Anda di halaman 1dari 42

TUGAS 1

TEKNIK TEROWONGAN

Oleh :
Dhimas Setiawan (201663004)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
SORONG
2020
1.1 Jenis Jenis Terowongan
Tujuan umum dibuatnya sebuah terowongan adalah untuk menjamin transportasi
langsung dari barang atau penumpang atau material lainnya menembus rintangan alam dan
aktifitas manusia. Terowongan dibuat menembus gunung, di bawah sungai, laut, pemukiman,
gedung- gedung atau jalan raya. Berguna untuk sarana tranportasi, hidro power, jaringan
listrik, gas, saluran pembuangan dan lain-lain.

A. Klasifikasi Terowongan berdasarkan Fungsinya


1) Terowongan Lalu Lintas (Traffic)
Beberapa penggunaan terowongan untuk lalu-lintas diantaranya :
• Terowongan Kereta api
• Terowongan jalan raya
• Terowongan navigasi
• Terowongan tambang

2) Terowongan Angkutan
• Terowongan pembangkit Tenaga Listrik (Hidro Power)
• Terowongan Water Supply
• Terowongan Sewerage water
• Terowongan untuk utilitas umum
Terowongan yang dimaksud di sini adalah sebuah struktur bawah tanah sehingga dalam
pelaksanaannya harus dilaksanakan tanpa boleh mengganggu aktifitas/ kondisi di permukaan
tanah atau dapat pula dilakukan secara gali dan timbun (cut and cover).

B. Klasifikasi Terowongan berdasar Cara Pelaksanaannya


1) Micro Tunnel
Penggunaannya mayoritas untuk penempatan jalur pipa, kabel, dan jaringan air. Ukuran
dari terowongan ini berkisar antara 60 cm s/d 100 cm dan dikerjakan secara modern dengan
cara otomatis dengan peralatan robot.

2) Terowongan Dongkrak (Jacking)


Teknik pelaksanaan ini dipilih sebagai alternative karena pengggalian biasa terlalu mahal
karena panjang yang terbatas, misalnya pembuatan underpass dan sejenisnya. Secara umum
pelaksanaannya dilakukan dengan mendongkrak secara horizontal sebuah segmen beton
precast atau baja memotong tanah dan membuang keluar secara manual bagian volume tanah
yang terpotong segmen yang didongkrak tersebut.

3) Terowongan Batuan (Rock)


Terowongan ini dibuat menembus batuan masif yang relative keras dan dapat dilakukan
langsung dengan metode penggalian menggunakan peralatan manual, mekanis maupun
blasting. Masalah yang mungkin dihadapai adalah yang berkaitan dengan air tanah, dan
struktur penopang pada zona patahan.

4) Terowongan melalui tanah lunak (soft ground)


Termasuk dalam kategoro ini adalah terowongan yang di buat melalui tanah lempung,
pasir dan batuan lunak (soft rock). Karena mudah runtuh maka untuk pelaksanaan penggalian
digunakan pelindung (shield). Sedangkan lining tunnel harus segera dipasang bersamaan
dengan kemajuan gerakan Tunnel Boring Machine (TBM).

5) Terowongan Gali dan Timbun (Cut and Cover)


Terowongan ini dilaksanakan dengan menggali sebuah alur yang cukup sampai
kedalaman yang diinginkan, kemudian pengecoran lining tunnel atau pemesangan lining
precast dan melakukan penimbunan kembali (covering). Metode ini cocok dilaksanakan jika
tersedia areal yang cukup, tidak mengganggu aktifitas dipermukaan dan letak jalur
terowongan cukup dekat dengan permukaan.

6) Terowongan Bawah air (Underwater)


Terowongan ini biasanya melewati jalur batuan atau tanah lunak. Hal yang membedakan
dengan terowongan tanah lunak adalah adanya tekanan air yang sangat tingggi, sehingga
diperlukan metode untuk membuat terowongan menjadi kedap air. Salah satu metodenya
yaitu dengan membuat trench di dasar sungai atau laut lalu menempatkan precast tube lining
dan menerapkan teknik sambungan kedap air.

C. Terowongan Sipil dan Terowongan Tambang


Perbedaan mendasar antara terowongan Sipil dan terowongan tambang adalah sebagai
berikut :
1) Kebanyakan terowongan Sipil adalah permanen, sedangkan terowongan tambang
kebanyakan bersifat sementara (temporary). Beberapa terowongan tambang ada yang
dirancang untuk dapat digunakan beberapa puluh tahun.

2) Terowongan Sipil digunakan untuk melayani kepentingan umum (transportasi, dll)


sedangkan terowongan tambang digunakan untuk kepentingan khusus (pekerja atau
aktifitas tambang).

3) Panjang terowongan tambang biasanya cukup besar karena digunakan untuk terowongan
produksi tambang sedangkan terowongan Sipil kebanyakan dibuat sependek mungkin
dan dilaksanakan dengan standart yang sangat ketat.

4) Jalur di mana terowongan tambang dibuat umumnya secara geologi telah diketahui cukup
rinci karena adanya survey yang mendalam bersamaan dengan penyelidikan potensi
material tambangnya. Sedangkan terowongan Sipil biasanya dibangun pada lokasi yang
baru sehingga memerlukan penyelidikan geoteknik yang baru dan terperinci.

5) Kegiatan penambangan merupakan proses dinamis sehingga dapat mengakibatkan


perubahan kondisi (rock reinforcement).

6) Biaya penyelidikan terowongan Sipil jauh lebih besar karena tuntutan masalah keamanan.

1.2 Pemilihan Lintasan Terowongan


Lintasan terowongan yang akan dibangun, harus dipilih berdasarkan pertimbangan teknis,
ekonomis, dan kondisi sosial. Terowongan harus dibangun untuk memperoleh derajat keamanan
yang tinggi dan ekonomis, tidak bertabrakan dengan fasilitas lain ataupun daerah padat
penduduk. Pedoman pemilihan lintasan sebagai berikut.
1. Lintasan di daerah yang cocok topografi dan kondisi geologinya, sehingga
pembangunannya berlangsung aman dan struktur setelah selesai juga mantap.
2. Jika biaya pembangunan terowongan per unit panjang jauh lebih mahal daripada saluran
terbuka, maka harus dipilih lintasan terpendek dengan melihat faktor-faktor topografi dan
kondisi geologi.
3. Lintasan dipilih berdasarkan pertimbangan hasil investigasi : topografi (misal ketebalan
overburden), geologis, adanya fasilitas lain dan kemungkinan kompensasi jika terjadi
amblesan (subsidence), synthetical study dari beberapa lintasan alternatif.
4. Lintasan harus dipilih berdasarkan ketebalan minimum overburden, untuk menghindari
efek beban mati (dead load).
5. Jika terowongan dibangun dekat jalan raya atau fasilitas umum lain, maka lokasi
terowongan harus berjarak kira-kira 5-10 kali diameter penampang terowongan (prinsip area
of influence.

1.3 Tebal Minimum Overburden


Tebal minimum overburden diukur dari permukaan tanah sampai puncak atap (crown)
terowongan. Jika ketebalan minimum overburden ini tidak dipenuhi, maka terowongan akan
mendapat beban mati dari lapisan di atasnya. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan karena
batuan di atas terowongan tidak dapat menyangga dirinya sendiri. Nilai baku ketebalan minimum
overburden berdasarkan jenis penyangga yang digunakan.

1.4 Penampang Melintang Terowongan


Ukuran penampang melintang suatu terowongan harus ditentukan berdasarkan pertimbangan
ekonomis, kondisi konstruksi, dan prinsip hidrolika (untuk terowongan air). Dalam hal bentuk-
bentuk penampang (lihat gambar 1), selalu disarankan bentuk bulat (ingat : distribusi tegangan).
Karakteristik penampang terowongan dapat ditinjau dari :
1. Aspek hidrolika : Pada penampang yang konstan, penampang bulat dengan panjang
perimeter minimum adalah yang paling baik, sebab penampang yang tidak bulat akan
memperkecil discharge ratio.
2. Aspek batuan dasar, struktur dan mekanika : Jika batuan dasar keras dan tidak perlu
penyangga maka dari segi teori elatisitas yang terbaik adalah bentuk bulat.
3. Tipe lining dalam struktur dan mekanika :
 Jika tekanan hidrostatik besar atau tekanan batuan (earth pressure) yang dicirikan oleh
tekanan hidrostatik seperti swelling earth pressure yang bekerja pada penampang terowongan,
maka tipe penampang bulat dan tapal kuda adalah yang terbaik.
 Penampang bulat dapat menahan tegangan seragam meskipun arah dan besar tekanan
yang bekerja berbeda. Jika tegangan vertikal dan horisontal terdistribusi tidak merata,
penampang bulat dapat menahannya dan membagi merata ke permukaan dinding.
 Tekanan luar yang diberikan pada penampang bulat bekerja hampir menyerupai gaya
aksial. Oleh karena itu momen lengkung (bending moment) tak terjadi.
Untuk terowongan dengan diameter dalam lebih dari 3,5 m dinding-dindingnya tidak boleh
vertikal tetapi harus miring ke arah invert. Pada terowongan dengan penampang sangat kecil
(inside diameter < 2,0 m), dinding-dinding samping dari invert harus dibuat garis lurus. Invert
dan dinding bertemu tegak lurus untuk memudahkan pengangkutan galian dan pemasangan
concrete. Petunjuk untuk menentukan bentuk penampang terowongan dapat diringkas sebagai
berikut:
1. Pressure tunnel : Penampang dalamnya secara prinsip harus berbentuk bulat. Bentuk tapal
kuda standar dapat dipilih jika penggalian bentuk bulat mengalami kesulitan dan jika interval
water pressure head < 10 m.
2. Jika lining dibuat dengan Tunnel Boring Machine (TBM), atau shield work method, atau
monolithic stell form bentuk penampang harus bulat (lihat gambar 1).
3. Non-pressure tunnel, dengan diameter > 2 m, bentuk penampangnya ialah tapal kuda
standar (lihat gambar 1).
4. Jika tebal overburden asli cukup tebal, lapisan batuan keras, dan tidak terjadi failure,
disarankan bentuk tipe tapal kuda 4r (lihat gambar 1).

