Anda di halaman 1dari 42

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327446187

VIRUS INFLUENZA, PENEGUR ANTROPOSENTRISME MANUSIA

Book · April 2016

CITATIONS READS

0 3,302

1 author:

Muhammad Luthfi Hidayat


Universitas Muhammadiyah Surakarta
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

ecology education View project

Influenza virus and Anthropocentric-ism of human View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Luthfi Hidayat on 05 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


VIRUS INFLUENZA
Penegur Anthroposentrisme Manusia

Muhammad Luthfi Hidayat, 2015


============================================
Cetakan ke-1 Mei 2015

Desainer sampul: Misterluthfi Ecrivain


Editor: Abu Habib
Tata Letak : Baba Humam

Diterbitkan oleh: Misterluthfi Self Publishing, Yogyakarta, Klaten


Disitribusikan oleh: ADEKOM Klaten

(C) CopyLeft
Hak Cipta tidak dilindungi Undang-undang
Bebas didistribusikan kepada siap saja yang membutuhkan.
2

Pengantar Penyusun

lhamdulillah, segala sanjung puji hanya pantas untuk Alloh azza


wa jalla. Ditemani denting jam dini hari akhirnya buku kecil
sederhana ini selesai juga disusun. Berawal dari tugas kuliah Biologi
Lingkungan di bawah bimbingan Prof. Dr. IGP Suryadharma, buku kecil
di tangan Anda ini bermetamorfosis menjadi karya obsesi pribadi
penyusun untuk menghasilkan karya yang bermanfaat, tidak hanya
untuk nilai tetapi juga member informasi bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.
Buku berjudul Virus Influenza:Penegur Anthroposentrisme
manusia ini berisi seluk beluk struktur fungsi virus influenza; suatu
virus yang sering dianggap remeh saja oleh sebagian besar dari kita.
Padahal di balik ukurannya yang sangat amat kecil, tersimpan sejarah
panjang pandemi yang mengakibatkan kematian jutaan orang di
seantero bumi. Serta, tak lupa, hikmah dan pelajaran yang besar bagi
manusia dalam kaitannya dengan ekologi, ilmu lingkungan, dan
kebijaksanaan.
Akhirnya, penyususn mengucapkan selamat membaca buku
sederhana ini, semoga dapat menambah wawasan dan menyentil cara
pandang kita terhadap alam dan ekosistem di sekitar kita.

Sya’ban, 1436 H
Mei 2015
3

Daftar Isi

Prelim .............................................................................................................. 1
Pengantar Penyusun ................................................................................ 2
Daftar Isi ........................................................................................................ 3

Kejadian pandemi influenza dalam sejarah


Flu Spanyol ................................................................................................... 5
Flu burung di Asia ..................................................................................... 9

Virus influenza, tinjauan struktur dan fungsi


Virus Influenza (Orthomyxovirus) .................................................... 12
Struktur Fungsi Virus Influenza ......................................................... 13
Klasifikasi dan Nomenklatur ................................................................ 15
Replikasi Virus Influenza ....................................................................... 17

Interaksi (Infeksi) Virus dengan Manusia


Patogenesis dan Patologi ...................................................................... 18
Epidemiologi ................................................................................................ 18

Ulasan dari Sisi Ekologi


Interaksi manusia dan lingkungan .................................................. 20
Konsep hukum keseimbangan alam ................................................. 27

Analisis Kejadian Pandemi Influenza


Perang Dunia dan daya tampung bumi ........................................ 31
Senjata Alami pengendali Populasi ................................................... 34

Hikmah dan Pemaknaaan bagi Manusia .................................. 37

Daftar Pustaka .......................................................................................... 38


4

A. Kejadian Pandemi Influenza dalam Sejarah


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pandemi
diartikan sebagai wabah yang berjangkit serempak di
mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Menurut
WHO (Kementrian Kesehatan RI, 2009), awal dari pandemi
influenza adalah terjadinya episenter pandemi influenza di
lokasi yang terbatas dan masih mungkin untuk
ditanggulangi. Episenter pandemi influenza yang tidak
berhasil ditanggulangi akan berkembang. Kasus pandemi
ini dapat dianalisis dari sisi ilmu lingkungan yaitu tentang
bagaimana interaksi antarorganisme dalam suatu
komunitas dalam kaitannya dengan keseimbangan dan
daya dukung lingkungan.
Influenza penulis pilih untuk dijadikan bahan kajian
karena penyakit yang umumnya dianggap biasa ini ternyata
tidak seperti yang dipahami awam. Influenza yang
diakibatkan oleh virus ternyata memiliki tipe, strain, dan
tingkatan. Meski kemajuan teknologi obat-obatan telah
mampu menanggulani banyak penyakit, tetapi influenza
tetap saja diwaspadai oleh para ahli kesehatan. Sebab di
awal tahun 2000 saja banyak terjadi pandemi influenza
yang menyerang hewan ternak bahkan manusia. Dalam
cakupan yang lebih luas, pandemi dapat dianalisis dari sisi
ekologi_ untuk tidak membatasinya pada lingkup kesehatan
manusia saja.
Berikut sejumlah pandemi influenza yang pernah
menjangkiti dunia dan mengakibatkan jatuhnya korban
dalam jumlah besar yang dapat dianalisis dari sisi ilmu
lingkungan.
5

1. Flu Spanyol

Waktu itu kalender Gregorian menunjukkan bulan


Oktober tahun 1918. Kondisi sebagain besar eropa
sedang dilanda Perang Dunia I. Meski perseteruan
antarnegara itutampak akan segera berakhir,
penyensoran berita masih berlaku. Spanyol, yang waktu
itu tidak terlibat perang dan hanya bertindak sebagai
negara netral, melaporkan bahwa penduduk sipil di
banyak tempat jatuh sakit dan meninggal dengan
kecepatan yang meresahkan. Dari situasi inilah muncul
nama yang akan melekat pada penyakit itu untuk
selamanya—flu Spanyol.

Taubenberger (2006:16) menyatakan bahwa


pandemi itu berawal pada bulan Maret 1918 di Amerika.
Banyak penyidik menelusuri asal usulnya ke negara
bagian Kansas, AS. Dari sana, penyakit itu tampaknya
menyebar ke Prancis melalui tentara AS yang baru tiba.
Setelah lonjakan korban jiwa akibat influenza, pada
bulan Juli 1918, bagian terburuk tampaknya telah
berlalu. Para dokter sama sekali tidak menyangka
bahwa pandemi itu sedang mengumpulkan kekuatan
untuk menjadi pembunuh yang lebih ganas.

