Kesehatan Reproduksi Kia Fix
Kesehatan Reproduksi Kia Fix
Disusun Oleh:
Tingkat : II B
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat illahi rabbi yang
telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang menjadi
kewajiban kami yang telah diberikan bapak/ibu dosen dengan baik.
Makalah ini disusun secara sistematis mengenai uraian singkat tentang
“Kesehatan Reproduksi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Mata kuliah
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Kami berharap makalah ini berguna di saat ini, esok, atau di masa mendatang bagi
pembelajaran kita semua. Kemudian dapat menambah wawasan atau ilmu pengetahuan
bagi para pembaca dan menggunakannya secara baik dan benar sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang ada.
Pada akhirnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
maupun informasi yang kami kemukakan. Hal ini telah menjadi pertimbangan kami
sebelumnya. Kami mengharapkan kritik dan saran bapak/ ibu dosen agar kami dapat
memperbaiki kesalahan yang kami perbuat.
Kelompok
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………............................ 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………… 3
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………. 5
B. Tujuan………………………………………………………………………………….. 6
C. Metode Penulisan………………………………………………………………………. 6
D. Sistematika Penulisan………………………………………………………………….. 7
BAB II
TINJAUAN TEORI……………………………………………………………………………. 8
A. Definisi…………………………………………………………………………………. 8
B. Tujuan Kespro………………………………………………………………………….. 9
C. Factor Yang Mempengaruhi Kespro…………………………………………………… 9
D. Hak – hak Kespro……………………………………………………………………… 10
E. Layanan Kespro………………………………………………………………………. 12
F. Penyediaan Layanan Kespro Terpadu…………………………………………………. 14
G. Penanggulangan PMS………………………………………………………………….. 14
H. Paket Layanan Kespro…………………………………………………………………. 15
I. Masalah Yang Berkaitan Dengan Kespro……………………………………………… 15
J. Konsep Remaja dan Kespro Remaja 17
BAB III
PENUTUP……..……………………………………………………………………................ 23
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….. 23
B. Saran…………………………………………………………………………………… 23
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan modernisasi ini telah terjadi perubahan dan kemajuan
disegala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan,
dimana masyarakat dituntut untuk selalu menjaga kebersihan fisik dan organ atau alat
tubuh. Salah satu organ tubuh yang penting serta sensitif dan memerlukan perawatan
khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor
penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Apabila alat reproduksi tidak dijaga
kebersihannya maka akan menyebabkan infeksi, yang pada akhirnya dapat menimbulkan
penyakit (Harahap, 2003)
Pada diri seorang wanita di masa reproduksi biasanya mengalami beberapa gejala
psikologik yang negative atau gelaja fisik. Sifat gejalanya bervariasi dan cenderung
memburuk ketika saat-saat menjelang dan selama terjadinya proses perdarahan haid pada
tubuhnya. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada siklus haidnya dan intensitasnya tidak
sama. Beberapa waita ada juga yang mengalami gejala alam perasaan dan fisiknya berat,
salah satunya adalah menyebabkan terjadinya keputihan (Harahap, 2003)
Di Indonesia sendiri jumlah wanita yang mengalami keputihan ini sangat besar,
yaitu sebanyak 70% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan paling tidak satu kali
dalam hidupnya, hal ini berkaitan erat dengan kondisi cuaca lembab yang mempermudah
wanita Indonesia mengalami keputihan, dimana cuaca lembab berkembangnya infeksi
jamur (Depkes, 2004).
4
Tindakan yang dapat dilakukan pada Kesehatan Reproduksi adalah memberikan
edukasi tentang Kesehatan Reproduksi. Perawat memiliki peran penting dalam pemberian
Asuhan Keperawatan yang tepat. Berdasarkan makalah tersebut, kami sebagai mahasiswa
keperawatan tertarik untuk menulis makalah dengan judul “Kesehatan Reproduksi”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah Penulis mampu menerapkan Kesehatan
Reproduksi.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi dari Kesehatan Reproduksi
b. Mahasiswa mampu mengetahui Tujuan Kesehatan Reproduksi
c. Mahasiswa mampu mengetahui Faktor–Faktor yang mempengaruhi Kesehatan
Reproduksi
d. Mahasiswa mampu mengetahui Hak-Hak Reproduksi
e. Mahasiswa mampu mengetahui Layanan Kesehatan Reproduksi
f. Mahasiswa mampu mengetahui Penyediaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu
g. Mahasiswa mampu mengetahui Penanggulangan Penyakit Menular Seksual
h. Mahasiswa mampu mengetahui Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi
i. Mahasiswa mampu mengetahui Masalah Yang Berkaitan Dengan Kesehatan
Reproduksi.
j. Mahasiswa mampu mengetahui Konsep Remaja dan Kesehatan Reproduksi
Remaja.