Dasar pertimbangan dan


pembuatan model terowongan adalah :
1. Geometri terowongan
2. Karakteristik geomekanik dari batuan
3. Kondisi pembebanan

1.5 Geometri Terowongan


Hal yang perlu diperhatikan dalam dalam geometri terowongan adalah:
1.Geometri model
2. Geometri daerah penyelidikan
3. Batas model
4.Kesimetrian
5.Jaringan elemen model
Geometri terowongan yang semula 3 dimensi dimodelkan dalam 2 dimensi dengan hipotesa
regangan bidang (plane strain). Selanjutnya mengenai geometri daerah penyelidikan, baik batas
pengaruh penggalian maupun batas material perlu ditentukan.
Batas model untuk terowongan biasanya ditentukan berdasarkan daerah penggalian. Secara
empiris jari-jari batas model ialah 20d dimana d ialah diameter terowongan. Sedangkan menurut
(Braded an Brown, 1985) menyatakan bahwa jari-jari yang berpengaruh adalah 6d.
Dengan mengambil kondisi batas sebesar 20d terowongan maka nodal-nodal-nodal pada batas
model statika dianggap tetap, yaitu tidak dapat bergerak baik ke arah sumbu mendatar (x) dan ke
arah sumbu tegak (y)
Untuk membatasi ukuran model, dapat dilakukan anggapan sumbu simetri. Jadi yang
dimodelkan cukup setengah saja. Pembuatan jaring elemen, pada prinsipnya semakin kecil
semakin baik. Elemen dapat berbentuk segiempat atau segitiga.

A. Karakteristik Geomekanik Massa Batuan


Dalam mensimulasikan kondisi terowongan dan memperoleh hasil yang benar, sangat
diperlukan pengetahuan mengenai kondisi geologi dari daerah yang bersangkutan, seperti
litologi, stratigrafi dan struktur geologi.
Data yang diperlukan untk menganalisis terdiri dari dua macam yaitu sifat fisik material dan sifat
mekanis material. Sifat fisik material berupa nilai bobot isi batuan (γ), sedangkan sifat mekanis
batuan mencakup : Modulus Young (E), Poisson’s Ratio (v), kuat tarik, kuat tekan dan sudut
geser dalam. Setiap batuan harus diketahui parameter-parameter tersebut.

B. Pembebanan
Dalam melakukan perhitungan pembebanan biasanya digunakan tegangan awal (σ0) sebagai
tegangan vertikal, yaitu :

H adalah jarak terowongan dari permukaan tanah.


σh adalah tegangan horisontal.

Dalam implementasinya, prosedur pengembangan model meliputi tiga bagian :


1. Pemodelan sistem statika
2. Pemodelan material (karakteristik geomekanik batuan)
3. Pemodelan pembebanan
Ketiga langkah tersebut akan dijadikan sebagai model alternatif dalam analisis dan evaluasi.
 Pemodelan Sistem Statika, yaitu pembuatan suatu model yang menunjukkan kondisi
sistem struktur suatu terowongan, berdasarkan geometri yang telah ditentukan beserta gaya
dalam yang bekerja padanya. Pemodelan sistem statika juga dapat memasukkan
ketidakmenerusan (misalnya zona geser dan kekar), ketidakhomogenan material. Untuk
rekahan dapat dimodelkan sebagai bentuk empat persegi panjang.
 Pemodelan pembebanan, yaitu pembuatan model beban dengan memasukkan semua gaya
yang bekerja pada sistem statika, dengan kondisi batas yang telah ditentukan. Kondisi batas
dapat berupa:
1. Tegangan atau gaya pada batas model. Tegangan dikenakan pada kontur batas model, dan
gaya dikenakan pada titik simpul yang ada pada batas model.
2. Perpindahan pada batas model, dikenakan pada kontur atau titik simpul pada batas model
dengan harga perpindahan konstan.
 Pemodelan Material, yaitu penentuan perilaku material pembentuk struktur yang dalam
hal ini ialah massa batuan. Pemodelan ini berhubungan dengan gaya, respon, sifat fisik dan
mekanik batuan. Karakteristik geomekanik material yang dimasukkan ialah Modulus Young
(E), Poisson’s Ratio (v), bobot isi (γ), kuat tekan (σc), dan kuat tarik (σt). Secara matemati
pemodelan material mencakup bentuk hubungan tegangan-regangan dari batuan. Pembuatan
model-model di atas bersifat iterative dan evolutif sampai diperoleh bentuk model yang
dianggap telah benar dan mewakili kondisi sesungguhnya. Untuk hal itu harus dilakukan
simulasi dengan menggunakan variabel-variabel yang ada. Keluaran dari hasil pemodelan
ialah berupa harga tegangan, regangan, perpindahan dan deformasi.
2.1 klasifikasi penyelidikan terowongan

2.1.1. U M U M
Bagi perancang dan pembuat terowongan, massa batuan atau tanah yang berada di daerah
penggalian terowongan merupakan material kontruksi. Sehingga sangat perlu sekali diketahui
dan dimengerti karakteristik teknik dari massa batuan atau tanah tersebut.
Pekerjaan penyelidikan lapangan yang lengkap selalu dilakukan sebelum pembuatan
terowongan. Pada beberapa proyek pembuatan terowongan, penyelidikan lapangan ini terus
dilakukan hingga pada tahap konstruksi, jika hal ini dapat mendatangkan keuntungan secara
ekonomis bagi pemilik proyek.
Kondisi yang sulit dari massa batuan dan tanah akan menyebabkan persoalan-persoalan
kontruksi yang sulit pula. Oleh karena itu, hal ini harus sudah ditentukan dan diperhitungkan
dalam suatu rancangan.
Penyelidikan lapangan untuk pembuatan terowongan dilakukan untuk membantu dalam
menentukan kelayakan dan keamanan suatu rancangan serta ekonomisnya proyek dalam
pembuatan terowongan tersebut.
Lebih spesifik lagi, tujuan dari dilakukannya penyelidikan lapangan dalam pembuatan
terowongan adalah :
1.      Untuk menentukan karakteristik fisik dari material dimana terowongan tersebut dibuat.
2.      Untuk mendapatkan parameter rancangan dari tanah dan batuan yang spesifik.
3.      Membantu didalam menentukan batas kepastian untuk proyek, dan memberitahukan para
pelaksana akan kondisi-kondisi yang mungkin timbul selama konstruksi, sehingga
memungkin untuk dapat mempersiapkan suatu rancangan yang lebih baik untuk mengatasi
persoalan-persoalan tersebut.
4.      Untuk menghilangkan kondisi-kondisi dari material yang tidak jelas untuk para kontraktor
atau pelaksana pada saat menawar pekerjaan pembuatan terowongan.
5.      Mempersiapkan kondisi rancangan sehingga perubahan kondisi dapat ditentukan secara adil
selama konstruksi.
6.      Untuk meningkatkan keamanan pekerjaan.
7.      Untuk mendapatkan pengalaman bekerja dengan material, yang mana pada saatnya akan
meningkatkan kualitas dari keputusan di lapangan selama pekerjaan tahap konstruksi.

Untuk mencapai tujuan di atas, harus dilakukan program penyelidikan lapangan yang baik dan
lengkap. Adapun program penyelidikan lapangan yang lengkap untuk pembuatan terowongan
adalah :
1.      Studi pustaka dan mempelajari data-data yang ada.
2.      Studi foto udara.
3.      Peninjauan geologi permukaan.
4.      Penyelidikan geofisika.
5.      Pemboran eksplorasi.
6.      Sumur uji, drift, shaft.
7.      Pengujian in-situ
8.      Pengujian laboratorium
9.      Pengujian model skala penuh (Model numerik).
10.  Tahap konstruksi.
11.  Pemantauan dan unjuk laku (performance) sesudah konstruksi.