Ketika Perang Dunia I berakhir pada tanggal 11


November 1918, dunia sejenak bergembira.
Namun,ironisnya, hampir pada waktu yang sama, wabah
merebak di seluruh bumi. Wabah itu bagaikan monster
yang menjadi tajuk berita internasional. Hanya segelintir
orang pada masa itu yang luput, dan semuanya diliputi
ketakutan. Para pakar kesehatan waktu itu memberi
komentar, ”Angka harapan kehidupan di Amerika
Serikat anjlok hingga lebih dari 10 tahun pada tahun
1918.” (Barry, 2005: 381)
6

Gambar. Kondisi di rumah sakit darurat korban pandemik Flu


Spanyol (http://www.offthegridnews.com)

Gambar. Pandemi influenza juga menyebar ke Amerika. Inilah


para korban yang dikumpulkan di rumah sakit darurat dekat
Fort Riley, Kansas, AS tahun 1918(www.ctvnews.ca)
7

Gambar:Pemakaman massal korban keganasan flu Spanyol di


Amerika Serikat tahun 1918-1919 (glitternight.com)

Perbedaan yang paling meresahkan adalah flu


ini menyerang secara mendadak. Barry (2005) mengutip
catatan tertulis pengalaman ini, ”Di Rio de Janeiro,
seorang pria bertanya kepada mahasiswa kedokteran,
Ciro Viera Da Cunha, yang sedang menunggu trem,
dengan suara yang sangat normal, lalu ambruk dan mati;
di Cape Town, Afrika Selatan, Charles Lewis naik sebuah
trem dalam perjalanan lima kilometer pulang ke rumah
sewaktu kondekturnya ambruk dan meninggal.
Sepanjang perjalanan lima kilometer itu, enam orang di
trem meninggal, termasuk pengemudinya.” Semuanya
meninggal gara-gara flu itu.

Selain itu, ada rasa takut—takut akan sesuatu


yang tidak diketahui. Sains tidak dapat menjelaskan apa
penyebab penyakit itu atau bagaimana penyebarannya
secara persis. Langkah kesehatan masyarakat
diberlakukan: pelabuhan dikarantina; bioskop, gereja,
dan tempat pertemuan umum lainnya ditutup. Di San
Francisco, Kalifornia, AS, misalnya, para pejabat
8

memerintahkan seluruh penduduk mengenakan masker.


Siapa pun yang kedapatan berada di tempat umum
tanpa masker akan ditilang atau dipenjarakan. Tetapi,
semuanya gagal. Langkah itu tampaknya tidak memadai
dan terlambat. (Apenzeller, 2005)

Orang-orang juga dicekam rasa takut karena flu


itu menyerang tanpa pandang bulu. Untuk alasan yang
masih belum jelas, pandemi tahun 1919 itu tidak secara
khusus menyerang orang lanjut usia, tetapi justru
menyerang dan membunuh orang muda yang sehat.
Mayoritas yang meninggal karena flu Spanyol berusia
antara 20 dan 40 tahun.

Selain itu, flu tersebut benar-benar merupakan


epidemi sedunia. Ia bahkan menjangkau kepulauan
tropis. Influenza masuk ke Samoa Barat (kini dikenal
sebagai Samoa) melalui kapal pada tanggal 7 November
1918 dan dalam waktu dua bulan menewaskan kira-kira
20 persen penduduk yang berjumlah 38.302 orang.
Semua negara utama di dunia menjadi korban.

Selain itu, epidemi ini sangat besar skalanya.


Misalnya, Philadelphia, Pennsylvania, AS, merupakan
tempat pertama sekaligus terparah yang diserang. Pada
pertengahan bulan Oktober 1918, hampir tidak ada lagi
peti mati. Sejarawan Alfred W. Crosby ( Barry, 2005)
mengatakan seorang pembuat peti bisa menjual 5.000
peti dalam waktu dua jam, seandainya ia punya
persediaan. Jumlah jenazah di rumah duka di kota itu
pernah mencapai sepuluh kali lipat jumlah peti yang
ada.

Dalam waktu yang relatif singkat, flu itu telah


menewaskan lebih banyak orang daripada pandemi lain
sejenisnya sepanjang sejarah manusia. Sebuah perkiraan
9

umum tentang korban jiwa sedunia adalah 21 juta jiwa,


tetapi menurut beberapa pakar sekarang, itu termasuk
rendah. Beberapa epidemiolog kini memperkirakan
sebanyak 50 juta jiwa atau bahkan 100 juta jiwa.

Barry (2005) menyimpulkan, ”Influenza


menewaskan lebih banyak orang dalam setahun
daripada korban jiwa selama seabad akibat Wabah
Hitam pada Abad Pertengahan; ia menewaskan lebih
banyak orang dalam dua puluh empat minggu daripada
korban AIDS dalam dua puluh empat tahun.” Flu Spanyol
membunuh lebih banyak orang Amerika dalam waktu
setahun daripada semua yang mati dalam pertempuran
selama kedua perang dunia.

Kolata (1999) menjelaskanbahwa seandainya


wabah itu muncul saat ini dan menewaskan penduduk
AS dalam persentase yang sama, sebanyak 1,5 juta orang
Amerika akan meninggal. Jumlah tersebut lebih banyak
daripada jumlah korban yang meninggal dalam setahun
akibat penyakit jantung, kanker, stroke, penyakit
jantung-paru kronis, AIDS, dan Alzheimer jika
digabungkan.

2. Flu Burung di Asia


Flu Burung (Avian influenza) merupakan infeksi
yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe
H5N1 (H=hemaglutinin; N=neuraminidase) yang
pada umumnya menyerang unggas (burungdan
ayam).Penyakit ini menular dari unggas ke unggas
tetapi dapat juga menular ke
manusia(zoonosis).Sebagian besar kasus infeksi
pada manusia berhubungan dengan adanyariwayat
kontak dengan peternakan unggas atau benda yang
terkontaminasi. (Rini Savitri, 2008)
10

Gambar: Pemusnahan massal unggas di China untuk


mencegah penyebaran flu burung (waspada.co.id)

Gambar: suspect Flu Burung di Tangerang Selatan,


Indonesia ( kabartangsel.com)

Sumber virus diduga berasal dari migrasi


burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Kejadian avian influenza menyebar di seluruh
dunia. World Health Organization(WHO)
melaporkan negara-negara yang terjangkit avian
influenza adalah: Hongkong,Cina, Belanda, Vietnam
dan Thailand. Di Hongkong avian influenza
11

menyerang ayamdan manusia (tahun 1997). Jumlah


penderita sebanyak 18 orang dengan 6 kematian.
Kejadian ini merupakan pertama kali
dilaporkan adanya penularan langsung dari unggas
ke manusia.Sejak pertengahan tahun 2003
peternakan unggas di Indonesia mengalamikejadian
luar biasa untuk avian influenza, terutama di Jawa
Tengah dan Jawa Timur,namun kasus avian
influenza pada manusia baru didapatkan pada bulan
Juli 2005. WHO menyatakan bahwa di Indonesia
hingga tanggal 4 Juli 2006 telah didapatkan 52
kasus avian influenza pada manusia dan 40
diantaranya fatal.
Lima negara Asia bisa menjadi target virus flu
burung H7N9 yang telah menelan korban ratusan
nyawa sejak Maret 2013, termasuk Indonesia.
Sebagian wilayah Bangladesh, India, Indonesia,
Filipina dan Vietnam terancam virus H7N9 karena,
seperti Cina, negara-negara ini juga memiliki pasar
burung di kawasan padat penduduk. Demikian
menurut tim peneliti internasional yang terdiri dari
ilmuwan-ilmuwan Free University of Brussels,
International Livestock Research Institute, Oxford
University dan Chinese Centre for Disease Control and
Prevention. (Tim Deustce Welle, 2014)
Daerah yang berpotensi terkena risiko
termasuk pusat kota pesisir timur dan tenggara
Cina dimana kasus H7N9 belum dilaporkan;
sebagian wilayah Bengal dari Bangladesh dan India,
Sungai Merah dan Delta Mekong di Vietnam, dan
wilayah terpencil di Indonesia dan Filipina.
12

