Anda di halaman 1dari 15

JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.

1, April 2019

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR


TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT
(ELAEIS GUINEENSIS JACQ) DI PRE-NURSERY

Williax Hout1, Tantri Swandari2, Retni Mardu2


1
Mahasiswa Fakultas Pertanian INSTIPER
2
Dosen Fakultas Pertanian INSTIPER

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis dan interval pemberian pupuk
organik cair serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre-nursery.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai Juni 2018 di Kebun Penelitian KP2
Instiper, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarata. Metode percobaan faktorial
yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap, faktor pertama yaitu interval pemberian pupuk I1
(pemberian pupuk satu minggu sekali), I2 (pemberian pupuk dua minggu sekali), I3 (pemberian
pupuk tiga minggu sekali), dan faktor kedua yaitu dosis pupuk P0 (kontrol), P1 (5 ml/liter), P2 (10
ml/liter), P3 (15 ml/liter). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai),
diameter batang (mm), berat segar tajuk (g), berat segar akar (g), berat kering tajuk (g), berat kering
akar (g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak diperoleh kombinasi antara perlakuan interval
pemberian dan dosis pupuk organik cair. Interval pemberian pemberian pupuk tiga minggu sekali
merupakan perlakuan terbaik dan berbeda nyata dibanding dengan pemberian pupuk satu minggu
sekali pada parameter tinggi tanaman. Dosis pupuk organik cair hanya berpengaruh nyata pada
parameter berat segar tajuk. Dosis pupuk organik cair terbaik 15 ml/liter.

Kata kunci : kelapa sawit, pre nursery, dosis, interval pemberian, pupuk organik cair.

PENDAHULUAN penyubur. Usaha penggunaan pupuk ini perlu


Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis ditingkatkan, karena salah satu faktor yang
guineensis Jacq) berasal dari BenuaAfrika. membatasi produksi tanaman adalah
Kelapa Sawit banyak dijumpai di hutan hujan kurangnya unsur hara dalam tanah dan pupuk
tropis Negara Kamerun,Pantai Gading, Ghana, dapat digunakan untuk mencapai
Liberia, Nigeria, Sierra Leone, Togo, Angola, keseimbangan hara untuk keperluan
dan Kongo. Penduduk setempat menggunakan pertumbuhan tanaman. Pupuk buatan saat ini
Kelapa Sawit untuk memasak dan untuk masih menjadi alternatif utama untuk
kecantikan. Selain itu, buah Kelapa Sawit juga mengatasi kekurangan unsur hara dalam tanah
dapat diolah menjadi minyak nabati. Warna (Puspita, 2010).
dan rasa minyak yang dihasilkan sangat Perluasan perkebunan kelapa sawit yang
bervariasi (Lubis dan Widanarko, 2011). meningkat cepat tersebut memerlukan
Indonesia merupakan produsen kelapa kecukupan bibit yang berkualitas dalam
sawit terbesar di dunia, dengan luas areal jumlah banyak. Bibit yang berkualitas
sebesar 11,67 juta hektar dan produksi sebesar diperoleh melalui pemeliharaan yang baik.
33,50 juta ton, (Ditjenbun, 2016). Usaha Faktor utamanya ialah jenis dan kualitas benih
meningkatkan produksi pertanian tidak serta media tanam yang baik yang mampu
terlepas dari peranan pupuk sebagai bahan
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