2.1.2. KLASIFIKASI PENYELIDIKAN LAPANGAN


Penyelidikan lapangan dibagi dalam tiga klasifikasi (tabel 3.1), yaitu penyelidikan
permulaan untuk memperkirakan skala terowngan, penyelidikan terinci untuk membuat
rancangan dan konstruksi, dan penyelidikan selama konstruksi untuk manajemen konstruksi atau
manajemen keselamatan kerja.

Tabel 2.1. Klasifikasi Penyelidikan Lapangan.

Ruang Lingkup
Klasifikasi Perioda Maksud Tempat

Dari Untuk Penyelidikan Disekitar


1.     Penyelidikan permulaan mendapatkan permulaan dan lintasan
      permulaan pemilihan data-data dasar topografi dan permulaan dan
lintasan untuk geologi dari data- tempat-tempat
sampai membandingkan data yang sudah yang ada
menentukan rancangan ada, dan hubungannya.
elevasi yg permulaan dan penyelidikan dari
dikehendaki rancangan objek untuk
untuk studi terinci. kompensasi dan
permulaan hukum yang
dari lintassan. berkaitan.

Dari Untuk Penyelidikan Disekitar


2.     Penyelidikan pemilihan mendapatkan terinci dari lintasan yg di
terinci akhir lintasan data-data dasar topografi, geologi rancang dan
sampai yg diperlukan fasilitas yg ada tempat-tempat
permulaan utk memilih hubungannya yg ada
kontruksi. rancangan dengan hubungannya.
dari lintasan, konstruksi, objek
rancangan utk kompensasi
terinci, jadwal dan hukum yg
konstruksi dan berkaitan.
perkiraan biaya.

Selama Untuk Penyelidikan Drift dan daerah


3.     Penyelidikan konstruksi memperkira-kan geologi di dalam dimana ada
selama persoalan- drift dan disekitar pengaruh
konstruksi persoalan yg terowongan kontruksi.
timbul selama karena adanya
konstruksi dan pengaruh
mendapatkan penggalian,
data-data dasar bocoran/rembesa
utk management n air, tekanan dan
konstruksi, gas.
management
keselamatan
kerja,
kompensasi, dll.

2.2 pekerjaan pengukuran terowongan


Pada dasar pembuatan tunnel dapat dilaksanakan dengan berbagai cara tergantung dari
kondisi setempatnya terutama batuan dan lain-lain. Salah satu cara pembuatan tunnel yang
terbaru telah ditemukan di Austria dan dikenal dengan nama N.A.T.M (New Austrian Tunneling
Methode).

1. Sekilas tentang NATM Method


New Austrian Tunneling Methode adalah suatu system pembuatan tunnel dengan
menggunakan shotcrete ( beton yang disemprotkan dengan tekanan tinggi) dan rock bolt
sebagai penyangga sementara tunnel sebelum diberi lapisan concrete (lining Concrete).
Sebelum ditemukannya metode NATM ini, digunakan kayu dan rangka baja sebagai
konstruksi penyangga sementara. Kelemahan dari Konstruksi kayu ini menurut Prof. LV.
Rabcewicz dalam bukunya NATM adalah kayu khususnya dalam keadaan lembab akan
sangat mudah mengalami keruntuhan, meskipun baja mempunyai sifat fisik yang lebih baik,
efisiensi kerja busur baja sangat tergantung dari kualitas pengganjalan (kontak baja dan
batuan), sementara diketahui bahwa akibat merenggangnya batuan pada waktu penggalian
sering kali menyebabkan penurunan bagian atas terowongan.
2. Pengaruh tekanan akibat Stress Rearrangement
Menurut Prof. LV. Rabcewicz, apabila sebuah rongga digali maka pola distribusi
tegangan akan berubah. Pada suatu saat, suatu tegangan yang baru akan terjadi di sekitar
rongga dan keseimbangan akan tercapai dengan atau tanpa bantuan suatu lapisan (tergantung
dari kekuatan geser batuan, terlampui atau tidak). Stress Rearrangement ini umumnya terjadi
dalam 3 tahap:
a. Wedge Shape Bodies

Wedge shape bodies pada kedua sisi


bergeser
Pada permukaan MOHR kea rah
rongga.
Arah pergerakan tegak lurus terhadap
arah
Main Pressure (MP)

Pada pertambahan bentang; selanjutnya


atap
dan lantai untuk mengalami Konvergensi
b. Konvergensi

Pada tahap berikutnya gerakan bertambah.


Batuan menekuk di bawah pengaruh tekanan
lateral dan dapat tersembul kea arah rongga.

Pada pemakaian cara penerowongan konvensional efek tekanan akibat stress


rearrangement tidak diketahui dengan baik, sehingga sering kali terjadi terowongan runtuh
sebelum diberi lining concrete.

3. Shotcrete sebagai penyangga sementara


Suatu konstruksi penyangga sementara yang direncanakan untuk mencegah lepasan
(loosening) haruslah dapat memikul beban yang relative besar dalam tempo yang relatif
singkat, cukup kaku dan tidak runtuh.
Selama beberapa dekaade yang lampau, telah diperkenalkan rock bolting dan
shotcreating dalam pembuatan terowongan. Melihat hasil-hasil yang ada; pengenalan metode
penyangga dan perlindungan permukaan (support dan surface protection) tersebut di atas
dapat dianggap sebagai peristiwa penting, khususnya pada batuan lunak dan tanah. Kelebihan
metode ini dapat ditunjukan dengan membandinkan mekanika batuan ynag dilapis dengan
shotcrete.
Penyangga sementara yang lain (kayu/baja) cenderung mengakibatkan loosening dan
voids yang timbul karean kerusakan bagian – bagian tertentu. Akan tetapi suatu lapisan tipis
shotcrete yang bekerja sama dengan sistem rock bolt yang dipasang segera setelah penggalian,
sepenuhnya mencegah “loosening” dan mengubah batuan sekeliling menjadi seperti self
supporting arch.
Menurut pengamatan, suatu lapisan shotcrete setebal 15 cm yang dipakai pada
terowongan berdiameter 10 meter dapat dengan aman menahan beban sampai 45 ton/m 2,
sedang apabila dipakai baja tipe WF-200 yang dipasang jarak 1 m, hanya mampu menahan ±
65% dari kekuatan shotcrete tersebut.
Kelebihan lain dari shotcrete adalah interaksinya dengan batuan sekelilingnya. Suatu
lapisan shotcrete yang “ditembakkan” pada permukaan batuan yang baru saja digali akan
membentuk permukaan keras dengan demikian batuan yang kurang keras diransformasikan
menjadi permukaan yang stabil dank keras.
Shotcrete menyerap tegangan-tegangan tangensial yang terjadi dan berharga maksimum
di permukaan terowongan stelah diproses penggalian. Dalam hal ini tegangan tarik akibat
lentur mengecil dan tegangan tekan diserap oleh batuan sekeliling. Kemampuan shotcrete
memperoleh kekuatannya dalam tempo yang singkat sangat menguntungkan, terutama karena
kekuatan tarik lenturnya akan mencapai kira-kira 30% s/d 50% dari compressive strength
setelah 1 s/d 2 hari.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan pembuatan terowongan (tunnel) meliputi
pekerjaan:
 Persiapan
 Penggalian (Excavation)
 Pembetonan (Concrete Lining)
4.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan di sini meliputi perencanaan dan pembuatan fasilitas-fasilitas
sementara (temporary facilities) yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
terowongan. Fasilitas-fasilitas diperlukan antara lain adalah
a. Penyediaan Air ( Water Supply)
Penyediaan air diperlukan untuk peralatan pada waktu melakukan penggalian
terowongan dan pada waktu pembetonan. Dari hasil perhitungan perencanaan
akan diperoleh jumlah kapasitas dan spesifikasi pompa air dan pemipaannya yang
diperlukan.
b. Penyediaan Udara (Air Supply)
Penyediaan Udara diperlukaan didalam terowongan untuk peralatan dan pekerja.
Dari hasil perhitungan perencanaan akan diperoleh jenis, kapasitas dan spesifikasi
Compressor dan pemipaan yang diperlukan.
c. Penyediaan Tenaga Listrik (Power Supply)
Penyediaan listrik adalah untuk memenuhi kebutuhan listrik baik bagi peralatan
maupun untuk penerangan dengan memperhitungkan cadangan yang diperlukan
apabila listrik dari PLN mati. Dari hasil perhitungan perencanaan akan diperoleh
kapasistas dan spesifikasi Generator Cadangan dan instalasi listrik yang
diperlukan.
d. Pembuatan Saluran Pembuang (Drainage)
Untuk pembuangan air kerja maupun air tanah keluar dari dalam terowongan.
Dari hasil perhitungan perencanaan diperoleh pompa Submersible dan pipa
drainage atau parit pembuangan air yang diperlukan.

e. Pembuatan Ventilasi (Ventilation)


Yang dimaksud di sini adalah pemberian udara segar ke dalam terowongan,
sehingga pekerja tidak kekurangan oksigen/udara bersih, mengingat pekerjaan
yang dilakukan di dalam terowongan bisa menimbulkan gas yang kadang –kadang
berbahaya buat kesehatan pekerja. Dalam hal ini mengacu kepada syarat-syarat
yang dikeluarkan. Depnaker dan ketentuan dari ACGIH (American Conference of
Government Industrial Hygienist).