B. Virus Influenza dari Tinjauan Struktur dan Fungsi


1. Virus Influenza (Orthomyxovirus)
Orthomyxovirus merupakan penyebab penyakit
utama pernapasan dan dapat mengakibatkan
kematian. Wabah infeksi kadang-kadang terjadi
dalam bentuk epidemi di seluruh dunia. Influenza
telah menyebabkan jutaan kematian di seluruh
dunia. Kemampuan virus ini untuk bermutasi dan
tingginya frekuensi pemilihan ulang genetik serta
perubahan dari perubahan-perubahan antigenik
pada glikoprotein pada permukaan virus, membuat
virus ini sulit untuk dikendalikan. Influenza tipe A
secara antigen sangat bervariasi dan menyebabkan
sebagian besar kasus epidemi influenza Sementara
itu, Influenza tipe C secara antigen stabil dan hanya
menyebabkan penyakit yang relatif ringan. ( Brooks,
2005)

Gambar: Virus Influenza tipe A (en.wikipedia.org)


13

2. Struktur Fungsi Virus Influenza


Secara umum, orthomyxovirus tergolong dalam
virus globuler bulat, pleomorfik, diameter 80-
120nm (nukleokapsid helix, 9nm). Komposisi virion
terdisi atas RNA (1%) protein (73%), lipid (20%),
karbohidrat (6%). Adapun strukturnya dapat
dijelaskan pada bagan berikut:

Gambar: bagan struktur virus Influenza

Dari nama Orthomyxovirus, istilah Myxovirus


sendiri menunjukkan sekelompok besar virus
beramplop yang mampu berikatan dengan
glikoprotein reseptor permukaan sel. Virus ini
dibedakan ke dalam dua grup berlainan_
Orthomyxovirus dan Paramyxovirus, berdasarkan
pola replikasi dan struktur antara keduanya.
14

Tabel.1 Perbedaan antara Orthomyxovirus dan


Paramyxovirus dapat dilihat pada tabel berikut (Brooks,
2005:209)

Sifat-sifat Orthomyxovirus Paramyxovirus


Penyakit pada Influenza tipe A, Infeksi para influenza
manusia B, dan C 1-4, penyakit
sinstisium
pernapasan,
gondong, campak
Heliks Berdiameter 9 Berdiameter 18 nm
ribonukleprotein nm
dalam
Pengaturan RNA untai ganda RNA untai tunggal
Genom dalam 8 bagian dalam satu bagian

RNA dalam Peka terhadap Resisten terhadap


nukleokapsid RNase Rnase
Fusi virus Endosom Membran plasma
dengan sel
Transkripsi RNA Nukleus sel Sitoplasma sel inang
virus inang
Pemilihan Sering Jarang
genetik
Angka Tinggi Rendah
perubahan
antigen

Tiga tipe imunologis virus influenza disebut dengan A,


B, dan C. Perubahan-perubahan antigen terus terjadi pada
virus influenza tipe A dan mengurangi derajat tipe B,
sementara tipe C secara antigen stabil. Influenza tipe A
juga diketahui menginfeksi burung, babi, kuda, dan anjing
laut. Beberapa strain yang diisolasi dari binatang, sama
dengan strain yang terdapat dalam populasi manusia.
Protein HA virus influenza mengikat partikel virus
pada sel yang dapat terkena dan merupakan antigen
utama terhadap antibodi protektif yang ditujukan
padanya. Keberagaman HA terutama menyebabkan
berlanjutnya evolusi strain baru dan epidemi influenza
15

yang berkelanjutan. Nama HA berdasarkan dari


kemampuannya mengaglutinasi eritrosit di bawah kondisi
tertentu.
Virus influenza memiliki keistimewaan tersendiri
karena antigen HA dan NA yang sering berubah.
Perubahan antigen minor disebut penyimpangan antigen;
perubahan antigen mayor pada HA dan NA disebut
pergeseran antigen- yang menyebabkan munculnya
subtipe baru. Mekanisme pergeseran merupakan
pemilihan genetis virus influenza manusia dan
unggas.Virus influenza B dan C tidak menunjukkan
pergeseran antigen karena sangat sedikit virus yang
sejenis ada pada binatang.

3. Klasifikasi dan Nomenklatur


Genus influenza virus A, B terdiri dari strain virus
influenza tipe A manusia dan binatang dan strain tipe B
manusia; Influenza virus C terdiri dari tipe C pada
manusia dan babi.
Perbedaan antigen ditunjukkan oleh dua protein
struktural internal, protein nukleokapsid (NP) dan
protein matriks (M), yang dipakai untuk membagi virus
influenza menjadi tipe A, B, dan C. Protein-protein ini
tidak memiliki reaksi silang di atara tiga tipe. Adapun
subtipe virus diklasifikasikan berdasarkan antigen dari
HA dan NA.
Sistem nomenklatur standar untuk isolat-isolat
virus influenza meliputi informasi berturut-turut: tipe,
asal inang, asal geografi, nomer strain, dan tahun diisolasi.
Deskripsi antigen HA dan NA memberikan sisipan bagi
tipe A/Hongkong/ 03/ 68 (H3N2), tetapi untuk yang lain
misalnya, A/babi (swine)/Iowa/15/30/ (H1N1).
Sejauh ini, 15 subtipe HA (H1-H15) dan 9 subtipe
NA (N1-N9), dalam banyak kombinasi yang berbeda, telah
ditemukan pada burung, binatang, atau manusia. Empat
16

subtipe HA (H1-H3, H5) dan dua subtipe NA (N1, N2)


telah ditemukan dari manusia.

Gambar: Diagram nomenklatur virus influenza


17

4. Replikasi Virus Influenza

Siklus replikasi virus influenza tidak umum di


antara virus-virus RNA karena semua transkripsi dan
replikasi RNA-nya terjadi di dalam nukleus sel yang
terinfeksi. Selain itu, virus influenza adalah satu-satunya
virus RNA (tanpa perantara DNA genom) yang
menggunakan beberapa mRNA sambungan. Siklus
perkembangbiakan virus berjalan cepat. Ada penutupan
sintesis protein sel inang pada sekitar 3 jam
pascainfeksi (melalui mekanisme yang tidak diketahui)
memungkinkan translasi selektif mRNA virus. Virus
progen baru dihasilkan sekitar 8 sampai dengan 10 jam.
Berikut diagram replikasi virus Influenza.