menyediakan kebutuhan dasar bagi bibit untuk seharusnya bibit dengan pertumbuhannya
tumbuh dan berkembang. bagus dan berasal dari varietas yang baik
Pertumbuhan bibit yang baik akan (Yanti, dkk, 2016).
menentukan pertumbuhan dan produksi Pre nursery dilakukan pada suatu
tanaman kelapa sawit selanjutnya di lapangan kawasan yang relatif lebih kecil sehingga
(Pahan, 2011). mempermudah pengawasan dan perawatan
Usaha untuk mengatasi kekurangan pada benih yang disemai. Pada umumnya pre
unsur hara pada tanah latosol atau lahan nursery menggunakan babybag dan
pertanian adalah dengan dilakukannya menggunakan bedengan serta naungan
pemupukan Pemupukan dapat dilakukan (Madusari dan Wiarno, 2013).
dengan pupuk kimia (anorganik) maupun Beberapa alasan, mengapa perkebunan
dengan pupuk alami (organik). Biasanya, kelapa sawit jarang muncul dikalangan petani
petani menggunakan pupuk kimia karena karena membangun perkebunan kelapa sawit
dianggap memiliki unsur hara dan nutrisi yang membutuhkan modal yang besar dan teknologi
lebih banyak dibandingkan dengan pupuk yang mahal. Pemerintah dan perkebunan
alami, tetapi pupuk kimia tidak mampu swasta berupaya meningkatkan produktivitas
memperbaiki kondisi tanah serta dapat CPO (Crude Palm Oil) nasional, melalui
mencemari dan merusak tanah jika digunakan peningkatan perkebunan rakyat, dan telah
berlebihan, sedangkan pupuk organik atau banyak pembuatan tempat pembibitan untuk
pupuk alami lainnya meskipun mengandung memproduksi bibit pre-nursery kelapa sawit
unsur hara yang lebih sedikit dari pupuk kimia berumur tiga bulan dan bibit main-nursery
(anorganik) namun dapat memperbaiki kondisi yang telah dibesar selama delapan sampai
tanah dan menjaga fungsi tanah agar unsur sepuluh bulan. Dengan keberadaan pembibitan
hara yang terkandung dalam tanah lebih tersebut, diharapkan memproduksi bibit yang
mudah diserap oleh tanaman (Silvia, 2010). terjangkau harganya dengan kualitas yang baik
(Kresnatita, dkk dalam Silvia, 2010) secara tidak langsung akan menyumbangkan
menyatakan bahwa penambahan bahan produktivitas CPO (Crude Palm Oil)
organik sangat membantu dalam memperbaiki Indonesia dimasa yang akan datang (Muchin
tanah yang terdegradasi, karena pemakaian dan Hidayah, 2016).
pupuk organik dapat mengikat unsur hara yang Hasil penelitian dari (Koryati dalam Sari,
mudah hilang serta membantu dalam 2013) menunjukkan bahwa pupuk organik
penyediaan unsur hara tanah sehingga efisiensi berpengaruh nyata terhadap berat basah akar,
pemupukan menjadi lebih tinggi. POC berat basah daun, berat kering akar, berat
mengandung bahan humik yang dapat kering batang dan berat kering daun kelapa
meningkatkan kesuburan tanah dan dapat sawit.
melepaskan hara secara berangsur sesuai Terjadi peningkatan pertumbuhan pada
dengan kebutuhan tanaman sehingga efisiensi kelapa sawit karena pemberian pupuk organik
penggunaan pupuk dapat optimal (Puspita, terutama terhadap berat basah akar, berat
2010). basah daun, berat kering akar, berat kering
Pembibitan adalah serangkaian kegiatan batang, dan berat kering daun karena adanya
untuk mempersiapkan bahan tanaman meliputi respon pertumbuhan vegetatif akibat
penyediaan medium, pemeliharaan, seleksi penambahan unsur yang terkandung dalam
bibit hingga siap tanam di lapangan. Bibit pupuk organik.
kelapa sawit yang akan ditanam di lapangan
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

Penelitian ini bertujuan untuk Pelaksanaan Penelitian


mengetahui pengaruh interval pemberian dan Langkah-langkah yang dilakukan dalam
dosis pupuk organik cair terhadap penelitian antara lain:
pertumbuhan bibit kelapa sawit di Pre- 1. Persiapan lahan
Nursery. Tempat penelitian terlebih dahulu
dibersihkan dari sisa-sisa tumbuhan yang
METODE PENELITIAN dapat menjadi sarang hama dan penyakit,
Tempat dan Waktu Pelaksanaan kemudian tanah diratakan agar posisi
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun polibag tidak miring. Lahan yang dipakai
Penelitian KP2 Instiper, Maguwoharjo, untuk areal penelitian dipilih di tempat
Depok, Sleman, Daerah Istimewa terbuka, datar, dan dekat dengan sumber
Yogyakarata. Penelitian dilaksanakan pada air.
bulan Maret sampai dengan Juni 2018. 2. Pembuatan naungan
Alat dan Bahan Naungan dibuat dengan panjang 4
1. Alat meter dan lebar 3 meter dan tinggi
Alat yang digunakan pada penelitian naungan 2,5 meter dan 2 meter. Naungan
ini yaitu cangkul, parang, ayakan tanah 2 ditutup dengan plastik transparan dan
mm, timbangan analitik, gembor, gelas paranet.
ukur, oven, paku, palu, ember, gergaji, dan 3. Persiapan media tanam
alat tulis. Media tanam yang digunakan yaitu
2. Bahan tanah latosol yang diambil dari lapisan
Bahan yang digunakan pada penelitian atas atau top soil dengan kedalaman 20
ini yaitu tanah latosol, tali, kertas label, cm, tanah digemburkan, dikeringanginkan
polybag 18 cm x 18 cm, air, benih kelapa dan diayak dengan ukuran 2 mm. Hal ini
sawit DXP SP 540. dilakukan agar media tanam memiliki
Metode Penelitian struktur remah dan bebas dari kotoran.
Metode percobaan faktorial yang Selanjutnya dimasukkan ke dalam
disusun dalam Rancangan Acak Lengkap polybag berukuran 18 cm x 18 cm.
(RAL). Faktor pertama yaitu interval 4. Penyusunan polybag
pemberian yang terdiri dari 3 aras : Polybag yang telah berisi tanah top
I1 : pemberian satu minggu sekali soil dengan arah memanjang dari Utara-
I2 : pemberian dua minggu sekali Selatan, dengan jumlah 100 tanaman.
I3 : pemberian tiga minggu sekali Disiram air sampai keadaan tanah benar-
Faktor kedua yaitu dosis pupuk organik cair benar jenuh di polybag. Penyiraman
yang terdiri dari 4 aras : dilakukan 1 hari sebelum penanaman
P0 : Tanpa pemberian pupuk (kontrol) benih.
P1 : 5 ml/liter air 5. Penanaman benih kelapa sawit
P2 : 10 ml/liter air Setelah benih dipilah sesuai dengan
P3 : 15 ml/liter air standar, maka dilakukan penanaman benih
Masing-masing kombinasi perlakuan di sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu
ulang 5 kali sehingga diperoleh 60 bibit bagian radikula dibenamkan ke dalam
percobaan. tanah hingga setengah bagian benih, dan
bagian plumulanya di bagian atasnya.
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