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan metode deskripsi
yang berfokuskan pada studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu metode
pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi
dari buku maupun dari media informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan
Kesehatan Reproduksi.
5
D. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan terdiri dari :
Bab I Pendahuluan
Terdiri dari Latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teori
Terdiri dari definisi, tujuan kespro, factor yang mempengaruhi kespro, hak-hak kespro,
layanan kespro, penyediaan layanan kespro, penanggulangan PMS, paket pelayanan
kespro dan masalah yang berkaitan dengan kespro.
Bab III Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan saran
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial secara utuh
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan
system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan social
dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan
dengan system reproduksi dan fungsi serta proses (ICPD, 1994).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang
layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat
dan lingkungan (BKKBN,1996).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat
reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan
serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan
selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (IBG. Manuaba, 1998).
Dengan demikian kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap orang dapat menikati
kehidupan seks yang aman dan menyenangkan, memiliki kemampuan bereprodksi memiliki
kebebasan meetapkan kapan dan seberapa sering ingin bereproduksi. Sedangkan prasat
bahwa seseorang dikatakan memiliki fungsi reproduksi yang baik adalah tidak adanya
kelainan anatomis dn fisiologis pada organ reproduksi baik pada perempuan maupun laki –
laki, dan fungsi kelenjar endokrin yang baik.
7
B. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi yang menjamin
setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang bermutu, aman dan
dapat dipertanggung jawabkan, dimana peraturan ini juga menjamin kesehatan perempuan
dalam usia reproduksi sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat, berkualitas yang
nantinya berdampak pada penurunan Angka Kematian Ibu. Didalam memberikan pelayanan
Kesehatan Reproduksi ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan utama dan tujuan
khusus.
1. Tujuan utama :
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada
perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga
dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas
kehidupannya.
2. Tujuan khusus :
a) Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya.
b) Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan
hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c) Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku
seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-
anaknya.
8
proses reproduksi, usia pertama melakukan hubungan seksual, usia pertama menikah,
usia pertama hamil.
2. Faktor Budaya dan Lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki,
informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena
saling berlawanan satu dengan yang lain, pandangan agama, status perempuan,
ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan cara bersosialisasi, persepsi
masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung jawab reproduksi individu, serta
dukungan atau komitmen politik.
3. Faktor Psikologis
Faktor biologis mencakup rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman
sebaya (“peer pressure“), tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan dampak
adanya keretakan orang tua dan remaja, depresi karena ketidak seimbangan hormonal,
rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasan secara materi.
4. Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau cacat
sejaklahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan gizi
buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya keganasan pada alat reproduksi.
9
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan
dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual.
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi.
9. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan
kehidupan reproduksinya.
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan
kehidupan reproduksi.
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
denngan kesehatan reprosuksi.
Menurut Piagam IPPF/PKBI tentang hak – hak reproduksi dan seksual adalah :
1. Hak untuk hidup.
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan.
3. Hak atas kesehatan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi.
4. Hak privasi.
5. Hak kebebasan berfikir.
6. Hak atas informasi dan edukasi.
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan merencanakan
sebuah keluarga.
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak.
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan.
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan.
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik.
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan.
10
Menurut BKKBN (2000), kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk mewujudkan
pemenuhan hak – hak reproduksi (Widyastuti, 2009) :
1. Promosi hak – hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisis perundang – undangan, peraturan, dan
kebijakan saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak – hak
reproduksi dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya masyarakat.
2. Advokasi hak – hak reproduksi
Advokasi dimaksudkan agar mendapat dukungan komitmen dari para tokoh
politik tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM/LSOM, dan swasta.
3. KIE hak – hak reproduksi
Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak – hak reproduksi
sehingga dapat bersama – sama mewujudkannya.
4. Sistem pelayanan hak – hak reproduksi
11
Hal yang baru dan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan PKRT adalah
pelaksanaan paradigma baru, yaitu :
1. Mengutamakan kepen ngan klien dengan memperha kan hak reproduksi, keadilan dan
kesetaraan gender.
2. Menggunakan pendekatan siklus hidup dalam menangani masalah kesehatan
reproduksi. Pendekatan ini berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan
kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase
kehidupan tersebut. Dalam pendekatan siklus hidup, dikenal 5 (lima) tahap, yaitu :
a) Konsepsi
b) Bayi dan anak
c) Remaja
d) Usia subur
e) Usia lanjut
3. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan reproduksi secara proaktif.
4. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pelayanan kesehatan reproduksi
yang berkualitas.
12
pelayanan antar komponen kesehatan reproduksi yang diberikan dapat dilakukan
oleh 1 (satu) orang, tetapi bisa juga dilakukan oleh beberapa orang, namun harus
pada 1 (satu) institusi. Pelayanan dilaksanakan secara terpadu dalam 1 (satu) tempat
yang sama dan dalam 1 (satu) hari, yang dikenal dengan “One Stop Services”
(Sekali Datang Semua Pelayanan Diperoleh). Pelayanan komponen program
kesehatan reproduksi yang akan diterpadukan harus dapat diberikan setiap hari
kerja.
3. Fleksibel
Untuk pelayanan yang memerlukan rujukan ke jenjang yang lebih nggi, termasuk
pelayanan konseling, bisa dilakukan pada waktu atau fasilitas lain dimana
pelayanan yang dibutuhkan tersedia. Rujukan ini harus dipantau untuk memas kan
klien mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan.
13
Pencegahan lain yang bisa dilakukan antara lain :
1. Tidak melakukan hubungan seksual, tidak berganti – ganti pasangan, menggunakan
kondom setiap berhubungan seksual.
2. Menghindari transfuse darah dengan donor yang tidak jelas asal – usulnya.
3. Kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non – medis yang steril.
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian
perempuan yang berkaitan dengan kehamilan. Termasuk di dalamnya juga masalah gizi
dan anemia di kalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah
kemandulan dan ketidaksuburan. Adanya peranan atau kendali sosial budaya terhadap
masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan
dan kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil.
14
2) Gender dan Seksualitas
Faktor yang menjadi masalah dalam hal ini adalah pembunuhan bayi, pengguguran
kandungan terutama yang dilakukan secara tidak aman termasuk dampak kehamilan yang
tidak diinginkan terhadao kesehatan perempuan dan keluarga.
Permasalahan yang menjadi sorotan dalam hal ini adalah kecenderungan penggunaan
kekerasan secara sengaja kepada perempuan, pemerkosaan, serta dampaknya terhadap
korban, norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai
tindak kekerasan terhadap perempuan, sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan
terhadap pelacur serta berbagai langkah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Faktor-faktor yang menjadi masalah adalah masalah penyakit menular seksual yang lama
(seperti sifilis dan gonorhea), masalah penyakit menular seksual yang relatif baru (seperti
chlamydia dan herpes. Selain itu, masalah HIV/AIDS). Selain itu, dampak sosial dan
ekonomi dari penyakit menular seksual (PMS) serta kebijakan dan program pemerintah
dalam mengatasi masalah tersebut (termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi
pelacur/pekerja seks komersial), juga sikap masyarakat terhadap penyakit menular
seksual.
15
6) Pelacuran
Faktor-faktor yang menjadi masalah dalam hal ini mencakup demografi pekerja seksual
komersial atau pelacuran, faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat
terhadapnya, serta dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu
sendiri maupun bagi konsumennya dan keluarganya.
7) Teknologi
Faktor-faktor yang berkaitan pada masalah ini misalnya teknologi reproduksi dengan
bantuan (iseminasi buatan dan bayi tabung), pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin
(gender fetal screening), penapisan genetik (genetic screening), keterjangkauan dan
kesamaan kesempatan serta etika dan hukum yang berkaitan dengan masalah teknologi
reproduksi ini.
17
b. Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan
belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal
dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan
bilamana jantung sudah matang.
c. Sistem Pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas
tahun ; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun
kemudian.
d. Sistem Endokrin
Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak
seimbangan sementara dari seluruh system endokrin pada masa awal puber.
Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum
mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa
dewasa.
e. Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun.
Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang
sampai tulang mencapai ukuran yang matang.
f. Perubahan kejiwaan
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lambat yang meliputi:
a) Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi : sensitif (mudah menangis,
cemas, frustasi dan tertawa), Agresif dan mudah bereaksi terhadap
rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.
b) Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi: Mampu berpikir
abstrak, senang memberikan kritik, ingin mengetahui hal-hal baru,
sehingga muncul prilaku ingin mencoba- coba, prilaku ini jika didorong
oleh rangsangan sesual dapat membawa remaja masuk pada hubungan
seks pranikah dengan segala akibatnya, antara lain akibat kematangan
organ seks maka dapat terjadi kehamilan remaja putri diluar nikah, upaya
abortus dan penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS. Prilaku
18
ingin mencoba-coba juga dapat mengakibatkan remaja mengalami
ketergantungan NAPZA (Narkotik, psikotropik dan zat adiktif lainnya,
termasuk rokok dan alkohol).