Gambar: Diagram skematik siklus hidup virus influenza. Fase-


fase replikasi virus ; (1) Pengikatan dan masuknya virus ke
dalam sel; (2) Transkripsi RNA virus dan translasi protein
virus; (3) Replikasi RNA Virus; (4) Pemasangan virion baru
18

dan pelepasan dari sel. (Lamb RA, Krug RM dalam Brooks,


2005)

C. Interaksi (Infeksi) Virus dengan Manusia


1. Patogenesis dan Patologi
Virus influenza menyebar antarmanusia melalui
droplet di udara atau melalui kontak dengan
permukaan tangan yang tercemar. Beberapa sel
epitel pernapasan terinfeksi jika partikel virus yang
terkumpul menolak dikeluarkan olehrefleks batuk
dan lepas dari netralisasi antibodi IgA spesifik yang
sudah ada atau dari inaktivasi oleh penghambat
nonspesifik dalam sekresi mukus. Virion progress
segera terbentuk dan menyebar ke sel yang
berdekatan, di mana siklus replikasi berulang. NA
virus menurunkan viskositas lapisan mukus di
saluran pernapasan, membuka reseptor permukaan
sel, dan meningkatkan penyebaran cairan yang
mengandung virus ke bagian saluran yang lebih
bawah. Dalam waktu singkat, banyak sel saluran
pernapasan terinfeksi, kadangkala terbunuh.
Masa inkubasi dari paparan virus ke onset
penyakit bervariasi dari 1-4 hari, tergantung dari
besarnya jumlah virus dan status immune inang.
Pelepasan virus dimulai pada hari sebelum onset
gejal, memuncak dalam 24 jam , tetap meningkat
selama 1-2 hari, kemudian menurun cepat. Virus
infeksius sangat jarang ditemukan dalam
darah.Perbaikan sel sempurna dari kerusakan sel
memakan waktu hingga satu bulan.

2. Epidemiologi
Ketiga tipe virus influenza pola
epidemiologinya bervariasi mencolok. Influenza C
kurang bermakna; ia menyebabkan penyakit
pernapasan ringan dan sporadic tetapi bukan
19

epidemi influenza. Influenza B kadang-kadang


mengakibatkan epidemi, tetapi influenza tipe A
dapat menyapu seluruh benua dan mengelilingi
dunia dalam epidemi yang massif atau pandemi
(Brooks, 2005: 219).
Wabah timbul secara periodic karena
perubahan antigen pada satu atau dua glikoprotein
permukaan virus.Ketika sejumlah orang yang
suseptibel dalam populasi mencapai tingkat yang
memadai, virus strain baru menyebabkan suatu
epidemi.
Ketiga tipe virus influenza menunjukkan
peyimpangan antigen. Mungkin karena tipe B dan C
terbatas pada manusia, sementara tipe A beredar
dalam populasi unggas dan binatang. Strain
binatang ini menyebabkan pergeseran antigen,
melalui pemilihan genetic dari gen glikoproten.
Virus influenza A pernah ditemukan di banyak
burung air, terutama bebek; dari unggas ternak
rumahan seperti kalkun, ayam, angsa, dan itik; dari
babi dan kuda, dan bahkan dari anjing laut dan
paus.
Dari kelimabelas subtype HA yang ditemukan
dari burung, hanya beberapa yang telah
dipindahkan ke Mammalia (H1, H2, H3, dan H5 pada
manusia, H1 dan H2 pada babi; serta H3 dan H7
pada kuda). Pola yang sama berlaku pada NA;
Sembilan subtype NA diketahui untuk burung ,
hanya dua yang ditemukan pada manusia (N1 dan
N2).
Setiap 10-40 tahun, ketika subtipe baru
influenza A muncul, menimbulkan suatu pandemi.
Ini terjadi pada 1918 (H1N1), 1957 (H2N2), dan
1968 (H3N2).Subtipe H1N1 timbul kembali pada
1977, walaupun tidak berwujud epidemi. Pada
20

tahun 1977 di Hongkong, tercatat infeksi terhadap


manusia oleh virus influenza A burung (H5N1)
pertama kali terjadi. Sumbernya adalah ternak
rumah.Sedikitnya 18 orang terinfeksi, 6 diantaranya
meninggal.Virus tampaknya tidak ditularkan antara
manusia-manusia.
Dengan pengecualian pada wabah Hongkong,
semua strain pandemi manusia merupakan pilihan
antara virus influenza burung dan manusia. Bukti-
bukti menunjukkan bahwa babi menyediakan
pembuluh campuran untuk pemilihan karena sel
mereka mengandung reseptor yang dikenali baik
oleh virus burung ataupun manusia.
Melalui pendekatan ini, diduga bahwa epidemi
pada tahun 1918-1919 (flu Spanyol) jelas
disebabkan oleh munculnya subtype H1N1 secara
mendadak, yaitu menyebabkan swine like influenza
(diperkirakan lebih dari 50 juta orang meninggal
akibat pandemi ini, terutama pasien dengan
komplikasi pneumonia bakterial). Namun dasar
patogenitasnya yang tinggi tetap menjadi
misteri.(Rybicki, 2008)

D. Ulasan dari Sisi Ekologi


1. Interaksi manusia dan lingkungan

Menurut Suwasono (1994), manusia selalu


berhubungan dengan alam sekitarnya, karena itu
manusia tertarik untuk mempelajari interaksi tersebut.
Ekologi sebagai salah satu ilmu yang memelajari
hubungan timbal balik organisme dengan alam
sekitarnya. Dwijoseputro (1990) juga menyatakan
bahwa dalam mengenal dan mendalami lingkungan,
manusia menjumpai banyak masalah yang harus ia
21

pecahkan demi kesejahteraan hidupnya. Di sinilah ia


berperan sebagai subjek sekaligus objek bersama-sama.

James Lovelock (Mulyanto, 2007) pada tahun


1970, mencetuskan teori Gaia menyatakan seluruh
kehidupan bersama dengan permukaan bumi dan
atmosfirberevolusi sebagai suatu kesatuan. Kesatuan ini
mampu melestarikan kondisi-kondisi layak huni dan
mengimbangi perubahan-perubahan pada pancaran
sinar matahari dan komposisi merugikan pada
permukaan bumi.

Namun dalam perjalanannya, manusia, dengan


segala kelebihan akalnya terjerembab dalam dua
dikotomi yang kurang nyaman.Kubu yang pertama
adalah antroposentrisme, yaitu kubu yang memandang
bahwa manusia dan kepentingannya harus mendapat
perhatian pertama dan utama. Sementara itu, kubu
kedua adalah Biosentrisme; yang memandang manusia
dan lingkungannya harus merupakan satu kesatuan
yang harmonis tanpa ada kecenderungan untuk satu
menguasai yang lain. Apalagi sampai menentang yang
lain (Dwijoseputro, 1990:29).

