tahun namun ada juga pria yang
mengalaminya. Oleh karena itu diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon
estrogen.
Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga
berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan
janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga
mungkin atau bahkan memperburuk gejala lupus. Sering dijumpai gejala Lupus
muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap
sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh
yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang
berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang
sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini
antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru
menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut
autoimunitas. Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan
dengan dua cara yaitu :

6
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh,
seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah
yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan
antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun. Gabungan antibodi
dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler
akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan
dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit). Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks
ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Sel-sel radang tersebet bertambah banyak
sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks.
Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh
dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala
penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh
akan terganggu, (Anonim, 2009).

2.4 Pencegahan
Dalam melakukan pencegahan ada berbagai masalah yang dihadapi pengidap
lupus. Masalah pertama adalah seringnya penyakit pasien terlambat diketahui dan
diobati dengan benar karena cukup banyak dokter yang tidak mengetahui atau
kurang waspada tentang gejala penyakit lupus dan dampak lupus terhadap
kesehatan. Di Indonesia, rendahnya kompetensi dokter untuk mendiagnosis
penyakit secara dini dan mengobati penyakit lupus dengan tepat tercermin dari
pendeknya survival 10 tahun yang masih sekitar 50 persen, dibandingkan dengan
negara maju, yang 80 persen.
Biasanya paramedis akan melakukan pemeriksaan ANA (Anti Nuclear
Antibodi) bisa positif, di laboratorium dan patologi. Bila sudah diketahui
diagnosanya lupus, maka pihak medis akan memberikan pengobatan berupa
terapi, theraphy sintomatik (penghilangan gejala), kortikortiroid (antipenurun
kekebalan tubuh), serta menekan daya tahan tubuh berlebihan, dengan pemberian
obat demam dan penghilang rasa sakit. Hanya saja, untuk terapi yang dilakukan
berbeda-beda dengan setiap penderita. Penyembuhannya pun bisa memakan
waktu berbulan-bulan, itupun dengan catatan penderita rajin memeriksakan diri.
Bahkan tak jarang, terkadang diagnosa baru didapat justru setelah penderita

7
meninggal. Atau penyakit lupusnya tiba-tiba sembuh sendiri. Karena itulah, fokus
pengobatan dokter adalah dengan melakukan pencegahan dengan meminimalisir
meluasnya penyakit sehingga tidak menyerang organ vital tubuh lainnya. Oleh
karena itu, untuk melakukan upaya preventif terhadap penyakit lupus perlu
ditingkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia, baik oleh pemerintah maupun
semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Selain itu, peningkatan
kompetensi petugas-petugas pelayan kesehatan juga harus di tingkatkan agar tidak
terjadi kesalahan-kesalahan yang akan membahayakan jiwa pasien.
Pengembangan metode pengobatan yang lebih baik dan efisien juga perlu
dilakukan. Pasien juga harus diberi penyuluhan tentang apa itu lupus, apa
bahayanya dan bagaimana gejalanya agar pasien bisa turut berperan aktif dalam
upaya pencegahan penyakit lupus.
Masalah berikutnya adalah belum terpenuhinya kebutuhan pasien lupus dan
keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan
lupus. Dirasakan penting sekali meningkatkan kewaspadaan masyarakat tentang
dampak buruk penyakit lupus terhadap kesehatan. Masalah lupus tidak hanya
berdampak buruk pada kesehatan pasien, namun juga mempunyai dampak
psikologi dan sosial yang cukup berat untuk pasien maupun keluarganya. Dalam
hal ini peran sarjana kesehatan masyarakat selaku tenaga kesehatan yang
berorientasi pada upaya preventif dan promotif sangat diperlukan. Masyarakat
harus secara intensif diberi penyuluhan tentang apa itu lupus, gejala yang
ditimbulkan, dampak yang ditimbulkan,serta bagaimana cara pencegahannya.
Kebersiahan dan kesehatan lingkungan juga harus diperhatikan karena, seperti
yang telah dijelaskan dalam subbab “penyebab” bahwa faktor yang diduga
menyebabkan lupus ada berberapa macam diantaranya faktor lingkungan.
Masalah lain adalah kurangnya prioritas di bidang penelitian medik untuk
menemukan obat-obat penyakit lupus yang baru, yang aman dan efektif,
dibandingkan dengan penelitian penyakit-penyakit lain, yang sebanding besaran
masalahnya. Upaya preventif yang harus dilakukan adalah berusaha
mengembangkan penelitian-penelitian mengenai penyakit lupus mengingat
bahaya dan dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh penyakit ini.

8
Hal yang harus dilakukan penderita lupus (odipus) agar penyakit lupusnya
tidak kambuh adalah :
1. Menghindari stress
2. Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari
3. mengurangi beban kerja yang berlebihan
4. menghindari pemakaian obat tertentu.
Odipus dapat memeriksakaan diri pada dokter-dokter pemerhati penyakit ini,
dokter spesialis penyakit dalam konsultasi hematologi, rheumatology, ginjal,
hipertensi, alergi imunologi, jika lupus dapat tertanggulangi, berobat dengan
teratur, minum obat teratur yang di berikan oleh dokter (yang biasanya diminum
seumur hidup), odipus akan dapat hidup layaknya orang normal, (Anonim, 2009).
Dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan, mengingat keluarga adalah orang
yang paling dekat dan yang selalu berinteraksi dengan odipus. Dukungan (social
support) dalam teori ilmu psikologi merupakan salah satu media bertahan dari
stress (coping stress) yang mampu memberi pengaruh besar.