Setelah ditanam, benih dibiarkan tumbuh manual maupun khemis menggunakan


selama 4 minggu. insektisida atau fungisida yang sesuai.
6. Seleksi bibit kelapa sawit Parameter Pengamatan
Setelah benih kelapa sawit ditanam 1. Tinggi bibit (cm)
dan dibiarkan tumbuh selama 4 minggu, Tinggi tanaman diukur mulai dari
dilakukan seleksi bibit yaitu memisahkan permukaan tanah atau leher akar dekat
bibit kelapa sawit yang tumbuh tidak dengan pangkal batang sampai daun
normal. tertinggi setelah ditegakkan. Untuk
7. Penyiraman menghindari kesalahan data maka
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pengukuran dilakukan dengan alat ukur
yaitu pada pagi hari dan sore yang konstan. Pengamatan dimulai setelah
menggunakan gembor. Penyiraman bibit berumur 1 bulan sejak penanaman
dilakukan dengan hati-hati agar kecambah dengan interval waktu pengamatan 1
tidak terbongkar kepermukaan tanah. minggu sekali dan pengukuran terakhir
Untuk setiap bibit disiram merata dengan dilakukan setelah bibit umur 3 bulan.
jumlah air penyiraman yaitu sekitar 100- 2. Jumlah daun
250 ml setiap penyiraman dan kebutuhan Pengamatan jumlah daun dilakukan
air akan terus meningkat sesuai setelah berumur 1 bulan dengan interval
bertambahnya umur tanaman. waktu pengamatan 1 minggu sekali dan
8. Penyiangan pengamatan terakhir dilakukan pada saat
Penyiangan dilakukan sebulan sekali bibit berumur 3 bulan. Daun yang dihitung
atau tergantung kepada keadaan gulma di yaitu daun yang telah membuka dan
pembibitan. Pelaksanaan penyiangan berkembang sempurna.
dilakukan secara manual dengan cara 3. Diameter batang (mm)
mencabut gulma dengan tangan. Pengukuran diameter batang
9. Pemupukan dilakukan menggunakan jangka sorong,
Pemupukan dilakukan dengan pengamatan dilakukan setelah tanaman
menyiramkan larutan pupuk ke berumur 1 bulan dengan interval waktu
permukaan tanah dengan konsentrasi 0 ml, pengukuran 1 minggu sekali dan
5 ml, 10 ml dan 15 ml per liter air dan pengukuran terakhir dilakukan setelah
pengaplikasian dilakukan 1 minggu bibit berumur 3 bulan.
sekali, 2 minggu sekali dan 3 minggu 4. Berat segar tajuk (g)
sekali, dengan volume pertanaman 200 Pengukuran dilakukan tanpa akar
ml. yaitu bagian batang dan daun ditimbang
10. Pengendalian hama dan penyakit dari setiap bibit pada setiap perlakuan dan
Jenis hama yang umum mengganggu kemudian dirataratakan. Pengukuran
bibit di pembibitan awal antara lain dilakukan pada akhir penelitian.
belalang, ulat api, ulat kantong, dan tikus. 5. Berat segar akar (g)
Penyebab penyakit pada tanaman antara Akar bibit yang telah dipisahkan dari
lain jamur (fungi), bakteri, virus, batang dan daun dibersihkan dari kotoran,
pengamatan perkembangan hama diareal setelah itu dilakukan penimbangan dari
pembibitan perlu dilakukan secara setiap akar bibit pada masing-masing
seksama, apabila terjadi gejala serangan perlakuan. Pengukuran dilakukan pada
segera dilakukan pengendalian baik secara akhir penelitian.
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

6. Berat kering tajuk (g) Pengukuran dilakukan pada akhir


Setelah diperoleh berat segar tajuk penelitian.
dilanjutkan dengan pengukuran berat
kering tajuk. Pengukuran dilakukan tanpa HASIL DAN PEMBAHASAN
akar yaitu bagian batang dan daun Hasil pengamatan dianalisis dengan
dikeringkan dalam oven selama 48 jam sidik ragam (Analysis of Variance), serta
pada temperatur 70 oC hingga dicapai dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan
berat konstan. Setelah pengovenan Multiple Range Test) pada jenjang nyata 5%.
kemudian dilakukan penimbangan pada Tinggi Tanaman
setiap tanaman pada masing-masing Hasil sidik ragam yang telah dianalisis
perlakuan. menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi
Pengukuran dilakukan pada akhir nyata lebih baik antara interval pemberian
penelitian. pupuk dan dosis pupuk terhadap tinggi
7. Berat kering akar (g) tanaman. Perlakuan interval pemberian pupuk
Setelah diperoleh berat segar akar tiga minggu sekali memberikan pengaruh
dilanjutkan dengan pengukuran berat nyata lebih baik terhadap tinggi tanaman
kering akar. Akar yang telah diperoleh sedangkan interval pemberian pupuk satu
berat segarnya kemudian dikeringkan minggu sekali dan interval pemberian pupuk
dalam oven selama 48 jam pada dua minggu sekali tidak berpengaruh nyata
temperatur 70 oC hingga dicapai berat terhadap tinggi tanaman. Perlakuan dosis
konstan. Setelah pengovenan kemudian pupuk kontrol, 5 ml/liter, 10 ml/liter, 15
dilakukan penimbangan pada setiap ml/liter tidak berpengaruh nyata terhadap
tanaman pada masing-masing perlakuan. tinggi tanaman. Hasil uji DMRT disajikan
pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Interval Pemberian dan Dosis Pupuk Terhadap Tinggi Tanaman