Data PBB (Dwijoseputro, 1990:33) menyatakan


bahwa tindakan manusia yang tidak bijaksana telah
mengakibatkan 500 juta Ha tanah pertanian hilang
karena erosi, 2/3 hutan-hutan dunia telah hilang dari
edaran produksi, 150 species burung dan hewan lain
punah.Seribu spesies satwa menjadi jarang atau bahkan
punah.Dalam 2000 tahun, bumi kehilangan 106 jenis
Mammalia dalam kepunahan.Ironisnya, semua itu
terjadi pada abad 19 (sekitar 2/3 nya), di mana
industrialisasi menunjukkan grafik menaik.Dan semakin
meningkat di abad 20.
22

Di Indonesia saja,berdasarkan data WALHI,


kerusakan lingkungan di Indonesia memicu bencana
ekologis sepanjang 2012.Tahun 2012, Walhi mencatat,
terjadi 503 kali banjir dan longsor menewaskan 125
orang.Sedangkan kebakaran hutan dan lahan
memusnahkan hutan, kebun dan lahan seluas 11.385
hektar.Angka ini baru di Jawa, Sumatera, Bali, NTB dan
NTT. Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua, masih
proses pendataan, diperkirakan mencapai 17 ribu
hektar. (Sapariah, 2013)

Environmental outlook ini dibuat menggunakan


basis analisis peristiwa sepanjang tahun 2012 yang
mendapat perhatian publik dan liputan media massa.
Juga kasus-kasus lingkungan hidup dan sumber daya
alam yang diadvokasi Walhi bersama jaringan selama
tahun lalu.Berikut data statistic yang dikemukakan
WALHI tentang kerusakan lingkungan tersebut.

Tabel 2. Kasus kerusakan lingkungan berdasarkan


periode waktu

Tabel 3. Problem lingkungan tahun 2012 berdasarkan


jenis
23

Tabel 4. Problem lingkungan tahun 2012 berdasarkan


lokasi wilayah

Manusia mempunyai potensi luar biasa


dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya untuk
mengelola alam seisinya sejauh kemampuan dirinya.
Tetapi ini tidak berarti bahwa manusia mempunyai
segala kewenangan untuk berbuat apa saja yang
dikehendakinya di bumi ini.

Pandangan yang menganggap manusia adalah


sekedar subyek (pelaku) dari segala keadaan di bumi
adalah pandangan eksklusif, seolah-olah manusia
berada di luar lingkungannya sendiri, atau ini berati
24

bahwa apapun yang terjadi di lingkungannya tidak


selalu akan menyangkut dirinya. Pandangan yang
demikian disebut sebagai pandangan transenden. Hal
yang sebaliknya yakni pandangan inklusif, dimana
manusia menjadi satu dengan lingkungannya, yang
disebut pula sebagai pandangan imanen.

Irwan (2007) menjelaskan peran manusia dalam


interaksinya dengan lingkungan sebagai berikut.

a. Manusia sebagai organisme yang dominan


secara ekologis
Manusia memiliki peranan penting dalam biosfer
karena manusia merupakan makluk yang dominan
secara ekologik, karena alas an berikut.
1) Manusia dapat berkompetisi secara lebih
baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
terutama dalam hal makanan,jika
dibandingkan dengan makluk lain selain
yang ada dalam ekosistem.
2) Manusia mampu memberikan pengaruh
yang besar terhadap lingkungan tempat
hidupnya atau terhadap organisme lain.
3) Suatu makluk dikatakan dominan secara
ekologik,apabila menyangkut jumlah
populasi,ukuran tubuh dankemampuan
untuk mengubah lingkungannya.

b. Manusia sebagai makhluk pembuat alat


Kemampuan membuat alat, erat hubungannya
dengan sifat tegakmanusia yang memungkinkan dia
bebas menggunakan tangannya, disamping
itu,kemampuan itu juga erat hubungannya dengan
kemampuan pengelihatan, kecekatan, dan
kemampuan penalaran otaknya yang tinggi, jadi
25

manusia menjadi dominan dalam ekosistem berkat


kemampuan membuat danmenggunakan alat.

c. Manusia juga merupakan organisme yang


membudidayakan makanannya.
Perubahan hidup dari pengumpulan makanan
menjadi penanam serta pemetik hasil tanam,
merupakan suatu pencapaian yang memiliki dampak
ekologi yang luas. Alat-alat pertanian berkembang
dari tingkat penanaman menjadi mesin modern yang
dapat mengelolah tanah yang jauh lebih luas.Dengan
demikian,terbentuklah ekosistem buatan manusia.

d. Manusia sebagai makhluk pengeksploitasi


Perkembangan dominasi manusia sejalan
dengan perkembangan alat-alat yang
digunakan.Manusia dikenal sebagai makhluk yang
paling hebat dalam mengeksploitasi ekosistem. Ia
dapat mengeksploitasi ekosistem darat maupun air.
Halini terjadi karena sifatnya yang omnivor dan
kebutuhannya yang beraneka ragam.Sejak semula
manusia mengeksploitasi ekosistem tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan makanannya saja, tetapi
juga keperluan lainnya,misalnya pakaian,
perumahan, bahkan investasi untuk keturunannya
kelak.

Sebagai salah satu mata rantai dari jaring-jaring


makanan,manusia dapat memusnahkan organisme
lain yang berkompetisi dengannya,dalam
mendapatkan makanan dan kebutuhan lainnya.
Manusia juga mengeksploitasi ekosistem untuk
keperluan yang konsumtif,misalnya untuk
kepercayaan seperti hewan kurban,hewan
untukolahraga, untuk peliharaan,maupun untuk
26

prestise sosial.Sedangkan tumbuhan juga dijadikan


sebagai tumbuhan estetika seperti bunga hias.

e. Manusia sebagai sebab evolusi


Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
merupakan penyebab utama dalam proses evolusi
organik. Evolusi alamiah berlangsung sangat
lambat,tetapi perusakan alam oleh manusia baik
disengaja maupun tidak akanmempercepat evolusi
organik. Akibatnya adalah menurunya jumlah
organisme tertentu bahkan ada beberapa yang
punah, tetapi lain pihak terdapat organisme jenis
tertentu jumlahnya meningkat dengan pesat
terutama varietasnya. Semua ini adalah akibat dari
adanya intervensi manusia.

Cara manusia mempercepat evolusi adalah


dengan membudidayakan hewan dan tumbuhan,
menciptakan habitat baru, serta penyebaran hewan
dan tumbuh-tumbuhan.Sampai sekarang manusia
masih terus mengusahakan perkembangan varietas
baru yangmemenuhi kebutuhan dan selera manusia.