2.5 Pengobatan
Pengobatan Lupus tergantung dari tipe Lupus, berat ringannya Lupus, Organ
tubuh yang terkena, komplikasi yang ada. Tujuan pengobatan Lupus adalah
mengurangi peradangan pada jaringan tubuh yang terkena dan menekan
ketidaknormalan sistem kekebalan tubuh. Pada pengobatan Lupus digunakan dua
kategori obat :
1. Kortikosteroid. Golongan ini berfungsi untuk mencegah peradangan dan
merupakan pengatur kekebalan tubuh. Bentuknya bisa salep, krem, pil
atau cairan. Untuk Lupus ringan, digunakan dalam bentuk tablet dosis
rendah. Jika kondisi sudah berat, digunakan kortikosteroid bentuk tablet
atau suntikan dosis tinggi. Bila kondisi teratasi maka penggunaan dosis
diturunkan hingga dosis terendah untuk mencegah kambuhnya penyakit.
2. Nonkortikosteroid. Kegunaan obat ini adalah untuk mengatasi keluhan
nyeri dan bengkak pada sendi dan otot, (Stephanie, 2007).
Kongres Internasional Lupus di New York melaporkan beberapa obat baru
untuk lupus. Salah satu obat baru adalah LymphoStat-B, bekerja menghambat
protein yang menstimulasi limfosit B (BLyS= B lymphocyte stimulator). Limfosit

9
B adalah sel yang berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi,
antibodi yang salah arah pada pasien lupus.LymphoStat-B termasuk obat
golongan antibodi monoklonal, yang mengenal secara khusus aktivitas biologis
protein BLyS yang menstimulasi limfosit B , kemudian menghambat aktivitas
protein tersebut sehingga limfosit B tidak bisa berkembang menjadi sel plasma
yang memproduksi antibodi. Berkurangnya produksi antibodi menyebabkan
aktivitas penyakit lupus mudah dikontrol.
Obat baru ini telah mendapat persetujuan FDA, melalui jalur cepat, karena
dianggap amat potensial sebagai obat penyakit SLE. Uji klinik telah membuktikan
manfaat dan keamanan obat ini untuk mengobati penyakit lupus. Aktivitas
penyakit lupus menurun. Obat tersebut juga memulihkan aktivitas auto imun
kembali ke normal. Pada uji klinik tersebut juga dijumpai pengurangan jumlah
limfosit B sebesar 12 persen-40 persen serta pengurangan kadar anti-dsDNA
(double-stranded DNA); anti-dsDNA adalah salah satu kriteria penting untuk
penyakit lupus. Obat lain yang serupa LymphoStat B yang dilaporkan hasil uji
kliniknya adalah rituximab (antilimfosit B) dan infliximab, yang mempunyai
aktivitas anti-TNF (Tumor Necrosing Factor).
Peneliti lain melaporkan dehydroepiandrosterone (DHEA) dapat mengurangi
keperluan dosis prednisone untuk pasien lupus. Khusus untuk pasien lupus dengan
gangguan di ginjal (lupus nefritis), setelah mendapat obat siklofosfamid, sekarang
ada 2 pilihan untuk obat pemeliharaan (maintenance), yaitu azatioprin atau
mycophenolate mofetil yang ternyata hasilnya lebih baik dibandingkan dengan
siklofosfamid. Masih dalam penelitian awal adalah pengobatan lupus dengan
cangkok sumsum tulang, yang hasilnya cukup memberi harapan, (Djoerban,
2002).

2.6 Etika Keperawatan


Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada
metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku
manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik
adalah suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu
mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan
standar perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).

10
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari
martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi.
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.
Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang
merupakan “standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila
seseorang menjadi anggota masyarakat di mana ia tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta
menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu
bentuk perbuatan yang nyata.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit lupus adalah penyakit inflamasi kronik yang diperantarai oleh sistem
imun, dimana seharusnya sistem ini melindungi tubuh dari berbagai penyakit
justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri atau, penyakit lupus adalah
penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing
(terjadi autoinfeksi). Penyakit Lupus terjadi akibat produksi antibodi berlebihan.
Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti
jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru,
lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh
darah dan sel-sel darah tiga jenis lupus, yaitu Lupus Eritematosus Sistemik (LES),
Lupus Diskoid dan Lupus Obat

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Apa Itu Lupus?? http://DokterSehat.com . Diakses tanggal 30 Mei


2009
Anonim. 2009. Lupus. http://nusaindah.tripoid.com . Diakses tanggal 30 Mei 2009
Djoerban, Zubairi. 2002. Kemajuan Pengobatan Penyakit Lupus.
http://www.kompas.com. Diakses tanggal 30 Mei 2009
Anonim. 2009. Lupus Eritematosus Sistemik.http://www.wikipediaIndonesia.co.id
Diakses tanggal 30 Mei 2009
Aulawi, Dede Farhan. 2008. Mengenal Penyakit Lupus.
http://www.panduankesehatan.com . Diakses tanggal 30 Mei 2009
Kusnandari, Mifa Putri. 2008. Gejala Penyakit Lupus.
http://melilea021.blogspot.com . Diakses tanggal 30 Mei 2009
Stephanie. 2007. Kemana Harus Berobat dan Bagaimana Pengobatan Lupus?
http://stelicia.blogspot.co.id . Diakses tanggal 30 Mei 2009

13
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….1

1.2 Latar Belakang..............................................................................................1

1.3 Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...3

2.1 Pengertian......................................................................................................3

2.2 Gejala-Gejala................................................................................................4

2.3 Penyebab.......................................................................................................6

2.4 Pencegahan....................................................................................................7

2.5 Pengobatan....................................................................................................9

2.6 Etika Keperawatan....................................................................................100

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….12

3.1 Kesimpulan.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..13

14

Anda mungkin juga menyukai