Tinggi Tanaman (cm)


Perlakuan Interval Pemberian Perlakuan Dosis Pupuk (ml/liter) Rerata
0 5 10 15
ml/liter ml/liter ml/liter ml/liter
Satu minggu sekali 21,02 21,32 22,80 19,76 21,22b
Dua minggu sekali 21,52 21,10 19,28 21,30 20,80b
Tiga minggu sekali 21,98 23,24 21,96 22,86 22,51a
Rerata 21,50p 21,88p 21,34p 21,30p (-)
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom menunjukkan tidak ada
beda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

Gambar 1. Grafik Pengaruh Interval Pemberian Pupuk Terhadap Tinggi Tananam

Perlakuan pemberian pupuk tiga minggu pemberian pupuk tiga minggu sekali. Pada
sekali menunjukkan pengaruh tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk satu minggu
tinggi tanaman sedangkan yang terendah yaitu sekali dan perlakuan pemberian pupuk dua
pada perlakuan pemberian pupuk satu minggu minggu sekali terlihat minggu ke-6 sampai
sekali diikuti pemberian pupuk dua minggu dengan minggu ke-8 terjadi kenaikan tinggi
sekali. tanaman cenderung stabil, kemudian pada
Data pada grafik adalah data minggu ke-9 terjadi penurunan kecepatan
pengamatan selama 8 minggu, pengamatan penambahan tinggi tanaman yang tidak terlalu
dilakukan pada minggu ke-5 setelah dilakukan signifikan, tetapi pada minggu ke-10 tinggi
penanaman. Pada grafik terdapat 3 aras yang tanaman mulai naik dan stabil hingga minggu
diamati yaitu pemberian pupuk satu minggu ke-12, sedangkan pada perlakuan I3
sekali, pemberian pupuk dua minggu sekali (pemberian pupuk tiga minggu sekali) terlihat
dan pemberian pupuk tiga minggu sekali. minggu ke-6 hingga minggu ke-10 tinggi
Terlihat tinggi tanaman kelapa sawit terus tanaman mengalami kenaikan yang cenderung
mengalami kenaikan setiap minggunya. Pada stabil, lalu pada minggu ke-11 terjadi
minggu ke-5 memasuki minggu ke-6 dapat penurunan kecepatan penambahan tinggi
terlihat pada grafik terjadi peningkatan tinggi tanaman yang tidak terlalu signifikan, pada
tanaman yang cepat pada perlakuan pemberian minggu ke-11 memasuki minggu ke- terjadi
pupuk satu minggu sekali, pemberian pupuk kenaikan yang cukup signifikan.
dua minggu sekali, terlebih pada perlakuan

Gambar 2. Grafik Pengaruh Dosis Pupuk Terhadap Tinggi Tananam


JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

Perlakuan dosis pupuk kontrol, 5 mengalami kenaikan cenderung stabil, 10


ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter, menunjukkan ml/liter dan 15 ml/liter mengalami stagnan,
pengaruh yang sama baiknya pada parameter sedangkan 5ml/liter mengalami penurunan
tinggi tanaman. kecepatan, minggu ke-11 sampai dengan
Pada grafik terdapat 4 aras yang diamati minggu ke-12 perlakuan kontrol mengalami
yaitu kontrol, 5 ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter. satgnan sedangkan pada perlakuan 5 ml/liter,
Terlihat tinggi tanaman kelapa sawit terus 10 ml/liter dan 15 ml/liter mengalami
mengalami kenaikan setiap minggunya. Pada kenaikan.
minggu ke-5 memasuki minggu ke-6 dapat
terlihat pada grafik terjadi peningkatan tinggi Jumlah Daun
tanaman yang cepat pada perlakuan kontrol, 5 Hasil sidik ragam yang telah dianalisis
ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter. Minggu ke-6 menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi
sampai dengan minggu ke-8 pada perlakuan nyata lebih baik antara interval pemberian
kontrol, 5 ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter pupuk dan dosis pupuk terhadap jumlah daun.
tinggi tanaman mengalami kenaikan yang Perlakuan interval pemberian pupuk tiga
cenderung stabil, sedangkan pada perlakuan 15 minggu sekali memberikan pengaruh nyata
ml/liter tinggi tanaman stabil pada minggu ke- lebih baik terhadap jumlah daun sedangkan
6 sampai dengan minggu ke-10. Pada minggu interval pemberian pupuk satu minggu sekali
ke-9 sampai dengan minggu ke-10 pada dan interval pemberian pupuk dua minggu
perlakuan 5 ml/liter grafik mengalami sekali tidak berpengaruh nyata lebih baik
kenaikan berbanding terbalik dengan terhadap jumlah daun. Perlakuan dosis pupuk
perlakuan P2 10 ml/liter yang mengalami kontrol, 5 ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter tidak
penurunan kecepatan, minggu ke-10 sampai berpengaruh nyata lebih baik terhadap jumlah
dengan minggu ke-11 perlakuan kontrol daun. Hasil uji DMRT disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh Interval Pemberian dan Dosis Pupuk Terhadap Jumlah Daun
Jumlah Daun (Helai)
Perlakuan Interval Pemberian Perlakuan Dosis Pupuk (ml/liter) Rerata
0 5 10 15
ml/liter ml/liter ml/liter ml/liter
Satu minggu sekali 4,00 4,20 4,40 4,00 4,15ab
Dua minggu sekali 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00b
Tiga minggu sekali 4,00 4,40 4,40 4,30 4,30a
Rerata 4,00p 4,20p 4,26p 4,13p (-)
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom menunjukkan tidak
ada beda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