Selain mengubah habitat yang diikuti terciptanya


varietas baru organisme, manusia juga mempercepat
evolusi dengan mandistribusikan hewan dan
tumbuhan baru tersebut ke wilayah dimana awlnya
tidak ada organisme tersebut. Kadar penyebaran ini
dipercepat lagi dengan perbaikan komunitas dari
suatu tempat ke tempat lain.
f. Peranan manusia yang merugikan dan
menguntungkan lingkungan
Peranan manusia dalam lingkungan ada yang
bersifat positif dan ada yang bersifat negatif.Peranan
manusia yang bersifat negatif adalah peranan yang
27

merugikan lingkungan.Kerugian ini secara langsung


atau pun tidak langsung timbul akibat kegiatan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
peranan manusia yang bersifat positif adalah
peranan yang berakibat menguntungkan lingkungan
karena dapat menjaga dan melestarikan daya dukung
lingkungan.

2. Konsep hukum keseimbangan alam


a. Ekologi dan Ekosistem

Ekologi, adalah ilmu yang mempelajari seluruh pola


hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan
sesamanya dan mahluk hidup dengan komponen
sekitarnya.Ekologi mempertanyakan tentang berbagai
hal, seperti :

1. bagaimana alam bekerja


2. bagaimana spesies beradaptasi dalam
habitatnya
3. apa yang diperlukan dari habitatnya
untuk melangsungkan kehidupan
4. bagaimana mereka mencukupi materi
dan energi
5. bagaimana mereka berinteraksi dengan
spesies lain
6. bagaimana individu dalam spesies itu
diatur dan berfungsi sebagai populasi.

Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tidak


hidup, yang berinteraksi dalam suatu tempat sebagai
suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan ekosistem
terjadi oleh adanya arus materi, energi, dan
informasi.Komponen-komponen dalam ekosistem
menunjukkan bahwa, ekosistem tersebut berada dalam
suatu keseimbangan tertentu.Keseimbangan tersebut
28

sifatnya tidak statis, namun dinamis, selalu berubah,


dapat besar atau kecil, dapat terjadi secara alami atau
dibuat oleh manusia.

Lingkungan hidup tidak dapat dielakkan dari


azas ekologi yang membentuknya. Salah satu asanya
adalah keseimbangan ekosistemik. Ekosistem memiliki
kemampuan untuk memelihara sendiri, mengatur
sendiri serta mengadakan keseimbangan kembali.
Kemampuan seperti ini juga merupakan kemampuan
individual dari manusia atau mahluk hidup lainnya. Oleh
karena itu dalam sistem kehidupan ada kecenderungan
untuk melawan perubahan atau setidaknya ada usaha
untuk berada dalam suatu keseimbangan (homeostatis).

Setelah keseimbangan, ekosistem juga memiliki


asas kelentingan. Artinya, suatu sistem akan
memberikan tanggapan terhadap suatu gangguan, baik
disengaja maupun tidak, sesuai dengan kelentingan
(resilience) yang dimilikinya. Dalam suatu sistem dengan
kelentingan yang besar, penyerapan gangguan tidak
akan merubah stabilitas sistem itu, artinya sistem yang
mengalami gangguan tersebut, tetap merupakan sistem
semula. Sebaliknya sistem yang memiliki kelentingan
kecil dengan gangguan yang sama besarnya, dapat
berubah menjadi suatu sistem baru. Jadi kelentingan
sebenarnya merupakan sifat suatu sistem yang
memungkinkannya kembali pada stabilitas semula

Adapun kondisi lingkungan yang dapat


memberikan kehidupan bagi organisme yang
menempatinya disebut daya dukung lingkungan. Pada
ekosistem yang seimbang semua populasi secara
alamiah dibatasi oleh populasi organisme lain, sehingga
tidak adapopulasi yang tumbuh tanpa batas dan
mendominasi yang lain. Setiap populasi pada ekosistem
29

yang seimbang memiliki kondisi maksimum dan


minimum yang selalu berkaitan dengan populasi
lainnya.

Pada kondisi seimbang ekosistem kaya akan


variasi komponen biotik dan abiotik yang
memungkinkan perpindahan energi dan daur zat
berlangsung secara lancar. Maka bila ada perubahan
apapun, dengan sendirinya akan membentuk
keseimbangan baru secara proporsional sesuai dengan
perubahan itu. Hal itu dapat terjadi selama perubahan
itu masih berada di dalam daya dukung dan daya
lentingnya. Namun, bila perubahan ekosistem
menyebabkan suatu komponen tidak berfungsi maka
aliran energi dan daur materi akan terganggu, yang pada
akhirnya akan memengaruhi semua komponen
ekosistem lainnya

b. Daya dukung lingkungan

Menurut Soerjani (1987), pengertian daya


dukung lingkungan(carrying capacity) adalah batas
teratas dari pertumbuhan suatu populasi saat jumlah
populasi tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber
daya dan lingkungan yang ada. Daya dukung lingkungan
tidak hanya diukur dari kemampuan lingkungan dan
sumberdaya alam dalam mendukung kehidupan
manusia, tetapi juga dari kemampuan menerima beban
pencemaran dan bangunan.
30

Gambar: Kurva pertumbuhan logistik dan daya dukung


lingkungan. Grafik ini menggambarkan perubahan ukuran dari
populasi ideal dari waktu ke waktu . Bentuk kurva membentuk
S-shaped karena secara bertahap memperlambat laju
pertumbuhan penduduk saat mendekati daya dukung
lingkungan.

Berdasarkan strategi kehidupannya, ada


mahluk yang mempunyai strategi hidup memperhatikan
daya dukung lingkungan, dan akan menekan
pertumbuhan populasinya apabila jumlahnya sudah
mendekati kemampuan daya dukung lingkungannya.
Ciri utama mahluk hidup yang demikian adalah yang
31

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan


sekitarnya.

Sebaliknya ada mahluk yang mempunyai


strategi hidup tidak mempedulikan batas daya dukung
lingkungan, mereka berkembang biak menurut
nalurinya, melampaui daya dukung, mengalami bencana
kelaparan yang menyebabkan kematian masal, sehingga
populasinya terpaksa turun di bawah kemampuan daya
dukung lingkungannya. Demikian seterusnya sampai
mungkin terjadi stabilitas di bawah batas daya dukung
lingkungannya, walaupun stabilitas itu hanya akan
terjadi sementara waktu.

C. Analisis Kejadian Pandemi Influenza


1. Perang Dunia dan daya tampung bumi

Berdasarkan sejumlah informasi dan referensi


sebelumnya, sekaligus menjadi bahan analisis pra
kejadian pandemi virus influenza tahun 1918 atau avian
influenza belum lama ini, ada baiknya kita tinjau dari
sisi ekologi populasi manusia.

Campbell (2002) menyatakan bahwa ledakan


pertumbuhan populasi manusia dan penggunaan
sumberdaya secara besar-besaran oleh negara-negara
maju merupakan penyebab utama kerusakan
lingkungan. Populasi manusia tumbuh mendekati
pertumbuhan eksponensial selama beberapa abad,
tetapi tidak bisa demikian terus untuk jangka waktu
yang tidak terbatas.