3. Ciri-ciri remaja
Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelumnya.Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1990), antara lain :
1) Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang
dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang
bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2) Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak
kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak
jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan
dirinya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan
tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-
nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha
untuk menjelaskan siapa dirinya dan apaperanannya dalam masyarakat.
5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian
karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang
membuat banyak orang tua menjadi takut.
6) Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang
kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan
orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih
dalam cita-cita.
19
didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu
dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat
dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan
citra yang mereka inginkan. Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis
pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat
menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
g) Hak-hak reproduksi
20
h) Manakala tubuh juga mengalami transisi, maka pada masa seperti ini, remaja
sangat perlu untuk benar-benar memperhatikan kondisi tubuh terutama organ
reproduksi yang banyak berkembang dalam fase ini.
i) Anak-anak perempuan yang dulu hanya peduli untuk membersihkan organ
kewanitaannya begitu saja tanpa ada permasalahan yang lain, pada masa remaja
dan pubertas, organ kewanitaan anak gadis mulai mengalami perubahan.
j) Tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar organ intim juga perlu diperhatikan
sehingga kebersihanpun tetap terjaga, terutama setelah buang air kecil maupun
buang air besar. Cara mencuci pun harus perlu diperhatikan dimana arah yang
sesuai (menjauhi arah kemaluan) lebih disarankan agar bakteri dan kotoran tidak
kembali bersarang.
k) Organ kewanitaan dijaga kebersihannya terutama bagi yang tinggal di negara
tropis semcam Indonesia. Produksi keringat membuat daerah tersebut lembab dan
merupakan kondisi yang tepat untuk tumbuhnya jamur. Selain itu darah haid dan
perubahan hormon juga dapat merubah ekosistem organ kewanitaan.
l) Bekal pengetahuan seperti ini sangat mendasar dan penting yang nantinya akan
sangat berpengaruh pada perkembangan organ kewanitaan pada remaja putri.
m) Kebersihan organ reproduksi juga harus diperhatikan oleh remaja pria. Beberapa
remaja pria tidak harus mengalami pemotongan kulit pembungkus penis pada
masa kanak-kanak yang sering dikenal dengan sunatan, remaja pria yang
memiliki organ intim seperti ini harus tetap rajin membersihan organ intimnya
dengan membersihkan daerah di dalam lipatan kulit tersebut, karena apabila
bagian di dalam lipatan kulit tidak dibersihkan, potensi untuk tumbuhnya jamur
dan hidupnya bakteri-bakteri lain akan sangat besar.
n) Seringkali karena terburu-buru, para remaja pria juga tidak memperhatikan
keadaan sekitar saat mereka beraktivitas. Padahal apabila salah sedikit saja dan
organ intim mereka terantuk, terjepit resleting ataupun terkena benda lain dengan
cukup keras, organ intim tersebut dapat mengalami cedera, pembengkakan yang
akan dapat berakibat fatal dikemudian hari bahkan sampai disfungsi ereksi.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial secara utuh
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan
system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO). Adapun factor – factor yang
mempengaruhi kespro seperti factor demografi, factor budaya dan lingkungan, factor
psikologi, dan factor biologis. Hak reproduksi adalah hak – hak dasar setiap pasangan
maupun individu untuk secara bebas dan bertanggung jawab memutuskan jumlah, jarak
kelahiran, dan waktu untuk memiliki anak dan mendapatkan informasi serta cara
melakukannya termasuk hal untuk mendapatkan standar tinggi kesehatan reproduksi dan
juga kesehatan seksual.
Konsep pelayanan kesehatan reproduksi terpadu dibagi dua yaitu Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Esensial (PKRE) didalamnya terdapat komponen seperti kesehatan ibu dan
anak, kespro pada remaja dan IMS dan Pelayan Kesehatan Reproduksi Komprehensif
(PKRK). Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual (PMS) secara
prinsip ada dua, yaitu : Memutuskan rantai penularan infeksi PMS dan Mencegah
berkembangnya PMS serta komplikasi – komplikasinya.
Pencegahan lain yang bisa dilakukan antara lain : Tidak melakukan hubungan seksual,
tidak berganti – ganti pasangan, menggunakan kondom setiap berhubungan seksual,
menghindari transfuse darah dengan donor yang tidak jelas asal – usulnya, kebiasaan
menggunakan alat kedokteran maupun non – medis yang steril.
B. Saran
Penulisan menyadari bahwa malakah ini masih jauh dari kata sempurna, ke depannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, T. (2010). Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
23