Gambar 3. Grafik Pengaruh Interval Pemberian Pupuk Terhadap Jumlah Daun

Perlakuan pemberian pupuk tiga minggu 8 memasuki minggu ke-10 terlihat


sekali menunjukkan pengaruh tertinggi pada peningkatan cepat pada grafik perlakuan
jumlah daun sedangkan yang terendah yaitu pemberian pupuk satu minggu sekali dan
pada perlakuan pemberian pupuk satu minggu pemberian pupuk dua minggu sekali
sekali diikuti pemberian pupuk dua minggu sedangkan perlakuan pemberian pupuk tiga
sekali. Terlihat pada grafik terjadi peningkatan minggu sekali mengalami penurunan
pada setiap minggunya. Pada minggu ke-6 kecepatan penambahan jumlah daun. Minggu
memasuki minggu ke-8 terlihat grafik naik ke10 sampai minggu ke-12 terlihat
dengan stabil perlakuan pemberian pupuk satu peningkatan stabil pada grafik perlakuan
minggu sekali, pemberian pupuk dua minggu pemberian pupuk satu minggu sekali, pada
sekali dan pemberian pupuk tiga minggu perlakuan pemberian pupuk dua minggu sekali
sekali, pada minggu ke-8 terlihat pada grafik terlihat penurunan kecepatan pertambahan
perlakuan pemberian pupuk satu minggu jumlah daun, sedangkan perlakuan pemberian
sekali, pemberian pupuk dua minggu sekali pupuk tiga minggu sekali mengalami
dan pemberian pupuk tiga minggu sekali penurunan kecepatan penambahan jumlah
menunjukkan kenaikan yang sama, minggu ke- daun yang drastis.
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

Gambar 4. Grafik Pengaruh Dosis Pupuk Terhadap Jumlah Daun


Pada minggu ke-6 menuju minggu ke 8 perlakuan interval pemberian pupuk dua
perlakuan kontrol, 5 ml/liter, 10 ml/liter, 15 minggu sekali tetapi tidak berbeda nyata
ml/liter terlihat grafik naik dan pada minggu dengan interval pemberian pupuk satu minggu
ke-8 terlihat pada grafik perlakuan kontrol, 5 sekali. Perlakuan interval pemberian pupuk
ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter menunjukkan satu minggu sekali tidak berbeda nyata dengan
kenaikan yang sama, pada minggu ke-8 interval pemberian pupuk dua minggu sekali.
menuju minggu ke-10 terlihat pada perlakuan Perlakuan dosis pupuk kontrol, 5 ml/liter, 10
5 ml/liter dan 15 ml/liter menunjukkan ml/liter, 15 ml/liter tidak berpengaruh nyata
kenaikan yang sama tetapi pada minggu ke-10 lebih baik terhadap diameter batang. Hasil uji
menuju minggu ke-12 terlihat penurunan DMRT disajikan pada Tabel 3.
kecepatan pertambahan jumlah daun yang
cepat. Pada perlakuan kontrol terlihat minggu
ke-8 sampai dengan minggu ke-12 kenaikan
kecepatan penambahan jumlah daun cukup
stabil tetapi menunjukkan grafik terendah.
Minggu ke-8 sampai dengan minggu ke-12
terlihat pada grafik perlakuan 10 ml/liter
menunjukkan penambahan jumlah daun
tertinggi.
Diameter Batang
Hasil sidik ragam yang telah dianalisis
menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi
nyata lebih baik antara interval pemberian
pupuk dan dosis pupuk terhadap diameter
batang. Perlakuan interval pemberian pupuk
tiga minggu sekali berbeda nyata terhadap
diameter batang dibandingkan dengan
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

Tabel 3. Pengaruh Interval Pemberian dan Dosis Pupuk Terhadap Diameter Batang
Diameter Batang (mm)
Perlaukuan Interval Pemberian Perlakuan Dosis Pupuk (ml/liter) Rerata
0 5 10 15
ml/liter ml/liter ml/liter ml/liter
Satu minggu sekali 8,72 9,16 8,94 9,10 8,98ab
Dua minggu sekali 8,80 8,78 8,64 9,10 8,83b
Tiga minggu sekali 9,06 9,80 9,02 10,10 9,49a
Rerata 8,86p 9,24p 8,86p 9,43p (-)
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom menunjukkan tidak ada
beda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi

Gambar 5. Grafik Pengaruh Interval Pemberian Pupuk Terhadap diameter batang

Data pada grafik adalah data pengamatan cukup signifikan pada pertambahan diameter
selama 8 minggu, pengamatan dilakukan pada batang. Perlakuan pemberian pupuk dua
minggu ke 5 setelah dilakukan penanaman. minggu sekali tampak pada grafik lebih baik
Pada grafik terdapat 3 aras yang diamati yaitu dibandingkan pemberian pupuk tiga minggu
pemberian pupuk satu minggu sekali, sekali pada minggu ke-5 menuju minggu ke-6,
pemberian pupuk dua minggu sekali dan pada minggu ke-6 sampai dengan minggu ke-
pemberian pupuk tiga minggu sekali. Minggu 12 terlihat pada grafik perlakuan pemberian
ke-5 sampai dengan minggu ke-12 terlihat pupuk dua minggu sekali mengalami
pada grafik perlakuan pemberian pupuk tiga penurunan sedangkan pemberian pupuk satu
minggu sekali memberikan kenaikan yang minggu sekali mengalami kenaikan.
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

Gambar 6. Grafik Pengaruh Dosis Pupuk Terhadap diameter batang

Pada grafik terdapat 4 aras yang diamati pupuk dan dosis pupuk terhadap berat segar
yaitu kontrol, 5 ml/liter, 10 ml/liter , 15 tajuk. Perlakuan interval pemberian pupuk tiga
ml/liter. Minggu ke-5 sampai dengan minggu minggu sekali berbeda nyata lebih baik
ke-8 terlihat pada grafik terjadi peningkatan terhadap berat segar tajuk dibandingkan
cenderung sama pada perlakuan kontrol, 5 dengan perlakuan interval pemberian pupuk
ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter, minggu ke-8 dua minggu sekali, tetapi tidak berbeda nyata
sampai dengan minggu ke-12 terlihat pada lebih baik pada perlakuan interval pemberian
grafik terjadi peningkatan cenderung sama pupuk satu minggu sekali). interval pemberian
pada perlakuan kontrol, 10 ml/liter dan 5 pupuk satu minggu sekali tidak berbeda nyata
ml/liter, 15 ml/liter. dengan perlakuan interval pemberian pupuk
dua minggu sekali. Perlakuan dosis pupuk 5
Berat Segar Tajuk ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter berbeda nyata
Hasil sidik ragam yang telah dianalisis lebih baik terhadap berat segar tajuk dibanding
menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi dengan perlakuan kontrol. Hasil uji DMRT
nyata lebih baik antara interval pemberian disajikan pada Tabel 4.
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

Tabel 4. Pengaruh Interval Pemberian dan Dosis Pupuk Terhadap Berat Segar Tajuk
Berat Segar Tajuk (g)
Perlaukuan Interval Pemberian Perlakuan Dosis Pupuk (ml/liter) Rerata
0 5 10 15
ml/liter ml/liter ml/liter ml/liter
Satu minggu sekali 4,0 5,59 7,07 5,35 5,52ab
Dua minggu sekali 4,63 4,88 5,09 6,05 5,16b
Tiga minggu sekali 4,77 6,41 5,88 7,02 6,02a
Rerata 4,49q 5,63p 6,01p 6,14p (-)
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom menunjukkan tidak ada
beda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi

Berat Segar Akar sedangkan interval pemberian pupuk satu


Hasil sidik ragam yang telah dianalisis minggu sekali sama dengan interval pemberian
menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi pupuk dua minggu sekali dan interval
nyata lebih baik antara interval pemberian pemberian pupuk tiga minggu sekali terhadap
pupuk dan dosis pupuk terhadap berat segar berat segar akar. Perlakuan dosis pupuk
akar. Perlakuan interval pemberian pupuk tiga kontrol, 5 ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter tidak
minggu sekali memberikan pengaruh nyata berpengaruh nyata lebih baik terhadap berat
lebih baik terhadap berat segar akar segar akar.
dibandingkan dengan perlakuan interval Hasil uji DMRT disajikan pada Tabel 5
pemberian pupuk dua minggu sekali,

Tabel 5. Pengaruh Interval Pemberian dan Dosis Pupuk Terhadap Berat Segar Akar
Berat Segar Akar (g)
Perlaukuan Interval Pemberian Perlakuan Dosis Pupuk (ml/liter) Rerata
0 5 10 15
ml/liter ml/liter ml/liter ml/liter
Satu minggu sekali 2,03 1,52 2,37 1,53 1,86ab
Dua minggu sekali 1,77 1,71 1,66 1,85 1,75b
Tiga minggu sekali 1,81 2,39 1,89 2,43 2,13a
Rerata 1,87p 1,87p 1,97p 1,94p (-)
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom menunjukkan tidak
ada beda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi

Berat Kering Tajuk minggu sekali memberikan pengaruh nyata


Hasil sidik ragam yang telah dianalisis lebih baik terhadap berat kering tajuk
menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi dibandingkan dengan perlakuan interval
nyata lebih baik antara interval pemberian pemberian pupuk dua minggu sekali,
pupuk dan dosis pupuk terhadap berat kering sedangkan interval pemberian pupuk satu
tajuk. Perlakuan interval pemberian pupuk tiga minggu sekali sama dengan interval pemberian
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

pupuk dua minggu sekali dan interval tidak berpengaruh nyata lebih baik terhadap
pemberian pupuk tiga minggu sekali terhadap berat kering tajuk. Hasil uji DMRT disajikan
berat kering tajuk dan perlakuan dosis pupuk pada Tabel 6.
mulai kontrol, 5 ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter

Tabel 6. Pengaruh Interval Pemberian dan Dosis Pupuk Terhadap Berat Kering Tajuk
Berat Kering Tajuk (g)
Perlaukuan Interval Pemberian Perlakuan Dosis Pupuk (ml/liter) Rerata
0 5 10 15
ml/liter ml/liter ml/liter ml/liter
Satu minggu sekali 1,56 2,09 1,63 1,55 1,71ab
Dua minggu sekali 1,44 1,54 1,35 2,07 1,60b
Tiga minggu sekali 1,56 1,99 2,19 2,20 1,98a
Rerata 1,52p 1,87p 1,72p 1,94p (-)
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom menunjukkan tidak
ada beda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi

Berat Kering Akar pemberian pupuk satu minggu sekali sama


Hasil sidik ragam yang telah dianalisis dengan interval pemberian pupuk dua minggu
menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi sekali dan interval pemberian pupuk tiga
nyata lebih baik antara interval pemberian minggu sekali terhadap berat kering akar.
pupuk dan dosis pupuk terhadap berat kering Perlakuan dosis pupuk kontrol berbeda nyata
akar. Perlakuan interval pemberian pupuk tiga dengan perlakuan dosis pupuk 15 ml/liter
minggu sekali memberikan pengaruh nyata tetapi tidak berbeda nyata lebih baik dengan 5
terhadap berat kering akar dibandingkan ml/liter dan 10 ml/liter. Hasil uji DMRT
dengan perlakuan interval pemberian pupuk disajikan pada Tabel 7.
dua minggu sekali, sedangkan interval

Tabel 7. Pengaruh Interval Pemberian dan Dosis Pupuk Terhadap Berat Kering Akar
Berat Kering Akar (g)
Perlaukuan Interval Pemberian Perlakuan Dosis Pupuk (ml/liter) Rerata
0 5 10 15
ml/liter ml/liter ml/liter ml/liter
Satu minggu sekali 0,82 0,63 0,76 0,55 0,69ab
Dua minggu sekali 0,70 0,64 0,64 0,57 0,64b
Tiga minggu sekali 0,70 0,79 0,69 0,76 0,73a
Rerata 0,74p 0,69pq 0,70pq 0,63q (-)
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom menunjukkan tidak
ada beda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

PEMBAHASAN segar akar, berat kering tajuk, dan berat kering


Hasil sidik ragam tidak diperoleh akar. Hasil sidik ragam perlakuan dosis pupuk
kombinasi antara perlakuan interval pemberian terhadap berat segar tajuk menunjukkan bahwa
pupuk organik cair dan dosis pupuk organik 5 ml/liter, 10 ml/liter, 15 ml/liter berbeda nyata
cair. Hal ini diduga karena masing-masing lebih baik dibandingkan perlakuan kontrol,
perlakuan memberikan pengaruh sendiri- dosis pupuk terbaik yaitu pada perlakuan 15
sendiri. ml/liter. Hal ini diduga karena kandungan yang
Hasil sidik ragam perlakuan interval terdapat pada pupuk organik cair yaitu asam
pemberian pupuk organik cair memberikan organik asam humat dan fulvat, zeatin,
pengaruh nyata lebih baik terhadap tinggi giberelin, C-organik dan juga kadar air dalam
tanaman. Perlakuan interval pemberian pupuk tubuh tanaman.
tiga minggu sekali merupakan perlakuan Tanah latosol memiliki banyak pori
terbaik dan berbeda nyata lebih baik dibanding mikro yang mengakibatkan aerasi didalam
dengan interval pemberian pupuk satu minggu tanah buruk, aerasi yang buruk akan
sekali pada parameter tinggi tanaman dan mengurangi penyerapan oksigen yang
interval pemberian pupuk dua minggu sekali merupakan bahan baku respirasi, buruknya
pada semua parameter. Hal ini diduga karena respirasi akan berdampak pada pertumbuhan
interval pemberian pupuk organik cair yang yang kurang optimal, dengan menambahkan
tepat telah memberikan pengaruh yang pupuk organik cair pada tanah latosol dapat
maksimal bagi tanaman, pemberian pupuk memperbaiki sifat fisik tanah menjadi lebih
organik cair terus menerus akan menambah remah, dimana terdapat bahan humus pada
lama dekomposisi yang berakibat unsur hara pupuk organik cair yang menambahkan pori
tidak dapat tersedia dan diserap oleh tanaman, makro, aerasi dalam tanah menjadi lebih baik
biasanya pada umur tanaman masih muda dalam menyediakan oksigen untuk respirasi
kondisi perakaran tanaman masih belum dan respirasi yang baik memacu pertumbuhan
tersebar luas sehingga pemberian pupuk harus tanaman.
optimal agar mampu menyerap kandungan Pupuk organik cair juga menambah
hara yang ada dalam pupuk (Elidar, 2015). kandungan air dalam tubuh tanaman, dimana
Menurut Schroth dan Sinclair (2003) tanaman fungsi air sebagai aktivasi enzim untuk
yang memperoleh unsur hara dalam jumlah metabolisme tanaman. Asam-asam humik dan
yang optimum serta waktu yang tepat, maka fulvik dalam bahan humat ini mengandung
akan tumbuh dan berkembang secara banyak asam-asam amino yang memiliki
maksimal. Pemberian pupuk pada bibit sangat kemampuan mirip hormon auksin dan
jelas memberikan pengaruh terhadap giberelin, disamping itu, senyawa ini
pertumbuhan, namun jika pemberian yang meningkatkan kadar hijau daun sehingga laju
berlebihan akan berpengaruh menekan fotosintesis dan respirasi juga meningkat
pertumbuhan, sedangkan pemberian pupuk (Puspita, 2010).
yang kurang dapat penyebabkan kekurangan
hara pada bibit kelapa sawit (Lubis, 2008). KESIMPULAN
Hasil sidik ragam perlakuan dosis pupuk 1. Tidak diperoleh kombinasi antara
memberikan pengaruh nyata lebih baik perlakuan interval pemberian dan dosis
terhadap berat segar tajuk, tetapi tidak pupuk organik cair.
memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi 2. Interval pemberian pemberian pupuk tiga
tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat minggu sekali merupakan perlakuan
JURNAL AGROMAST, Vol.4, No.1, April 2019

terbaik dan berbeda nyata dibanding Pertumbuhan dan Produksi Tanaman


dengan pemberian pupuk satu minggu Jagung (Zea mays L.),dan Sifat Kimia
sekali pada parameter tinggi tanaman. Tanah Pada Tanah Ultisol Cijayanti,
3. Dosis pupuk organik cair hanya Bogor: Institut Pertanian Bogor.
berpengaruh nyata pada parameter berat Publikasi Skripsi.
segar tajuk. Dosis pupuk organik cair Sari, Vira Irma. 2013. Peran Pupuk Organik
terbaik 15 ml/liter. Dalam Meningkatkan Efektivitas
Pupuk NPK pada Bibit Kelapa Sa
DAFTAR PUSTAKA wit(Elaeisguineensis Jacq) Di
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pembibitan Utama. Bogor: Institut
Pertanian. 2016. Outlook Kelapa Sawit. Pertanian Bogor. Publikasi Skripsi.
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/a Schroth, G dan F.C Sinclair. 2003. Tress,
rsip-outlook/75-outlook perkebunan Crops and Soil Ferlility: concepts and
/421-outlook-kelapa-sawit-2016. Research Methods. Chicago. 464 P.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2018. Silvia. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk
Elidar, Yetti. 2015. Respon Tanaman Kelapa Organik Pada Produksi dan Serapan
Sawit (Elaeis guineensis) di PreNursery Hara Jagung Manis (Zea mays) Di
pada Pemberian Dosis dan Interval Latosol, Darmaga. Bogor: Institut
Pupuk Organik Cair Nasa. Elidar/ Pertanian Bogor. Publikasi Skripsi.
Buletin Poltanesa 19 (1): 41-48. Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit di
Lubis, R. Effendi dan A. Widanarko. 2011. Berbagai Jenis Lahan. Jakarta:
Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Agro Media Pustaka. Yanti, Nurlinda, Sampurno dan A. E. Yulia.
Madusari, Sylvia dan P. Y. Wiarno. 2013. 2016. Pemberian Urin Manusia Pada
Analisis Sistem Penggunaan Tray Pada Bibit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
Pembibitan Awal Kelapa Sawit (Pre guineensis Jacq) Tahap Pre Nursery.
Nursery). Riau: Universitas Riau. Jom Faperta Vol
Muchsin, dan A. K. Hidayah. 2016. Analisis 3 No 2.
Finansial Usaha Pembibitan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Pada
Tingkat Petani Di Desa Badak Mekar
Kecamatan Muara Badak Kabupaten
Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan
Timur. Samarinda: Universitas 17
Agustus 1945. Jurnal AGRIFOR
Volume XV Nomor 2.
Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa
Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pahan, Iyung. 2011. Panduan Lengkap Kelapa
Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya
Puspita, B. Dara. 2010. Uji Efektivitas Pupuk
Organik Cair (POC) Terhadap

Anda mungkin juga menyukai