Kita hanya dapat memperkirakan daya


tampung akhir Bumi bagi populasi manusia, atau
mengenai faktor apa yang akhirnya membatasi
pertumbuhan manusia. Permasalahan daya tampung
32

bagi manusia diperburuk pengamatan bahwa daya


tampung telah berubah seiring evolusi kebudayaan
manusia. Kemunculan teknologi pertanian dan industri
telah secara signifikan meningkatkan K (keseimbangan)
paling tidak dua kali lipat selama sejarah manusia.
Teknologi, tidak diragukan lagi telah meningkatkan daya
tampung bumi bagi manusia. Namun, tidak ada populasi
yang terus tumbuh tanpa batas.

Apabila populasi berubah-ubah di sekitar K, kita


dapat memperkirakan tentang terjadinya periode
peningkatan nyang diikuti dengan kematian massal
seperti serangan wabah, kelaparan terlokalisir, dan
konflik militer internasional. Alam dan ekosistem
sedang bergerak menuju keseimbangan baru untuk
mengatur populasi manusia sebagai bagian dari
ekosistem itu sendiri.

Berkaca pada pandemi flu Spanyol tahun 1918-


1919, agaknya perlu ditelusur kembali peristiwa pra
kejadian yang agaknya cukup mengubah keseimbangan
dan daya dukung lingkungan, khususnya wilayah eropa;
yaitu Perang Dunia I.
33

Gambar: Foto kerusakan di wilayah Eropa akibat perang dunia I,


termasuk hancurnya hutan,vegetasi, dan habitat bagi
keanekaragaman hayati di dalamnya (telegraph.co.uk)

Gambar: Bom dan gas beracun ketikaperang dunia I telah


memberangus habitat hidup dan vegetasi di sebagaian besar
wilayah Eropa yang terlibat perang
(www.toxicremnantsofwar.info)
34

Gambar: Kehancuran ekologik akibat perang dunia pertama


(socialistpartyscotland.org.uk)

Kehidupan yang ada di muka bumi ini


sebenarnya merupakan satu sistem ekologis. Sebagai
suatu sistem, semua komponen penyusunnya seperti
manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan akan saling
memengaruhi komponen yang lainnya. Akibat perang,
yang merupakan perbuatan manusia yang
mengakibatkan perubahan komposisi, keseimbangan,
dan kelentingan ekosistem, alam akan kembali
mengatur diri dengan caranya untuk kembali menuju
keseimbangan sistem ekologis.

2. Senjata Alami pengendali Populasi

Sistem ekologis yang dimaksud adalah


berfungsinya perpindahan energi dan daur biogeokimia
pada suatu ekosistem. Berpindahnya energi disertai
dengan perpindahan zat dari air, tanah, dan udara ke
organisme, lalu kembali ke air, tanah dan udara lagi.
35

Lingkungan yang dapat menjamin kelangsungan sistem


ekologi tersebut dinamakan lingkungan yang seimbang.
Keseimbangan lingkungan yang dimaksud dapat terjadi
jika faktor biotik dalam rantai makanan, jaring-jaring
makanan, dan piramida makanan berada dalam
komposisi seimbang. Kondisi lingkungan semacam itu
yang akan menjamin terbentuknya ekosistem yang
sehat. (Burnie, 2005)

Ekosistem seimbang didukung oleh banyak


alternatif lintasan yang dapat dilalui zat untuk
terjadinya daur materi dan perpindahan energi.
Semakin banyak variasi jenis tumbuhan, herbivora,
karnivora dan mikroba maka semakin banyak lintasan
zat. Hal tersebut menyebabkan ekosistem tersebut
semakin mantap keseimbangannya. Jika satu jenis
tumbuhan berkurang, masih tersedia jenis tumbuhan
lain sebagai produsen yang menjadi sumber makanan
bagi herbivora. Demikian pula, bila hewan herbivora
tertentu jumlahnya berkurang masih ada jenis herbivora
lainnya yang dapat dimakan oleh hewan karnivora.
Demikian seterusnya.

Namun, bila komunitas hanya beberapa jenis


organisme yang terbatas, akibat perang
misalnya,komunitas akan menjadi kurang stabil. Bila
ada satu atau dua jenis organisme mengalami
kepunahan tidak akan ada alternatif jalur yang dapat
dilalui oleh zat dan energi, sehingga bila ada perubahan
lingkungan maka akan ada yang mengalami kepunahan
atau bahkan ada pertumbuhan populasi (booming
populasi) yang tidak seimbang.

Berdasarkan Burnie (2005), alam memiliki


mekanisme yang jitu untuk mengatur sistem ekologis,
baik itu dengan pengurangan populasi atau cara lain
36

untuk menuju homeostasis baru setelah terjadi


peristiwas yang mengganggu keseimbangan; yaitu
Kontrol hayati. Cara ini adalah penanganan populasi
dengan memanfaatkan musuh-musuh alami anggota
populasi target yang ada di alam.”Senjata” alami
tersebut mencari sasarannya secara aktif dan tepat
sasaran.

Senjata ini akan menyerang satu spesies, dalam


hal ini manusia, dengan tidak mengganggu spesies lain.
Mereka tidak meninggalkan residu beracun dan
jumlahnya turun seiring dengan penurunan jumlah
spesies sasaran. Apenzeller (2005) kembali
menyampaikan temuan baru dari sekelompok peneliti
dari Mount Sinai School of Medicine, Amerika Serikat
pada tahun 2010. Dipastikan, virus flu Spanyol atau flu
1918 dan beberapa tipe virus flu lain setelahnya
merupakan penyakit yang khusus menyerang spesies
manusia.

Virus Influenza Spanyol (H1N1) yang menjadi


pandemi dunia merupakan wujud kendali atas populasi
manusia di dalam ekosistem. Manusia tidak bisa lagi
beranggapan secara antroposentris bahwa dirinya
terlepas dari alam, karena manusia memang sejatinya
selalu menjadi bagian dari alam, meskipun manusia
mampu memanipulasi lingkungan .

Pada 1918, tahun terakhir pertempuran di


mana tedapat banyak parit perlindungan primitif dalam
Perang Dunia I, sesuatu yang lain mulai mematikan para
tentara. Flu spanyol menyebar dengan cepat dan
spesifik. Tidak seorang pun tahu pasti kapan atau di
mana flu Spanyol muncul, meskipun flu ini tentu saja
bukan dari Spanyol.
37

Penyakit ini menyebar pada kedua kubu di


Eropa, membunuh seluruh divisi tentara sepanjang
musim semi dan awal musim panas. Kemudian flu ini
tampaknya mereda. Meski demikian, pada akhir musim
panas, flu Spanyol kembali, dan keganasannya jelas (
Apenzeller, 2005).