Dari hasil perhitungan perencanaan diperoleh kebutuhan dan kapasitas Blower yang
diperlukan dan pemipaanya

4.2 Pekerjaan penggalian (Excavation)


Pekerjaan Penggalian Terowongan meliputi pekerjaan:
a. Pekerjaan persiapan/surveying; meliputi pekerjaan marking dan pengukuran,
pemanasan alat-alat, pembagian tugas pekerja, dll.
b. Drilling
Adalah pembuatan lubang untuk diisi dinamit dan dilaksanakan menurut pola
yang sudah ditentukan
c. Charging
Adalah pengisian dinamit dalam lubang bor dengan alat stick kayu d= 30 mm.
d. Blasting
merupakan proses peledakan dinamit yang telah terpasang sesuai pola drilling
yang ada, menggunakan Blasting Machine.
e. Ventilating
Adalah penghembusan udara segar dari blower setelah selesai blasting, untuk
membersihkan udara dari asap dan gas yang ditimbulkan oleh peledakan
f. Mucking
Adalah pekerjaan pembuangan material hasil blasting keluar tunnel,
menggunakan alat-alat angkut seperti wheel loader, dump truck atau dengan lori
maupun conveyor, tergantung kondisi setempat.

g. Stealling
Yaitu Pekerjaan membongkar batu-batu yang masih tersedia pada permukaan
galian setelah blasting, yang dapat membahayakan. Pekerjaan ini dilakukan
dengan menggunakan alat backhoe dan dump truck.
h. Shotcreting
Dikerjakan setelah scalling sebagai konstruksi penyangga sementara terowongan,
menggunakan alat khusus yang di sebut juga Robot Shotcrete atau Alivia
Shotcrete Placer.
i. Rock Bolting
Pemasangan rock Bolt sebagai konstruksi penyangga sementara di samping
shotcrete. Pemasangannya adalah dengan alat bor.
Pada Uraian selanjutnya proses penggalian ini disajikan dalam bentuk rangkaian
gambar-gambar ilustrasi
4.3 Pekerjaan Pembetonan
Setelah galian terowongan selesai digali dan telah diberi lapisan shotcrete maka tahap
berikutnya adalah pekerjaan pembetonan yang meliputi tahapan:
 Pembesian
 Pemasangan Bekisting
 Pengecoran Beton

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini tunnel dibagi dalam keadaan dua bagian yaitu
bagian bawah dan bagian atas atau disebut juga dengan half face tunnel. Pembetonan
dimulai pada bagian bawah dan selanjutnya bagian atas. Menggunakan alat-alat tackle
untuk mengangkat, menyetel, dan membongkar bekisting setelah dicor untuk bagian
bawah, sedangkan untuk pembetonan bagian atas menggunakan alat traveler. Uraian
selengkapnya dan lebih rinci disajikan dalam bentuk rangkaian ilustrasi seperti pada
bagian berikut

CROSS SECTION PENAMPANG GALIAN TUNNEL DENGAN METODE GALIAN ½


FACE

METODE PELAKSANAAN
EXCAVATION HEADRACETTUNNEL
METODE PELAKSANAAN
EXCAVATION HEADRACETUNNEL

TAHAPAN EXCAVATION :

1. Pasang fore poling (besi ulir D-25) dengan panjang 2.5 m (jika ada)
2. Chipping face galian dengan jack hammer
3. Pasang steel rib
4. Pasang wiremesh layer 1
5. Shotcrete layer 1
6. Pasang wire mesh layer 2 + shotcrete layer 2, kembali ke No.1 dst.
1. Fore Poling
2. Galian Setengah Atas
3. Shotcrete Dasar
4. Pasang Steel rib ½ bagian atas jarak 50 cm
5. Pasang angkur 6 buah D 19 panjang 1,25 m2

6. Wire Mesh Layer 1


7. Shotcrete Layer I
8. Mucking
II. METODE BEKISTING TUNNEL

BEKISTING TUNNEL BAGIAN BAWAH

1. Bekisting plat baja 4 mm


2. Pipe support/skor penyangga vertical dan horizontal
3. Traves gantung
4. Takle 3,5 ton (alat bantu)
5. GIP/pipa black steel D 2” (alat bantu)

STEL BEKISTING 1 (SATU) LEMBAR


1. Letakkan lembar bekisting nomor 1.
2. Letakkan lembar bekisting nomor 2 pada masing-masing engsel dan kencangkan
3. Pasang lembar bekisting nomor 3 pada masing-masing engsel dan kencangkan
4. Masing-masing lembar bekisting panjang 1,20 m’
1 (satu) LEMBAR BEKISTING
Letakkan bekisting tunnel bagian
bawah di atas pembesian dan

Dengan bantuan tackle angkat


Bekisting tersebut.
2. Stel elevasi bekisting
3. Pasang skor tegak dan horizontal
4. Pasang penutup bekisting bawah (stop cor)
5. Terowongan bagian bawah siap untuk dicor
Keterangan:
a. Kayu 6/12
b. Papan 3/10
c. Besi beton
d. Kawat ram 5-10 mm
METODE PELAKSANAAN CONCRETING HEADRACETUNNEL
TAHAPAN CONCRETING:
1. Pembesian sepanjang ± 45 m
2. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke -1
3. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke-2
4. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke-1
5. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -2
6. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -3 & 4

PEMBONGKARAN BEKISTING TUNNEL BAWAH


1. Lepaskan skor tegak dan skor horizontal

2. Buka baut tiap 6 segmen bekisting (1,20 m’ x 6)


dan bekisting sepanjang 7,20 m’ siap buka

3. Dengan bantuan traves angkat dan pindahkan bekisting


Tersebut untuk di stel kembali ke pengecoran berikutnya.
4. Sebelum digunakan kembali bekisting harus diolesi dengan Oli (untuk perawatan)
BEKISTING TUNNEL
BAGIAN ATAS
1. Bekisting plat baja 4 mm
2. Gerobak/Traveler
3. Skore vertical dilas dengan pengaku canal C (dilas dengan gerobak)
4. skore pipa horizontal
5. Gelagar dan roda
6. Rel dari besi C, Plat baja dan balok/kayu glugu
7. Tackle 3,5 ton (alat bantu)
8. Dongkrak 30 ton (alat bantu)
9. Selling dan locomotive (alat bantu)

PEMASANGAN BEKISTING TUNNEL ATAS


1. Pasang rel dan traveler

2. Letakkan bekisting atas diatas traveler

3. Kencangkan penyangga-penyangga bekisting

4. Pasang penutup bekisting atas (stop cor)


5. Terowongan bagian atas siap dicor

Keterangan:
a. Kayu 6/12
b. Papan 3/10
c. Besi Beton
d. Kawat ram 5-10 mm

METODE PELAKSANAAN CONCRETING HEADRACETUNNEL


TAHAPAN CONCRETING:
1. Pembesian sepanjang ± 45 m
2. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke -1
3. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke-2
4. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke-1
5. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -2
6. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -3 & 4

PEMBONGKARAN BEKISTING TUNNEL KE ATAS


1. Kendorkan skor penyangga
2. Buka bekisting tunnel atas dan geser kereta dan relnya ke lokasi selanjutnya untuk
digunakan lagi.

3. Pengecoran tunnel selesai.

2.3 Penyelidikan Geoteknik Terowongan


Geoteknik (engineering geology) merupakan bagian dari rekayasa sipil yang didasaran

pada pengetahuan geologi tentang karaterisik batuan dan tanah. Penyelidikan geoteknik

merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum pekerjaan pemindahan tanah atau penempatan

beban pada tanah berlangsung. Dengan adanya perencanaan geoteknik diharapkan dapat dicapai

suatu kegiatan dengan produktivitas optimal, effisien dan aman. Sebaliknya tanpa adanya

perencanaan geoteknik yang baik maka akan dijumpai masalah – masalah yang akan

menghambat pekerjaan terutama dalam hal kestabilan lereng.

Suatu rancangan geoteknik dibuat atas dasar dua aspek utama, yaitu :
a. Aspek ekonomi, dijabarkan dalam hal – hal yang berkaitan dengan jumlah material dan biaya.

b. Aspek keselamatan, berupa rancangan dan  pengawasan terhadap desain yang dibuat agar

tidak terjadi kesalahan atau kecelakaan.

Kedua aspek tersebut seringkali berbenturan, misalkan pada penentuan sudut kemiringan

lereng, ditinjau dari aspek ekonomi maka sudut kemiringan yang terjal akan semakin

menguntungkan, namun sebaliknya dari aspek keselamatan lereng yang lebih landai adalah

lereng yang lebih aman. Penyelidikan geoteknik dibutuhkan untuk menentukan sejauh mana

lereng bisa tetap aman dengan nilai ekonomis setinggi mungkin.

1. Survey Geoteknik

Penyelidikan geoteknik secara umum dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa bukaan

yang membentuk lereng terjal akan menimbulkan resiko terjadinya longsor, adapun longsor

tersebut dipengaruhi oleh faktor – faktor geometri lereng, kekuatan massabatuan, struktur

geologi, kondisi hidrogeologi dan faktor dari luar.

Untuk lereng bukaan yang tinggi keseluruhan (overall) lebih dari15 meter, harus ada kajian /

analisis geoteknik yang didukung hasil penelitian, yang menyatakan bahwa bukaan tersebut

dalam keadaan aman.

Selain itu penelitian geoteknik juga dibutuhkan dalam kajian metode pembongkaran

batuan, disain penimbunan dan kajian tentang lapisan dasar.

Kajian yang dilakukan pada penyelidikan geoteknik adalah analisis kemantapan lereng,

analisis kemampu-garuan dan kemampu-galian. Analisis kemantapan lereng meliputi analisis

kemantapan lereng tunggal (individual/single slope) dan lereng keseluruhan (overall slope), baik

lereng atas (highwall) maupun bawah (lowwall) serta lereng timbunan. Sedangkan analisis
kemampu-garuan dan kemampu-galian dilakukan untuk mengetahui tipikal karakteristik material

dalam kaitannya dengan aktivitas penggalian dan penggaruan.

Tujuan dilakukannya survey geoteknik adalah:

1. Menentukan sudut kemiringan dan tinggi lereng yang aman baik pada jenjang (benches)

maupun pada lereng (slope).

2. Memberikan rekomendasi metode penggalian batuan yang efisien dan cocok dengan

karakteristik batuan.

2. Memberikan rekomendasi konstruksi jalan.

Pengambilan contoh Geoteknik dengan sistem percontoan tanah / batuan yang belum

terganggu (undisturbed sampling). Tujuannya untuk memperoleh contoh inti batuan yang

memenuhi syarat untuk diproses selanjutnya di laboratorium geomekanika.Ini dilakukan dengan

sistem konvensional yaitu menggunakan tabung (thinwall tube) berukuran panjang ± 50cm dan

diameter ± 2 inchi yang dimasukkan ke dalam tanah. Tabung yang berisi perconto kedua

ujungnya ditutup dengan plastik (terisolasi dari udara luar), agar kadar air asli di dalam conto

tidak berubah pada saat dilakukan pengujian di laboratorium.

A. Penyelidikan Geoteknik Dalam Pembuatan Terowongan

Penyelidikan geoteknik adalah elemen yang sangat penting dalam perencanaan dan

pelaksanaan sebuah terowongan. Dengan data geologi yang memadai dapat ditentukan desain

terowongan yang sesuai, metode pelaksanaan yang paling optimal, biaya pelaksanaan yang
paling rasional serta persiapan yang sebaik-baiknya direncanakan aspek keamanan pelaksanaan.

Biaya pelaksanaan akan sangat berpotensi membengkak karena kurang tersedianya data geologi.

Secara spesifik tujuan penyelidikan tersebut adalah untuk :

a. Menentukan stratifikasi tanah atau batuan pada jalur terowongan.

b. Menentukan sifat fisik batuan.

c. Menentukan parameter desain untuk batuan dan tanah.

d. Memberikan kepastian setinggi – tingginya bagi suatu proyek dan dan memberi wawasan

kepada engineer mengenai kondisi yang mungkin terjadi saat pelaksanaan.

e. Mengurangi unsur ketidakpastian bagi kontraktor.

f. Meningkatkan keselamatan kerja.

g. Memberi pengalaman bekerja sehingga dapat memperbaiki kualitas – kualitas keputusan di

lapangan.

Dalam penyelidikan lapangan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tinjauan literatur

1. Dilakukan sebelum berangkat ke lapangan

2. Cari informasi yang pernah dipublikasikan mengenai geologi, tanah, air tanah, sejarah

seismik, struktur

3. Untuk kota, informasi daerah penimbunan lama atau alterasi pola penirisan.

4. Peta geologi → Litbang geologi, geoteknologi LIPI

b. Studi foto udara (bila ada)

1. Untuk melihat kondisi lokasi dari jarak yang jauh dan luas.

2. Analisis geomorfis dan sifat-sifat batuan dari evaluasi respon batuan terhadap lingkungan

3. Teknik pemotretan : vertikalitas dan kemiringan, fotografi warna,infra merah, radar.


4. Topografi lereng yang terdiri dari dua tipe dapat dikenali

5. Mudah dikenali adanya tanah longsor, patahan, struktur geologi seperti antiklin- sinklin,

dome.

c. Peninjauan geologi permukaan

1. Untuk mengetahui jenis dan penyebaran batuan dilokasi berupa ketebalan, sifat fisik dan

mekanis di lapangan.

2. Terdiri dari pemetaan batuan dasar dan pemetaan geologi teknik.

3. Peta batuan :litologi dan batas-batasnya serta struktur geologi

4. Peta geologi teknik : singkapan batuan dan derajat pelapukan, material bahan bangunan

d. Survei geofisika

1. Keuntungan : tidak merusak obyek yang diselidiki, cepat dan unit costnya rendah.

2. Kerugiannya : ketelitian rendah

3. Dilakukan sebelum pemboran → untuk menentukan lokasi pemboran

4. Teknik yang umum digunakan neutron density dan teknik gamma.

5. Metode yang digunakan : seismic refraction, survei resistivity.

e. Pemboran eksplorasi

Pemboran merupakan metoda yang paling umum untuk eksplorasi detil, seperti keterangan

yang spesifik dari batuan,variasi material dan sifat-sifat fisiknya.

Daerah yang memerlukan eksplorasi lebih detil adalah :

1. Portal

2. Topografi rendah di atas terowongan, yang biasanya menggambarkan struktur batuan

lemah.

3. Tipe batuan dengan potensial pelapukan yang dalam


4. Di daerah yang banyak air

5. Daerah geser

6. Sumur uji

7. Pengujian in-situ

8. Pengujian laboratorium

9. Pengujian model skala penuh

10. Tahap konstruksi

11. Pengamatan pasca konstruksi

Pemboran teknik untuk pengambilan sampel batuan adalah cara yang paling umum dipakai

untuk pekerjaan terowongan. Dengan pengambilan sampel (core) dapat diketahui sifat fisik

batuan, dan informasi penting lainnya. Lokasi – lokasi yang memerlukan pengeboran secara

detail adalah :

a. Daerah portal

b. Daerah yang secara topografi dekat terowongan, karena biasanya secara struktur lemah

(overburden tipis).

c. Lokasi yang berpotensi mengalami pelapukan berat.

d. Daerah yang berpotensi air tanah tinggi dan dan adanya batuan porous.

Metode Dasar Pembuatan Terowongan Pada Batuan

Cara penggalian permukaan lubang bukaan digolongkan:

a. Cara portal

b. Cara open cut

Cara-cara tersebut dipengaruhi oleh kondisi tanah permukaan yang akan digali.

Metoda penggalian ada 5 cara, yaitu:


A. Full face

Cara dimana seluruh penampang terowongan digali secara bersamaan. Cara ini cocok

untuk penampang melintang kecil hingga diameter 3 m, tapi dengan gunakan Drill jumbo

menjadi dapat untuk terowongan ukuran besar.Keuntungan dari menggunakan cara ini adalah

pekerjaan menjadi lebih cepat, lintasan.

Pembuangan hasil peledakan dapat langsung dipasang bersamaan dengan proses

penggalian berikutnya, dan proses tunneling dapat dilakukan secara kontinu. Sedangkan

kerugiannya adalah saat penggalian banyak membutuhkan alat mekanis, tidak dapat digunakan

untuk batuan yang tidak stabil, dan hanya terbatas untuk terowongan yang lintasannya pendek.

B. Heading dan bench

Cara penggaliannya adalah bagian atas terowongan digali lebih dulu sampai mencapai 3 –

3.5 m (heading), selanjutnya penggalian bagian bawah penampang dikerjakan (bench cut)

sampai membentuk penampang yang diinginkan. Proses ini diulangi sampai seluruh lintasan

terowongan tercapai

Untuk kondisi batuan yang buruk, cara penggalian dapat dimodifikasi menjadi “top

heading” → heading diperpanjang sampai 25 m – 35m atau lebih, kemudian pasangi penyangga,

baru kemudian bench cut dibuat.

Keuntungan dari menggunakan cara ini adalah memungkinkan pekerjaan pengeboran dan

pembuangan sisa peledakan dilakukan secara simultan, efektif untuk ukuran terowongan

penampang besar dan lintasan, dan dapat diterapkan untuk setiap kondisi batuan. Sedangkan

kerugian dari menggunakan cara ini adalah metoda ini membutuhkan waktu yang lebih lama bila

dibandingkan metoda full face.

C. Drift
Cara yang digunakan dalam metoda ini adalah dengan menggali terlebih dahulu lubang

bukaan yang berukuran kecil sepanjang lintasan terowongan, kemudian diperbesar sampai

membentuk penampang yang direncanakan. Berdasar posisi lubang terhadap sumbu terowongan.

Diawali dengan penggalian lubang berukuran 2.5 m x 2.5 m – 3m x 3m dari portal ke

portal. Perluasan dimulai setelah penggalian center drift selesai, dengan membuat lubang untuk

bahan peledakan yang dibor melingkar pada selimut drift dari sumbu terowongan.Keuntungan

dari posisi lubang terhadap sumbu terowongan ini adalah sistem ventilasinya baik, tidak

memerlukan sistem penyangga sementara, dan mucking dapatdikerjakan bersama dengan

pekerjaan penggalian.Sedangkan kerugiannya adalah pekerjaan perluasan harus menunggu

center drift selesai secara keseluruhan, dan alat bor dipasang dengan pola tertentu, seringkali

spasi alat bor dirubah sesuai dengan kondisi batuan yang diledakan.

D. Side drift

Dua drift digali sekaligus pada sisi-sisi penampang, sepanjang lintasan terowongan.

Selanjutnya penggalian bagian arch diikuti dengan pemasangan penyangga sementara. Selesai

penyangga dipasang, penggalian bagian tengah dikerjakan.

Keuntungan dari cara ini adalah proses lining dapat dikerjakan sebelum penggalian bagian

tengah dilaksanakan, metoda ini efektif untuk terowongan besar dengan kondisi batuan yang

buruk. Sedangkan kerugiannya adalah pekerjaan perluasan harus menunggu drift selesai

dikerjakan.

E. Top drift

 Digunakan untuk penggalian endapan. Metodanya mirip dengan heading and

bench.

F. Bottom drift
Penggalian dimulai dengan membuka bagian bawah penampang. Pembuatan lubang –

lubang bahan peledak untuk membuka bagian atas penampang dilakukan dengan membor dari

Bottom drift vertikal ke atas.

G. Sumuran vertikal

Awal dibuat lubang vertikal sampai pada terowongan yang akan digali. Dengan

demikian akan terbentuk tiga buah heading face. Sumuran dapat bersifat sementara atau

permanen. Sumuran sementara berfungsi saat.pelaksanaan → membantu pembuangan

pelaksanaan pembuangan sisa – sisa peledakan

(mucking), salah satu jalur untuk mensuplai peralatan dan material, dsb. Sumuran permanen →

bila masih tetap berfungsi setelah terowongan mulai digunakan untuk keperluannya, misal

sebagai sarana ventilasi.

H. Pilot tunnel

Pillot tunnel digali paralel pada jarak ± 25 meter dari sumbu terowongan yang

direncanakan dengan ukuran 2 x 2 m2 – 3 x 3 m2. Penggalian pada terowongan utama sendiri

dilakukan dengan metoda drift.

Pada interval tertentu dibuat cross cut memotong sumbu utama rencana. Bila cross cut

mencapai drift, proses pelebaran dimulai dari titik ini dengan dua heading face. Bila cross cut

mencapai titik dimana drift belum mencapai titik ini, maka drift heading dilakukan dengan titik

potongan melintang.

Keuntungannya adalah efektif untuk terowongan yang lintasannya panjang, dengan

topografi yang tidak memungkinkan untuk membuat sumuran, pilot tunnel dengan sendirinya

merupakan sistem ventilasi, mucking dapat dilakukan dengan cepat. Sedangkan kerugiannya
adalah pekerjaannya memerlukan lebih banyak waktu, biaya dibandingkan dengan metoda

penggalian lainnya.

2.3.1. PENINJAUAN GEOLOGI


Untuk menyelidiki secara langsung lintasan terowongan yang dipilih jarang sekali dapat
dilakukan, oleh karena itu kondisi geologi yang dimasukkan dalam asumsi rancangan
berdasarkan pengetahuan terinci dari daerah lokasi yang dipilih dan dihubungkan dengan
keahlian interpretasi ahli geologi teknik. Interpretasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan
massa batuan, struktur, jenis batuan, seperti jenis batuan secara makro maupun mikroskopis,
mineralogi dan situasi morfologi (topografi).
Dalam pengembangan program investigasi, harus diingat bahwa jawaban untuk setiap
pertanyaan mengenai geologi tidak selalu didapat di lokasi pekerjaan tetapi hubungan antara
unit-unit batuan atau ciri-ciri struktur yang tidak jelas di lokasi pekerjaan mungkin dapat dikenal
di tempat yang jauh dari lokasi tersebut.
Peninjauan geologi termasuk pencarian literatur (pustaka) dan data-data yang telah ada, studi
foto udara dan pemetaan geologi permukaan.

2.3.1.1. Tinjauan Pustaka


Sebelum berangkat ke lapangan untuk melakukan peninjauan geologi, sebaiknya
dilakukan pencarian informasi-informasi yang sudah pernah dipublikasikan mengenai geologi,
tanah dan batuan, airtanah, sejarah seismik dan struktur di lokasi pekerjaan. Untuk daerah
perkotaan, pengetahuan mengenai lokasi sangat penting, seperti dapat dikenalinya daerah
penimbunan lama atau alterasi pola penirisan (drainage pattern) yang mana dapat mempengaruhi
pembuatan terowongan. Peta geologi dan peta tanah sangat berguna sekali seperti juga peta foto
udara.

2.3.1.2. Foto Udara


Menggunakan foto udara memungkinkan untuk melihat semua daerah yang sedang
diselidiki. Foto udara sangat berguna sekali dalam analisis geomorfologi atau analisis bentuk
permukaan bumi, dan sifat-sifat batuan yang dapat diperoleh dari keahlian mengevaluasi reaksi
batuan pada pengujian laboratorium alam dan lingkungannya.
Teknik pemotretan yang digunakan sekarang adalah vertikal, miring, berwarna, infra
merah dan menggunakan radar. Interpretasi terinci foto udara memerlukan seorang yang ahli.
Beberapa gambaran yang dapat dikenali adalah fotografi, pola penirisan, tumbuh-tumbuhan,
daerah yang dipergunakan (land use) dan sumber-sumber material untuk konstruksi yang
potensial.
Untuk menggunakan foto udara, skala, orientasi bayangan, orientasi kompas dan tanggal
pembuatan foto udara harus diketahui.
Dengan menggunakan foto udara, topografi lereng yang terdiri dua tipe yaitu lereng yang
terbentuk akibat erosi dan lereng yang terbentuk akibat pengendapan material.
Lereng akibat erosi adalah lereng yang merupakan hasil langsung dari gaya-gaya yang
bekerja padanya dan terdiri dari material-material yang mampu menahan gaya-gaya tersebut.
Gaya-gaya yang bekerja pada lereng tersebut antara lain adalah gaya gravitasi, tegangan in-situ
akibat gaya overbuden pada masa lalu dan sekarang, gaya tektonik, perubahan kimia dan bahan-
bahan abrasif yang berada pada aliran air, angin dan es. Dari bentuk lereng dapat diperkirakan
sifat-sifat batuan, terutama di daerah yang topografinya muda.
Gambaran lain yang mudah dikenali pada foto udara adalah tanah longsor (land slide), patahan
utama dan struktur geologi seperti antiklin, sinklin dan “dome”.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa hasil penafsiran foto udara akan sangat membantu
dalam mengetahui situasi suatu daerah dari pengaruh geologi sekitarnya walaupun secara garis
besar. Disamping itu akan diketahui hubungan antara struktur suatu daerah dengan daerah
disekitarnya serta pengaruhnya yang akan berguna dalam merancang sebuah terowongan.

2.3.1.3. PEMETAAN GEOLOGI PERMUKAAN


Pemetaan geologi berguna untuk mengetahui jenis dan penyebaran batuan di lokasi
pekerjaan, baik ketebalannya atau sifat-sifat fisik dan mekanis di lapangan. Dengan pemetaan
ini, secara garis besar diketahui jenis dan sifat batuan yang nantinya akan ditembus oleh
terowongan serta akibat pekerjaan penerowongan terhadap setiap jenis batuan.
Peta geologi dapat dibuat berdasarkan peta dasar topografi yang dapat berasal dari peta
kontur terestrial, pembesaran foto udara, “plane table” dan lain-lainnya.
Secara umum pemetaan geologi terdiri dari atas pemetaan batuan dasar dan pemetaan geologi
teknik.
Peta batuan dasar menunjukkan :
-          litologi dan batas-batasnya (jenis batuan dan stratigrafi)
-          Struktur geologi (perlipatan, kekar, sesar, arah dan kemiringannya)
Dan Peta gelogi teknik menunjukkan :
-          Singkapan batuan, derajat pelapukan dengan masalah utama ; lokasi yang mempunyai
pelapukan yang dalam, potensi kelulusan air, daerah kebocoran, struktur yang mengontrol
penirisan dan kemantapan lereng.
-          Material bahan bangunan.
2.3.2. PENYELIDIKAN GEOFISIKA
Penyelidikan geofisika amat berarti dalam studi geologi untuk penerowongan.
Interpretasi dari hasil survei ini sangat penting sehingga keahlian dan pengalaman seorang sangat
berperan didalam mengevaluasi data-data yang dikumpulkan.
Metoda geofisika mempunyai beberapa keuntungan yaitu tidak merusak objek yang
diselidiki, relatif cepat dan ongkosnya rendah. Bagaimanapun juga juga ketelitian dari metoda ini
biasanya rendah. Oleh karena itu dibutuhkan metoda lain untuk membuktikan anomali-anomali
yang diperoleh.
Idealnya metoda geofisika ini dilakukan sebelum program pemboran dimulai, Hasil
interpretasi geofisika biasanya digunakan untuk menentukan lokasi pemboran agar diperoleh
informasi yang terbaik.
Beberapa metoda geofisika adalah survei seismik refraksi dan refleksi. Resistivity elektrik,
survei gravitasi dan geomegnetik. Teknik geofisika yang menggunakan lubang bor adalah
neutron density, teknik gamma. Teknik lainnya sangat jarang digunakan dalam evaluasi
rancangan terowongan.

2.3.2.1. Metoda Seismik Refraksi


Kecepatan gelombang elastik melewati suatu material merupakan fungsi dari struktur
material, komposisi dan kondisi tegangan in-situ. Nilai Kecepatan ini dipengaruhi oleh adanya
densiti, kandungan air dan kekompakan batuan. Gelombang seismik mengikuti prinsip-prinsip
perambatan (propagation), refleksi dan refraksi dengan gelombang-gelombang ringan.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran metoda seismik adalah sumber energi
seismik berbentuk getaran (dynamite), detektor (geophone) dan peralatan waktu yang akan
merekam waktu perjalan gelombang.
Aplikasi metoda seismik adalah untuk :
-          Mengidentifikasi secara umum jenis batuan
-          Melokalisir anomali kondisi geologi, seperti tebalnya daerah lapuk, lembah tersembunyi dan
daerah geseran.
-          Menentukan perkiraan elevasi dari bagian atas batuan keras.
-          Melokalisir sumber material untuk konstruksi.
-          Membantu dalam pemilihan lokasi pemboran secara efisien.
Tingkat kepercayaan pengukuran seismik akan tinggi jika pengukuran dilakukan diatas
permukaan airtanah dan perbedaan kecepatan rambat gelombang meningkat diantara dua
material yang berdekatan.
Beberapa kelemahan metoda ini adalah jika penyelidikan dilakukan berada pada material yang
mempunyai nilai rambat gelombang yang hampir sama seperti ; kecepatan seismik di air kira-
kira 5000 feet/detik, yang mana sama dengan di gravel yang kompak, lempung dan batuan lapuk.
Hal ini akan menyulitkan jika permukaan airtanah berdekatan dengan batuan-batuan tersebut di
atas. Sehingga interpretasi sulit dilakukan. Disamping itu juga survei seismik akan sulit
dilakukan di daerah yang padat penduduknya, di dekat jalan raya atau di dekat bekerjanya mesin-
mesin berat karena getaran-getaran yang timbul akan mengganggu pembacaan kecepatan
seismik.

2.3.2.2. Metoda Resistivity


Ketahanan suatu material jika dilalui oleh arus listrik akan tergantung oleh komponen-
komponen kimia dan derajat kejenuhannya. Metoda resistivity menggunakan arus listrik yang
dimasukkan ke dalam tanah melalui dua elektroda. Perubahan potensial pada jarak yang
diketahui diantara elektroda ini kemudian digunakan untuk membantu mengevaluasi tipe
material.
Lempung dan lanau basah, air mineral dan beberapa bijih adalah konduktor yang baik,
pasir dan kerikil kering serta batuan kristalin tanpa logam adalah konduktor yang buruk.
Dari penyelidikan metoda resistivity biasanya akan diperoleh informasi yang sangat berguna jika
dilakukan bersamaan dengan penyelidikan metoda seismik, dimana karakteristik dari berbagai
material dapat dibandingkan.

2.3.3. PEMBORAN
Pemboran adalah alat lain yang digunakan di dalam evaluasi geologi teknik (engineering
geology) suatu lokasi, dimana diperlukan keahlian interpretasi dan aplikasinya.Program
pemboran dikembangkan sesudah mempelajari kenyataan yang didapat selama peninjauan
geologi umum (reconnaissance) lokasi dan penyelidikan geofisika.
Pemboran adalah metoda yang paling umum untuk eksplorasi detail, walaupun program
pemboran yang baik tidak akan mendapatkan semua jawaban mengenai material dan sifat-sifat
batuan, tetapi program pemboran yang baik dapat memberikan jawaban yang cukup, sehingga
dapat mempersiapkan untuk variasi-variasi yang berarti dari kondisi geologi disekitarnya.
Pemboran biasanya dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang spesifik dari unit
batuan, variasi material dan sifat-sifat fisik dan mekaniknya. Karena terowongan gambarannya
linier, maka program pemboran harus terkosentrasi didalam daerah yang berpotensial
mempunyai kesulitan yang besar, kecuali dalam kasus-kasus yang khusus, dimana pemboran
tidak harus pada jarak-jarak tertentu sepanjang lintasan terowongan.
Beberapa daerah yang memerlukan eksplorasi lebih detail adalah :
1.      Portal
2.      Topografi yang rendah di atas terowongan, yang biasanya menggambarkan struktur batuan
yang lemah.
3.      Jenis batuan dengan potensial pelapukan yang dalam.
4.      Daerah yang banyak mengandung air (water bearing zone)
5.      Daerah geser.
Terowongan yang akan dibuat pada kedalaman yang besar, pemboran dibuat untuk
mendapatkan keterangan yang spesifik mengenai batuan sepanjang lintasan terowongan.
Biasanya dilakukan pengambilan contoh batuan (sample) diatas lintasan terowongan untuk
menyiapkan panampang melintang geologi.
Gambar 3.2. memperlihatkan pengelompokan pemboran sepanjang lintasan terowongan dimana
penempatan pemborannya tidak baik, karena meninggalkan kesenjangan yang besar didalam unit
batuan yang terlibat.
Dilain pihak,

2.3.3.1. Pogram Pemboaran untuk Batuan Lunak (Soft Ground)


Batuan lunak dapat ditemukan di sembarang kedalaman di sekitar terowongan, hal ini
disebabkan oleh besarnya geser (shear zone), alterasi hidrothermal, sementasi yang buruk di
lapisan sedimen dan lain-lain.
Bagaimanapun juga teknik eksplorasi khususnya yang sesuai untuk kondisi batuan lunak pada
terowongan digunakan dengan tanah penutup dangkal seperti drive samling, cable tool dan churn
drilling.
Sifat-sifat deformasi tanah dapat dievaluasi dengan menggunakan alat “dilatometer”, alat
ini akan mengukur deformasi tanah dengan mengukur perubahan volume dari “pressure cell”
dengan tekanan gas yang bervariasi. Ketelitian dari perubahan volume dapat diukur batasnya dari
selang efektif. Metoda ini digunakan untuk tanah yang mempunyai modulus deformasi kurang
dari 5 x 105 psi.

2.3.3.2. Progran Pemboran untuk Batuan Keras (Hard Ground)


Maksud dilakukannya pekerjaan pemboran untuk batuan keras adalah :
1.      Menetukan stratigrafi dan geologi struktur di sepanjang lintasan terowongan yang akan
dibuat.
2.      Menentukan sifat-sifat fisik material dan batuan.
3.      Mempelajari pola “fracture” didalam berbagai unit batuan.
4.      Mengukur permeabilitas dan kondisi airtanah.
5.      Mengumpulkan data tingkat tegangan in-situ.
6.      Mengevaluasi sistem penggalian baik untuk metoda peladekan atau penggalian mekanis.
7.      Mengevaluasi kemungkinan akan kebutuhan penyangga.
8.      Menyediakan jalan untuk pengujian di dalam lubang bor dan untuk peralatan logging.
Penampang lubang bor (core log) adalah perekaman yang terpenting dari pekerjaan
pemboran, oleh karena itu harus dipersiapkan oleh orang yang sudah berpengalaman didalam
menginterpretasi geologi teknik dan mengevaluasi perilaku peralatan pemboran dalam
hubungannya dengan kondisi bawah tanah. Parameter-parameter yang penting dari hasil ini
adalah :
1.      Diskripsi geologi dan diskripsi material dan jenis batuan disekitarnya.
2.      Diskripsi “rock fabrik element”.
3.      Rekaman uji lapangan :
-          Uji permeabilitas air.
-          Uji “rebound hammer”.
-          Uji “core capiler”.
-          Uji “specific gravity”.
-          Uji kecepatan dinamis.
4.      Log grafis dari litologi, struktur dan perolehan inti (core recovey) untuk pembacaan cepat
data.
5.      Data dasar dari tiap “core run” ;
-          Panjang “run”.
-          Prosentase proelhan inti.
-          Pecahan inti yang terpanjang.
-          Lokasi daerah kehilangan inti.
6.      Kecepatan pemboran.
7.      Kondisi air dan lumpur pemboran yang kembali dan jumlahnya.
8.      Kedalaman lubang bor dimana pemboran tidak normal.
9.      Pendapat dari pencatat pada lokasi dan alasan untuk kehilangan inti.
10.  Kondisi-kondisi lainnya dimana dapat mempengaruhi hasil pekerjaan, seperti tipe dan
kondisi peralatan, mata bor dan tekanan lumpur serta rpm mata bor.
11.  Kondisi airtanah.
12.  “Casing” atau kebutuhan penyemenan.
13.  Lokasi inti didalam peti, untuk kemudahan referensi dimasa mendatang.

2.3.3.3. Uji Tekanan Air didalam Pemboran


Uji tekanan air adalah bagian dari program eksplorasi batuan. Hasil uji ini akan
memberikan informasi yang berguna mengenai kondisi bawah permukaan jika dilakukan dengan
hati-hati. Sebelum  data uji tekanan air dapat digunakan secara efektif, hasil di lapangan harus
dikonversikan dahulu ke suatu koefisien yang antara lain adalah :
k = Qm / 2p L Pc Log L/r
Dimana :
k     = unit darcy (cc/detik, centipoise/cm2/det, atm/cm)
Q    = absopsi bagian yang diuji (cc/det)
m     = viskositas fluida pengujian (centipoise)
L     = panjang bagian yang diuji (cm)
Pc   = tekanan rata-rata dikoreksi dibagian yang diuji (atm)
r      = jari-jari lubang bor (cm)

2.3.3.4. Penggunaan Lain dari Lubang Bor


Sesudah pemboran selesai dan inti sudah berada di peti, maka pengeluaran terbesar
eksplorasi sudah selesai, dan penggunaan lain dari lubang bor harus dipertimbangkan, hal ini
tergantung dari kebutuhan proyek.
Beberapa penggunaan lain dari lubang bor adalah :
1.      Pengukuran muka airtanah dan alirannya, uji permeabilitas.
2.      Pengukuran temperatur airtanah dan kadar garamnya.
3.      Mempelajari struktur batuan dengan menggunakan kamera televesi didalam lubang bor.
4.      Pengukuran sifat-sifat fisik batuan dengan menggunakan kecepatan seismik didalam
lubang bor.
5.      Logging geofisik untuk melokalisir lapisan yang permeabel, perubahan material didalam
daerah kehilangan inti, void dan lain sebagainya, dengan menggunaan resistivity listrik
(gamma dan neutron density logs).
6.      Survei arah lubang bor.

2.3.3.5. Pemboran Horizontal


Pemboran harizontal panjang sekarang banyak digunakan untuk eksplorasi sebagai
pengganti “adit” jika dana untuk penyelidikan terbatas.
Menurut Majtenji dan Rubin ada empat keuntungan pemboran harizontal panjang adalah :
1.      Problema keamanan dan lingkungan berkurang.
2.      Kecepatan kemajuan tinggi dan ongkos yang relatif murah.
3.      Terganggunya batuan sangat kecil.
4.      Adapun keputusan yang berbeda, proses dapat dihentikan pada tingkat ongkos terendah.
Empat metoda yang digunakan untuk melakukan pemboran horizontal panjang adalah :
1.      Diamond wireline core drilling.
2.      Rotary drilling (Tricone type bit).
3.      Down hole motor drilling.
4.       Down hole percussion drilling.

2.3.4. ADIT UNTUK EKSPLORASI
“Adit” atau sumuran (shaft) untuk eksplorasi dilakukan agar para perancang dapat
melihat langsung keadaan batuan atau material di tempat terowongan yang akan dibuat. Untuk
penggalian di bawah tanah yang besar, maka adit ini sangat diperlukan.
Penampang adit ini tidak boleh lebih dari 2 x 2 m. Untuk daerah yang mempunyai tenaga
kerja yang mahal, maka ukuran penampang adit dapat diperbesar menjadi 3 x 3,75 m, agar dapat
digunakan alat gali mekanis, sehingga biayanya akan lebih murah.
Di dalam adit dapat dilakukan :
1.      Analisis geologi teknik rinci.
2.      Pengukuran sifat fisik dan mekanik in-situ.
3.      Pengkuran reaksi massa batuan terhadap penggalian.
4.      Uji berbagai tipe penyangga.
5.      Mengevaluasi metoda penggalian.
6.      Pemantauan airtanah dan kondisi gas.
7.      Prapenyangga di daerah batuan yang sulit.
2.3.5. STUDI MEKANIKA BATUAN IN-SITU
Pengetahuan mengenai pengukuran sifat-sifat mekanik batuan in-situ mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Studi mekanika batuan in-situ dibuat dalam rangka :
1.      Evaluasi kebutuhan rancangan perkuatan batuan permanen dan sementara.
2.      Mendapatkan parameter pembebanan untuk rancangan dinding terowongan, termasuk
penggunaan kekuatan batuan di dalam dinding terowongan tekan.
3.      Evaluasi kestabilan kolom batuan diantara dua terowongan yang  berdekatan.
Hasil pekerjaan dibidang mekanika batuan yang telah diselesaikan saat ini memberikan
beberapa fakta yang harus diketahui oleh para perancang dan pelaksana pembuatan terowongan
adalah :
1.      Kekuatan batuan adalah time-dependent dan lebih dikontrol oleh batas regangan dari pada
batas tegangan.
2.      Kekuatan batuan (batas ragangan) sangat peka terhadap tegangan in-situ (tekanan
pemampatan).
3.      Variasi di dalam kekuatan batuan disebabkan oleh efek fabrik (perlapisan, kekar dan
skistositi dapat secara ekstrim).
4.      Tegangan in-situ di dalam batuan tidak hanya disebabkan oleh tinggi vertikal elemen di
atasnya, tetapi juga bisa oleh elemen-elemen tegangan tektonik sebelumnya dan sejarah
pembebanan batuan sebelumnya.
5.      Arah dari tegangan prinsipal maksimum jarang vertikal, tetapi sangat sering mendekati
horizontal.
6.      Elemen individu dari perlapisan batuan sering membawa tegangan in-situ yang sangat
berbeda. Ini lebih benar sebagai arah dari tegangan prinsipal maksimum mendekati arah
perlapisan, dalam hal ini, tegangan yang dibawa oleh tiap unit batuan dapat dihubungkan
dengan ratio (nisbah) dari modulus deformasinya.
7.      Poisson’s ratio untuk batuan tidak konstan dan peka terhadap tingkat tegangan.

2.3.6. PENGUJIAN LABORATORIUM


Pengujian laboratorium dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data-data dari sifat
fisik dan mekanik dari material dan batuan di sepanjang dimana terowongan tersebut akan
dibuat.Pengujian di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap percontoh (sample) yang
diambil dari hasil pemboran (core) di lapangan. Satu percontoh dapat digunakan untuk
menentukan kedua sifat batuan. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang
merupakan pengujian tanpa merusak (non destructive test). Kemudian dilanjutkan dengan
pengujian kedua, yakni pengujian sifat mekanik batuan yang merupakan pengujian yang merusak
(destructive test) sehingga percontoh batuan hancur.
Hasil pengujian sifat fisik batuan adalah ; bobot isi, speciifi gravity atau densiti,
porositas, abssorpsi dan void ratio. Dan hasil pengujian sifat mekanik batuan adalah ; kuat
tekan,  kuat tarik, modulus elastisitas, sudut geser dalam, kohesi dan Poisson’s ratio. Hasil ini
diperoleh dari pengujian-pengujian :
1.      Unconfined Compressive Strength (UCS)
2.      Triaxial test.
3.      Shear Box test.
4.      Brazzilian test.

2.3.7.     PENGUJIAN MODEL SKALA PENUH


Pengujian model skala penuh merupakan pengujian yang memanfaatkan teknologi
komputer, yakni menggunakan peranti-peranti lunak (sofrware) yang dibuat berdasarkan model
terowongan yang akan dibuat. Model yang dibuat harus sama dengan kondisi lapangan yang
sebenarnya, dimana terowongan tersebut akan dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tunnel. Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Tunnel (Semarang, 12 November 2011 ;


10.03)

Koesnaryo, S. 1994. Diktat Kuliah Teknik Terowongan “Buku 1 Teknik Penyelidikan untuk Rancangan
Terowongan”. Yogyakarta : Jurusan Teknik Pertambangan UPN Yogyakarta.

Koesnaryo, S. 1994. Diktat Kuliah Teknik Terowongan “Buku 2 Rancangan Terowongan”. Yogyakarta :


Jurusan Teknik Pertambangan UPN Yogyakarta.

Buku Referensi untuk Kontraktor bangunan gedung dan sipil oleh PT. PP (persero). General Contractor.
Penerbit gramedia: 2003

http://www.slideshare.net/henyFTI/paper-geoteknik-terowongan

http://www.slideshare.net/henyFTI/paper-geoteknik-terowongan
https://www.academia.edu/5677485/Pekerjaan_Geoteknik_Pada_Pembangunan_Terowongan

https://id.scribd.com/doc/237083401/2/Penyelidikan-Geoteknik

Anda mungkin juga menyukai