Wabah ini melintas cepat melalui tenda-tenda


militer dan kapal-kapal pengangkut serdadu yang ramai
di Eropa dan Amerika Serikat, flu ini beralih ke kota-
kota pelabuhan dan industri. Penderita berbaring di
ranjang disertai demam, sakit kepala menusuk, dan sakit
pada tulang-tulang sendi. Kebanyakan penderita orang
dewasa yang masih muda, sama seperti kelompok yang
biasanya tidak menghiraukan flu. Tak kurang dari
12.000 orang meninggal karena flu dan pneumonia
sepanjang Oktober tahun itu.

Dari sini dapat kita lihat bahwa ekosistem


“mendamaikan dengan paksa” kedua kubu yang
berperang dengan kemunculan virus mematikan yang
membunuh lebih banyak daripada peluru ini. Virus flu
ini juga menghentikan aktivitas industri berat (di
antaranya produksi mesin perang dan senjata) dengan
menyambangi kota-kota industri yang padat penduduk
dan memiliki tingkat pencemaran tinggi.

Selain itu, dari peristiwa Avian Influenza,


seakan mengajari pada manusia bahwa mereka telah
berlebihan membudidayakan makanan mereka (dalam
hal ini ternak unggas) sehingga mengurangi
keanekaragaman spesies hanya demi peternakan
monokultur yang terus saja diperluas.

Saatnya Tuhan melalui “prajurit-prajuritnya” di


alam mengatur kembali keseimbangan di bumi dengan
38

mengganti populasi manusia yang banyak berbuat


kerusakan dengan populasi manusia baru yang lebih
ramah pada ekosistem. Pasalnya, bila komunitas hanya
beberapa jenis organisme yang terbatas, komunitas
akan menjadi kurang stabil. Siklus alam kembali
berjalan, sekali lagi dengan mekanisme yang jitu untuk
mengatur sistem ekologis, baik itu dengan pengurangan
populasi atau cara lain untuk menuju homeostasis baru
setelah terjadi peristiwa yang mengganggu
keseimbangan.

D. Hikmah dan Pemaknaaan bagi Manusia

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ambil pelajaran


atau hikmahnya bahwa :

1. Manusia adalah bagian dari alam dan jaring-jaring


rumit ekosistem, meskipun manusia memiliki
kelebihan untuk memanipulasi atau mengelola alam
sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu,
kemampuan manusia untuk memanipulasi alam
melalui teknologi hendaknya dilakukan dengan
pertimbangan dan perencanaan matang yang ramah
terhadap alam.
2. Tuhan sang Maha Pencipta tidak pernah malu
menciptakan perumpamaan (ayat-ayat) yang
strukturnya lebih sederhana dari serangga
sekalipun. Nyatanya, manusia dengan kekuatan dan
kelebihannya, amat mudah dikalahkan oleh
makhluk setengah hidup setengah mati bernama
virus, yang bekerja secara mangkus dan sangkil
untuk menegur dominasi antroposentrisme di bumi.
3. Keterbatasan manusia menghadapi satu varian atau
subtype virus saja sudah menginspirasi sains dan
39

teknologi untuk berkembang semakin maju. Belum


lagi virus lain seperti ebola, HIV, virus pemicu
kanker, dan virus penyerang hewan budidaya.
Sepatutnyalah manusia memandang virus sebagai
guru yang memberi pengajaran tentang kebesaran
Tuhan, nilai perjuangan, kesabaran, dan perjuangan.
4. Manusia hidup di dunia adalah untuk sebanyak
banyak memberi, bukan sebanyak banyak
menerima. Hubungan harmonis dengan alam dan
ekosistem tempat kita berpijak adalah suatu wujud
syukur dan ibadah manusia kepada Tuhan.

Sebagai penutup, tak berlebihan jika dikatakan


bahwa apapun yang terjadi di masa depan, 100 tahun
terakhir ini manusia telah medapat pelajaran yang
berharga; walaupun sebagai spesies manusia memiliki
kualitas –kualitas luar biasa, manusia tidak dapat
melepaskan diri dari jaring-jaring kompleks hubungan
ekologi yang memengaruhi semua kehidupan di bumi.
Tuhan bersama-sama dengan orang yang berbuat
kebaikan. Be wise, be friendly, and be thankfull
40

DAFTAR PUSTAKA

Apenzeller. (2005). Melacak Pembunuh Berikutnya. National


Geographic Indonesia vol. 1 no. 7 (Oct. 2005)

Barry, M.John. (2005). The Great Influenza: The Story of the Deadliest
Pandemi in History. Penguin Books, USA

Brooks, Geo. F., Janet S. B., Stephen A.M. (2005).Jawetz, Melnick, &
Adelberg’s Medical Microbiology Twenty Second Ed (terjemah
Nani Widorini). Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Burnie, David. (2005). Ekologi (terjemah Damaring Tyas Wulandari).


Jakarta: Erlangga

Campbell, N. A. and J. B. Reece. 2002. Biology. Sixth Edition,


PearsonEducation. Inc. San Francisco.

Child Health Alert.(2007)Predicting the next flu pandemic. Child Health


Alert, 25, 2-3. Retrievedfrom
http://search.proquest.com/docview/224539011?accountid=
25704

Dwijoseputro.(1990). Ekologi Manusia dengan Lingkungannya.


Jakarta: Erlangga

Irwan,Z.D. (2007). Prinsip-Prinsip Ekologi : Ekosistem, Libgkungan, dan


Pelestariannya. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman


Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
300/MENKES/SK/IV/2009.

Kolata, Gina. (1999). Flu: The Story of the Great Influenza Pandemi and
the Search for the virus that Caused it. New York: Farrar,
Stratus and Giroux

Mulyanto.(2007). Ilmu lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Rini Savitri Daulay. (2008). Avian influenza. Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatra Utara. USU e-repository
41

Rybicki, Ed. (2008). Where did viruses come from?. Scientific


American Journal, March, 2008.
http://www.scientificamerican.com/article/experts-where-
did-viruses-come-fr/ diakses 6 Maret 2015.

Sapariah Saturi. 2013. WALHI: Perusahaan dan Pemerintah, Aktor


Utama Perusak Lingkungan 2012. diakses dari
http://www.mongabay.co.id/2013/01/17/walhi-perusahaan-
dan-pemerintah-aktor-utama-perusak-lingkungan-2012/ 8
Maret 2015.

Soerjani, Moh et al. (1987).Lingkungan:Sumberdaya Alam dan


Kependudukandalam Pembangunan, Jakarta : UI-Press

Suwasono Heddy dan Metty K. (1994).Prinsip-prinsip dasar ekologi.


Jakarta: Raja Grafindo Perkasa

Taubenberger, Jeffery K. and David M. Morens. Emerging Infectious


Diseases. www.cdc.gov/eid • Vol. 12, No. 1, January 2006

Tim Deustce Welle. Indonesia Terancam Virus Flu Burung


H7N9.Terbitan 24 Juni 2014. Dapat tersedia di
http://www.dw.de/indonesia-terancam-virus-flu-burung-
h7n9/a-17717201(diakses 6 Maret 2015)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai